IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN PERTANIAN MENJADI LAHAN INDUSTRI

dokumen-dokumen yang mirip
TUGAS AKHIR. FAKTOR PENGARUH PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN PERTANIAN MENJADI LAHAN INDUSTRI di ZONA INDUSTRI PALUR KABUPATEN KARANGANYAR

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONVERSI LAHAN PERTANIAN STUDI KASUS: KECAMATAN JATEN, KABUPATEN KARANGANYAR

cukup besar bagi struktur perekonomian di Kabupaten Magelang. Data pada tahun

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. lainnya dapat hidup dan beraktivitas. Menurut Undang-Undang Nomor 24

KAJIAN PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA DI KECAMATAN UMBULHARJO, KOTA YOGYAKARTA TUGAS AKHIR

KAJIAN PENERAPAN SISTEM DINAMIS DALAM INTERAKSI TRANSPORTASI DAN GUNA LAHAN KOMERSIAL DI WILAYAH PUSAT KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

IDENTIFIKASI AKTIVITAS SOSIAL-EKONOMI MASYARAKAT AKIBAT KEBERADAAN INDUSTRI DI KECAMATAN KALIWUNGU TUGAS AKHIR. Oleh: YOWALDI L2D

DAMPAK PERKEMBANGAN INDUSTRI BESAR TERHADAP SOSIAL EKONOMI DI KABUPATEN TEMANGGUNG TUGAS AKHIR. Oleh: RIZKI OKTARINDA L2D

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sektor non pertanian merupakan suatu proses perubahan struktur ekonomi.

IDENTIFIKASI FAKTOR PENENTU LOKASI INDUSTRI DI KOTA SEMARANG DAN DAERAH YANG BERBATASAN TUGAS AKHIR. Oleh: FAHRIAL FARID L2D

BAB I PENDAHULUAN. individu manusia setelah pangan dan sandang. Pemenuhan kebutuhan dasar

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENILAIAN PENGARUH SEKTOR BASIS KOTA SALATIGA TERHADAP DAERAH PELAYANANNYA

KARAKTERISTIK STRUKTUR RUANG INTERNAL KOTA DELANGGU SEBAGAI KOTA KECIL DI KORIDOR SURAKARTA - YOGYAKARTA TUGAS AKHIR

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM) DI KABUPATEN SRAGEN TUGAS AKHIR

I. PENDAHULUAN. Kota Depok telah resmi menjadi suatu daerah otonom yang. memiliki pemerintahan sendiri dengan kewenangan otonomi daerah

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JENIS PENGGUNAAN LAHAN PESISIR SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh: ARI KRISTIANTI L2D

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

ALTERNATIF POLA HUBUNGAN KOTA TEGAL DALAM KONTEKS KAWASAN BREGAS TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KAJIAN PERUBAHAN HARGA LAHAN DI KORIDOR JALAN KASIPAH BERDASARKAN PERSEPSI MASYARAKAT BERKAITAN DENGAN PEMBANGUNAN PERUMAHAN GRAHA CANDI GOLF SEMARANG

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS

BAB 3 GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN DAN KEUANGAN DAERAH KAB/KOTA DI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Jika kita pelajari sejarah perekonomian Indonesia sejak masa awal Orde

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

PERAN WANITA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA NELAYAN DI DESA TASIKAGUNG KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. masa sebelumnya. Menurut Sadono Sukiro (1996: 33), pertumbuhan dan

KAJIAN KEBUTUHAN PELAYANAN KAWASAN PERINDUSTRIAN KALIJAMBE BERDASARKAN PREFERENSI PENGUSAHA MEBEL KECIL DAN MENENGAH DI KABUPATEN SRAGEN

BAB V KESIMPULAN. wilayahnya yang sebelumnya berbasis agraris menjadi Industri. Masuknya Industri

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusiinstitusi

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI TUKAR PETANI SEBAGAI INDIKATOR KESEJAHTERAAN PETANI PADI DI KABUPATEN SRAGEN

