BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sumber dan Penggunaan Modal Kerja dalam Meningkatkan Profitabilitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kaitannya dengan operasional perusahaan sehari-hari. Modal kerja yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian Sumber Daya Perusahaan. 1) Sumber daya modal atau uang berhubungan dengan sejumlah uang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dikarenakan perkembangan teknologi yang semakin pesat dan makin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akan meningkatkan daya saing antar perusahaan. Perusahaan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk membiayai aktivitas perusahaan sehari-hari misalnya untuk membeli bahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Untuk membelanjai operasi perusahaan dari hari ke hari, misalnya untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Munawir (2010:2) yang dimaksud Laporan Keuangan yaitu :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA, HIPOTESIS, DAN RERANGKA PENELITIAN. Riyanto dalam Akhmad Sakhowi dan Mahirun (2011:2) manajemen keuangan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kinerja Keuangan 2.2. Laporan Keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. maksimal seperti yang telah ditargetkan, perusahaan dapat berbuat banyak bagi

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. investasi (Kasmir, 2012:114). Profitabilitas adalah kemampuaan perusahaan

BAB II KERANGKA TEORI. menjaga kelangsungan hidup usaha tersebut dimasa yang akan datang dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORITIS. dalamnya kas, sekuritas, piutang, persedian, dan dan dalam beberapa

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membayar upah buruh dan gaji pegawai serta biaya-biaya lainnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam era persaingan bisnis sekarang ini, modal merupakan salah satu faktor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. perusahaan untuk memperoleh keuntungan (profit) pada tingkat penjualan, aktiva,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan judul penelitian Analisis Optimalisasi Penggunaan Modal Kerja pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dapat pula dimaksudkan sebagai dana yang tersedia untuk membiayai kegiatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Modal Kerja. dan biaya-biaya lainnya, setiap perusahaan perlu menyediakan modal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Martono dan Harjito (2014:51) analisis laporan keuangan

II. LANDASAN TEORI. dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia. Menurut Brigham dan Houston,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Kondisi dunia bisnis sekarang ini menuntut perusahaan-perusahaan yang ada

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah pasar modal. Pasar modal efektif

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dilakukan oleh Santi Kumalasari (2008) yang berjudul Analisi Modal Kerja

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian dan Tujuan Laporan Keuangan. Menurut Kasmir (2011) yang dimaksud Laporan Keuangan yaitu :

II. LANDASAN TEORI. Perusahaan selalu membutuhkan modal kerja untuk membelanjai operasinya

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. tentang pengaruh kinerja keuangan terhadap harga saham.

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II LANDASAN TEORI. banyak bagi kesejahteraan pemilik, karyawan, serta meningkatkan mutu

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. defenisi dari modal kerja, kas, piutang dan persediaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. luas sebagai hak atau klaim terhadap pihak lain atas uang, barang dan jasa.

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Gitosudarmo (2002:81), piutang merupakan aktiva atau

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Laporan keuangan adalah media yang dapat dipakai untuk meneliti kondisi kesehatan

I. PENDAHULUAN. Setiap perusahaan memiliki tujuan untuk mencari profitabilitas. Profitabilitas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. studi kasus pada Koperasi Unit Desa Sumber Makmur Ngantang. Adapun hasil penelitian yang diperoleh menunjukan bahwa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Modal kerja secara tradisional diartikan sebagai dana yang tersedia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Industry) dan produk yang dihasilkan pun bermacam-macam dengan semakin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TELAAH PUSTAKA. perkembangan perusahaan tergantung dari cara pengelolaannya. Pengelolaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sawir (2005:129), modal kerja adalah keseluruhan aktiva lancar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lain. Terdapat beberapa pengertian atau definisi dari piutang berdasarkan

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. memanfaatkan sumber dana yang ada pada pengendaliannya. Untuk menjalankan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORITIS. Ketatnya persaingan dalam bidang perekonomian dan bidang bisnis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kelangsungan hidup perusahaan. Keberhasilan suatu perusahaan tidak hanya

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. dikemukakan adanya beberapa konsep, yaitu :

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebijakan dividen menjadi masalah menarik karena akan memenuhi harapan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Setiap pendiri perusahaan atau pemilik perusahaan pasti mengharapkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk memenuhi kebutuhan tersebut ikut menentukan sampai seberapakah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Setiap aktivitas yang dilaksanakan oleh individu maupun suatu lembaga

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. suatu proses untuk menghasilkan sesuatu (output) atau pencapaian suatu tujuan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada laporan keuangan PT.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Sebelum membahas dan menganalisis pokok permasalahan, terlebih

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat (investor) yang kemudian disalurkan kepada sektor-sektor yang

BAB 1 PENDAHULUAN. telah ditetapkan. Tujuan yang ditetapkan oleh perusahaan ada tujuan jangka pendek dan

BAB II LANDASAN TEORI

Transkripsi:

