Hakikat Sosialisasi Politik

dokumen-dokumen yang mirip
BAB VI REALISASI PANCASILA

1. Pancasila sbg Pandangan Hidup Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Negara yang menganut paham demokrasi, pemikiran yang

PETUNJUK PENYELENGGARAAN POLA DAN MEKANISME PEMBINAAN KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

DAYA DUKUNG KOMUNIKASI POLITIK ANTAR FRAKSI DALAM PENCAPAIAN EFEKTIVITAS DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Warga negara sangat berperan dalam menentukan masa depan negara.

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 52 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PELESTARIAN DAN PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN NILAI SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT

LATIHAN PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI TERBUKA

BAB II PERSPEKTIF PENDIDIKAN POLITIK

KADERISASI ORGANISASI (Tulisan lepas disampaikan pada diklat LMMT oleh BEM STKIP PGRI Tulungagung tanggal 27 April 2014)

I. PENDAHULUAN. satu usaha pembangunan watak bangsa. Pendidikan ialah suatu usaha dari setiap diri

UNDANG UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2009 TENTANG KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I. PENDAHULUAN. oleh rakyat dan untuk rakyat dan merupakan sistem pemerintahan yang. memegang kekuasaan tertinggi (Gatara, 2009: 251).

WALIKOTA BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 01 TAHUN 2016 TENTANG KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

I. PENDAHULUAN. yang dicita-citakan. Sejalan dengan Mukadimah Undang Undang Dasar 1945,

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 157 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENGASUHAN PRAJA LEMBAGA PENDIDIKAN KEDINASAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi dan informasi dituntut kemampuan ilmu. pengetahuan dan teknologi yang memadai. Untuk menuju pada kemajuan

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

Maukuf, S,Pd. M.Pd. Pertemuan ke:

GUBERNUR PAPUA PERATURAN DAERAH KHUSUS PROVINSI PAPUA NOMOR 8 TAHUN 2014 TENTANG PENANGANAN KHUSUS TERHADAP KOMUNITAS ADAT TERPENCIL

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR : 157 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN PENGASUHAN PRAJA LEMBAGA PENDIDIKAN KEDINASAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

LANDASAN SOSIOLOGIS. Ruang lingkup yang dipelajari oleh sosiologi pendidikan meliputi empat bidang :

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

- 1 - BUPATI KEPULAUAN SANGIHE PROVINSI SULAWESI UTARA PERATURAN BUPATI KEPULAUAN SANGIHE NOMOR 70 TAHUN 2016 TENTANG

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. yang signifikan. Terbukanya arus kebebasan sebagai fondasi dasar dari bangunan demokrasi

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

BAB I PENDAHULUAN. kualitas kepribadian serta kesadaran sebagai warga negara yang baik.

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Pada bagian ini akan dikemukakan kesimpulan dan implikasi penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan, karena

BAB I PEDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. khas sekaligus aset bagi bangsa Indonesia. Generasi muda sudah banyak

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

Desember Sehingga saat ini hanya sekolah-sekolah tertentu saja yang masih menggunakan kurikulum Kurikulum 2013 merupakan kurikulum

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR TINGKAT SMP, MTs, DAN SMPLB

BUPATI SEMARANG SAMBUTAN BUPATI SEMARANG PADA ACARA PENYULUHAN KEPADA MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Secara umum dapat dikatakan bahwa Partai Politik merupakan sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu

PENDAHULUAN. Madrasah Tsanawiyah (MTs) Mathla ul Anwar merupakan salah satu. Madrasah Swasta yang di selenggarakan oleh Perguruan Mathla ul Anwar Kota

BAB IV PANCASILA SEBAGAI ETIKA (MORAL)POLITIK

PANCASILA SEBAGAI SISTEM ETIKA

BAB I PENDAHULUAN. untuk menumbuh kembangkan potensi-potensi yang dimiliki anak didik termasuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah mahkluk sosial yang dilahirkan dalam suatu pangkuan

BAB I PENDAHULUAN. berkarakter dalam mengisi kemerdekaan. Namun, memunculkan jiwa yang

