BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia memiliki daya pikat tersendiri bagi peneliti asing. Meskipun

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Dalam BAB I, peneliti memaparkan hal-hal yang melatarbelakangi penelitian, uraian masalah, tujuan dan manfaat dari penelitian ini.

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang bersifat dinamis, arbitrer,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut KBBI kata adalah unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan, yang

BAB I PENDAHULUAN. Setiap masyarakat pemakai bahasa memiliki kesepakatan bersama mengenai

BAB I PENDAHULUAN. bidang otomotif yang disajikan oleh majalah Oto Plus. Majalah ini terbit setiap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia selalu mengalami perubahan dari masa ke masa sejalan dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. penambahan kosakata merupakan bagian penting. Baik dari proses pembelajaran

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Masuknya istilah-istilah asing, terutama dari bahasa Inggris ke dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang dalam kehidupannya. membutuhkan sistem komunikasi. Adapun sistem komunikasi dimaknai sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam masyarakat diglosia, bahasa digunakan oleh penutur yang heterogen,

PENYEBAB INTERFERENSI GRAMATIS

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tidak hanya untuk menjajakan barang dagangannya tetapi juga menyebarkan agama.

2015 KOLOKASI LEKSIKON PADA RANAH PEMILU: KAJIAN SEMANTIK LEKSIKAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan sebuah media atau alat komunikasi yang digunakan oleh

BAB VII KESIMPULAN. penyerapan mengalami penyesuaian dengan sistem bahasa Indonesia sehingga

BAB I PENDAHULUAN. bersifat produktif dan dinamis. Selain itu perkembangan bahasa juga dipengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang digunakan manusia untuk

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada di luar bahasa yang digunakan akal budi memahami hal-hal lain (KBBI,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan dan menerima informasi atau pesan.

BAB I PENDAHULUAN. lingua france bukan saja di kepulauan Nusantara, melainkan juga hampir seluruh

BAB I PENDAHULUAN. hanya sekedar memenuhi kebutuhan hiburan masyarakat dan kedua hal tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Silfi Pitriyanti, 2014 Penggunaan Abreviasi Pada Ranah Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, bahasa Indonesia semakin berkembang. Dalam penelitiannya

BAB I PENDAHULUAN. manusia itu pada dasarnya tidak bisa hidup sendiri. Manusia tentunya

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat berkomunikasi yang sangat penting bagi manusia.

BAB I PENDAHULUAN. juga tidak terlepas dari penggunaan kata serapan. Tidak adanya padanan kata

BAB I PENDAHULUAN. Sarana yang paling utama dan vital untuk memenuhi kebutuhan tersebut adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. kata, baik berbentuk gramatikal maupun leksikal. Bahasa yang digunakan seharihari

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Astri Rahmayanti, 2013

: Ortografis dalam Register Seabreg SMS Gaul

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa jurnalistik merupakan ragam bahasa tersendiri yang dipakai dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zenitha Vega Fauziah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dua macam, yaitu sarana komunikasi yang berupa bahasa lisan dan sarana

BAB I PENDAHULUAN. membedakannya dari makhluk-makhluk lain (Poerwadarminta, 2005: 106).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dita Marisa, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat manusia membutuhkan alat. komunikasi untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia adalah bahasa Negara Republik Indonesia yang tercantum

BAB I PENDAHULUAN. Tanpa bahasa manusia tidak dapat saling berinteraksi baik antar individu maupun

BAB I PENDAHULUAN. Linguistik, semantik adalah bidang yang fokus mempelajari tentang makna baik yang berupa text

BAB I PENDAHULUAN. diterbitkan kurang begitu memperhatikan aspek gramatikal bahkan masih

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Chaer (1994) menyebutkan bahwa salah satu sifat bahasa adalah unik. Setiap

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa Orientasi Siswa (selanjutnya disebut MOS) merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sarana berkomunikasi dan mengidentifikasikan diri

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau

Bahasa Indonesia Sebagai Bahasa Internasional

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Ridwan Arifin. Catatan Kesalahan Berbahasa Indonesia Suatu Pendekatan Linguistik. Penerbit Nida Dwi Karya Publishing

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Retno Eko Wulandari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling memahami maksud atau keinginan seseorang.

