KLHS KABUPATEN TUBAN

dokumen-dokumen yang mirip
KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN

KATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN

KATA PENGANTAR. RTRW Kabupaten Bondowoso

LAMPIRAN VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SLEMAN TAHUN

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN

Bab II. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG Tinjauan Penataan Ruang Nasional

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

INDIKATOR PROGRAM UTAMA PEMBANGUNAN PEMANFAATAN RUANG KOTA GORONTALO TAHUN

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 09 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TUBAN TAHUN

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung

Bab II Bab III Bab IV Tujuan, Kebijakan, dan Strategi Penataan Ruang Kabupaten Sijunjung Perumusan Tujuan Dasar Perumusan Tujuan....

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2011 NOMOR : 5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI BATANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 07 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BATANG TAHUN

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

RENCANA TATA RUANG WI LAYAH KABUPATEN MAGELANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2011 NOMOR 5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG

BAB 5 RTRW KABUPATEN

Penataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian

TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP

Dasar Legalitas : UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG

BAB 7 Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang Wilayah Provinsi Sumatera Utara

INDIKASI PROGRAM KABUPATEN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR : 2 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BINTAN TAHUN

Lokasi Sumber Dana Instansi Pelaksana. APBD Prov. APBD Kab.

BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

KATA PENGANTAR. Meureudu, 28 Mei 2013 Bupati Pidie Jaya AIYUB ABBAS

REPUBLIK INDONESIA 47 TAHUN 1997 (47/1997) 30 DESEMBER 1997 (JAKARTA)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG

KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN SINJAI KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI KABUPATEN SINJAI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI. Laporan Akhir

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN JOMBANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS NOMOR 03 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS TAHUN

MEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN PEMERINTAH TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL.

Bab VII Arahan Pengendalian Pemanfaatan Ruang

Bab VI TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH KOTA TIDORE KEPULAUAN. 6.1 Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kota Tidore Kepulauan

2.1. TUJUAN PENATAAN RUANG WILAYAH KOTA BANDA ACEH

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

1. Undang-undang Nomor 14 Tahun 1950 tentang Pemerintahan Daerah Kabupaten Dalam Lingkungan Jawa Barat (Berita Negara Tahun 1950);

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK PERATURAN DAERAH NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TRENGGALEK

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI

PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR.TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR

Disajikan oleh: 1.Michael Ario, S.H. 2.Rizka Adellina, S.H. (Staf Bagian PUU II Subbagian Penataan Ruang, Biro Hukum, KemenPU)

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16/PERMEN/M/2006 TENTANG

Rencana Tata Ruang Wilayah kota yang mengatur Rencana Struktur dan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG

BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA

BUKU DATA STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA SURABAYA 2012 DAFTAR TABEL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Pangkalanbalai, Oktober 2011 Pemerintah Kabupaten Banyuasin Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Penanaman Modal

MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PRT/M/2015 TENTANG RAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR TAHUN 2010 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA SURABAYA TAHUN

BAB I. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

KETENTUAN PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

PEDOMAN TEKNIS PENGGUNAAN DAN PEMANFAATAN TANAH

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

BAB I PENDAHULUAN. pesat pada dua dekade belakangan ini. Pesatnya pembangunan di Indonesia berkaitan

BUPATI PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PEMALANG TAHUN

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG TINGKAT KETELITIAN PETA RENCANA TATA RUANG BADAN KOORDINASI SURVEI DAN PEMETAAN NASIONAL

PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN MADIUN TAHUN

BAB IV PERUMUSAN KLHS DAN REKOMENDASI RPJMD

No. Program Sasaran Program Instansi Penanggung Jawab Pagu (Juta Rupiah)

BAB 4 SUBSTANSI DATA DAN ANALISIS PENYUSUNAN RTRW KABUPATEN

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 2 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KARAWANG TAHUN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR : 11 /PRT/M/2009 TENTANG

Gambar 1. Kedudukan RD Pembangunan DPP, KSPP, KPPP dalam Sistem Perencanaan Tata Ruang dan Sistem Perencanaan Pembangunan RIPPARNAS RIPPARPROV

Titiek Suparwati Kepala Pusat Pemetaan Tata Ruang dan Atlas Badan Informasi Geospasial. Disampaikan dalam Workshop Nasional Akselerasi RZWP3K

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2 menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia tentang Rawa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 t

2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Rawa adalah wadah air beserta air dan daya air yan

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANGKA

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH PROVINSI TAHUN

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN GRESIK TAHUN

Transkripsi:

LAMPIRAN VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR TAHUN 2012 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TUBAN TAHUN 2012-2032 KLHS KABUPATEN TUBAN NO ISU STRATEGIS RTRW KAB. PENGARUH POSITIF NEGATIF ALTERNATIF MITIGASI REKOMENDASI 1 2 3 4 5 6 7 1. - Pada beberapa wilayah hinterland mempunyai keterbatasan aksesibilitas secara geografis dan administrasi ke pusat pelayanan mengakibatkan ketimpangan kondisi sosial ekonomi masyarakat Kabupaten Tuban. - Beberapa kawasan perdesaan memiliki perkembangan yang lambat sehingga sukar mengejar ketertinggalan dengan perdesaan dan perkotaan lain selain itu jg terdapat beberapa kawasan perdesaan yang membentuk cluster dalam skala kecil sehingga pelayanannya terbatas; - Pengembangan industri khususnya kawasan Pantura (Kec. Bancar, Tambakboyo, Jenu, Tuban dan Palang) akan mendorong konsentrasi kegiatan yang besar, sehingga meningkatkan kesenjangan perkotaan yang selanjutnya akan mendorong urbanisasi. 2. 2. 1. - penetapan fungsi wilayah untuk mengatur fungsi fungsi pusat kawasan berkaitan dengan pelayanan dan distribusi fasilitas untuk mendukung simpul kegiatan industri terpadu dengan menggunakan strategi penetapan wilayah secara berhirarki sehingga meningkatkan efektivitas pelayanan dan optimalisasi fungsi wilayah - pengembangan sistem perkotaan secara berjenjang dan bertahap melalui penetapan Pusat Kegiatan Wilayah (PKW), Pusat Kegiatan Lokal promosi (PKLp) dan Pusat Pelayanan Kawasan (PPK ) sebagai pembentukan pusat kegiatan yang terintegrasi dan berhirarki; 1. Pengembangan infrastruktur pendukung daerah industri yaitu Rencana Pelabuhan pengumpan di Kecamatan Jenu 2. Penyediaan lahan untuk daerah berkembangan disekitar pelabuhan sebagai kawasan perdagangan 3. Mempersiapkan Kecamatan Jenu sebagai pusat pertumbuhan karena didukung oleh pengembangan 4. Pengembangan jalur angkutan barang 5. Mempercepat terealisasinya jalan bebas hambatan penyediaan prasarana wilayah di lakukan secara terpadu dan interkoneksi untuk mendorong pengembangan industri terpadu dan mendukung kegiatan pertanian, perikanan industri dan pertambangan melalui pengembangan dan penyediaan prasarana transportasi, energi, telekomunikasi, sumber daya air, dan prasarana lingkungan. adanya pelimpahan pembagian kewenangan terkait pelayanan Kebijakan program pada kawasan pedesaan tertinggal lebih kompleks ada pengembangan perkotaan baru dan berkembangnya pemukiman serta membuka kesempatan usaha yang cukup besar adanya kesenjangan dalam hal penanganannya memerlukan mekanisme yang cukup panjang rawan konflik sosial dan timbulnya dampak lingkungan dari berbagai aspek - Pengembangan pada masing-masing kecamatan lebih disesuaikan dengan fungsi dan perannya sehingga dapat mendukung pertumbuhan dan pengembangan wilayah di Kabupaten Tuban, beberapa kawasan sudah menunjukkan fungsi khusus yang akan mendorong fungsi setiap WP. - Perkembangan perkotaan sebagai pusat Wilayah Pengembangan (WP) atau Pusat Kegiatan Lingkungan (PKL) akan mendorong keserasian pengembangan wilayah dalam jangka panjang. - Tuban akan memiliki sistem permukiman perkotaan, yang terdiri dari Perkotaan Tuban sebagai PKW; Kemudian PKLp meliputi Perkotaan Bancar dan Rengel; serta perkotaan Palang, Bangilan, Jatirogo, Jenu dan Montong PKL), sedangkan PPK ibukota kecamatan masing-masing

