Kata Kunci: Keragaan, Sistem PTT, Usahatani, R/C ratio ABSTRACT

dokumen-dokumen yang mirip
Komponen PTT Komponen teknologi yang telah diintroduksikan dalam pengembangan usahatani padi melalui pendekatan PTT padi rawa terdiri dari:

VII. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI VARIETAS CIHERANG

PENGARUH SISTIM TANAM MENUJU IP PADI 400 TERHADAP PERKEMBANGAN HAMA PENYAKIT

Bunaiyah Honorita Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu Jl. Irian Km.6,5 Bengkulu 38119

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani.

PENDAHULUAN. Petunjuk Teknis Lapang PTT Padi Sawah Irigasi...

PENGARUH PERBAIKAN PENERAPAN TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI TERHADAP PENDAPATAN PETANI DI KELURAHAN TABA PENANJUNG KABUPATEN BENGKULU TENGAH ABSTRAK

DENGAN HIBRIDA HASIL PRODUKSI PADI MENINGKAT

1. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nanggroe Aceh Darussalam 2. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu ABSTRACT

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Hal ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diiringi

VI. ANALISIS BIAYA USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KOTA BANGUN KECAMATAN KOTA BANGUN

Kata Kunci : Biaya Total, Penerimaan, Pendapatan, dan R/C.

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

59 ZIRAA AH, Volume 43 Nomor 1, Pebruari 2018 Halaman ISSN ELEKTRONIK

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian

III. METODE PENELITIAN. penelitian yang memusatkan diri pada pemecahan masalah-masalah yang ada pada

ANALISIS TITIK IMPAS USAHATANI KEDELAI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Cara Penggunaan Pupuk Organik Powder 135 untuk tanaman padi

BAB III METODE PENELITIAN. PTT Padi Sawah. Penelitian ini dilakukan di Poktan Giri Mukti II, Desa

III. BAHAN DAN METODE

KELAYAKAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN MELALUI PENDEKATAN PTT

Oleh : Koiman, SP, MMA (PP Madya BKPPP Bantul)

SURYA AGRITAMA Volume I Nomor 1 Maret 2012 KERAGAAN USAHATANI PADI SAWAH PETANI GUREM DI DESA MLARAN KECAMATAN GEBANG KABUPATEN PURWOREJO

VII ANALISIS PENDAPATAN

MINAT PETANI TERHADAP KOMPONEN PTT PADI SAWAH PENDAHULUAN

ANALISIS BIAYA, PENDAPATAN DAN R/C USAHATANI JAHE ( Zingiber officinale ) (Suatu Kasus di Desa Kertajaya Kecamatan Panawangan Kabupaten Ciamis)

PENGELOLAAN TERPADU PADI SAWAH (PTPS): INOVASI PENDUKUNG PRODUKTIVITAS PANGAN

TATA CARA PENELITIN. A. Tempat dan Waktu Penelitian. B. Bahan dan Alat Penelitian

III. METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Metode Penelitian

KERAGAAN USAHATANI MINA PADI

EVALUASI PETANI PESERTA PROGRAM SEKOLAH LAPANGAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (SL - PTT) PADI DI KABUPATEN NGAWI TESIS

ANALISIS USAHA TANI BEBERAPA VARIETAS PADI DENGAN MENGGUNAKAN REVENUE COST RATIO (R/C RATIO) Untari 1) ABSTRACT PENDAHULUAN

Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah di Jakarta

Asda Rauf; Amelia Murtisari Jurusan Agribisnis Fakultas Ilmu-Ilmu Pertanian Universitas Negeri Gorontalo

DAMPAK PENERAPAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SAWAH

III. METODE PENELITIAN. A. Definisi Operasional, Pengukuran, dan Klasifikasi. yang digunakan dalam penelitian ini untuk mendapatkan data yang

I. PENDAHULUAN. Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT

Abstrak

TINJAUAN PUSTAKA. Padi merupakan salah satu komoditas strategis baik secara ekonomi, sosial

I. PENDAHULUAN. bermata pencarian sebagai petani (padi, jagung, ubi dan sayur-sayuran ). Sektor

METODE PENELITIAN. status suatu gejala yang ada. Data dikumpulkan disusun, dijelaskan dan kemudian

Menembus Batas Kebuntuan Produksi (Cara SRI dalam budidaya padi)

Oleh: 1 Haris Hermawan, 2 Soetoro, 3 Cecep Pardani

PENDAHULUAN. Latar Belakang. pembangunan pertanian dan sebagai makanan utama sebagian besar masyarakat

I. PENDAHULUAN. Tanaman pangan adalah segala jenis tanaman yang di dalamnya terdapat

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Kaca Laboratorium Lapang Terpadu

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Umur, Tingkat Pendidikan, dan Pengalaman berusahatani

TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI SISTEM TANAM BENIH LANGSUNG (TABELA) DI LAHAN SAWAH IRIGASI PROPINSI DAERAH ISTIMEWA ACEH PENDAHULUAN

ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN USAHATANI PADI DI KABUPATEN KARANGANYAR COST AND REVENUE ANALYSIS OF RICE FARMING IN KARANGANYAR REGENCY

ANALISIS USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KEMUNING MUDA KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK

ANALISIS USAHATANI JAGUNG (Zea Mays L) (Suatu kasus di Desa Pancawangi Kecamatan Pancatengah Kabupaten Tasikmalaya)

EFISIENSI USAHATANI PADI BERAS HITAM DI KABUPATEN KARANGANYAR

Oleh: Teti Tresnaningsih 1, Dedi Herdiansah S 2, Tito Hardiyanto 3 1,2,3 Fakultas Pertanian Universitas Galuh ABSTRAK