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan masyarakat dapat mempengaruhi perubahan bahasa. Era

BAB 6 PENUTUP. Terjemahan yang baik memiliki tiga kriteria, yakni ketepatan, kejelasan, dan

ANALISIS PEMAKAIAN KATA SERAPAN DAN ISTILAH ASING DALAM ARTIKEL OPINI HARIAN KOMPAS EDISI MEI-JUNI 2012

BAB I PENDAHULUAN. sarana komunikasi. Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu. menggunakan bahasa dalam berbagai bentuk untuk mengungkapkan ide,

BAB1 PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan berpengaruh terhadap sistem atau kaidah

BAB I PENDAHULUAN. sebagainya. Keadaan tersebut mengakibatkan adanya kontak bahasa sehingga. pengaruh bahasa lain masuk ke dalam bahasa Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Seperti hakikat manusia menurut Aristoteles ( SM), manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Linguistik sebagai ilmu kajian bahasa memiliki berbagai cabang.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan bermasyarakat, bahasa bukanlah satu-satunya alat

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Akibatnya, banyak masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. segala bentuk gagasan, ide, tujuan, maupun hasil pemikiran seseorang kepada orang

BAB 1 PENDAHULUAN. Realisasi sebuah bahasa dinyatakan dengan ujaran-ujaran yang bermakna.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masyarakat Indonesia terdiri dari bermacam macam suku bangsa dan

EJAAN DAN MORFOLOGI PERTEMUAN KETIGA

KAJIAN BENTUK-BENTUK AKRONIM BAHASA INDONESIA DAN KAJIAN FONOTAKTIKNYA DALAM BERITA LIPUTAN KHUSUS PEMILU 2009 PADA SURAT KABAR SOLOPOS SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Devy Elfayanti Karmana, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB l PENDAHULUAN. mengalami perkembangan seiring dengan pengguna bahasa. Bahasa merupakan alat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB I PENDAHULUAN. untuk hidup bersama. Untuk menjalani kehidupan sehari-hari antara orang yang

PENETAPAN PERATURAN UMUM MENGENAI SYARAT-SYARAT KECAKAPAN, PENGETAHUAN DAN CARA PEMILIHAN SERTA PENGESAHAN KEPALA DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. atau kelompok individu terutama kelompok minoritas atau kelompok yang

BAB I PENDAHULUAN. para anggota kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial, yang tidak bisa hidup sendiri tanpa kehadiran

BAB V PENUTUP. Pemakaian bahasa dalam komunitas backpacker Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan bahasa, terdapat aturan-aturan pemakaian bahasa yang dapat

ANALISIS GEJALA KONTAMINASI, PENGGUNAAN BAHASA ASING DAN DAERAH DALAM BERITA POLITIK SURAT KABAR SOLOPOS EDISI OKTOBER-NOVEMBER 2009 SKRIPSI

PENANDA KOHESI SUBSITUSI PADA WACANA KOLOM TAJUK RENCANA SUARA MERDEKA BULAN AGUSTUS 2009 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa yang berkembang di masyarakat sangat beragam. Ragam

KAIDAH FONOTAKTIK GUGUS KONSONAN KATA-KATA BAHASA INDONESIA YANG BERSUKU DUA

KEKELIRUAN PEMBERIAN NAMA RUU TENTANG KUHP Oleh: Agus Suharsono * Naskah diterima: 10 Agustus 2016; disetujui: 13 Oktober 2016

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal lain

PENYERAPAN ISTILAH ASING REGISTER KEDOKTERAN PADA RUBRIK KESEHATAN SURAT KABAR REPUBLIKA EDISI JANUARI MARET 2008 SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN TEORI. Persinggungan antara dua bahasa atau lebih akan menyebabkan kontak