a. prasarana transportasi darat yang masih A. Mengembangkan sistem jaringan mengurangi titik timbulnya terpusat penggunaannya di wilayah utara transportasi darat yang terpadu untuk kemacetan di wilayah permasalahan dalam menyebabkan perkembangan wilayah pengembangan wilayah utara dan utara penggunaan jaringan selatan lebih tertinggal. selatan, melalui : transportasi darat Peningkatan kegiatan dalam skala besar dan pengembangan perkotaan menjadikan beberapa jalan berpotensi untuk dilakukan peningkatan kelas jalan seperti Jalan Lingkar Utara Pantura dan Jalan Tuban serta pada kawasan pengembangan kegiatan industri 1) mengembangkan jalan bebas hambatan dan jalan lingkar; membuka akses pengembangan jaringan jalan padatnya arus transportasi dan timbulnya kemacetan Kemacetan yang terjadi di beberapa titik simpul transportasi karena merupakan jalan utama dan kepadatan pemusatan fasilitas. Pada umumnya terjadi di sekitar pasar atau kawasan pertokoan dengan penataan sirkulasi keluar dan masuknya kendaraan yang bersinggungan langsung dengan kendaraan yang memiliki intensitas sangat tinggi melintas di jalan raya, misalnya : di jalan utama Kecamatan Bancar, Tambakboyo, Jenu, Tuban dan Palang (Pantura) demikian pula pada kawasan industri. 2) mengembangkan akses internal peningkatan kawasan yang menghubungkan simpulsimpul kegiatan; perekonomian wilayah sekitar 3) mengembangkan infrastruktur menunjang kelancaran jalan dalam mendukung kegiatan transportasi dan industri terpadu serta pertumbuhan mendukung dan pemerataan wilayah; pertumbuhan wilayah timbulnya permasalahan sosial yang kompleks Timbulnya permasalahan arus lalu lintas 4) menghidupkan kembali jalur kereta api untuk mendukung kegiatan industri menunjang kelancaran transportasi dan mengoptimalkan pelayanan di sektor industri Timbulnya permasalahan arus lalu lintas Dengan menghidupkan kembali jaringan kereta api yang sudah tidak berfungsi Tuban Plumpang Babat maupun Tuban Bojonegoro sangat mendorong aksesibilitas antar kawasan serta mendukung mobilisasi pekerja pada kawasan-kawasan potensial pengembangan kegiatan industri di Kabupaten Tuban; perlu dilengkapi studi kelayakan untuk mengaktifkan kembali jaringan kereta api yang sudah tidak berfungsi 5) mengembangkan infrastruktur pendukung pertumbuhan wilayah berupa terminal dengan stasiun kereta api; dan peningkatan perekonomian di wilayah baru Timbulnya permasalahan sosial yang kompleks 6) mendorong pengembangan sistem menunjang kelancaran transportasi massal dan infrastruktur transportasi dan pendukungnya untuk kereta api. mendukung pertumbuhan wilayah Timbulnya permasalahan arus lalu lintas

b. kondisi fisik geografis kabupaten Tuban B. Mengembangkan sistem jaringan menunjang kawasan Timbulnya transportasi laut yang terintegrasi industri di sepanjang permasalahan sosial dengan transportasi darat untuk pantura yang kompleks pengembangan wilayah pantura, meliputi : yang potensial untuk pengembangan pelabuhan, perlu diupayakan pengelolaannya secara terintegrasi, berkelanjutan serta berwawasan lingkungan, selain itu pantai di Kabupaten Tuban merupakan daerah Pantura sehingga perkembangannya lebih pesat dibandingkan daerah lain. c. ketersediaan prasarana kelistrikan yang masih kurang merata untuk pemenuhan kebutuhan masyarakat serta upaya pemenuhan terhadap kebutuhan energi bagi kegiatan industri yang masih kurang. 1) mengembangkan pelabuhan umum dan khusus di kawasan pantura untuk berbagai kegiatan tertentu; dan 2) mengembangkan prasarana pendukung untuk pelayanan pelabuhan; C. Strategi untuk mengembangkan sistem jaringan energi melalui optimalisasi jangkauan pelayanan mendukung kegiatan industri, meliputi : meningkatnya usaha usaha baru dan membuka peluang usaha sebagai pendukung kawasan industri konsumsi energi listrik meningkat Peningkatan infrastruktur di kawasan pantura untuk mendukung pengembangan pelabuhan Internasional Jenu a. meningkatkan kapasitas dan pelayanan melalui sistem koneksi Jawa Bali guna menunjang kebutuhan listrik di seluruh wilayah Kabupaten Tuban; dan b. meningkatkan konservasi dan pemenuhan akan BBM mengembangkan jalur pipa minyak dapat terlayani dengan bumi. cepat timbulnya dampak lingkungan d. Kebutuhan akan teknologi informasi dan telekomunikasi secara merata bagi masyarakat kabupaten Tuban, masih kurang. D. Strategi untuk mengembangkan sistem jaringan telekomunikasi dilakukan melalui peningkatan dan perluasan jaringan sistem terestrial selular secara efisien serta mendukung perkembangan teknologi informasi, meliputi : 1. meningkatkan jangkauan pelayanan jaringan telekomunikasi telepon rumah tangga, telepon umum, jaringan telepon seluler di wilayah pelosok perdesaan dan kawasan yang baru dikembangkan; 2. meningkatkan efisiensi pelayanan jaringan telepon seluler melalui penggunaan secara bersama BTS antar provider ; 3. meningkatkan sistem informasi telekomunikasi pembangunan daerah melalui informasi berbasis teknologi modern/teknologi internet; dan 4. membentuk jaringan telekomunikasi dan informasi yang menghubungkan setiap wilayah pertumbuhan dengan ibukota kabupaten. kemudahan dalam bertransaksi dalam sektor perdagangan tidak terkendalinya pembangunan tower - tower BTS Pengembangan prasarana telematika akan terus dikembangkan dengan persaingan pasar yang kuat sehingga akan mampu menjangkau segenap pelosok serta terdapat peluang yang besar untuk memanfaatkan prasarana secara bersama