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. METODELOGI PENELITIAN. untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PENANGKARAN BENIH PADI BERSERTIFIKAT PADA PETANI MITRA DAN NON MITRA

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III TATALAKSANA TUGAS AKHIR

Inovasi Pertanian Sumatera Selatan Mendukung Swasembada Beras Nasional

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

V. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. aktivitas dan produktivitas kerja. Jumlah petani pada pola tanam padi-ubi

PENGGUNAAN BERBAGAI PUPUK ORGANIK PADA TANAMAN PADI DI LAHAN SAWAH IRIGASI

Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN :

Peran dan Kontribusi Hand Tractor terhadap Efisiensi Usahatani di Banten

ANALISIS PENDAPATAN PETANI PADI LAHAN RAWA LEBAK DI KABUPATEN MUKO-MUKO, PROVINSI BENGKULU. Ahmad Damiri dan Herlena Budi Astuti

METODE PENELITIAN. merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi

KELAYAKAN DIVERSIFIKASI USAHATANI SAYURAN Asep Irfan Fathurrahman 1) Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

TEKNIK BUDIDAYA PADI DENGAN METODE S.R.I ( System of Rice Intensification ) MENGGUNAKAN PUPUK ORGANIK POWDER 135

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data

BUDI DAYA PADI SRI - ORGANIK

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).

Pupuk Organik Powder 135 (POP 135 Super TUGAMA)

ANALISIS USAHATANI KACANG PANJANG (Vigna sinensis L.) VARIETAS PARADE (Studi Kasus di Kelurahan Pataruman Kecamatan Pataruman Kota Banjar)

JIIA, VOLUME 5 No. 1 FEBRUARI 2017

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan STIPER Dharma Wacana Metro,

METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian kelayak usahatani dengan

SISTEM BUDIDAYA PADI GOGO RANCAH

Prospek Produksi Benih Sumber Jagung Komposit di Provinsi Sulawesi Utara

BAB III METODE PENELITIAN

KELAYAKAN USAHATANI KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) DAN KEDELAI (Glycine max L.) Muh. Fajar Dwi Pranata 1) Program Studi Agribisnis Fakultas

SISTEM TANAM PADI JAJAR LEGOWO

PENDAHULUAN Latar Belakang

Tabel 1. Pengukuran variabel tingkat penerapan usahatani padi organik Indikator Kriteria Skor 1. Pemilihan benih a. Varietas yang digunakan

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

Petunjuk Teknis Budidaya Tanaman Padi Hibrida

KAJIAN PENINGKATAN PRODUKSI PADI GOGO MELALUI PEMANFAATAN LAHAN SELA DI ANTARA KARET MUDA DI KABUPATEN KUANTAN SINGINGI PROVINSI RIAU

PRODUKSI DAN KONSUMSI BERAS PADA TINGKAT KELUARGA TANI (Studi Kasus di Desa Bukit Raya Kecamatan Tenggarong Seberang Kabupaten Kutai Kertanegera)

Kajian Peningkatan Intensitas Tanaman Padi Sawah Di Sulawesi Tengah (APBN) Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan, perkebunan, kehutanan, perikanan dan peternakan dengan tujuan

Oleh : 1 Ahmad Jaelani Siddik, 2 Soetoro, 3 Cecep Pardani

DAMPAK TEKNOLOGI MULSA PLASTIK TERHADAP PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI TOMAT

5. PEMBAHASAN 5.1. Penerimaan Kotor Varietas Ciherang, IR-64, Barito Dan Hibrida

Transkripsi:

KERAGAAN USAHATANI PADI SAWAH SISTEM PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) ( Kasus pada Kelompok Tani Cigaru Desa Papayan Kecamatan Jatiwaras Kabupaten Tasikmalaya ) Kaniawati 1) Program Studi Agribisnis Fakultas pertanian Universitas Siliwangi D. Yadi Heryadi 2) Fakultas Pertanian Univerrsitas Siliwangi heryadiday63@yahoo.co.id Hj. Rina Nuryati 3) Fakultas Pertanian Univerrsitas Siliwangi rinarudi@y.mail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Keragaan Usahatani Padi Sawah Sistem Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) di Kelompok Tani Cigaru Desa Papayan Kecamatan Jatiwaras Kabupaten Tasikmalaya, melalui pendekatan karakteristik Petani responden, teknik budidaya dan pendapatan usaha tani padi sawah Sistem PTT. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Studi Kasus. Hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut ; karakteristik petani responden meliputi; umur petani responden rata-rata 55 tahun masih termasuk kategori usia produjtif; pendidikan petani dominan tamatan SD; jumlah tanggungan keluarga petani responden rata-rata 4 orang dan luas lahan yang diusahakan petani responden rata-rata 34,92 bata. Rata-rata biaya yang dikeluarkan dalam satu periode produksi (4 bulan) Rp. 853.496,98 dan penerimaan yang diterima Rp. 1.372.800,00 sehingga memperoleh pendapatan sebesar Rp. 519.303,02. Rata-rata R/C rasio pada usaha tani padi sawah Sistem PTT adalah sebesar 1,60 artinya kegiatan usaha tani padi sawah Sistem PTT yang dijalankan oleh kelompok tani Cigaru layak dan menguntungkan. Kata Kunci: Keragaan, Sistem PTT, Usahatani, R/C ratio ABSTRACT This research aims to know the Performance of Integrated Management System of Rice Farming in the Cigaru Farmer group in Papayan, Jatiwaras-Tasikmalaya, through the approach farmers characteristics, techniques of cultivation and rice farming profit. The research method used in this study was the case study method. The results of the research can be summarized as follows; characteristics of the respondent farmers include: age of the respondent farmers an average of 55 years old, it was still productive age category; predominantly farmers who completed primary