22 BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Menurut Munawir (2012:5) laporan keuangan adalah laporan keuangan itu terdiri dari neraca dan perhitungan rugi laba serta laporan perubahan modal, dimana neraca menunjukkan atau menggambarkan jumlah aktiva, hutang dan modal dari suatu perusahaan pada tanggal tertentu, sedangkan perhitungan (laporan) rugi laba memperlihatkan hasil-hasil yang telah dicapai oleh perusahaan serta biaya yang terjadi selama periode tertentu, dan laporan perubahan modal menunjukkan sumber dan penggunaan atau alasan-alasan yang menyebabkan perubahan modal perusahaan. Sedangkan menurut Baridwan (2008:17) laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan. Laporan keuangan memiliki tujuan masing-masing sesuai dengan kebijakan perusahaan dan harus diterapkan sesuai prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku. Pernyataan tersebut didukung pendapat oleh Harahap (2011:133), menggambarkan tujuan laporan keuangan dibagi menjadi dua, yaitu: 1. Tujuan Umum Menyajikan laporan posisi keuangan, hasil usaha, dan perubahan posisi keuangan secara wajar sesuai prinsip akuntansi yang diterima. 8

23 2. Tujuan Khusus Memberi informasi tentang kekayaan, kewajiban, kekayaan bersih, proyeksi laba, perubahaan kekayaan dan kewajiban, serta informasi yang relevan. 2.1.2 Modal Kerja Setiap perusahaan yang akan melakukan aktivitas selalu membutuhkan modal kerja. Modal kerja digunakan untuk membelanjai operasi dalam perusahaan sehari hari, misalnya untuk pembelian bahan baku. Modal yang dikeluarkan maupun modal yang diperoleh dari hasil penjualan produknya dalam waktu yang pendek, akan digunakan lagi untuk membiayai operasi selanjutnya. Untuk itu modal kerja yang digunakan akan tetap berputar setiap periode selama perusahaan masih manjalankan aktivitasnya. Menurut Basyaib (2007:123) modal kerja disebut sebagai modal kerja bersih, adalah aset lancar dikurangi utang lancar. Modal kerja adalah ukuran cadangan yang dimiliki perusahaan jika harus memenuhi kewajibannya dalam satu siklus operasi perusahaan. Sutrisno (2009:42) modal kerja adalah dana yang diperlukan oleh perusahaan untuk memenuhi kebutuhan operasional perusahan sehari-hari, seperti pembelian bahan baku, pembayaran upah, membayar hutang dan pembayaran lainnya. Mengenai definisi modal kerja, menurut Riyanto (2012:57) ada tiga konsep atau definisi yang menyebutkan tentang modal kerja yaitu: (1) Konsep kuantitatif; (2) Konsep kualitatif; dan (3) Konsep fungsional. Secara spesifik, modal kerja pada umumnya mempunyai tingkat keuntungan yang lebih rendah dibandingkan dengan investasi pada aktiva tetap.

24 Karena itu modal kerja yang kecil akan lebih menguntungkan perusahaan (profitabilitas meningkat). Sebaliknya, modal kerja yang terlalu kecil akan menaikkan risiko perusahaan (khususnya risiko likuiditas). Dari sudut pandang risiko, modal kerja yang lebih tinggi akan menguntungkan perusahaan, karena risiko menjadi lebih rendah (meskipun profitabilitas juga akan menurun) (Hanafi, 2011:520). 2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Modal Kerja. Menurut Hanafi (2011:521-522) faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat modal kerja adalah: 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi aktiva lancar Beberapa faktor mempengaruhi besarnya aktiva lancar, relatif terhadap total aktiva meliputi: a. Karakteristik bisnis. Sektor usaha (industri) mempunyai karakteristik yang berbeda satu sama lain, termasuk dalam penggunaan modal kerja. Sektor retail cenderung mempunyai persediaan barang dagangan (yang berarti modal kerja) yang lebih besar dibandingkan perusahaan manufaktur. Sektor tertentu mempunyai utang yang lebih tinggi dibandingkan dengan aktiva lancarnya. b. Ukuran perusahaan. Perusahaan kecil cenderung mempunyai modal kerja yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan besar, dikarenakan: (1) perusahaan besar menjadi semakin modal insentif, (2) Perusahaan besar mempunyai skala ekonomi modal kerja, atau aliran kas yang relatif stabil,

25 dan (3) Perusahaan besar mempunyai akses yang lebih baik ke pasar keuangan, sehingga tidak perlu memegang modal kerja lebih besar. c. Aktivitas perusahaan. Jika perusahaan meningkat aktivitasnya (penjualan meningkat), aktiva lancar dan utang lancar yang bersifat spontan juga akan meningkat. Semakin tinggi penjualan dengan demikian akan semakin besar aktiva lancar suatu perusahaan. d. Stabilitas penjualan perusahaan. Jika penjualan stabil, aktiva lancar cenderung semakin kecil. Sebaliknya, jika penjualan berfluktuasi, aktiva lancar akan cenderung semakin besar. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi utang lancar Faktor yang mempengaruhi utang lancar dapat digolongkan menjadi: a. Faktor eksternal. Industri tertentu cenderung mempunyai utang lancar lebih besar. Sebagai contoh, usaha retail menggunakan aktiva lanacar (biasanya dalam bentuk barang dagangan) yang lebih besar dibandingkan dengan industri manufaktur. Barang dagangan biasanya diperoleh melalui pendanaan yang spontan (utang dagang), sehingga aktiva lancar yang tinggi akan mengakibatkan utang dagang yang tinggi juga. b. Faktor internal kebijakan manajemen. Manajemen mempunyai pilihan apakah menggunakan utang lancar yang lebih tinggi atau yang rendah. Jika fleksibilitas manajemen cukup tinggi, manajemen akan menggunakan utang lancar yang lebih kecil. Manajemen yang agresif akan menggunakan utang yang lebih tinggi, karena utang yang lebih tinggi memberikan profitabilitas yang tinggi, meskipun risiko juga akan semakin meningkat.