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Setiap individu manusia tidak akan pernah luput dari berkomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan asal-usulnya, kosakata bahasa Jepang (goi) terbagi atas wago,

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memiliki arti penting bagi kehidupan manusia yang ditunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tugas untuk memenuhi salah satu kebutuhan sosial manusia,

BAB I PENDAHULUAN. kumpulan kompleks dari sistem-sistem yang saling berinteraksi, yang terbuka

BAB II KERANGKA TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA. Konsep dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori sosiolinguistik

TINJAUAN PUSTAKA. Secara etimologis konsep tinjauan historis terdiri dari dua kata yakni tinjauan dan

Transkripsi:

1 BAB 1 PENDAHULUAN Pada Bab 1, peneliti akan memaparkan hal-hal yang melatarbelakangi penelitian ini, uraian masalah, tujuan, manfaat, asumsi dasar, dan definisi operasional. 1.1 Latar Belakang Bahasa Indonesia memiliki daya pikat tersendiri bagi peneliti asing. Meskipun dewasa ini jumlah peneliti asing kian berkurang dalam meneliti bahasa Indonesia sejak dinasti orde baru runtuh, banyak sumbangan penelitian mengenai bahasa-bahasa di Indonesia yang dilakukan oleh peneliti asing. Penelitian tersebut baik sekadar mendeskripsikan saja, maupun yang memiliki kepentingan lain seperti untuk penyebaran agama nasrani, melancarkan jalannya pemerintahan kolonial atau jajahan di Indonesia (Chaer, 2007: 375-376; Collins, 2009: 36). Salah satu negara Eropa yang pernah menjajah Indonesia tersebut adalah Belanda. Belanda mendatangi Nusantara sekitar awal abad ke-17 ketika mereka mengusir Portugis dari Maluku. Belanda kemudian menuju pulau Jawa dan daerah lainnya. Sejak itulah, secara bertahap Belanda menguasai banyak daerah di Indonesia. Walaupun Belanda menguasai banyak daerah di Indonesia, bahasa Belanda tidak sepenuhnya dapat menggeser kedudukan bahasa Portugis. Vries (1989:281) mengatakan dalam salah satu artikelnya bahwa para pendatang (orang-orang Belanda) yang menetap di Indonesia, kebanyakan menikah dengan wanita-wanita Asia atau memelihara gundik dan keturunannya, di samping menggunakan bahasa Belanda

2 yang kurang baik, juga mempergunakan bahasa Portugis atau bahasa Melayu karena bahasa-bahasa tersebut merupakan bahasa kontak terpenting di daerah itu. Pada dasarnya bahasa Belanda memang relatif lebih sukar untuk dipelajari daripada bahasa Portugis. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh himpunan guru-guru Hindia Belanda pada akhir abad kesembilan belas, menyatakan 41% anak-anak di kelas satu pendidikan dasar Eropa (Europese Lager Onderwijs) tidak bisa bahasa Belanda, 29% sangat sedikit bisa bahasa Belanda, dan dari penduduk Indonesia kalangan atas sangat sedikit yang bisa bahasa Belanda (periksa Vries, 1989:281). Selain itu, orang-orang Belanda sendiri tidak suka membuka diri kepada orang-orang yang ingin mempelajari kebudayaan Belanda termasuk bahasanya. Namun, seiring dengan jumlah penduduk Belanda yang semakin bertambah di seluruh negeri dalam kurun waktu yang lama, bahasa Belanda menjadi salah satu alat komunikasi di negeri ini. Ditambah lagi, pada tahun 1641 VOC mengatakan bahwa penguasaan bahasa Belanda yang cukup baik menjadi syarat bagi budak-budak yang ingin memakai topi atau menginginkan surat tanda bebas, orangorang Indonesia yang ingin menjadi anggota kesatuan pertahanan rakyat yang dipersenjatai, dan wanita-wanita Indonesia yang ingin menikah dengan pria Eropa (Vries, 1989:282). Peraturan politik bahasa seperti itulah yang lambat laun menjadikan bahasa Belanda menjadi bahasa kedua di Indonesia pada saat itu. Belanda merupakan sumber utama untuk menimba ilmu bagi kaum pergerakan. Oleh karena itu, komunikasi gagasan kenegaraan pada saat negara Indonesia didirikan banyak mengacu pada bahasa Belanda. Pengetahuan mengenai