e. Masyarakat secara umum merasakan E. Strategi untuk mengembangkan sistem jaringan sumber daya air dilakukan untuk mendukung pembangunan berkelanjutan melalui wilayah sungai, penyediaan jaringan irigasi, air baku untuk air bersih dan pengendalian banjir, meliputi : gejala-gejala berkurangnya pasokan air yang timbul, mulai dari berkurangnya debit mata air, berkurangnya volume aliran sungai dan saluran-saluran, mengecilnya/tidak terawatnya badan air, mengeringnya sumur dimusim kemarau dan yang paling ekstrim adalah mengeringnya mata air. 1. mengembangkan pemanfaatan wilayah sungai untuk penyediaan cadangan air irigasi dengan peningkatan konservasi sempadan sungai; 2. meningkatkan jaringan irigasi dan sarana prasarana pendukung; 3. mengembangkan jaringan air baku untuk air bersih melalui pengoptimalan pemanfaatan sumber air permukaan dan sumber air tanah; 4. meningkatkan tampungan/resapan air melalui pengoptimalan fungsi tampungan untuk wisata air, penataan lingkungan, konservasi serta pengendalian banjir; dan 5. mengoptimalkan dan membangun jaringan pelayanan air bersih. tumbuhnya pemahaman masyarakat tentang pentingnya penggunaan dan penghematan pemanfaatan air aktivitas kegiatan masyarakat se hari - hari terhambat sehingga akan berdampak pada pemenuhan kebutuhan hidup 1. Perbaikan irigasi yang nonteknis dan semi teknis menjadi sistem irigasi teknis 2. Pemisahan yang jelas antara fungsi sungai dan irigasi 3. Pengoptimalan pemanfaatan Sungai Bengawan Solo dan Kali kening sebagai sumber untuk irigasi 1. Memperluas jaringan pelayanan PDAM 2. Menjaga kelestarian sumbersumber mata air yang ada f. Sistem pengelolaan jaringan prasarana lingkungan yang dilaksanakan masih kurang terpadu, utamanya pada sistem jaringan persampahan, sumber air minum kota, air limbah dan jalur evakuasi bencana F. Strategi untuk mengembangkan sistem timbulnya kesaadara jaringan prasarana lingkungan masyarakat akan dilakukan secara terpadu sesuai dengan pentingnya kebersihan fungsi wilayah melalui sistem jaringan dan menjaga lingkungan persampahan, sumber air minum kota dan jalur evakuasi bencana, meliputi : timbulnya permasalahan dalam penanganan sampah secara terpadu 1. mengelola sistem persampahan dengan sistem pengurangan volume, penggunaan kembali dan pendaurulangan sampah (3R), optimalisasi fungsi TPA, TPS dan sarana prasarana kebersihan, serta pengembangan teknologi persampahan; 1. Penanganan sampah terutama di kawasan perdesaan dapat dilakukan secara mandiri dan diolah menjadi bahan kompos; 2. Melalui peningkatan kesadaran lingkungan dan pemanfaatan daur ulang sampah, maka volume sampah dapat direduksi sejak lebih awal; 3. Terdapat peluang mengelola sampah secara modern dengan skala besar melalui industri kompos dan pupuk organik.

2. mengembangkan sistem pengelolaan sampah secara mandiri untuk wilayah perdesaan untuk mendukung pertanian; Limbah dari industri mulai mengganggu masyarakat sekitar 3. mengelola limbah industri dan timbulnya kesaadaran rumah tangga untuk mengurangi masyarakat dan tingkat pencemaran lingkungan, kesadaran pelaku usaha melalui penyediaan IPAL dan IPAL akan pentingnya Komunal; membuang limbah baik limbah rumah tangga maupun limbah idustri 4. meningkatkan sanitasi lingkungan untuk permukiman, perdagangan dan jasa, serta kegiatan sosial ekonomi lainnya di wilayah perkotaan dan perdesaan; 5. meningkatkan perlindungan terhadap sumber-sumber mata air dan daerah resapan air, perluasan cakupan pelayanan air minum serta peningkatan kuantitas dan kualitas air menjadi layak dan siap minum; dan 6. menyediakan jalur evakuasi bencana khususnya bencana banjir kawasan kawasan yang rawan bencana. terpeliharanya sumber air guna berbagai keperluan dan meningkatkan pelayanan air minum oleh PDAM Tertanganinya korban bencana dengan cepat timbulnya permasalahan dalam pengelolaan dan penanganaan limbah baik domestik maupun limbah rumah tangga membutuhkan waktu yang cukup dan anggaran yang cukup besar menimbulkan permasalahan dalam penggunaan ruang yang terbatas 3. - Masih banyak dilakukan penebangan, mengingat batas antara hutan lindung dan hutan produksi tidak jelas; - Adanya penambangan batuan secara liar di lokasi kawasan hutan lindung Kebijakan pemantapan kawasan lindung, dilakukan dengan menetapkan berbagai fungsi lindung wilayah dan melestarikannya yang dilakukan secara terpadu meliputi kawasan lindung, kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya, kawasan perlindungan setempat, kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya, kawasan rawan bencana alam, kawasan lindung geologi, dan kawasan lindung lainnya. A. Strategi untuk memantapkan kawasan kontribusi terhadap bagi hutan lindung, dilakukan dengan hasil tebangan menetapkan fungsi kawasan hutan meningkat dan adanya lindung dalam mendukung ketersediaan kayu untuk keseimbangan fungsi ekologis, meliputi proses pembangunan : 1. mengembalikan fungsi pada menjadikan kawasan yang mengalami kerusakan, matapencaharian melalui penanganan secara teknis dan penduduk bagi wilayah vegetatif; dan potensial tambang berkurangnya hutan di kabupaten Tuban yang berdampak pada perubahan iklim mikro adanya perubahan bentang alam dan berkurangnya daya dukung lahan 1. Memberikan batasan yang jelas di kawasan hutan antara hutan produksi dan hutan lindung 2. Perlindungan terhadap kawasan hutan lindung secara ketat 3. Merehabilitasi lahan lahan yang ditambang secara liar 4. Memberikan sosialisasi terhadap masyarakat sekitar hutan tentang perlunya pelestarian hutan lindung