26 2.1.4 Sumber dan Penggunaan Modal Kerja 1. Sumber Modal Kerja Pada umumnya sumber modal suatu perusahaan dapat berasal dari: a. Hasil operasi perusahaan, adalah jumlah net income yang tampak dalam laporan perhitungan rugi laba ditambah dengan depresiasi dan amortisasi. Jumlah ini menunjukkan jumlah modal kerja yang berasal dari operasi perusahaan. b. Keruntungan dari penjualan surat-surat berharga (investasi jangka pendek). Surat berharga atau efek adalah salah satu elemen aktiva lancer yang segera dapat dijual yang menimbulkan keuntungan. c. Penjualan aktiva tidak lancar, aktiva tetap, dan investasi jangka panjang yang tidak diperlukan lagi oleh perusahaan dapat menambah modal kerja. d. Penjualan saham atau obligasi, yaitu dengan mengadakan emisi saham baru atau meminta pemilik perusahaan untuk menambah modal, disamping itu perusahaan dapat mengeluarkan obligasi. 2. Penggunaan Modal Kerja Penggunaan-penggunaan modal kerja yang dapat mengakibatkan turunnya modal kerja adalah: a. Pembayaran biaya atau ongkos-ongkos operasi perusahaan, meliputi pembayaran upah, gaji, pembelian bahan atau barang dagangan, supplies kantor dan pembayaran biaya-biaya lainnya. b. Kerugian-kerugian yang diderita oleh perusahaan karena adanya penjualan surat berharga atau efek, maupun kerugian insidentil lainnya.

27 c. Adanya pembentukan dana atau pemisahan aktiva lancar atau tujuan tertentu dalam jangka panjang, seperti dana pelunasan obligasi, dana pension pegawai, dan ekspansi atau dana-dana lainnya. d. Adanya penambahan atau pembelian aktiva tetap, investasi jangka panjang atau aktiva tidak lancar lainnya yang mengakibatkan berkurangnya aktiva lancar atau timbulnya hutang lancar yang berakibat berkurangnya modal kerja. e. Pembayaran hutang jangka panjang yang meliputi hutang hipotik, hutang obligasi maupun bentuk jangka panjang lainnya. f. Pengambilan uang atau barang dagangan oleh pemilik perusahaan untuk kepentingan pribadi (prive) atau adanya pengambilan bagian keuntungan oleh pemilik dalam perusahaan perseroan atau persekutuan atau adanya pembayaran deviden dalam perseroan terbatas. 2.1.5 Menentukan Kebutuhan Modal Kerja Besarnya modal kerja baik yang bersifat permanen maupun variabel perlu ditentukan dengan baik agar efektif dan efisien. Penggunaan modal kerja yang tidak direncanakan dengan baik mengakibatkan modal kerja yang ada tidak digunakan sesuai dengan kebijakan yang ada. Menurut Martono dan Harjito (2003:78) untuk menentukan kebutuhan modal kerja dapat digunakan dua metode, yaitu: 1. Metode keterkaitan dana

28 Untuk menentukan modal kerja dengan metode ini, maka perlu diketahui dua faktor yang mempengaruhinya, yaitu: a. Periode terkaitnya modal kerja. Merupakan waktu yang diperlukan mulai dari kas yang ditanamkan pada komponen-komponen atau unsur-unsur modal kerja sampai menjadi kas. b. Pengeluaran kas setiap hari. Merupakan jumlah pengeluaran kas setiap hari untuk keperluan pembelian bahan baku, bahan penolong, upah karyawan dan biaya lainnya. 2. Metode perputaran modal kerja Menurut Sutrisno (2009:52) metode perputaran modal kerja ditentukan dengan cara menghitung perputaran elemen-elemen pembentukan modal kerja seperti perputaran kas, perputaran piutang, perputaran persediaan. Makin pendek periode tersebut berarti makin cepat perputaran atau makin tinggi tingkat perputarannya. Berapa lama periode perputaran modal kerja adalah tergantung kepada berapa lama perputaran dari masingmasing komponen modal kerja tersebut. Perputaran modal kerja menunjukkan hubungan antara modal kerja dengan penjualan yang dapat diperoleh perusahaan untuk setiap rupiah modal kerja. Perputaran modal kerja yang rendah menunjukkan adanya kelebihan modal kerja yang mungkin disebabkan karena adanya perputaran kas, perputaran piutang, perputaran persediaan yang terlalu besar. Maka dengan mengetahui perputaran