3 hukum, pemerintahan, dan politik di Indonesia pun berasal dari Belanda. Hukum di Indonesia sendiri merupakan campuran dari sistem hukum-hukum Eropa. Sebagian besar sistem yang dianut, baik perdata maupun pidana, berbasis pada hukum Eropa Kontinental, khususnya dari Belanda bahkan Kitab Undang-undang Hukum Perdata yang dikenal dengan KUHPer yang berlaku di Indonesia tidak lain adalah terjemahan dari Burgerlijk Wetboek atau dikenal dengan BW yang berlaku di kerajaan Belanda diberlakukan di Indonesia (dan wilayah jajahan Belanda). Pemberian nama dan masuknya konsep-konsep baru di ketiga bidang itulah yang menjadi faktor penting peminjaman kosakata pada bahasa Indonesia. Poedjosoedarmo (dalam Saadie dkk., 1998:41) mengungkapkan jika kontak budaya (mencakup kontak bahasa) merupakan penyebab terjadinya penyerapan, maka seseorang yang menguasai suatu bahasa asing pasti memiliki alasan-alasan tertentu sehingga ia menyerap unsur-unsur bahasa asing tersebut ke dalam bahasanya. Alasan tersebut antara lain, (1) unsur serapan asing diperlukan untuk melambungkan benda atau konsep yang baru, (2) rendahnya frekuensi pengunaan bahasa asli yang telah memiliki padanan kata dari kata asing yang telah ada, (3) untuk membedakan katakata homonim digunakan kata serapan asing, (4) kata serapan asing digunakan untuk memperhalus ungkapan, (5) seorang bilingual memerlukan kata serapan asing untuk mengungkapkan hal-hal dalam budaya asing, (6) kata-kata serapan digunakan demi nilai sosial, dan (7) tidak adanya kreativitas berbahasa pada diri bilingual. Frekuensi pemakaian kosakata serapan bahasa Belanda dalam bahasa Indonesia pada peristilahan hukum, pemerintahan, dan politik di media cetak cukup

4 tinggi. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan banyaknya ditemukan kosakata serapan bahasa Belanda pada ketiga bidang tersebut dalam berita-berita yang disajikan majalah Tempo. Tempo adalah majalah berita mingguan di Indonesia dengan kategori pemberitaan aktualitas politik yang memuat berita seputar hukum, pemerintahan, politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Edisi pertama Tempo diterbitkan pada Maret 1971 yang merupakan majalah pertama yang tidak memiliki afiliasi dengan pemerintah. Majalah ini pernah dilarang oleh pemerintah pada tahun 1982 dan 21 Juni 1994 serta kembali beredar pada 6 Oktober 1998. Tempo dipilih sebagai salah satu sumber penelitian yang akan dilakukan selain karena majalah ini dinilai cukup vokal untuk menyuarakan permasalahan hukum, pemerintah, dan politik di negeri ini, juga memilki kekhasan pemilihan diksi yang menarik dalam penyajian beritanya. Apalagi, ketika Susilo Bambang Yudoyono mendapatkan kembali kepercayaan masyarakat untuk melanjutkan masa jabatannya sebagai presiden. Tempo memberitakannya dari segala segi. Adapun contoh penggunaan kosakata serapan bahasa Belanda dalam bidang hukum, pemerintahan, dan politik yang dikutip dari majalah berita mingguan Tempo edisi 7-13 November 2011 di antaranya adalah berikut ini. 1) Perseteruan memuncak saat Benny memberikan kompensasi kepada prajurit yang tewas atau cacat seusai operasi Irian Barat. 2) Komisi Yudisial usut kasus Sitorus 3) Secara pidana, Sitorus divonis delapan tahun penjara.