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian, E) Manfaat Penelitian, F) Penegasan Istilah.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan

Pancasila Sebagai Satu-satunya Asas

BAB IV PEMUDA DAN SOSIALISASI

PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NASIONAL

RINCIAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN

I. PENDAHULUAN. generasi muda untuk mempunyai jiwa kemanusiaan.

FILOSOFI KULIAH KERJA NYATA Oleh Prof. Dr. H. Deden Mulyana, SE., MSi. Disampaikan Pada: DIKLAT KULIAH KERJA NYATA UNIVERSITAS SILIWANGI 12 JULI 2017

Organizational Theory & Design

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan yang terjadi pada bangsa kita saat ini sangatlah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Juanda, 2013

BAB II KAJIAN TEORI. "Adat" berasal dari bahasa Arab,عادات bentuk jamak dari عاد ة (adah), yang

BAB I LANDASAN KURIKULUM AL-ISLAM, KEMUHAMMADIYAHAN DAN BAHASA ARAB DENGAN PARADIGMA INTEGRATIF-HOLISTIK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. bangsa Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

BUPATI BELITUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

KISI UJIAN SEKOLAH BERSTANDAR NASIONAL (USBN) TAHUN PELAJARAN 2016/2017. Nomor Soal. Kelas VII Norma 1. Konstitusi dan Proklamasi. Hak Asasi Manusia 6

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing,

BAB V PENUTUP. ikatan-ikatan sosial. Selain itu keberadaan masyarakat sipil juga berpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang membawa berbagai konsekuensi tidak hanya terhadap dinamika kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. anggota masyarakat, bangsa dan negara, serta memelihara keutuhan Negara

PENDIDIKAN POLITIK DAN POLITIK PENDIDIKAN URGENSINYA BAGI SEBUAH BANGSA

Komunikasi Politik dalam Sistem Politik 1

2016 THE DEMOCRACY EDUCATION IN STUDENT S ORGANIZATION

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

\Pengertian Lembaga Keluarga

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

MENYOAL ORGANISASI KEMASYARAKATAN (ORMAS) ANTI-PANCASILA Oleh: Imas Sholihah * Naskah diterima: 30 Mei 2016; disetujui: 21 Juni 2016

BAB II LANDASAN TEORI. tidak dapat dilihat sebagai bagian yang berdiri sendiri, tetapi sebagai satu kesatuan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG TUGAS KULIAH PANCASILA

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kepemimpinan adalah bagian dari kehidupan manusia, dan haruslah

Kata Kunci : Pengawasan DPRD, dan Harmonisasi Hubungan Kepala Daerah serta DPRD.

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1994 TENTANG LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

51. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

TAFSIR INDEPENDENSI HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

2.2 Fungsi Pancasila Sebagai Ideologi Bangsa dan Negara...7

PERATURAN MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 0059 TAHUN 2013 TENTANG PENGEMBANGAN KEPEMIMPINAN PEMUDA

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI. 3.1 Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bertambah dalam menghadapi era globalisasi, untuk menghadapi globalisasi dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Hubungan Timbal Balik Antara Lingkungan Pendidikan A. Pengaruh Keluarga terhadap sekolah dan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara demokrasi adalah negara yang kekuatan sejatinya bukan berada

I. PENDAHULUAN. demokrasi pada negara yang menganut paham demokrasi seperti Indonesia.

STANDAR ISI DAN STANDAR KOMPETENSI LULUSAN MATA PELAJARAN PKn Ekram Pw, Cholisin, M. Murdiono*

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berbagai cara yang sekiranya bisa menarik masyarakat untuk memilih. calonnya, calon pasangan kepala daerah untuk Wilayah Kabupaten

Transkripsi:

Perilaku dan Sikap Politik

SOSIALISASI POLITIK 1. Alexis S. Tan dalam Mass Communication; Theories and Research, mengatakan sosialisasi politik merupakan proses perubahan perilaku yang berhubungan erat dengan proses belajar. Dalam proses ini terjadi penyetaraan pemahaman terhadap segala peristiwa politik. 2. Sosialisasi politik ditentukan oleh lingkungan sosial, ekonomi, politik dan kebudayaan di mana individu-individu berada. 3. Komunikasi dan sosialisasi adalah unsur yang dapat dipadukan, keduanya dapat pula menyajikan unsur dinamis lain yaitu aktivitas manusia dengan segala konsep berfikirnya. 4. Jadi, sosialisasi politik adalah upaya dinamis untuk mempertahankan suatu nilai yang dirasakan manfaatnya di dalam menggerakkan dinamika masyarakat ke tingkat kehidupan yang berkualitas.

Hakikat Sosialisasi Politik Sosialisasi politik merupakan hakikat kehidupan manusia dalam suatu tatanan sistem politik 1. Suatu bangsa atau masyarakat negara yang ingin mempertahankan sistem nilai yang sedang berlangsung dan mengestafetkan ke generasi berikutnya 2. Pada filosofinya, sosialisasi politik adalah hakekat manusia yang ingin mengembangkan nilai-nilai pribadi dan pola keyakinan di dalam lingkup suatu sistem 3. Sistem politik suatu negara akan mempengaruhi kepribadian politik warga negaranya, karena itu sosialisasi politik lebih bersifat sorotan psikologis, yaitu pembentukan sikap perilaku dan kepribadian 4. Jadi, sosialisasi politik adalah proses yang berlangsung relatif lama dan rumit sebagai produk saling mempengaruhi antar individu dengan cara menyetarakan simbol-simbol politik sesuai kapasitas yang dimiliki setiap tahapan (untuk tahapan ini baca pemikiran David E. Apter)

Tujuan Sosialisasi Politik Dalam kehidupan sistem politik suatu negara, sosialisasi politik berorientasi kepada kepentingan dan keutuhan bangsa, karena itu tujuan sosialisasi politik dapat dilihat dari beberapa dimensi, yaitu: 1. Dimensi psikologis. Tahap ini disebut juga political effection. Dimana pribadi-pribadi manusia memilih dan membandingkan sesuai dengan yang diminati dalam tahap ini pelestarian sistem politik sekaligus sistem nilainya telah dapat didekati 2. Dimensi ideologis. Merupakan proses penerimaan ideologi yang telah menjadi pola keyakinan. Ideologi telah menjadi nilai-nilai yang mempedomani sikap perilaku kehidupan bernegara, sehingga pengaruh-pengaruh kontemporer tidak memberi makna yang berarti 3. Dimensi normatif. Terintegrasinya sikap mental dan pola fikir ke dalam sistem norma yang berlaku, norma menunjukkan kaedah-kaedah yang dibentuk penguasa dan berkembang dalam masyarakat. 4. Jadi, apabila ketiga dimensi di atas wujud, maka sasaran antara dan tujuan antara sosialisasi politik telah berhasil dan upaya pelestarian sistem politik dan sistem nilai telah dapat di dekati.

PENDIDIKAN POLITIK 1. Suatu aktifitas mempengaruhi, mengubah dan membentuk sikap perilaku berdasarkan nilai-nilai yang telah dianggap benar dan telah memberi manfaat bagi kehidupan umat manusia. 2. Pola pendidikan politik pada negara-negara penganut sistem totaliter akan berbeda dengan penganut sistem demokrasi. 3. Beberapa bentuk pendidikan politik: 1) pendidikan politik nasional (Civic); 2) Pendidikan politik partai atau kelompok; 3) menginterpretasi simbol-simbol kekuasaan; dan 4) menginterpretasi simbol-simbol kebenaran dan keadilan.