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang yaitu bahwa bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Oleh : Sumiawati A

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sektor industri yang dipandang strategis adalah industri manufaktur.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1 RTRW Kota Cilegon Djoko Sujarto, Perencanaan perkembangan kota baru,penerbit ITB, 2012, hlm 16

PRIORITAS AKTIVITAS PERTANIAN, INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN DI KABUPATEN KULON PROGO TUGAS AKHIR. Oleh: B U S T A M I L2D

I. PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan tempat manusia tinggal dalam upaya untuk meningkatkan status

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dalam arti tingkat hidup yang

Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 12

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah IMAM NAWAWI, 2014

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian

PERAN STAKEHOLDER DALAM UPAYA PENCIPTAAN EFISIENSI KOLEKTIF PADA KLASTER JAMBU AIR MERAH DELIMA DI KABUPATEN DEMAK TUGAS AKHIR

DAFTAR ISI. Abstrak... i Kata Pengantar... ii Daftar Isi... iv Daftar Tabel... viii Daftar Gambar... xii

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. Sektor pertanian telah. masyarakat, peningkatan Pendapatan Domestik Regional Bruto

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki

oleh : RUSDIANTO ABIDIN A JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN LNSTITUT PERTANIAN BOGOR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sektor industri mempunyai peranan penting dalam pembangunan ekonomi

EVALUASI RUTE TRAYEK ANGKUTAN UMUM PENUMPANG (AUP) BERDASARKAN PERSEBARAN PERMUKIMAN DI KABUPATEN SRAGEN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola

BAB I PENDAHULUAN. Tantangan global di masa mendatang juga akan selalu berkaitan dengan

MODEL BANGKITAN PERJALANAN YANG DITIMBULKAN PERUMAHAN PURI DINAR MAS DI KELURAHAN METESEH KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

FENOMENA PENGELOLAAN PRASARANA DI KAWASAN PERBATASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA Wilayah dan Hirarki Wilayah

I. PENDAHULUAN. Industri nasional memiliki visi pembangunan untuk membawa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. yaitu pertumbuhan, penanggulangan kemiskinan, perubahan atau transformasi

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. saat ini masih dalam proses pembangunan disegala bidang baik dari sektor

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Kabupaten Sleman merupakan sektor yang. strategis dan berperan penting dalam perekonomian daerah dan

DAMPAK RESTRUKTURISASI INDUSTRI TEKSTIL DAN PRODUK TEKSTIL (TPT) TERHADAP KINERJA PEREKONOMIAN JAWA BARAT (ANALISIS INPUT-OUTPUT)

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari atau disebut masyarakat miskin dan

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan waktu pertumbuhan penduduk yang cepat. fungsi. Masalah pertanahan akan selalu timbul dari waktu ke waktu.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang memiliki sumberdaya alam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENGARUH PEMBANGUNAN PERUMAHAN PONDOK RADEN PATAH TERHADAP PERUBAHAN KONDISI DESA SRIWULAN KECAMATAN SAYUNG DEMAK TUGAS AKHIR

I. PENDAHULUAN. (1) pertumbuhan, (2) penanggulangan kemiskinan, (3) perubahan atau

KAJIAN DAYA TAMPUNG RUANG UNTUK PEMANFAATAN LAHAN KOTA TARAKAN TUGAS AKHIR

TINGKAT PEMENUHAN DAN AKSESIBILITAS FASILITAS SOSIAL DI KECAMATAN SEMARANG SELATAN DAN KECAMATAN GENUK TUGAS AKHIR

PENYEDIAAN HUNIAN BURUH INDUSTRI COMMUTER DI KAWASAN INDUSTRI TERBOYO SEMARANG TUGAS AKHIR. Oleh: ENDYANA PUSPARINI L2D

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kependudukan dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia termasuk salah satu negara yang sedang berkembang yang dalam

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri.