5 4) Tak ada masalah dalam proyek ini, kata politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan itu. 5) Sekelompok orang, antara lain disponsori mantan wakil presiden Jusuf Kalla, bergiat mengkampanyekan pemilihan komodo ini. Faktanya, kebanyakan masyarakat Indonesia tidak menyadari bahwa kompensasi, komisi, kasus, divonis, politikus, partai, demokrasi, presiden dan mengkampanyekan merupakan kosakata serapan dari bahasa Belanda. Memang beberapa kata tersebut tidak diserap secara utuh, tetapi dengan menggunakan beberapa penyesuaian atau pergeseran pelafalan, penulisan, termasuk makna dari bentuk asli. Kompensasi memiliki arti ganti rugi yang berasal dari bahasa Belanda, yaitu Compensatie. Pada Pedoman Umum Pembentukan Istilah dijelaskan bahwa ada penyesuaian ejaan dari kosakata serapan bahasa asing dalam bahasa Indonesia c di muka a,o,u dan konsonan menjadi k. Kemudian, t di muka i, jika lafalnya s, menjadi s. Begitu juga dengan ie jika lafalnya i, menjadi i. Oleh karena itu, compensatie dalam bahasa Indonesia menjadi kompensasi serta termasuk mengalami gejala perubahan bahasa Apokope karena mengalami penghilangan fonem e diakhir kata. Apokope merupakan istilah untuk jenis perubahan karena pelepasan bunyi-bunyi vokal di akhir kata. Gejala ini merupakan perubahan yang sangat lazim dalam hampir semua bahasa. Berikut ini adalah perubahan yang dialami kata kompensasi:

6 c k o o m m p p e e n n s s a a t s i i e Berdasarkan hasil studi pustaka yang telah dilakukan, penulis menemukan beberapa penelitian sejenis, yaitu kosakata asing di bidang musik yang menjadi kosakata serapan dalam bahasa Indonesia dengan judul Kosakata Musik dalam Bahasa Indonesia Sebagai Upaya Perencanaan dan Pembakuan Bahasa yang dilakukan Effendi (2007). Hasil dari penelitian tersebut yaitu bentuk tulis bahasa asing masih sangat besar frekuensinya di dalam kosakata musik bahasa Indonesia. Banyak kosakata istilah musik yang belum dikaji padanan katanya serta bentuk tulis kosakata asing mencapai 69,9%. Padahal, menurut Pedoman Umum Pembentukan Istilah, pemakaian istilah asing harus diminimalkan. Selain itu, ada juga penelitian yang dilakukan Nugraha (2007) dengan judul Tinjauan Semantik Kosakata Homonim di Bidang Otomotif dan hasil penelitiannya memaparkan kosakata homonim di bidang otomotif mempunyai bentuk sama dengan kosakata istilah lain tetapi memiliki makna yang berbeda. Kemudian penelitian ini juga memaparkan, kosakata istilah otomotif bahasa Indonesia mempunyai bentuk lain yang diperoleh dari berbagai bentuk penyerapan kosakata.