2. meningkatkan reboisasi untuk mengembalikan fungsinya menjadi hutan lindung secara bertahap; Adanya alih fungsi di beberapa kawasan resapan air, terutama untuk kegiatan pertambangan. B. Strategi untuk memantapkan fungsi lindung pada kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya, dilakukan dengan menetapkan fungsi kawasan dalam mendukung keberlanjutan lingkungan wilayah, meliputi : 1. menetapkan kawasan resapan air berupa hutan lindung, hutan produksi dan kawasan sempadan; 2. mengembalikan fungsi pada kawasan yang mengalami kerusakan, melalui penanganan secara teknis dan vegetatif; 3. membatasi pengembangan kawasan terbangun di kawasan resapan air; 4. mempertahankan kawasan yang telah ditetapkan sebagai kawasan resapan air; dan 1. Perlindungan terhadap kawasan resapan air 2. Peningkatan kegiatan pariwisata alam dikawasan resapan air 3. Pengolahan tanah secara teknis (misalnya membuat embung, cekungan tanah, bendung) sehingga kawasan ini memberikan kemampuan peresapan air yang lebih tinggi) 4. Percepatan rehabilitasi lahan yang mengalami kerusakan; 5. Pembuatan sumur-sumur resapan; 6. Pengendalian hutan dan tegakan tinggi pada wilayah-wilayah hulu; serta 7. Pengolahan sistem terasering dan vegetasi yang mampu menahan dan meresapkan air 5. melestarikan kawasan yang termasuk hulu DAS dengan pengembangan hutan atau perkebunan tananaman keras tegakan tinggi.

C. Strategi untuk memantapkan fungsi 1. Perlindungan terhadap kawasan lindung pada kawasan perlindungan sekitar mata air setempat, dilakukan dengan membatasi 2. Pengendalian penambangan pada perkembangan kawasan terbangun kawasan sekitar mata air untuk sempadan setempat pada 3. Menjaga kelestarian hutan lindung sempadan pantai, sempadan sungai, agar kelestarian mata air ikut terjaga kawasan sekitar danau atau waduk dan sehingga debit airnya tidak menurun. kawasan sekitar mata air, meliputi : 1. Terumbu karang sudah banyak yang rusak 2. Sampah yang berserakan dilokasi sempadan pantai 3. Gelombang pasang yang terjadi mengakibatkan rusaknya kawasan permukiman di kawasan pantai 4. Hutan bakau yang sudah banyak mengalami kerusakan 5. Lemahnya pengelolaan kawasan pesisir yang pada dasarnya rawan bencana gelombang pasang; serta 6. Terjadi peningkatan penggunaan kawasan terbangun dan penambangan pasir pada kawasan perlindungan sekitar sungai 1. membatasi kegiatan yang tidak berkaitan dengan perlindungan setempat; 2. mengamankan kawasan adanya kebijakan perlindungan setempat sepanjang program secara terpadu pantai dengan mempertahankan guna mengatasi ekosistem pantai yang meliputi hutan permasalahan di area mangrove, terumbu karang, dan pantai dan sekitarnya estuaria; adanya ego sektoral dalam penanganan permasalahan di area pantai dan sekitarnya 1. pembatasan perluasan kegiatan pada kawasan yang telah ditetapkan sebagai kawasan perlindungan setempat. 2. Pembuatan tanggul untuk mencegah terjadinya kerusakan karena adanya gelombang pasang. 3. Budidaya terumbu karang 4. Peningkatan kegiatan perikanan di lokasi sempadan pantai 5. Pelestarian hutan bakau 6. Pengembangan kegiatan pantai yang menyatu dengan pengembangan prospek pengelolaan perikanan dan pariwisata sangat mendukung pengembangan kegiatan kawasan, mengingat potensi pantai yang sangat panjang di Kabupaten Tuban 3. membatasi pengembangan kawasan fungsional yang meliputi kawasan pariwisata, pelabuhan, dan permukiman di sempadan pantai dengan memperhatikan kaidah lingkungan dan ekosistem pesisir;