school education; number of dependents the respondent of farmers an average of 4 people, and a land area cultivated average farmer respondents was 34.92 average acre. The average of cost incurred in a period of production (4 months) was Rp. 853,496.98 and revenue was Rp. 1,372,800.00, so that obtained profit was Rp. 519,303.02. The average R-C ratio in the integrated crop management system of rice farming was equal to 1.60. It s means that the integrated management system of rice farming that was done by the Cigaru farmer groups was visible and profitable. Key Word: Performance, PTT System, Farm, R/C ratio. I. PENDAHULUAN Latar Belakang Beras merupakan komoditas pertanian yang bernilai strategis, hal ini berkaitan dengan kenyataan bahwa beras merupakan makanan pokok hampir seluruh penduduk Indonesia.Kebutuhan bahan pangan terutama beras akan terus meningkat sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk. Namun dilain pihak upaya peningkatan produksi beras saat ini terganjal oleh berbagai kendala, seperti terjadinya konversi lahan sawah subur yang masih terus berjalan, penyimpangan iklim (anomali iklim), gejala kelelahan teknologi (technology fatique), penurunan kualitas sumberdaya lahan (soil sickness) yang berdampak terhadap penurunan dan atau pelandaian produktivitas. Pencapaian swasembada berkelanjutan khususnya swasembada pada sub sektor tanaman pangan rentan terhadap fenomena variabel dan perubahan iklim, sehingga diperlukan antisipasi untuk mencapai target tersebut. Kartaatmadja dan Fagi (2000) menyatakan bahwa penanganan masalah secara parsial yang telah ditempuh selama ini ternyata tidak mampu mengatasi masalah yang kompleks dan juga tidak efisien. Optimasi produktivitas padi di lahan sawah merupakan salah satu peluang peningkatan produksi gabah nasional. Hal ini sangat dimungkinkan bila dikaitkan dengan hasil padi pada agroekosistem ini masih beragam antar lokasi dan belum optimal. Rata-rata produktivitas hasil padi yang dicapai saat ini 4,7 ton/ha, sedangkan potensinya dapat mencapai 6 7 ton/ha. Belum optimalnya produktivitas padi di lahan sawah, antara lain disebabkan oleh; a) rendahnya efisiensi pemupukan; b) belum efektifnya pengendalian hama penyakit; c) penggunaan benih kurang bermutu dan varietas yang dipilih kurang adaptif; d) kahat hara K dan unsur mikro; e) sifat fisik

tanah tidak optimal; f) pengendalian gulma kurang optimal (Makarim, A.K., U.S. Nugraha dan U.G. Kartasasmita, 2000) Pengelolaan Tanaman Terpadu (Integrated Crop Management) atau lebih dikenal PTT pada padi sawah, merupakan salah satu model atau pendekatan pengelolaan usahatani padi, dengan mengimplementasikan berbagai komponen teknologi budidaya yang memberikan efek sinergis. PTT menggabungkan semua komponen usahatani terpilih yang serasi dan saling komplementer, untuk mendapatkan hasil panen optimal dan kelestarian lingkungan (Sumarno,I.G. Ismail dan S. Partohardjono. 2000). Model PTT terdiri dari beberapa komponen teknologi budidaya yang sinergis, yang dapat diterapkan sesuai kondisi agroekosistem, antara lain adalah; (a) perlakuan benih; (b) pemilihan varietas; (c) penanaman tunggal bibit muda; (c) jarak tanam lebih rapat; (d) sistem pengairan; (e) penggunaan bahan organik; (f) penggunaan bagan warna daun dan uji tanah dalam pemupukan; (g) pengendalian gulma dengan gosrok. Implementasi model ini dilaporkan dapat meningkatkan hasil padi dari sekitar 5,6 menjadi 7,3 9,6 ton/ha, dan pendapatan petani meningkat dari Rp, 1,6 juta menjadi Rp. 4,1 juta/ha (Puslitbangtan, 2000). Pemerintah berupaya untuk meningkatkan produksi padi sawah ialah dengan menerapkan Sistem Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT), salah satunya telah diterapkan di kelompok tani Cigaru Desa Papayan Kecamatan Jatiwaras. Pengelolaan usahatani padi sawah melalui PTT diharapkan mampu meningkatkan produktivitas dan efisiensi usahatani padi yang selanjutnya memberi dampak terhadap peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani. Akan tetapi sebagai pendekatan baru dalam pengenalan teknologi pertanian, maka perlu diteliti keragaan usahataninya khususnya di kelompok Tani Cigaru Desa Papayan Kecamatan Jatiwaras. Berdasarkan hal tersebut, maka masalah dapat diidentifikasikan : Bagaimanakah keragaan Usahatani padi sawah Sistem Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) yang dilaksanakan di kelompok Tani Cigaru Desa Papayan Kecamatan Jatiwaras Kabupaten Tasikmalaya? Berdasarkan identifikasi masalah tersebut diatas maka, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui keragaan Usahatani Padi sawah Sistem Pengelolaan Tanaman