7 Fathimah (2010) melakukan penelitian yang berjudul Pergeseran Semantis Kosakata Serapan Bahasa Arab dalam Bahasa Indonesia. Dalam penelitiannya, Fathimah menjelaskan bahwa sejumlah kosakata serapan bahasa Arab dalam bahasa Indonesia ternyata mengalami pergeseran semantis. Hasil tersebut didapat dari data berupa kosakata serapan yang diperoleh dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) kemudian diperbandingkan dengan kosakata bahasa Arab dalam kamus Krapyak Alasny Arab-Indonesia. Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Saraswati (2011) dengan judul Karakteristik Istilah Bidang Kehutanan pada Majalah Surili. Saraswati memaparkan hasil dari penelitiannya yaitu meliputi bentuk lingual istilah bidang kehutanan, proses pembentukannya, pemaknaan istilah bidang kehutanan, tingkat kodifikasi istilah bidang kehutanan yang sudah dan belum dikodifikasi, serta respon pembaca majalah surili dalam memahami istilah kehutanan yang mayoritas responden lebih sering mengunakan istilah dalam bentuk asing yang belum dikodifikasi. Kemudian, penelitian yang dilakukan Ratnawati (2011) mengenai peristilahan peralatan rumah tangga yang menggunakan istilah asing berjudul Pemakaian Istilah Asing pada Peralatan Rumah Tangga meliputi bentuk lingual, pemadanan istilah, taraf integritas, serta penyebutan makna pada peralatan rumah tangga dilihat dari makna leksikal dan gramatikal. Penelitian sebelumnya dirasa belum cukup untuk menjelaskan peminjaman dan penyerapan istilah atau kosakata asing yang dilakukan bahasa Indonesia karena hanya membahas peminjaman dan penyerapan dari bahasa Inggris serta bahasa Arab

8 saja. Padahal bahasa Indonesia banyak memungut bahasa-bahasa lain seperti dari bahasa Cina, Latin, Yunani, Belanda, Persia, Portugis, dan lain-lain (Kridalaksana, 1989: 292). Kosakata serapan bahasa Belanda, selain memiliki nilai historis, juga relatif sulit dibedakan dengan kosakata bahasa Indonesia. Hal tersebutlah yang menjadi tantangan bagi peneliti untuk meneliti kosakata serapan bahasa Belanda dalam bahasa Indonesia khususnya pada bidang hukum, pemerintahan,dan politik yang terdapat dalam media cetak. Penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti berbeda dengan penelitian sebelumnya yaitu mengklasifikasi dan mendeskripsikan, baik berdasarkan pergeseran fonologis, morfologis, semantik, maupun frekuensi penggunaan pada kosakata serapan bahasa Belanda dalam bahasa Indonesia khususnya pada bidang hukum, pemerintahan, dan politik di majalah Tempo edisi pilihan tahun 2011-2012 yang memuat berita Susilo Bambang Yudoyono dengan Kabinet Indonesia Bersatu jilid 2. Tidak hanya itu, peneliti juga akan menganalisis penyebab pergeseran fonologis, morfologis, semantik pada kosakata serapan bahasa Belanda serta analisis penyesuaian kosakata serapan bahasa Belanda terhadap Ejaan Yang Disempurnakan dalam bahasa Indonesia. Berdasarkan beberapa alasan yang telah dipaparkan di atas, penelitian yang berjudul Kosakata Serapan Bahasa Belanda pada Peristilahan Hukum, Pemerintahan, dan Politik dalam Bahasa Indonesia perlu dilakukan.

9 1.2 Identifikasi Masalah Dalam melakukan suatu penelitian, perlu adanya suatu masalah agar dapat diketahui secara jelas aspek apa saja yang perlu peneliti teliti. Oleh karena itu, perlu adanya identifikasi terkait dengan masalah yang akan diteliti. Adapun identifikasi masalah termaksud sebagai berikut. 1) Terdapat proses penyerapan kosakata bahasa Belanda ke dalam bahasa Indonesia yang belum memiliki padanan kata. 2) Terdapat pergeseran dalam bentuk fonologi, morfologi, dan semantik kosakata serapan bahasa Belanda dalam bahasa Indonesia. 3) Terdapat karakteristik kosakata serapan bahasa Belanda dalam bahasa Indonesia. 4) Terdapat penggunan kosakata bahasa Belanda pada berbagai bidang dalam bahasa Indonesia. 1.3 Batasan Masalah Masalah yang akan diteliti adalah kosakata serapan bahasa Belanda dalam bahasa Indonesia. Agar pelaksanaan penelitian ini tidak menimbulkan kekeliruan dalam penafsirannya, perlu kiranya peneliti membatasi ruang lingkup masalah tersebut. Untuk lebih jelasnya, batasan masalah termaksud adalah sebagai berikut. 1) Penggunaan kosakata serapan bahasa Belanda pada peristilahan hukum, pemerintahan, dan politik dalam bahasa Indonesia di majalah Tempo edisi-edisi pilihan tanggal 19-25 September 2011, 24-30 Oktober 2011, 7-13 November 2011, 28 November-4 Desember 2011, serta 19-25 Maret 2012.