29 komponen modal kerja akan dapat diketahui penyebab dari kenaikan atau penurunan tingkat perputaran modal kerja tersebut. Berdasatkan metode ini maka besarnya kebutuhan modal kerja ditentukan oleh perputaran dari komponen-komponen modal kerja yaitu: a. Perputaran kas Dengan menghitung tingkat perputaran kas akan dapat diketahui sampai seberapa jauh tingkat efisiensi yang dapat dicapai perusahaan dalam upaya mendayagunakan persediaan kas yang ada untuk mewujudkan tujuan perusahaan.yang dimaksud dengan perputaran kas (cash turnover) adalah berapa kali uang kas berputar dalam satu periode tertentu melalui penjualan. Perputaran kas yang semakin tinggi akan semakin baik, karena ini menunjukkan semakin efisiensi didalam penggunaan kas. Perputaran kas yang berlebih-lebihan dengan modal kerja yang tersedia terlalu kecil, akan mengakibatkan kurang dapat memenuhi kebutuhan perusahaan. Demikian pula seharusnya, dengan kas makin rendahnya perputaran kas mengakibatkan banyaknya uang kas yang tidak produktif sehingga akan mengurangi profitabilitas perusahaan. Tingkat perputaran kas dapat dirumuskan sebagai berikut: Perputaran kas b. Perputaran piutang Penjualan Rata - rata kas... kali Perputaran piutang adalah kemampuan dana yang tertanam dalam piutang berputar berapakali dalam satu periode tertentu melalui penjualan. Periode perputaran piutang tergantung pada syarat pembayaran kreditnya,

30 semakin lama periode perputaran piutang maka semakin lama periode terikatnya dana dalam piutang. Jika tingkat perputaran piutang semakin besar maka dana yang diinvestasikan dalam piutang akan semakin kecil. Tingkat perputaran piutang dapat dirumuskan sebagai berikut: Penjualan Perputaran piutang... Rata - rata piutang kali c. Perputaran persediaan Perputaran persediaan menunjukkan berapa kali kemampuan dana yang tertanam dalam persediaan berputar dalam satu periode tertentu. Semakin tinggi tingkat perputarannya maka jumlah dana yang tertanam dalam persediaan akan semakin besar. Dengan menghubungkan tingkat perputaran modal kerja, tingkat perputaran kas, perputaran piutang, perputaran persediaan dengan jumlah hari pertahun (360 hari dalam satu tahun) akan dapat diketahui periode perputaran modal kerja. Tingkat perputaran persediaan dapat dirumuskan sebagai berikut: Perputaran persediaan Harga Pokok Penjualan Rata - rata persediaan... kali 2.1.6 Manajemen Kas 1. Pengertian Kas Menurut Atmaja (2008:385) kas merupakan aktiva yang tidak memberikan penghasilan (non earning asset). Kas dibutuhkan untuk membayar gaji dan bahan baku, membeli aktiva tetap, membayar pajak, melunasi utang, membayar dividen, dan lain-lain. Hanafi (2011:537) kas merupakan aset yang

31 paling tidak produktif dibandingkan asset lainnya. Karena itu ditinjau dari sisi produktivitas, memegang asset seminimal mungkin merupakan pilihan yang baik untuk perusahaan. Martono dan Harjito (2003:116) kas merupakan salah satu dari bagian aktiva yang memiliki sifat paling lancar (paling likuid) dan paling mudah berpindah tangan dalam satu transaksi. Transaksi tersebut misalnya untuk pembayaran gaji atau upah pekerja, membeli aktiva tetap, membayar hutang, membayar dividen dan transaksi lain yang diperlukan perusahaan. 2.1.7 Manajemen Piutang 1. Pengertian Piutang Menurut Martono (2010:95) piutang merupakan tagihan perusahaan kepada pelanggan / pembeli atau pihak lain yang menjual produk perusahaan secara kredit. Penjualan kredit tidak segera menghasilkan penerimaan kas namun menimbulkan piutang dan barulah kemudian pada hari jatuh temponya terjadi aliran kas masuk (cash inflow) yang berasal dari pengumpulan piutang tersebut. Kebijakan penjualan kredit yang timbul akibat adanya piutang ini tentunya akan menimbulkan biaya bagi perusahaan. Biaya tersebut antara lain adalah administrasi piutang, biaya modal atas dana yang tertanam dalam piutang, biaya penagihan dan biaya piutang yang mungkin tidak tertagih. Namun biaya piutang tersebut dapat terimbangi dengan meningkatnya penjualan perusahaan. Piutang dagang (account receivable) terjadi ketika perusahaan menjual barang atau jasa secara kredit, bukan tunai. Ketika uang

32 tunai diterima, piutang akan berkurang dengan jumlah yang sama. Tingkat piutang yang tinggi akan mengurangi arus kas dan piutang tak tertagih (bad debt) akan mengurangi keuntungan dari penjualan (Atmaja, 2008:395). Manajemen piutang pun merupakan hal yang sangat penting bagi perusahaan terutama menyangkut masalah pengendalian jumlah piutang, pengendalian pemberian dan pengumpulan piutang, dan evaluasi terhadap kebijakan kredit yang dijalankan oleh perusahaan. Sehingga manajemen piutang merupakan pengelolaan piutang agar kebijakan kredit mencapai optimal agar tercapainya keseimbangan antara biaya yang diakibatkan oleh kebijakan kredit dengan manfaat yang diperoleh dari kebijakan tersebut. 2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Besarnya Piutang. Menurut Hanafi (2011:556) ada dua faktor yang mempengaruhi besar kecilnya piutang dagang, yaitu: a. Faktor eksternal b. Faktor internal FAKTOR EKSTERNAL FAKTOR INTERNAL Misal: Permintaan terhadap Produk Misal: Kebijakan Promosi dan Iklan PIUTANG Sumber: (Hanafi, 2011:556) Gambar 1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Besar Kecilnya Piutang Dagang