Terpadu (PTT) yang dilaksanakan di kelompok Tani Cigaru Desa Papayan Kecamatan Jatiwaras Kabupaten Tasikmalaya. II. METODE PENELITIAN Penelitian menggunakan metode Studi Kasus. Metode ini bermaksud menggali informasi secara mendalam aspek-aspek teknis dan finansial salah satu kelompok tani padi sawah yang menjalankan sistem Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) dalam menjalankan usahataninya. Penelitian dilakukan pada kelompok Tani Cigaru Desa Papayan Kecamatan Jatiwaras Kabupaten Tasikmalaya dengan pertimbangan spesifik bahwa Kelompok Tani ini adalah Kelompok Tani yang melakukan Sistem Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT). Jenis data yang digunakan terdiri dari data primer dan data sekunder. Untuk menggambarkan keadaan kelompok, diambil 5 (lima) orang petani sebagai responden yang dipilih secara Purposive (sengaja). Operasionalisasi Variabel Variabel-variabel yang digunakan untuk mengevaluasi keragaan usahatani Padi Sawah Sistem Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) diuraikan sebagai berikut : a) Penerimaan, adalah jumlah uang hasil penjualan produk fisik dikalikan harga per satuan produk. Untuk mengukur penerimaan dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mengalikan jumlah produksi padi dengan harga jual. Penerimaan dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp) b) Pendapatan adalah hasil pengurangan penerimaan dengan biaya produksi, dinyatakan dalam satuan rupiah (Rp) c) Biaya Produksi adalah seluruh keluaran yang terjadi untuk mendukung proses produksi. Biaya produksi dibagi menjadi dua kategori yaitu biaya tetap dan biaya variabel. 1. Biaya tetap (fixed cost) yaitu biaya yang besar kecilnya tidak dipengaruhi oleh besar kecilnya volume produksi dan sifatnya tidak habis dalam satu periode produksi. Biaya tetap yang menjadi fokus analisis adalah : (a). Pajak bumi dan bangunan dihitung dalam satuan hektar dan dinilai dalam rupiah (Rp/ha).

(b). Penyusutan alat dinilai dalam satuan rupiah per periode produksi. Untuk menghitung besarnya penyusutan alat ini digunakan metode garis lurus dengan rumus sebagai berikut : Penyusutan alat = nilai beli nilai sisa umur ekonomis (c) Bunga modal dihitung berdasarkan bunga bank yang berlaku pada saat penelitian dan dinilai dihitung dengan persen per periode produksi. 2. Biaya Variabel (variable costs) yaitu biaya-biaya yang besar kecilnya tergantung pada besar kecilnya volume produksi. Biaya variabel yang dianalisis terdiri dari : Benih, adalah jumlah penggunaan benih padi yang ditanam dinyatakan dalam satuan kilogram dan dinilai dalam satuan rupiah (Rp/kg). Pupuk anorganik, adalah jumlah penggunaan pupuk anorganik dalam usahatani, dihitung dalam satuan kilogram dan dinilai dalam satuan rupiah (Rp/kg); Pupuk organik, adalah jumlah penggunaan pupuk organik, dihitung dalam satuan kilogram dan dinilai dalam satuan rupiah (Rp/kg); Pestisida, adalah jumlah penggunaan pestisida untuk OPT dihitung dalam satuan liter dan dinilai dalam satuan rupiah (Rp/lt); Tenaga kerja dihitung dalam satuan hari orang kerja (Hari orang kerja Pria, Hari orang Perempuan dan Traktor) dan dinilai dalam satuan rupiah per periode produksi (Rp/HOK) Kerangka Analisis Keragaan teknis untuk usahatani padi sawah sistem PTT di Kelompok Tani Cigaru dilakukan melalui pendekatan deskriptif dari penatalaksanaan usahatani yang dianjurkan dalam model sistem PTT yang di lakukan oleh petani responden. Keragaan dari aspek finansial usaha tani padi sawah sistem PTT, dilakukan melalui pendekatan R/C (Revenue Cost ratio) diukur berdasarkan perbandingan antara penerimaan dengan biaya-biaya dalam satu kali periode produksi ( Soekartawi, 2002 ). Berdasarkan hasil rumusan tersebut, maka : (a) R/C > 1; artinya kegiatan usahatani padi sistem PTT yang dijalankan layak dan menguntungkan.

(b) R/C = 1 artinya kegiatan usahatani padi sistem PTT yang dijalankan tidak untung atau tidak rugi. Dalam keadaan seperti ini aktivitas usaha masih layak untuk dijalankan sambil berupaya untuk meningkatkan efisiensi penggunaan biaya. (c) R/C < 1; artinya kegiatan usahatani padi sistem PTT yang dijalankan tidak layak dan tidak menguntungkan. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Kelompok Tani Cigaru Desa Papayan Kecamatan Jatiwaras Kabupaten Tasikmalaya. III. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Petani Responden Karakteristik petani khususnya yang mengusahakan komoditas padi ditentukan oleh beberapa identitas yaitu rata-rata usia petani, tanggungan keluarga, tingkat pendidikan petani dan luas lahan yang diusahakan (Dian Firdaus dan Alan Rachmat S.,2009). Hasil penelitian tentang identitas responden meliputi rata-rata usia, tanggungan keluarga, pendidikan dan luas lahan yang dimiliki selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Identitas Petani Responden Kelompok Tani Cigaru Desa Papayan Kecamatan Jatiwaras Kabupaten Tasikmalaya No. Identitas Petani Responden Rata-rata 1. Usia 55 tahun 2. Tanggungan keluarga 4 orang 3. Pendidikan dan pengalaman usahatani Sekolah Dasar (SD) 4. Luas lahan dan kepemilikan lahan 34,92 bata A. Usia Petani Responden Faktor usia petani merupakan salah satu indikator kuat yang dapat dijadikan dasar dalam mengukur sampai sejauhmana dukungan produktivitas tenaga kerja khususnya tenaga kerja keluarga terhadap pengelolaan usahataninya. Berdasarkan Tabel 1 diketahui bahwa rata-rata usia petani responden di kelompok tani Cigaru Desa