10 2) Pergeseran fonologis, morfologis, dan semantis kosakata serapan bahasa Belanda pada peristilahan hukum, pemerintahan, dan politik dalam bahasa Indonesia di majalah Tempo edisi pilihan 2011-2012. 3) Penyebab pergeseran fonologis, morfologis, dan semantis kosakata serapan bahasa Belanda pada peristilahan hukum, pemerintahan, dan politik dalam bahasa Indonesia di majalah Tempo edisi pilihan 2011-2012. 4) Frekuensi penggunaan kosakata serapan bahasa Belanda dengan kosakata serapan bahasa Asing lain pada peristilahan hukum, pemerintahan, dan politik dalam bahasa Indonesia di majalah Tempo edisi pilihan 2011-2012. 5) Bentuk penyesuaian kosakata serapan bahasa Belanda pada peristilahan hukum, pemerintahan, dan politik terhadap Ejaan Yang Disempurnakan dalam bahasa Indonesia di majalah Tempo edisi pilihan 2011-2012. 1.4 Rumusan Masalah Sehubungan dengan batasan masalah yang telah diuraikan, peneliti mencoba merumuskan masalah ini dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut. 1) Bagaimana bentuk lingual kosakata serapan bahasa Belanda pada peristilahan hukum, pemerintahan, dan politik dalam bahasa Indonesia di majalah Tempo edisi pilihan 2011-2012? 2) Bagaimana pergeseran fonologis, morfologis, dan semantis kosakata serapan bahasa Belanda pada peristilahan hukum, pemerintahan, dan politik dalam bahasa Indonesia di majalah Tempo edisi pilihan 2011-2012?

11 3) Apakah penyebab pergeseran fonologis, morfologis, dan semantis kosakata serapan bahasa Belanda pada peristilahan hukum, pemerintahan, dan politik dalam bahasa Indonesia di majalah Tempo edisi pilihan 2011-2012? 4) Bagaimana frekuensi penggunaan kosakata serapan bahasa Belanda dengan kosakata serapan bahasa Asing lain pada peristilahan hukum, pemerintahan, dan politik dalam bahasa Indonesia di majalah Tempo edisi pilihan 2011-2012? 5) Bagaimana bentuk penyesuaian kosakata serapan bahasa Belanda pada peristilahan hukum, pemerintahan, dan politik terhadap Ejaan Yang Disempurnakan dalam bahasa Indonesia di majalah Tempo edisi pilihan 2011-2012? 1.5 Tujuan Penelitian Penelitian yang dilakukan ini memiliki tujuan, baik secara umum maupun khusus. Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan ilmu bahasa, baik dari segi fonologis, morfologis, maupun semantis. Secara khusus, penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mendeskripsikan sebagai berikut: 1) bentuk lingual kosakata bahasa Belanda pada peristilahan hukum, pemerintahan, dan politik dalam bahasa Indonesia di majalah Tempo edisi pilihan 2011-2012; 2) pergeseran fonologis, morfologis, dan semantis kosakata serapan bahasa Belanda pada peristilahan hukum, pemerintahan, dan politik dalam bahasa Indonesia di majalah Tempo edisi pilihan 2011-2012;