33 3. Faktor faktor yang mempengaruhi jumlah investasi dalam piutang. Menurut Riyanto (2012:85) ada faktor faktor yang dapat mempengaruhi besar kecilnya investasi dapat disebutkan sebagai berikut : a. Volume Penjualan Kredit Makin besar proporsi penjualan kredit dari keseluruhan penjualan memperbesar jumlah investasi dalam piutang. Dengan makin besarnya volume penjualan kredit setiap tahun berarti bahwa perusahan itu harus menyediakan investasi yang lebih besar lagi dalam piutang. Makin besar jumlah piutang berate makin besar resiko, tetapi bersamaan dengan itu juga memperbesar keuntungannya. b. Syarat Pembayaran Penjualan Kredit Syarat pembayaran penjualan kredit dapat bersifat ketat atau lunak. Tentunya setiap kebijakan tersebut memiliki dampak yang berbeda. Apabila perusahaan menggunakan syarat ketat berarti bahwa perusahaan lebih mengutamakan keselamatan kredit dari pada pertimbangan keuntungan. Dimana ciri syarat pembayaran ketat ini dengan bentuk batas waktu pembayaran yang pendek, pembebanan bunga yang berat pada pembayaran piutang yang terlambat. c. Ketentuan tentang Pembatasan Kredit Dalam penjualan kredit perusahaan dapat menetapkan batas maksimal atau dana cadangan bagi kredit yang diberikan kepada para langganannya. Makin tinggi dana cadangan yang ditetapkan bagi masing masing langganan berarti makin besar pula dana yang diinvestasikan dalam

34 piutang. Demikian pula ketentuan mengenai siapa yang dapat diberi kredit. Makin selektif para langganan yang dapat diberi kredit akan memperkecil jumlah investasi dalam piutang. d. Kebijaksanaan dalam Mengumpulkan Piutang Perusahaan dapat menjalankan kebijakan pengumpulan puitang secara aktif atau pasif. Perusahan yang menerapkan pengumpulan piutang secara aktif akan mempunyai pengeluaran uang yang lebih besar untuk membiayai aktivitas pengumpulan piutang tersebut dibandingkan dengan perusahaan lain yang menjalankan kebijaksanaan tersebut secara pasif. e. Kebiasaan Membayar dari Para Pelanggan Ada beberapa pelanggan juga yang mempunyai kebiasaan untuk membayar dengan menggunakan kesempatan mendapatkan cash discount meskipun ada yang tetap menggunakan dengan pembayaran kredit. Setiap perusahaan biasanya memberikan alternatif untuk pelanggannya membayar transaksi penjualannya, misalnya dengan syarat pembayaran 2/10/net 30, yang memiliki arti pelanggan dapat membayar pada hari ke 10 atau pada hari ke 30 sesudah barang diterima. Alternatif pertama ialah apabila mereka akan membayar pada hari ke-30 yang ini berarti bahwa mereka membelanjai pembeliannya sepenuhnya dengan kredit penjual. Alternatif kedua ialah kalau mereka membayar pada hari ke-10 dengan mendapatkan cash discount sebesar 2%. Kebiasaan para pelanggan untuk membayar dalam cash discount period atau sesungguhnya akan mempunyai efek terhadap besarnya investasi dalam

35 piutang. Apabila sebagian besar para pelanggan membayar dalam waktu selama discount periode, maka dana yang tertanam dalam piutang akan lebih cepat bebas, yang ini berarti makin kecil investasi dalam piutang. 4. Perputaran Piutang Piutang dalam suatu perusahaan hendaknya harus selalu dalam keadaan berputar. Syarat pembayaran yang sesuai dengan kebijakan perusahaan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi periode perputaran piutang atas terikatnya modal dalam piutang. Menurut Riyanto (2012:90) tingkat perputaran piutang dapat diketahui dari jumlah penjualan kredit selama periode tertentu dengan jumlah rata rata piutang. Perputaran piutang Penjualan Kredit Piutang Rata - Rata PiutangAwal Piutang Akhir Piutang Rata - Rata 2 Tinggi rendahnya perputaran piutang mempunyai efek langsung terhadap besar kecilnya modal yang diinvestasikan kedalam piutang. Makin tinggi perputarannya, berarti makin pendek waktu terikat modal terhadap piutang, sehingga untuk mempertahankan penjualan kredit tertentu, dengan naiknya perputaran akan dibutuhkan jumlah modal yang lebih kecil yang diinvestasikan dalam piutang. 5. Efisiensi Piutang Menurut Riyanto (2012:90) untuk mengukur tingkat efisiensi piutang dapat menggunakan dua ukuran yaitu tingkat perputaran piutang dan budget pengumpulan piutang. Dimana efisiensi ini dipergunakan dalam memaksimalkan