4. membatasi kawasan perlindungan adanya kebijakan adanya ego sektoral setempat sepanjang sungai untuk program secara terpadu dalam penanganan kepentingan pariwisata, pertambangan guna mengatasi permasalahan di area dan mengupayakan sungai sebagai permasalahan di area pantai dan sekitarnya latar belakang kawasan fungsional; pantai dan sekitarnya 1. Di beberapa Sempadan sungai banyak yang dimanfaatkan sebagai permukiman 2. Dibeberapa sempadan sungai tidak terdapat tanggul sehingga pada saat terjadi hujan deras airnya meluap dan merusak kawasan pertanian 3. Banyak warga yang masih membuang sampah dan tinja pada sungai 4. Luasan Kawasan sempadan sungai cenderung berkurang karena adanya alih fungsi lahan 5. Terjadi peningkatan penggunaan kawasan terbangun dan penambangan pasir pada kawasan perlindungan sekitar sungai 5. mengelola DAS Bengawan Solo untuk kegiatan irigasi dan air baku bagi masyarakat Tuban; 1. Sungai besar di luar kawasan permukiman ditetapkan sekurangkurangnya 100 meter 2. Pada anak sungai besar diluar kawasan permukiman ditetapkan sekurang-kurangnya 50 meter 3. Pada sungai besar dan anak sungainya di kawasan pemukiman ditetapkan 15 meter. 4. Untuk sungai bertanggul diukur dari kiri dan kanan kaki tanggul bagian luar sepanjang tanggul sungai 5. Untuk sungai yang tidak bertanggul diukur dari titik banjir ke arah daratan 6. Pemanfaatan yang dilarang Misalnya saja pada kawasan sempadan sungai, tidak diperbolehkan adanya pembangunan terutama permukiman penduduk. Karena keberadaannya sangat mengganggu estetika lahan dan akan menimbulkan bencana apabila tidak diperhatikan kegiatan yang berjalan di dalamnya. 1. Mata air yang ada debitnya berkurang karena adanya perluasan pertambangan yang tidak memperhatikan kawasan mata air 2. Adanya eksplotasi air tanah yang berlebihan 6. membatasi kawasan perlindungan setempat sekitar mata air untuk pariwisata dan pertambangan serta menghindari bangunan radius pengamanan kawasan dan mengutamakan vegetasi yang memberikan perlindungan waduk dan mata air; dan Penggunaan air baku 7. memanfaatkan sumber air untuk irigasi dengan tetap memperhatikan keseimbangan pasokan air dan kebutuhan masyarakat setempat. 1. Perlindungan terhadap kawasan sekitar mata air 2. Pengendalian penambangan pada kawasan sekitar mata air 3. Menjaga kelestarian hutan lindung agar kelestarian mata air ikut terjaga sehingga debit airnya tidak menurun. 1. Pembuatan sempadan irigasi disepanjang saluran irigasi agar kelestariannya terjaga 2. Perbaikan irigasi semi teknis dan non teknis menjadi irigasi teknis. 3. Pelarangan permukiman atau kegiatan lain di sempadan irigasi

D. Strategi untuk memantapkan fungsi lindung pada kawasan suaka alam, pelestrian alam dan cagar budaya, dilakukan dengan meningkatkan fungsi lindung yang dapat digunakan juga untuk pariwisata dan penelitian meliputi kawasan cagar alam, kawasan pantai berhutan bakau dan cagar budaya, meliputi : 1. mempertahankan fungsi ekologis kawasan alami baik biota maupun fisiknya melalui upaya pencegahan pemanfaatan kawasan pada kawasan cagar alam dan upaya konservasi; 2. meningkatkan kegiatan konservasi dan rehabilitasi yang berguna untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dari ancaman kepunahan yang disebabkan oleh kegiatan alam maupun manusia; 3. meningkatkan nilai dan fungsi kawasan dengan menjadikan kawasan sebagai tempat wisata, obyek penelitian, dan kegiatan pecinta alam; 4. melaksanakan kerjasama pengelolaan kawasan hutan melalui Pengelolaan Hutan Bersama Masyarakat (PHBM) serta; 5. mempertahankan fungsi kawasan terhadap kegiatan yang berkaitan dengan budidaya masyarakat; dan 6. memelihara nilai dan fungsinya sebagai peninggalan sejarah, objek penelitian dan pariwisata; E. Strategi untuk memantapkan fungsi lindung kawasan rawan bencana, dilakukan melalui meningkatkan fungsi lindung dengan memberikan zonasi kawasan rawan bencana, meliputi rawan bencana banjir dan rawan bencana gelombang pasang, meliputi: 1. membatasi pengembangan kawasan terbangun pada kawasan rawan bencana banjir dan gelombang pasang; 2. memberikan peringatan dini dari kemungkinan adanya bencana alam;