PENDAHULUAN Latar Belakang

KAJIAN KARAKTERISTIK BERLOKASI AKTIVITAS PEDAGANG KAKI LIMA (PKL) DI KAWASAN PECINAN SEMARANG TUGAS AKHIR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

EVALUASI PEMANFAATAN RUANG DI KECAMATAN UMBULHARJO KOTA YOGYAKARTA TUGAS AKHIR

INDUSTRIALISASI DAN MIGRASI TENAGA KERJA SEKTOR DI KOTA CILACAP

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Indonesia merupakan negara agraris yang artinya sektor pertanian

DAMPAK KEBERADAAN PERMUKIMAN SOLO BARU TERHADAP KONDISI EKONOMI, SOSIAL DAN FISIK PERMUKIMAN SEKITARNYA

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN TAPANULI UTARA DARI SISI PDRB SEKTORAL TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam perekonomian Indonesia, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA Konversi Lahan Konversi lahan merupakan perubahan fungsi sebagian atau seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di Indonesia memiliki tujuan untuk mensejahterakan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, bahwa penduduk Indonesia dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses perubahan struktural di Indonesia dapat ditandai dengan: (1) menurunnya pangsa

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Transkripsi:

IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN PERTANIAN MENJADI LAHAN INDUSTRI (Studi Kasus : Zona Industri Palur Kabupaten Karanganyar) TUGAS AKHIR Oleh : HESTI MAHARANI L2D 098 438 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2003