36 manfaat piutang bagi perusahaan. Semakin tinggi tingkat perputaran piutang maka semakin efisien piutang karena piutang semakin cepat terbayar. Periode terikatnya suatu modal dalam piutang sangat penting untuk membandingkan hari rata rata pengumpulan piutang dengan syarat pembayaran yang telah ditetapkan perusahaan. Hari Rata-rata pengumpulan piutang = 360 x Piutang rata-rata Penjualan kredit Apabila hari rata rata pengumpulan piutang lebih besar daripada batas waktu pembayaran yang telah ditetapkan berarti bahwa cara pengumpulan piutang kurang efisien. Dimana banyak pelanggan yang tidak memenuhi syarat pembayaran yang telah ditetapkan perusahaan. 2.1.8 Manajemen Persediaan 1. Pengertian Persediaan Menurut Riyanto (2012:69) persediaan merupakan elemen utama dari modal kerja yang merupakan aktiva dalam keadaan selalu berputar dan terus menerus mengalami perubahan. Penentuan besarnya investasi atau alokasi modal dalam persediaan mempunyai efek langsung terhadap keuntungan perusahaan. Karena jika terjadi kesalahan dalam penentapan besarnya investasi dalam persediaan akan menekan keuntungan perusahaan. Begitu juga sebaliknya, jika investasi terlalu kecil dalam persediaan akan mempunyai efek yang menekan keuntungan juga. Karena kekurangan material, perusahaan tidak dapat bekerja dengan luas produksi yang optimal.

37 Perusahaan harus memelihara persediaan barang dalam proses dalam jumlah tertentu selama proses produksi. Maka diperlukan manajemen persediaan yang baik dan semua manajer akan terlibat dalam pengelolaan persediaan untuk menjaga besarnya persediaan guna mencapai tujuan perusahaan secara efektif dan efisien. Menurut Martono (2010:84) kebijakan persediaan perlu dilakukan oleh manajer agar: a. Dapat menjamin kelancaran proses produksi. b. Dapat dijangkau oleh dana yang tersedia. c. Dapat mencapai jumlah pembelian opimal. 2. Faktor Faktor yang Menentukan Besarnya Persediaan Menurut Riyanto (2012:74) pada perusahaan manufaktur adanya faktor faktor yang dapat mempengaruhi besarnya persediaan bahan baku adalah a. Resiko kehabisan Persediaan. Besar kecilnya resiko kehabisan persediaan tergantung kepada kebiasaan para distributor bahan baku yang menyerahkan barang pesanan kita sesuai dengan perencanaan yang sudah dibuat jika barang pesanan dikirimkan sesuai dengan perencanaan berarti resiko kehabisan barang sangat kecil namun jika barang pesanan dikirimkan tidak sesuai berarti resiko kehabisan persediaan sangat besar sehingga perlu mempunyai persediaan yang besar. b. Hubungan antara Biaya Penyimpanan di Gudang dengan Biaya Biaya Ekstra yang Harus Dikeluarkan Sebagai Akibat dari Kehabisan Persediaan di Lain Pihak. Yang merupakan biaya ekstra yang harus dikeluarkan apabila kehabisan persediaan antara lain adalah biaya pesanan pembelian

38 darurat, biaya ekstra yang diperlukan agar supaya para produsen bahan baku akan segera menyerahkan produk pesanan kita, kemungkinan kerugian karena adanya keterlambatan produksi dan lain lain. Apabila ternyata biaya biaya ekstra yang harus dikeluarkan karena kehabisan persediaan lebih mahal daripada biaya penyimpanannya, maka perlu adanya persediaan yang besar. Sebaliknya apabila biaya penyimpanannya lebih mahal maka tidak diperlukan persediaan yang besar. 3. Perputaran Persediaan Persediaan merupakan salah satu elemen modal kerja yang juga harus selalu berputar. Persediaan barang yang selalu harus berputar, yang selalu dibeli dan dijual, yang tidak mengalami proses lebih lanjut yang dapat mengakibatkan perubahan bentuk dari barang yang bersangkutan. Menurut Riyanto (2012:70) tingkat perputaran persediaan dalam suatu periode tertentu adalah sebagai berikut Perputaran pesediaan Harga Pokok Penjualan Persediaan Rata - rata umur pesediaan 365 Perputaran Persediaan 2.1.9 Profitabilitas Profitabilitas merupakan tingkat keuntungan bersih yang mampu diraih oleh perusahaan pada saat menjalankan operasionalnya. Profitabilitas menggambarkan pendapatan yang dimiliki perusahaan untuk membiayai investasi. Profitabilitas menunjukkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi investor. Profitabilitas merupakan faktor yang dipertimbangkan dalam menentukan struktur modal

39 perusahaan. Hal ini dikarenakan perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi cenderung menggunakan hutang yang relatif kecil karena laba ditahan yang tinggi sudah memadai untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan. Menurut Weston (1997) (dalam Purba, 2011:23) perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi menggunakan hutang yang relatif kecil karena tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan perusahaan untuk membiayai sebagian besar pendanaan internal. Dengan laba ditahan yang besar, perusahaan akan menggunakan laba ditahan sebelum memutuskan untuk menggunakan hutang. Sedangkan menurut Hanafi dan Halim (2007:83) rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan (profitabilitas) pada tingkat penjualan, asset, dan modal saham tertentu. Harahap (2008:304) mendefinisikan profitabilitas adalah kemampuan perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan, jumlah cabang dan sebagainya. 2.1.10 Ukuran Profitabilitas Menurut Kasmir (2008:196), rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. Hal ini ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan dari penjualan dan pendapatan investasi. Sedang Hanafi dan Halim (2007:83) rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan (profitabilitas) pada tingkat penjualan,