Papayan Kecamatan Jatiwaras adalah 55 tahun, merujuk kepada pendapat Said Rusli (1984) maka usia petani responden berada pada usia produktif. Sehingga diharapkan dengan usia produktif ini, petani responden akan dapat meningkatkan kinerja usaha taninya. Sisi lain dari kondisi ini adalah adanya kecenderungan kegagalan regenerasi sumberdaya manusia (petani) dan turunnya minat generasi muda terhadap usahatani. B. Tanggungan Keluarga Petani Responden Anggota keluarga secara fungsional dapat dimanfaatkan sebagai modal sumberdaya/tenaga kerja pendukung fisik dan moril juga sekaligus sebagai beban tanggungan keluarga sehingga pada akhirnya akan mempengaruhi ekonomi keluarga. Hasil penelitian di Kelompok Tani Cigaru Desa Papayan Kecamatan Jatiwaras Kabupaten Tasikmalaya menunjukkan bahwa jumlah tanggungan keluarga petani responden rata-rata 4 orang (Tabel 1). Diharapkan semakin banyak tanggungan keluarga yang dimiliki petani responden akan dapat memotivasi petani untuk berkerja lebih giat lagi untuk memenuhi kebutuhan ekonominya. C. Pendidikan Petani Responden Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan diketahui bahwa Pendidikan petani responden yang ada di kelompok tani Cigaru Desa Papayan Kecamatan Jatiwaras Kabupaten Tasikmalaya seluruhnya adalah tamatan tamat Sekolah Dasar (SD) (Tabel 1). Pendidikan petani merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kecepatan proses adopsi atau diseminasi inovasi teknologi dan metode diseminasi yang diterapkan. Seorang petani yang mempunyai pendidikan tinggi cenderung akan lebih terbuka menerima teknologi baru dalam berusaha taninya sehingga mereka mau mencoba dan menerapkannya dengan harapan produksi taninya akan lebih meningkat dan menguntungkan. Berbeda dengan petani yang pendidikannya rendah, selalu merasa takut mencoba hal-hal yang baru meskipun hal itu baik untuk usaha taninya. Sementara itu berdasarkan pengalaman berusahatani yang rata-rata sudah 5 tahun 6 bulan cukup sebagai acuan dalam usahatani yang diusahakannya.

D. Luas lahan yang diusahakan Petani Responden Berdasarkan hasil penelitian dari kepemilikan lahan yang diusahakan adalah milik sendiri dan diketahui rata-rata lahan yang diusahakan oleh petani responden seluas 34,92 bata. Luas lahan yang dikelola ini akan sangat menentukan jumlah pendapatan petani dari usahataninya, kecenderungannya semakin luas lahan yang diusahakan harapannya akan dapat dikelola secara lebih efisien dan lebih menguntungkan. Teknis Budidaya padi Sistem PTT A. Pemilihan Varietas Varietas merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil tanaman. Pada dasarnya hasil gabah ditentukan oleh tiga faktor utama, yaitu faktor tanah, tanaman dan lingkungan (iklim). Faktor lingkungan (iklim) merupakan faktor yang tidak dapat diubah oleh manusia seperti radiasi matahari, curah hujan, suhu udara, dll, sementara itu faktor tanah dan tanaman dapat dimodifikasi agar cocok untuk pertumbuhan dan hasil tanaman. Faktor tanah diupayakan dengan membuat kondisi yang cocok untuk tanaman padi seperti penambahan pupuk organik, irigasi berselang sehingga suplai oksigen untuk perkembangan perakaran menjadi lebih optimal, sementara faktor tanaman dimodifikasi melalui varietas berdaya hasil tinggi, respon terhadap pupuk, daun tanaman tegak sehingga dapat menangkap sinar matahari lebih banyak dan batang yang kokoh. Varietas padi yang digunakan oleh petani responden adalah varietas Ciherang, varietas ini selain adaptif dengan iklim serta tahan terhadap hama penyakit, varietas ini juga di anjurkan oleh Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat untuk ditanam pada Musim Tanam (MT) 2011. B. Persiapan Benih/Bibit Pengolahan tanah pertama dilakukan untuk persemaian, sehari sebelum ditebarkan benih direndam dalam air garam dapur dengan konsentrasi 30 gram per liter air. Benih direndam pada larutan tersebut selama 30 menit, benih yang mengapung dibuang sedangkan benih yang tenggelam dijadikan sebagai benih yang siap untuk