3. mengembangkan hutan mangrove dan bangunan yang dapat meminimalisasi bencana bila terjadi gelombang pasang; 4. menyediakan jalur-jalur evakuasi bencana dengan menyiapkan peta daerah rawan banjir dilengkapi dengan rute pengungsian, lokasi pengungsian sementara, dan lokasi pos pengamat ketinggian muka air di sungai penyebab banjir; 5. konservasi tanah dan air di daerah pengaliran sungai (DPS) hulu untuk menekan besarnya aliran permukaan dan mengendalikan besarnya debit puncak banjir serta pengendalian erosi untuk mengurangi pendangkalan di dasar sungai; dan 6. menata ruang dan rekayasa di daerah pengaliran sungai hulu sehingga pemanfaatan lahan tidak merusak kondisi hidrologi daerah aliran sungai (DAS) dan tidak memperbesar masalah banjir dengan program percepatan rehabilitasi hutan dan lahan; 4. Kebijakan pengembangan kawasan budidaya, dilakukan untuk meningkatkan fungsi setiap kawasan di Kabupaten Tuban meliputi : kawasan peruntukan hutan produksi, kawasan peruntukan hutan rakyat, kawasan peruntukan pertanian, kawasan peruntukan perkebunan, kawasan peruntukan perikanan, kawasan peruntukan pertambangan, kawasan peruntukan industri, kawasan peruntukan pariwisata, kawasan peruntukan permukiman dan kawasan peruntukan lainnya. A. Strategi untuk mengembangkan kawasan peruntukan hutan produksi, dilakukan melalui pengembangan hutan produksi untuk menunjang perekonomian tersier wilayah, meliputi :

1. mengembangkan hutan yang memiliki nilai ekonomi tinggi tetapi tetap memiliki fungsi perlindungan kawasan; 2. melakukan penanaman dan penebangan secara bergilir serta mengolah hasil hutan; 3. melakukan kerjasama dengan masyarakat dalam mengelola hutan melalui PHBM sebagai hutan kerakyatan; dan 4. memberikan insentif pada kawasan hutan rakyat untuk mendorong terpeliharanya hutan produksi. B. Strategi untuk mengembangkan kawasan pertanian, dilakukan untuk mendukung industri terpadu, meliputi : 1. mempertahankan sawah beririgasi teknis untuk tidak dialih fungsikan; 2. memberikan disinsentif khususnya pada kawasan perkotaan apabila terjadi alih fungi sawah; 3. menetapkan lahan pertanian pangan yang berkelanjutan; dan 4. mengembangkan kawasan agropolitan; C. Strategi untuk mengembangkan kawasan perkebunan, meliputi : 1. mengembangkan hortikultura dengan pengolahan hasil dan melakukan upaya eksport; 2. meningkatkan pelestarian kawasan hortikultura dengan mengembangkan sebagian lahan untuk tanaman tegakan tinggi yang memiliki fungsi lindung; 3. mengembalikan lahan yang rusak atau alih komoditas menjadi perkebunan seperti semula; dan 4. meningkatkan produktivitas dan pengolahan hasil perkebunan; D. Strategi untuk mengembangkan kawasan perikanan, meliputi :

1. meningkatkan produktivitas, pengolahan hasil perikanan dan melakukan upaya eksport; 2. mengembangkan kawasan minapolitan; 3. memelihara kualitas waduk dan sungai untuk pengembangan perikanan darat; 4. mengembangkan sistem mina padi; dan 5. meningkatkan kualitas ekosistem pesisir untuk menjaga mata rantai perikanan laut. E. Strategi untuk mengembangkan kawasan pertambangan, dilakukan untuk mendukung kegiatan industri, meliputi : 1. mengembalikan rona alam melalui pengembangan kawasan hutan, atau kawasan budidaya lain pada area bekas penambangan; 2. meningkatkan nilai ekonomis hasil pertambangan melalui pengolahan hasil tambang; 3. mencegah galian liar terutama pada kawasan yang membahayakan lingkungan; 4. melakukan kajian kelayakan ekologis dan lingkungan, ekonomis dan sosial bila akan dilakukan kegiatan penambangan pada kawasan tambang bernilai ekonomis tinggi yang berada pada kawasan lindung, permukiman dan kawasan pertanian irigasi teknis dan 5. menegakkan pengelolaan lingkungan kawasan pertambangan. F. Strategi untuk mengembangkan kawasan industri, dilakukan untuk mendukung perwujudan kawasan industri terpadu wilayah pantura, meliputi : 1. mengembangkan dan pemberdayaan industri kecil dan rumah tangga untuk pengolahan hasil pertanian, peternakan, perkebunan, perikanan laut; 2. mengembangkan kawasan industri di wilayah utara;