ABSTRAK Pertumbuhan penduduk yang sangat pesat berakibat pada perkembangan aktivitas kota dan tuntutan kebutuhan terutama di bidang ekonomi. Perkembangan aktivitas kota menuntut tersedianya kebutuhan lahan yang semakin mahal dan sulit didapatkan di pusat kota. Sehingga, akibat tuntutan tersebut, pengembangan aktivitas kota ke daerah pinggiran tidak dapat dihindari. Akibatnya, terjadi perubahan lahan dan restrukturisasi secara keruangan di daerah pinggiran. Lahan yang semula berfungsi sebagai lahan pertanian produktif kemudian beralih fungsi menjadi lahan untuk aktivitas industri. Fenomena ini banyak terjadi di perkotaan, salah satunya terjadi di Zona Industri Palur. Dalam studi kali ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktorfaktor yang mempengaruhi perubahan penggunaan lahan yang terjadi di zona industri Palur. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan guna lahan tersebut dalam studi ini dilihat melalui sisi permintaan dan penawaran. Melalui sisi permintaan dapat diketahui berapa besar permintaan terhadap lahan untuk aktivitas industri dari preferensi para pengusaha. Sedangkan dari sisi penawaran lahan dilihat dari pertimbangan pemilik lahan pertanian yang menjual lahannya pada para pengusaha. Proses analisis dilakukan dengan menggunakan beberapa metode yang disesuaikan dengan tujuan studi. Analisis pertama adalah analisis mengenai luas perubahan lahan yang terjadi. Berdasarkan hasil analisis, perubahan yang terjadi cukup signifikan selama kurun waktu sepuluh tahun dari tahun 1991-2001. Selama kurun waktu tersebut, luas lahan pertanian mengalami penyempitan sebesar 84,09 ha sedangkan disisi lain luas lahan industri meningkat menjadi 25,91 ha. Salah satu temuan studi dari analisis perubahan penggunaan lahan adalah besarnya luas lahan untuk aktivitas industri yang menyimpang. Total luas lahan industri yang menyimpang dari peraturan dan RTRK yaitu sebesar 259.196 m 2 atau sekitar 25,91 Ha. Sedangkan jumlah industri yang menyimpang sebanyak 24 perusahaan. Analisis selanjutnya dengan metode analisis faktor untuk memperoleh faktor-faktor penentu perubahan guna lahan yang terjadi. Dari output hasil analisis faktor diperoleh lima belas variabel dari sisi permintaan dan sembilan variabel dari sisi penawaran. Dari proses analisis faktor tersebut diperoleh enam faktor yang menentukan perubahan guna lahan pertanian menjadi industri di Zona Industri Palur. Faktor-faktor dari sisi permintaan adalah faktor input proses produksi, faktor penunjang proses produksi, dan faktor eksternal proses produksi. Dari sisi penawaran adalah faktor internal pemilik lahan pertanian, faktor pertimbangan ekonomis, dan faktor intervensi pemerintah. Dari keenam faktor tersebut, yang paling dominan dalam fenomena perubahan penggunaan lahan adalah modal, jumlah tenaga kerja, aksesibilitas, kedekatan dengan CBD, intervensi pemerintah, pola pemikiran pemilik lahan pertanian, luas lahan, penawaran tinggi dari pengusaha, dan biaya produksi. Berdasarkan temuan hasil studi ini dapat diberikan suatu rekomendasi, bahwa RTRK yang telah disusun dapat dipertahankan namun perlu dievaluasi agar mampu mengarahkan mekanisme pasar (kondisi permintaan dan penawaran lahan) yang terjadi sehingga pada praktiknya mampu mengarahkan pertumbuhan aktivitas-aktivitas lain yang muncul sebagai akibat dari pertumbuhan aktivitas industri.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk yang sangat pesat akan berimplikasi terhadap peningkatan kebutuhan ruang untuk mewadahi kegiatannya, dan salah satunya dimanifestasikan dalam wujud lahan. Di atas lahan inilah kemudian penduduk melakukan berbagai kegiatan, baik secara individual maupun kelompok. Padahal untuk memenuhi kebutuhan lahan tersebut terdapat keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki suatu kota, baik secara fisik dan geografis, maupun kemampuan pemerintah dalam penyediaan infrastruktur dan pelayanan kota. Pertumbuhan penduduk yang pesat juga berakibat pada tuntutan pemenuhan kebutuhan lapangan pekerjaan, salah satu penyedianya adalah sektor industri. Pertumbuhan lapangan kerja di sektor industri menjadi sangat pesat setelah masa Orde Baru. Dari tahun 1961 sampai tahun 1990, pangsa sektor industri dalam total lapangan kerja terjadi peningkatan baik di seluruh tanah air maupun yang terjadi di Pulau Jawa. Selama kurun waktu 1980-an, sektor industri menyediakan seperempat bagian lapangan kerja baru di Jawa, melebihi sumbangan dari sektor perdagangan dan jauh lebih besar dari sektor-sektor lain. Sektor industri memiliki kemampuan yang tinggi dalam menyerap tenaga kerja, menyebarkan kegiatan pembangunan di daerah serta mempunyai kekuatan untuk mendorong bagi pertumbuhan sektor-sektor lainnya. Tidak dapat dipungkiri jika akibat industrialisasi tersebut kemudian menimbulkan gejala alih fungsi lahan di wilayah pinggiran (Hall,1996:241-242). Fenomena alih fungsi lahan pertanian ke lahan industri secara teoritis dapat dijelaskan dalam konteks ekonomika lahan yang menempatkan sumber daya lahan sebagai faktor produksi. Karena karakteristiknya, maka secara alamiah akan terjadi persaingan dalam penggunaan lahan untuk aktivitas pertanian dan 1