disebar. Tujuan perendaman dalam air garam adalah untuk mengetahui kebernasan dan daya tumbuh benih. Benih setelah direndam dalam larutan garam dimasukan ke dalam air bersih selama 24 jam sebelum ditebar ke media persemaian. Media persemaian merupakan campuran tanah dengan pupuk kandang/organik agar pada saat tanam pindah menjadi lebih mudah. Persemaian diberi alas daun pisang atau plastik agar akar bibit padi tidak putus, benih ditebar pada persemaian secara merata. Pada saat penanaman, bibit di persemaian dicabut dengan hati-hati untuk menjaga supaya akar tidak putus/rusak. C. Tanam Pindah Tanam pindah dilakukan oleh petani responden pada umur 12 hari setelah semai, tujuannya agar pembentukan anakan menjadi lebih optimal. Indikator bibit siap untuk ditanam apabila daun tanaman sudah mencapai 4 helai, hal ini sesuai dengan anjuran teknis yang diberikan Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat tahun 2011. Penanaman dilakukan menggunakan model Legowo 3:1 dengan jumlah bibit per lubang tanam sebanyak 3 bibit, jarak tanam 25 cm dalam baris dan 50 cm antar baris. Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat (2011), menyatakan beberapa kelebihan cara tanam Legowo adalah : (a) hasil gabah lebih tinggi, (b) cara tanam legowo memanfaatkan asas pengaruh barisan pinggir dimana pertumbuhan tanaman pinggir lebih bagus dibanding tanaman tengah, (c) tanam dengan cara legowo pada tahap awal lebih terang, kondisi demikian tidak disukai tikus sehingga serangan tikus pada tanaman dapat dihindari, (d) memudahkan penyiangan dan pemupukan, (e) efisiensi pemberian pupuk karena pupuk jatuh pada barisan tanaman, (f) pada saat fase pengeringan gabah daun bendera pada pertanaman Legowo masih tegak sementara gabah pada malai sudah merunduk, kondisi demikian tidak disukai oleh burung, sehingga terhindar dari serangan burung, dan (h) memudahkan dalam pelaksanaan pemeliharaan.

D. Pemeliharaan 1) Penyulaman Penyulaman dimaksudkan untuk mengganti rumpun yang mati atau kurang baik pertumbuhannya, agar diperoleh populasi tanaman yang optimum. Penyulaman dilakukan sebanyak satu kali dan disesuaikan dengan kondisi lapangan, yaitu sekitar satu minggu setelah tanam dengan menggunakan sisa bibit yang masih ada 2) Penyiangan Pertanaman diusahakan bebas dari gulma, untuk itu dilakukan penyiangan. Penyiangan dilakukan oleh petani responden dengan menggunakan tangan. Cara ini memberikan hasil terbaik dibandingkan dengan menggunakan gosrok, karena dengan cara manual ini tidak mengganggu sistem perakaran tanaman. 3) Pengairan Sejak tanaman ditanam sampai fase primordia bunga (40 hari setelah tanam) petani responden mengairi lahan sawahnya secara macak-macak. Hal ini ditujukan agar tanaman dapat membentuk anakan dalam jumlah optimal dan akar tanaman memperoleh oksigen yang cukup, karena oksigen sangat diperlukan oleh akar agar mampu menembus ke lapisan tanah yang lebih dalam untuk mendapatkan hara yang lebih banyak. 4) Pemupukan Pada dasarnya pupuk merupakan sumber unsur hara bagi tanaman, petani responden menggunakan dua jenis pupuk yaitu pupuk anorganik dan pupuk organik. Waktu pemupukan yang dilakukan petani responden ada tiga tahap yaitu, pupuk organik diberikan pada saat pengolahan tanah sedangkan pupuk anorganik diberikan 15 hari setelah tanam sebanyak 50 persen (21,3 kg) untuk pemupukan pertama dan pemupukan ke dua diberikan 35 hari setelah tanam sebanyak 50 persen (21,3 kg) sesuai dengan spesifik lokasi. Guna mendapatkan hasil gabah yang tinggi dengan kesuburan tanahnya tetap terjaga, maka pemberian pupuk dikombinasikan antara pupuk anorganik dengan pupuk organik. Kekurangan pada pupuk organik dapat dipenuhi dari pupuk anorganik, sebaliknya kekurangan pupuk anorganik dapat dipenuhi oleh pupuk organik.

5) Pengendalian Hama dan Penyakit Pengendalian hama penyakit di Kelompok Tani Cigaru dilakukan dengan mengintegrasikan komponen-komponen pengendalian seperti: (a) menggunakan varietas tahan hama/penyakit, (b) menggunakan bibit sehat, (c) menggunakan pola tanam legowo, (d) rotasi tanaman seperti padi-padi-kedelai, (e) waktu tanam yang sesuai dan serempak, (f) sanitasi lingkungan, (g) pemupukan sesuai dengan kebutuhan (h) penerapan irigasi berselang (macak-macak) dan (i) meningkatkan peran musuh alami, hal ini sesuai dengan rekomendasi dari Distanprov Jabar. 2011. 6) Panen dan pasca panen Pemanenan yang dilakukan petani responden sudah sesuai dengan anjuran Dinas Pertanian yaitu pemanenan gabah dilakukan apabila gabah sudah 90 persen berubah warna dari hijau menjadi kuning atau ditentukan berdasarkan umur, maka panen dilakukan pada umur 110-115 hari setelah sebar. Panen dapat dilakukan dengan menggunakan sabit bergerigi dan sebagai alat penunjangnya adalah terpal. Padi/ gabah dijemur untuk menurunkan kadar air hingga + 14 persen, bersamaan dengan penjemuran padi/gabah dibersihkan dari bulir yang tidak berisi kemudian dikemas dengan menggunakan karung yang ukurannya disesuaikan. Analisis Usahatani Padi Sawah Sistem PTT 1) Rata-rata Biaya Produksi Biaya produksi usaha padi sawah sistem PTT adalah pengeluaran uang untuk keperluan pengadaan faktor-faktor produksi dalam menjalankan usahatani yang secara garis besar dibagi kedalam dua macam yaitu biaya tetap dan biaya variabel. A. Rata-rata Biaya Tetap Biaya tetap (fixed cost) yaitu biaya yang besar kecilnya tidak dipengaruhi oleh besar kecilnya volume produksi dan sifatnya tidak habis dalam satu periode produksi ( Ken Suratiyah, 2006 ), dalam penelitian ini terdiri dari pajak lahan (PBB), penyusutan alat dan bunga modal biaya tetap per periode produksi dengan satuan rupiah (Tabel 2).