40 asset, dan modal saham tertentu. Beberapa indikator rasio profitabilitas yang dapat digunakan yaitu: 1. Return On Assets (ROA) Menurut Hanafi dan Halim (2007:84) rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aset yang tertentu. ROA sering juga disebut ROI atau Return on Investment. ROA dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Laba Setelah Pajak Return On Assets(ROA) Total Aktiva x 100% Rasio yang tinggi menunjukkan efisiensi dan efektifitas pengelolaan aset yang berarti semakin baik. Return on asset atau return on investment menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang dipergunakan. Analisa ROA bersifat menyeluruh dan digunakan untuk mengukur efektifitas dari keseluruhan operasi perusahaan. Atau untuk dapat mengukur kemampuan perusahaan dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk operasi perusahaan, sehingga dapat menghasilkan keuntungan. Rasio atau pedoman yang baik adalah > 5%. 2. Return On Equity (ROE) Menurut Hanafi dan Halim (2007:84) rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba berdasarkan modal saham tertentu. ROE dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut ini: Laba Bersih Setelah Pajak Return On Equity (ROE) ModalSendiri x100%

41 Menurut Hanafi dan Halim (2007:84) angka yang tinggi untuk ROE menunjukkan tingkat profitabilitas yang tinggi. Rasio ROE tidak memperhitungkan deviden maupun capital gain untuk pemegang saham. Karena rasio ini bukan pengukur return yang diterima pemegang saham yang sebenarnya. ROE dipengaruhi oleh ROA dan tingkat penggunaan utang. Rasio ini juga dipengaruhi oleh besar kecilnya utang perusahaan, apabila proporsi utang semakin besar maka rasio ini juga akan semakin besar. Rasio atau pedoman yang baik adalah antara 20% - 40%. 3. Net Profit Margin (NPM) Menurut Hanafi dan Halim (2007:83) rasio ini diinterpretasikan juga sebagai kemampuan perusahaan menekan biaya-biaya (ukuran efisiensi) di perusahaan pada periode tertentu. Profit margin dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: Laba Bersih Setelah Pajak Net Profit Margin Penjualan x100% Profit Margin yang tinggi menandakan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih yang tinggi pada tingkat penjualan tertentu (Hanafi dan Halim, 2007:83). Secara umum rasio yang rendah menunjukkan ketidakefisian manajemen (Hanafi dan Halim, 2007:83). Rasio ini untuk membandingkan antara keuntungan ssesudah pajak dengan penjualan, sehingga dari perhitungan ini dapat diketahui berapa keuntungan per rupiah penjualan. Apabila gross profit margin selama suatu periode tidak berubah sedangkan net profit margin mengalami penurunan maka berarti bahwa biaya meningkat relatif lebih besar daripada peningkatan penjualan. Rasio atau pedoman yang baik adalah > 5%.

42 2.1.11 Pengaruh Perputaran Kas Terhadap Profitabilitas Setiap perusahaan dalam menjalankan usahanya selalu membutuhkan kas, karena kas merupakan ele-men dari modal kerja yang paling tinggi tingkat likuiditasnya dan dapat dipergu-nakan untuk menguasai atau memiliki barang atau jasa yang diinginkan. Dalam hal ini termasuk pula pengertian simpanan uang yang berada di bank yang setiap saat dapat diambil atau digunakan. Jumlah kas di dalam perusahaan sebaiknya jangan terlalu besar karena akan banyak uang yang menganggur sehingga akan memperkecil profitabilitas-nya (Martini dan Sugiharto, 2005:134). Perputaran kas merupakan perbandingan antara penjualan bersih dengan jumlah rata-rata kas. Rahma (2011) menyatakan bahwa perputaran kas menunjukkan kemampuan kas dalam menghasilkan pendapatan, sehingga dapat dilihat berapa kali uang kas berputar dalam satu periode tertentu. Semakin tinggi perputaran kas ini akan semakin baik, ini berarti semakin tinggi efisiensi penggunaan kasnya dan keuntungan yang diperoleh akan semakin besar (Riyanto, 2012). H 1 : Perputaran kas berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas. 2.1.12 Pengaruh Perputaran Piutang Terhadap Profitabilitas Perputaran piutang yang dimiliki suatu perusahaan mempunyai hubungan yang erat dengan jumlah penjualan kredit. Jumlah piutang dagang dan kegiatan taksiran waktu pengumpulannya dapat diketahui dengan menghitung tingkat perputaran piutang tersebut yaitu dengan membagi jumlah penjualan kredit