12 3) penyebab pergeseran fonologis, morfologis, dan semantis kosakata serapan bahasa Belanda pada peristilahan hukum, pemerintahan, dan politik dalam bahasa Indonesia di majalah Tempo edisi pilihan 2011-2012; 4) frekuensi penggunaan kosakata serapan bahasa Belanda dengan kosakata serapan bahasa Asing lain pada peristilahan hukum, pemerintahan, dan politik dalam bahasa Indonesia di majalah Tempo edisi pilihan 2011-2012; 5) bentuk penyesuaian kosakata serapan bahasa Belanda pada peristilahan hukum, pemerintahan, dan politik terhadap Ejaan Yang Disempurnakan dalam bahasa Indonesia di majalah Tempo edisi pilihan 2011-2012. 1.6 Manfaat Penelitian Selain memiliki tujuan, penelitian ini juga memiliki berbagai manfaat, baik secara teoretis maupun praktis. Secara teoretis, penelitian ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu kebahasaan, khususnya memperkaya kosakata bahasa Indonesia. Secara praktis, penelitian ini memiliki manfaat sebagai berikut: 1) menjadi salah satu acuan penyusunan kamus istilah hukum, pemerintahan, dan politik yang digunakan media cetak bagi para pembuat kamus; 2) sebagai salah satu parameter pemungutan bahasa asing yang menjadi bahasa Indonesia agar tidak menggeser kedudukan bahasa Indonesia di negeri sendiri bagi para pengguna bahasa Indonesia dan instansi kebahasaan terkait; 3) sebagai salah satu tinjauan bahasa Indonesia terhadap penggunaan kaidah Ejaan Yang Disempurnakan dalam media cetak bagi para jurnalis dan masyarakat pengguna bahasa Indonesia;

13 4) mengembalikan geliat penelitian bahasa dan budaya Indonesia kepada peneliti asing melalui proses pembentukkan bahasa Indonesia yang unik dan beragam bagi peneliti bahasa; 5) sebagai referensi bagi penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan penelitian ini. 1.7 Asumsi Dasar Penelitian Penelitian ini memiliki asumsi dasar sebagai landasan masalah serta perumusan hipotesis. Asumsi dasar tersebut, antara lain: 1) setiap bahasa memiliki kaidah sendiri yang membedakan kaidah bahasa satu dengan bahasa lainnya; 2) proses penyerapan kosakata asing terjadi karena kebutuhan akan ilmu pengetahuan yang belum ada padanan katanya. 1.8 Definisi Operasional Untuk menyamakan konsep dan gagasan antara peneliti dan pembaca, peneliti mendefinisikan istilah kunci dalam penelitian ini sebagaimana penjelasan berikut. 1) Kosakata serapan adalah perbendaharaan kata dalam bahasa Belanda yang masuk baik itu dari hubungan politik, budaya, maupun ekonomi kemudian memengaruhi bahasa setempat. Kosakata yang telah diserap dari bahasa asalnya bisa berubah bentuk pengucapan, pola, dan makna, tetapi tidak menutup kemungkinan diserap seperti bahasa asalnya karena tidak ada padanan kata untuk menggantikan.

14 2) Kosakata bahasa Belanda adalah perbendaharaan kata dalam bahasa Belanda yang sesuai dengan tata bahasa standar bahasa Belanda. 3) Peristilahan hukum adalah kata dan frasa dalam bidang peraturan yang dibuat sebagai batasan kaidah tertentu pada bahasa Indonesia dalam majalah Tempo edisi pilihan 2011-2012. 4) Peristilahan pemerintahan adalah kata dan frasa dalam bidang kenegaraan pada bahasa Indonesia dalam majalah Tempo edisi pilihan 2011-2012. 5) Peristilahan politik adalah kata dan frasa dalam ketatanegaraan pada bahasa Indonesia dalam majalah Tempo edisi pilihan 2011-2012.