Tabel. 2. Rata-rata Biaya Tetap Usaha Padi Sawah Sistem PTT Per 34,92 bata (0,05Ha) No Jenis Biaya Tetap Rata-rata Biaya Tetap (Rp) 1 Pajak lahan (PBB) 1.666,67 2 3 Penyusutan Alat Bunga modal Sumber : Data Primer, 2012 \ 13.008,32 1.173,99 Jumlah 15.848,98 Pajak lahan (PBB) sangat tergantung kepada luas lahan yang diusahakan, pada lokasi penelitian diketahui ada pengaturan batas minimal wajib pajak (50 Bata). Pajak lahan dihitung dari besarnya PBB selama satu tahun sebesar Rp. 5.000 dibagi satu periode produksi (4 bulan) sehingga diketahui rata-rata jumlah biaya untuk PBB sebesar Rp 1.666,67/musim tanam. Penyusutan alat dihitung untuk satu periode produksi (4 bulan), penyusutan ini dihitung berdasarkan selisih antara nilai beli dengan nilai sisa dibagi dengan umur ekonomis. Biaya rata-rata untuk penyusutan alat diketahui sebesar Rp. 13.008,32 Bunga modal dihitung berdasarkan bunga bank yang berlaku pada saat penelitian dan dinilai dengan persen per periode produksi. Besarnya bunga bank yang digunakan adalah di BRI yaitu sebesar 24 persen per tahun, maka untuk satu periode produksi biaya bunga modal adalah dihitung 2 persen per bulan dikali satu kali periode produksi (4 bulan), sehingga diperoleh nilai sebesar Rp. 1.173,99/ musim. B. Rata-rata Biaya Variabel Biaya Variabel (variable costs) yaitu biaya-biaya yang besar kecilnya tergantung pada besar kecilnya volume produksi ( Ken Suratiyah, 2006). Biaya variabel pada usahatani padi sawah sistem PTT yang diteliti meliputi : biaya untuk pembelian benih, pembelian pupuk dan biaya tenaga kerja. Besarnya biaya variabel yang dikeluarkan satu periode produksi (4 bulan) dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Rata-rata Biaya variabel usaha tani padi sawah Sistem PTT Per 34,92 bata (0,05 Ha) No Jenis biaya variabel Rata-rata biaya variabel (Rp) 1 Benih Padi 9.600,00 2 Pupuk anorganik 106.000,00 3 4 5 Pupuk organic Tenaga kerja Bunga modal variabel 40.000,00 620.000,00 62.048,00 Jumlah 837.648,00 Sumber : Data primer, 2012 Biaya yang dikeluarkan untuk pembelian benih padi rata-rata Rp. 9.600.- dengan harga satuan Rp. 6.000.-/Kg, pembelian pupuk anorganik yang terdiri dari Urea, SP-36 dan Ponska rata-rata Rp. 106.000.- dengan harga satuan Urea antara Rp. 2.000.- Rp 2.500.-/Kg, SP-36 Rp. 3.000.-/Kg, Ponska Rp. 3.000.-/Kg dan pembelian Pupuk Organik rata-rata Rp. 40.000.- dengan harga satuan antara Rp. 500.- 1.000.-/Kg. sedangkan besarnya upah tenaga kerja rata-rata di hitung untuk satu hari orang kerja perempuan Rp. 20.000.- dan satu hari orang kerja laki-laki Rp. 25.000.- untuk upah jasa mesin pengolah tanah (traktor) antara Rp. 100.000 Rp. 150.000.- Bunga modal dihitung berdasarkan bunga yang berlaku di BRI yaitu sebesar 24 Persen per tahun, sehingga diperoleh bunga modal sebesar Rp. 62.048,00 Per periode produksi. C. Rata-rata Biaya Total Biaya total adalah penjumlahan antara biaya tetap dengan biaya variabel. Besarnya rata-rata biaya total untuk usahatani padi sawah sistem PTT dapat dilihat pada Tabel 4. Berdasarkan data pada Tabel 4 diketahui bahwa rata-rata biaya total usahatani padi sawah Sistem PTT adalah sebesar Rp. 853.496,98 sebagian besar biaya total yaitu sekitar 98,40 persen digunakan untuk pengeluaran biaya variabel.

Tabel 4. Rata-rata biaya total usaha tani padi sawah Sistem PTT Per 34,92 bata (0,05 Ha) No Jenis Biaya Rata-rata biaya total (Rp) 1 Biaya Tetap 15.848,98 2 Biaya Variabel 837.648,00 Sumber : Data primer, 2012 Jumlah 853.496,98 2) Rata-rata Penerimaan Usaha Tani Padi Sawah Sistem PTT Produksi rata-rata usaha tani padi sawah Sistem PTT dari rata-rata luas lahan 34,92 bata adalah 312 Kg GKG. Penerimaan usaha tani padi sawah Sistem PTT diperoleh dari perkalian antara hasil produksi dengan harga jual. Pada saat dilakukan penelitian harga padi gabah kering giling (GKG) ditingkat petani adalah Rp. 4.400/Kg (Rp. 440.000/Kw), sehingga diperoleh rata-rata penerimaan sebesar Rp. 1.372.800,00 dan biaya total Rp. 853.496,98 sehingga diperoleh R/C 1,60 3) Rata-rata Pendapatan Pendapatan diperoleh dengan menghitung penerimaan dikurangi biaya total. Maka berdasarkan rumusan tersebut diperoleh rata-rata pendapatan usahatani padi sawah Sistem PTT sebesar Rp. 519.303,02 (Tabel 5). Tabel 5. Rata-rata Pendapatan usaha tani padi sawahsistem PTT Per 34,92 bata (0,05 Ha) No Jenis Biaya Rata-rata Pendapatan (Rp) 1 Penerimaan 1.372.800,00 2 Biaya Total 853.496,98 3 Pendapatan 519.303,02 4 R/C 1,60 Sumber : Data primer, 2012 4) Kelayakan usaha tani padi sawah Sistem PTT Analisis yang digunakan untuk mengetahui tingkat kelayakan pada usaha tani padi sawah sistem PTT ini dengan mengetahui imbangan antara total penerimaan dengan biaya total atau R/C. Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan rumusan R/C tersebut, diketahui bahwa rata-rata R/C pada usahatani padi sawah sistem PTT