43 dengan piutang rata-rata. Misalnya perputaran piutang 20 kali artinya dalam satu tahun rata-rata dana yang tertanam dalam piutang berputar 20 kali. Semakin tinggi tingkat perputaran piutang berarti semakin cepat dana yang diinvestasikan pada piutang dagang dapat ditagih menjadi uang tunai atau menunjukkan modal kerja yang ditanam dalam piutang rendah. Sebaliknya jika tingkat perputaran piutang rendah berarti piutang dagang membutuhkan waktu yang lebih lama untuk dapat ditagih dalam bentuk uang tunai atau menunjukkan modal kerja yang ditanamkan dalam piutang besar. Piutang muncul karena perusahaan melakukan penjulan secara kredit untuk meningkatkan volume usahanya. Riyanto (2010:90) menyatakan perputaran piutang menunjukkan periode terikatnya modal kerja dalam piutang dimana semakin cepat periode berputarnya menunjukkan semakin cepat perusahaan mendapatkan keuntungan dari penjualan kredit tersebut, sehingga profitabilitas perusahaan juga ikut meningkat. H 2 : Perputaran piutang berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas. 2.1.13 Pengaruh Perputaran Persediaan Terhadap Profitabilitas Persediaan barang merupakan elemen utama dari modal kerja yang selalu dalam keadaan berputar, dimana secara terus-menerus mengalami perubahan dalam kegiatan perusahaan. Perusahaan pabrikasi pada umumnya mempunyai tiga jenis persediaan, yaitu bahan baku, barang dalam proses (barang setengah jadi) dan barang jadi. Penetapan besarnya investasi dalam persediaan akan berpengaruh terhadap keuntungan yang akan diperoleh perusahaan (Martini dan Sugiharto, 2004:134).

44 Pengelolaan persediaan merupakan suatu pekerjaan yang sulit, dimana kesalahan dalam menentukan tingkat persediaan dapat berakibat fatal. Raharjaputra (2009) menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat perputaran persediaan, kemungkinan semakin besar perusahaan akan memperoleh keuntungan, begitu pula sebaliknya, jika tingkat perputaran persediaannya rendah maka kemungkinan semakin kecil perusahaan akan memperoleh keuntungan. Munawir (2010) menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat perputaran persediaan akan memperkecil resiko terhadap kerugian yang disebabkan karena penurunan harga atau karena perubahan selera konsumen, disamping itu akan menghemat ongkos penyimpanan dan pemeliharaan terhadap persediaan tersebut. H 3 : Perputaran persediaan berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas. 2.1.14 Penelitian Terdahulu Purnamasari (2010) meneliti Pengaruh Perputaran Piutang Dan Persediaan Terhadap Profitabilitas Pada Industri Otomotif Di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa permasalahan yang terjadi adalah pengaruh perputaran piutang dan perputaran persediaan pada tahun penelitian untuk melihat profitabilitas modal sendiri. Dan dari hasil penelitian yang dilakukan, diketahui bahwa perputaran persediaan dan perputaran piutang secara bersama sama tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap profitabilitas perusahaan. Untuk mencapai tingkat profitabilitas yang tinggi, perusahaan otomotif perlu melakukan analisis biaya yang benar benar harus dikeluarkan oleh perusahaan.

45 Pramestia (2011) meneliti Pengaruh Perputaran Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Pada PT. Ultra Jaya Milk di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa permasalah yang terjadi dimana pengaruh modal kerja ternyata berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan. Dan dengan hasil penelitian maka dapat diketahui bahwa elemen elemen modal kerja yang terdiri dari kas, piutang dan persediaan secara bersama sama mempunyai pengaruh terhadap keuntungan bersih yang diperoleh perusahaan. Untuk mendapatkan profitabilitas perusahaan dapat menekan biaya biaya operasional perusahaan agar dapat meningkatkan laba perusahaan. Martini dan Sugiharto (2005) meneliti Efektifitas dan Kebutuhan Modal Kerja Serta Pengaruhnya Terhadap Volume Penjualan, Pendapatan Penjualan Dan Laba Bersih Perum Perumnas. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa: (1) Efektifitas modal kerja yang terlalu tinggi ternyata tidak menentukan tingkat penggunaan modal kerja yang efektif karena jika dianalisis lebih lanjut ternyata kenaikan volume penjualan, pendapatan penjualan dan laba bersih diikuti dengan menurunnya jumlah modal kerja yang memperbesar resiko yang harus ditanggung oleh perusahaan; (2) Penurunan dan peningkatan modal kerja disebabkan karena besarnya rata-rata pengeluaran kas perharinya dan juga oleh periode terikatnya unsur-unsur modal kerja; (3) Efektifitas dan kebutuhan modal kerja tidak berpengaruh signifikan terhadap volume penjualan dan laba bersih, tetapi signifikan terhadap pendapatan penjualan. Lestari (2010) meneliti Pengaruh Modal Kerja dan Leverage Terhadap

46 Profitabilitas Perusahaan Otomotif Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial, modal kerja dan leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas. Secara simultan, modal kerja dan leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas pada perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Nilai R Square adalah 0,095 mengindikasikan bahwa 9,5% perubahan dalam profitabilitas dapat dijelaskan oleh variabel-variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini. Sedangkan sisanya 90,5% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model regresi. 2.2 Rerangka Pemikiran Berdasarkan atas tinjauan teoritis diatas maka dapat digambarkan konsep rerangka pemikiran sebagai berikut: Perputaran kas Perputaran piutang Perputaran persediaan Profitabilitas Gambar 2 Rerangka Pemikiran

47 2.3 Perumusan Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empirik (Sugiyono, 2012:99). Berdasarkan latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian dan tinjauan teoretis yang telah dikemukakan, maka dapat diajukan hipotesis sebagai berikut: 1. Perputaran kas berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas perusahaan industri pakan ternak di Bursa Efek Indonesia. 2. Perputaran piutang berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas perusahaan industri pakan ternak di Bursa Efek Indonesia. 3. Perputaran persediaan berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas industri perusahaan pakan ternak di Bursa Efek Indonesia.