3. mengembangkan industri yang mengolah bahan dasar hasil tambang; 4. mengembangkan industri besar tambang minyak serta pengolahan semen 5. mengembangkan zona industri polutif berjauhan dengan kawasan permukiman; 6. mengembangkan pusat promosi dan pemasaran hasil industri kecil dan kerajinan; 7. mengembangkan kawasan industri secara khusus; 8. mengembangkan kawasan industri yang ditunjang pelabuhan eksport sekaligus memberikan otoritas khusus pengelolaannya; 9. menangani dan mengelola limbah yang dihasilkan industri dengan penyediaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), baik secara individual maupun komunal; 10. menggunakan metode dan teknologi industri ramah lingkungan; dan 11. menyediakan jalur hijau sebagai zona penyangga pada tepi luar kawasan industri. G Strategi untuk mengembangkan kawasan pariwisata, meliputi : 1. mengembangkan obyek wisata andalan prioritas dengan mengkaitkan kalender wisata dalam skala nasional dan meningkatkan promosi wisata; 2. membentuk zona wisata dengan disertai pengembangan paket wisata; 3. mengadakan kegiatan festival wisata atau gelar seni budaya; dan 4. mengembangkan batik khas Tuban Gedog. H Strategi untuk mengembangkan kawasan permukiman, meliputi : 1. mengembangkan permukiman perdesaan disesuaikan dengan karakter fisik, sosial-budaya dan ekonomi masyarakat perdesaan;

2. menyediakan sarana dan prasarana permukiman perdesaan; 3. meningkatkan kualitas permukiman perkotaan; 4. mengembangkan perumahan terjangkau; 5. menyediakan sarana dan prasarana permukiman perkotaan; dan 6. mengembangkan Kasiba/Lisiba mandiri. I Strategi untuk mengembangkan kawasan peruntukan lainnya yang meliputi RTH perkotaan, kawasan pengembangan sektor informal dan kawasan pesisir, meliputi : 1. mengembangkan RTH pada tiap kawasan perkotaan dan kawasan industri; 2. mengembangkan kawasan sektor informal pada kawasan pemukiman, pusat perkotaan dan kawasan pariwisata; 3. mengembangkan kawasan pesisir sebagai kawasan pariwisata, pelabuhan, industri dan minapolitan yang ramah lingkungan serta melindungi wilayah sempadan pantai sehingga tetap terjadi keseimbangan pengembangan kawasan; 4. meningkatkan pemanfaatan dan pengembangan laut, pesisir dan perikanan darat secara terpadu; dan 5. meningkatkan nilai ekonomi kawasan lindung melalui pemanfaatan bakau dan terumbu karang sebagai sumber ekonomi perikanan dengan cara penangkapan yang ramah lingkungan dan mendukung keberlanjutan.

4. Kebijakan penetapan kawasan strategis wilayah, dilakukan melalui pengembangan dan/atau pembatasan fungsi kawasan sesuai dengan peruntukannya dalam skala kabupaten dan regional meliputi : kawasan strategis berdasarkan aspek : ekonomi, sosial budaya, lingkungan hidup, aspek teknologi tinggi dan pertahanan dan keamanan A. Strategi mengendalikan perkembangan ruang sekitar kawasan strategis kabupaten, meliputi : 1. menetapkan batas pengaruh kawasan strategis Kabupaten Tuban; dan 2. menetapkan pola pemanfaatan lahan sesuai dengan fungsi dan peran masing-masing kawasan. B Strategi memantapkan kawasan strategis ekonomi, meliputi : 1. mengembangkan fasilitas-fasilitas pendukung kawasan minapolitan dan agropolitan ; 2. mengembangkan industri terpadu yang ada di kawasan Pantura; 3. mengembangkan dan mengendalikan kawasan ekonomi berbasis industri menuju industri berteknologi tinggi yang ramah lingkungan; dan 4. menyiapkan kawasan pelabuhan Jenu untuk menjadi pelabuhan Pengumpan. C Strategi memantapkan fungsi lindung pada kawasan sosial budaya, meliputi : 1. mempertahankan dan melestarikan obyek wisata religi dan bangunan yang termasuk sebagai benda cagar budaya; 2. mempertahankan dan melestarikan situs yang ada di Kabupaten Tuban sebagai bagian sejarah kabupaten; dan 3. memanfaatkan dan merevitalisasi kawasan lama sebagai asset wisata dan penunjang pengembangan ekonomi kota D Strategi memantapkan kawasan strategis lingkungan, meliputi :

1. mengembangkan dan melestarikan kawasan lindung dan hutan mangrove 2. meningkatkan pemanfaatan bahan tambang mineral batuan dan mineral batuan non logam secara seimbang dan terpadu untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD); 3. mengendalikan pertambangan untuk mengurangi kerusakan lingkungan bertentangan dengan huruf b ; dan 4. memanfaatkan lokasi bekas penambangan untuk kegiatan yang memberikan nilai ekonomi; E. Strategi memantapkan kawasan teknologi tinggi meliputi : 1. mengendalikan penggunaan teknoknologi yang berdampak terhadap lingkungan; dan 2. menggunakan teknologi yang tepat guna ramah lingkungan. F Strategi memantapkan kawasan strategis Pertahanan Keamanan, meliputi : 1. mengendalikan kegiatan budidaya lain di sekitar kawasan militer; dan 2. memberikan buffer zone untuk pengamanan wilayah kawasan militer dengan pengembangan RTH atau hutan kota; BUPATI TUBAN, H. FATHUL HUDA