adalah sebesar 1,60, artinya bahwa setiap satu rupiah biaya yang dikeluarkan akan memperoleh penerimaan sebesar Rp. 1,60 Memperhatikan R/C ratio tersebut maka dapat disimpulkan bahwa usahatani padi sawah sistem PTT yang diteliti layak dan menguntungkan untuk diusahakan karena nilai R/C nya lebih dari satu. Hasil ini sama dengan yang diperoleh D. Yadi Heryadi dan Enang Ruspandi (2002) pada penelitian R/C ratio usahatani padi sawah dengan pola PTT sebesar 1,60 sedangkan usahatani padi sawah dengan Sistem Konvensional memiliki R/C ratio sebesar 1,30 Kesimpulan R/C ratio ini sesuai dengan pendapat Soekartawi (2002) yang menyatakan bahwa apabila R/C nya > 1; artinya kegiatan usahatani yang dijalankan layak diusahakan dan menguntungkan. IV. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Karakteristik responden diketahui bahwa usia rata-rata adalah 55 tahun, dengan rata-rata jumlah tanggungan keluarga sebanyak 4 orang. Tingkat pendidikan seluruhnya tamat Sekolah Dasar (SD) dengan rata-rata lahan yang dikelola seluas 34,92 bata. 2. Usahatani dan teknik budidaya padi yang dilakukan responden sudah mengikuti anjuran Sistem PTT dari Dinas Pertanian. 3. Rata-rata biaya produksi yang dikeluarkan sebesar Rp. 853.496,98 yang terdiri dari rata-rata biaya tetap sebesar Rp. 15.848,98 dan rata-rata biaya variabel sebesar Rp. 837.648,00 Rata-rata penerimaan diperoleh sebesar Rp.1.372.800,00/luas lahan yang diusahakan, dengan rata-rata pendapatan sebesar Rp. 519.303,02/4 bulan. Pendapatan petani dari usahatani padi bukan merupakan mata pencaharian utama, hal ini dilakukan petani responden semata-mata hanya untuk memenuhi kebutuhan makanan pokok saja. 4. Usahatani padi Sistem PTT yang dilaksanakan responden petani layak dijalankan dan menguntungkan dengan R/C sebesar 1,60 B. Saran

Usahatani padi sawah sistem PTT bisa dijadikan pilihan dan dilakukan untuk memenuhi kebutuhan pangan dan sebagai sumber pendapatan.. Sistem PTT layak dijalankan, apabila bermaksud berusahatani padi sawah dengan tingkat produksi yang menguntungkan dapat dipilih sistem Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT). DAFTAR PUSTAKA Dian Firdaus dan Alan Rachmat, S Dinamika Produksi dan Produktivitas Padi Jawa Barat serta Karakteristik Faktor-faktor lain yang mempengaruhinya dalam buku Agribisnis Perberasan Jawa Barat, BPTP Jawa Barat Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2009. Bandung Distanprov Jawa Barat, 2011. Informasi Teknologi Budidaya Padi Hibrida. Bandung. D Yadi Heryadi dan Enang Ruspandi. 2009 Studi Komparatif Kelayakan Usaha Tani Padi Sawah pola PTT dan Konvensional. Jurnal Agribisnis Program Pasca Sarjana. Universitas Siliwangi.Tasikmalaya. Kartaatmaja dan Fagi. 2000 Pengelolaan Tanaman Terpadu : Konsep dan Penerapan, dalam Makarim et al. (eds). Tonggak kemajuan Teknologi Produksi Tanaman Pangan. Konsep dan strategi Peningkatan Produksi Pangan. Symposium Penelitian Tanaman Pangan IV. Bogor 22-24 Nopember 1999.Bogor Ken Suratiyah, 2006. Ilmu Usaha tani. Penebar Swadaya. Depok Makarim, A.K., U.S. Nugraha dan U.G. Kartasasmita, 2000 Teknologi Produksi Padi Sawah. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor. Puslitbangtan. 2000. Inovasi Tanaman Pangan dalam Memanpaatkan Ketahanan Pangan dan Mengembangan Agribisnis. Puslitbangtan Badan Litbang Pertanian. Bogor. Said Rusli, 1984. Pengantar Ilmu Kependudukan. LP3ES. Jakarta Soekartawi, 2002 Analisis Usahatani, Universitas Indonesia. Jakarta. Sumarno, I.G. Ismail dan S. Partohardjono. 2000 Konsep Usaha Tani Ramah Lingkungan. Dalam Makarim et al. (Eds). Prosiding Simposium Penelitian Tanaman Pangan IV. Tonggak Kemajuan Teknologi Produksi Tanaman Pangan. Konsep dan Strategi Peningkatan Produksi Tanaman Pangan IV. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Bogor