Pendidikan Politik Nasional (Civic) 1. Yaitu pendidikan politik berdasarkan pola yang telah ditetapkan dan dilakukan secara berjenjang, dimulai pendidikan dasar sampai perguruan tinggi 2. Pendidikan ini bersifat formal karena diselenggarakan oleh pemerintah dan oleh masyarakat berdasarkan panduan pemerintah 3. Tujuan pendidikan politik nasional ini adalah: a) mempersiapkan generasi penerus sebagai penerima dan pelanjut nilai (sistem politik, pola keyakinan, dan sistem budaya); b) menyamakan sistem berfikir tentang nilai-nilai yang dapat mempedomani aktivitas kehidupan bernegara; c) memantapkan sikap jiwa dalam melaksanakan sistem nilai sekaligus membangun hasrat melestarikannya.

Pendidikan Politik Partai atau Kelompok Pendidikan politik ini ditujukan kepada: 1. Kader partai, untuk meningkatkan kualitas kader sebagai calon pelanjut kepemimpinan partai dan kehidupan organisasi. Adapun jenjang pendidikan politik ini adalah: a) pemahaman arti organisasi, loyalitas terhadap organisasi, memantapkan dedikasi; b) membuka wawasan berfikir berdasarkan ideologi partai, menumbuhkan dinamika dan kreatifitas dalam pengembangan organisasi, meningkatkan kualitas pengelolaan organisasi; c) membentuk kader yang memiliki kemampuan konseptual, berfikir sistematis dan strategis, kemampuan menganalisis peristiwa-peristiwa politik dan cara mengantisipasinya; d) mendidik berfikir futuristik. 2. Pendidikan politik kelompok atau partai ini lebih mengarah kepada tujuan partai atau kelompok, kalaupun berakhir pada tujuan/kepentingan nasional namun tetap berdasarkan konsep-konsep yang dilahirkan partai.

Menginterpretasi Simbol-Simbol Kekuasaan 1. Pendidikan politik merupakan proses penguasaan simbolsimbol pribadi (pengenalan, pemahaman, dan aktualisasi) 2. Simbol-simbol kekuasaan terdiri dari seperangkat simbol yang digunakan dalam proses mengoperasikan kekuasaan (legislatif, eksekutif, yudikatif, dls) 3. Pemahaman terhadap bekerjanya masing-masing simbol kekuasaan tersebut di atas akan mendorong pribadi-pribadi mengaktualisasikan diri ke dalam interaksi politik 4. Proses di atas mengandung makna bahwa interpretasi simbolsimbol kekuasaan telah bergeser pada proses mengkonstruksi simbol-simbol komunikasi melalui proses encoding dan proses decoding bergantung silih berganti dan saling mempengaruhi.

Menginterpretasikan Simbol-Simbol Kebenaran dan Keadilan 1. Pendidikan politik hakikatnya adalah menemukan dan merumuskan nilai-nilai kebenaran dan keadilan dan akan ditransparansikan ke dalam kehidupan sehari-hari. 2. Kebenaran dan keadilan sepertinya nisbi (relatif), usaha-usaha merumuskan kebenaran dan keadilan sampai sekarang belum selesai 3. Permasalahan paling besar adalah mengkonkritkan nilai-nilai abstrak tersebut ke dalam struktur norma dan kehidupan nyata 4. Ukuran kebenaran yang diformulasikan ke dalam seperangkat norma yang dibentuk penguasa, yaitu norma hukum dalam wujud peraturan perundang-undangan yang mengikat dan berakibat sanksi langsung. 5. Ukuran kebenaran itu juga berdasarkan norma-norma: adat kesopanan, kesusilaan, dan agama) yang berkembang dalam masyarakat.

Catatan Penting 1. Produk pendidikan politik di dalam menemukan simbol-simbol keadilan dan kebenaran, sebagai tolok ukur untuk memahami sikap perilaku politik inkar atau tidaknya terhadap nilai-nilai yang berlaku. 2. Pendidikan politik baik formal, non formal maupun pendidikan yang diselenggarakan infrastruktur politik merupakan fundamen yang sangat elementer di dalam memelihara dan melestarikan sistem nilai (sistem politik, pola keyakinan, sistem budaya) oleh setiap generasi secara berkesinambungan dan berlanjut.

Ada Pertanyaan?... ILMU KOMUNIKASI FISIP-UR 11