2 aktivitas industri. Gejala alih fungsi lahan dari penggunaan persawahan menjadi non persawahan semakin meningkat, khususnya bagi suatu kota yang berpenduduk lebih dari satu juta jiwa. Gejala ini cenderung terjadi di desa-desa di wilayah pinggiran kota dimana lahan persawahan masih tersedia cukup luas (Bachriadi,1997:2). Propinsi Jawa Tengah telah menetapkan beberapa daerah sebagai daerah yang diarahkan untuk dikembangkan sebagai lokasi untuk kawasan industri maupun lokasi perindustrian bagi setiap kabupaten untuk mendukung penyerapan dan keberadaan industri (Kanwil BPN Propinsi Jawa Tengah, 1997:5). Arahan yang sedemikian rupa, diharapkan dapat memberikan PAD bagi tiap kabupaten serta dapat menyerap tenaga kerja sehingga dapat meningkatkan taraf kehidupan masyarakat. Salah satu kabupaten yang mempunyai potensi industri yang cukup tinggi adalah Kabupaten Karanganyar. Kabupaten Karanganyar merupakan salah satu kabupaten yang termasuk dalam Wilayah Perkotaan Surakarta, dan Kota Surakarta itu sendiri merupakan pusat pertumbuhan bagi Wilayah Pembangunan IV Jawa Tengah. Wilayah terbangunnya secara fisik telah tumbuh dan berkembang melebihi batas administratifnya (RTRW Kab.Karanganyar, 2001). Perkembangan ini masih akan terjadi terutama di wilayah administrasi kabupaten tetangga yang berbatasan dengan Kota Surakarta, sehingga daerah-daerah ini telah menjadi satu kesatuan dalam perkembangan Kota Surakarta, atau masuk ke dalam Wilayah Perkotaan Surakarta. Salah satu daerah yang menjadi Wilayah Perkotaan Surakarta adalah Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar dimana Zona Industri Palur berada di dalamnya. Pengertian zona industri (industrial zone) adalah zona yang diperuntukkan untuk pengembangan kegiatan industri yang dapat mencakup beberapa wilayah (Kamus Tata Ruang,1997:116). Kecamatan Jaten sendiri meliputi 8 (delapan) desa. Namun dari delapan desa tersebut, keberadaan industri di Kecamatan Jaten hanya tersebar di lima desa, yaitu Desa Ngringo, Desa Sroyo, Desa Brujul, Desa Jetis, dan Desa Dagen.

3 Zona Industri Palur adalah salah satu zona industri yang perkembangannya sangat pesat. Sektor industri yang ada di zona industri Palur mempunyai distribusi yang cukup tinggi terhadap perekonomian Kabupaten Karanganyar. Sumbangannya terhadap PDRB Kabupaten Karanganyar sebesar 37,41% (menurut harga berlaku tahun 2001). Saat ini jumlah industri yang ada di zona industri Palur sebanyak 61 buah. Sektor industri di Kabupaten Karanganyar didominasi oleh industri tekstil (44,15%) dan 76,62% dari keseluruhan industri yang ada di Kabupaten Karanganyar terletak di zona industri Palur. Dalam penyerapan tenaga kerja, industri tekstil memegang peranan penting yaitu sekitar 76,35% dari keseluruhan tenaga kerja yang ada diserap di industri tekstil (Kab.Karanganyar Dalam Angka,2001:10). Gambar 1.1 Sumbangan PDRB (ADHB) Sektor Pertanian dan Industri di Kecamatan Jaten Tahun 1991-2001 (Juta rupiah) 1000000 500000 0 632752.03 531575.4 575050.52 35428.5 31615.34 33284.27 1999 2000 2001 pertanian industri Sumber : Kab.Karanganyar Dalam Angka,2001 Keberadaan industri di zona industri Palur yang pertumbuhannya meningkat pesat itu menimbulkan perubahanperubahan baik dari segi fisik maupun non fisik pada zona industri itu sendiri maupun pada kawasan di sekitarnya. Salah satu perubahan yang terjadi adalah penyusutan terhadap luas lahan pertanian produktif. 300,000 200,000 100,000 0 Gambar 1.2 Penyusutan Lahan Pertanian di Zona Industri Palur Th.1991-2001 145,795 142,695 108,084 84,054 147,829 107,779 263,822 247,822 202,854 201,942 Dagen Ngringo Jetis Sroyo Brujul Th.1991 Th.2001 Sumber : Monografi Kec.Jaten Th.1991-2001