METODE INVENTARISASI BURUNG (METODE MACKINNON) DI TEGAKAN KARET DAN TEGAKAN PINUS ASRAMA C4 KAMPUS IPB DRAMAGA

dokumen-dokumen yang mirip
Keyword : Birds, Inventory, Mackinnon Method, Relative of Abundance.

METODE INVENTARISASI SATWALIAR (PENGAMAT DIAM, PENGAMAT BERGERAK, DAN PENENTUAN WAKTU OPTIMUM) DI KEBUN RAYA BOGOR

3. METODOLOGI PENELITIAN. Rajawali Kecamatan Bandar Surabaya Kabupaten Lampung Tengah.

I. PENDAHULUAN. Kawasan lahan basah Bujung Raman yang terletak di Kampung Bujung Dewa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian telah dilaksanakan pada bulan April 2014 di Desa Kibang Pacing. Kecamatan Menggala Timur Kabupaten Tulang Bawang.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Maret 2012 di Rawa Bujung Raman

BIRD PREFERENCE HABITATS AROUND SERAYU DAM BANYUMAS CENTRAL JAVA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di kawasan hutan mangrove Desa Margasari

BAB III METODOLOGI. Gambar Peta Lokasi Tapak

III. METODE PENELITIAN

: Inventory, Population density, diversity, dominance

3. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2015 di Hutan Mangrove KPHL Gunung

III. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki 1539 spesies burung atau 17% dari jumlah seluruh spesies

IV. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Burung merupakan salah satu jenis satwa liar yang banyak dimanfaatkan oleh

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

III. METODE PENELITIAN

KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR (Nepenthes SPP) DALAM KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG SEMAHUNG DESA SAHAM KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK

Laporan Kegiatan Pengendali Ekosistem Hutan

BAB III. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Universitas Lampung (Unila) yang dikenal dengan sebutan Kampus Hijau (Green

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-September 2012, di Kampus. Universitas Lampung (Unila) Bandar Lampung (Gambar 3).

INVENTARISASI JENIS BURUNG PADA KOMPOSISI TINGKAT SEMAI, PANCANG DAN POHON DI HUTAN MANGROVE PULAU SEMBILAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hutan mangrove desa Margasari memiliki luas 700 ha dengan ketebalan hutan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan Sekipan merupakan hutan pinus yang memiliki ciri tertentu yang membedakannya dengan hutan yang lainnya.

BAB III METODE PENELITIAN

KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN BAWAH DI HUTAN PENELITIAN DRAMAGA DAN KEBUN KELAPA SAWIT, CIKABAYAN KAMPUS IPB RIZKI KURNIA TOHIR E

III. METODE PENELITIAN

FLORA DAN FAUNA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

Sumber: & google earth 2007 Gambar 2. Lokasi Penelitian

BAB IV METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan September 2014 di Kawasan Budidaya

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Kecamatan Menggala Timur Kabupaten Tulang Bawang Lampung (Gambar 2).

I. PENDAHULUAN. Seluruh jenis rangkong (Bucerotidae) di Indonesia merupakan satwa yang

PENDUGAAN POPULASI RUSA TOTOL ( Axis axis ) DI ISTANA BOGOR DENGAN METODE CONTENTRATION COUNT. Oleh :

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai disetiap tempat dan mempunyai posisi penting sebagai salah satu

Keywords : Diversity in Cikaweni PPKAB Bodogol, Dominance, Inventory, Herpetofauna, VES with Time Search methods

1. PENDAHULUAN. Indonesia (Sujatnika, Jepson, Soeharto, Crosby, dan Mardiastuti, 1995). terluas di Asia (Howe, Claridge, Hughes, dan Zuwendra, 1991).

KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI TAMAN HUTAN RAYA IR. H. DJUANDA, BANDUNG

I. PENDAHULUAN. dijadikan sebagai salah satu habitat alami bagi satwa liar. Habitat alami di

3 METODE Jalur Interpretasi

PEMANFAATAN BERBAGAI TIPE HABITAT OLEH CUCAK KUTILANG (Pycnonotus aurigaster Vieillot) DI KEBUN RAYA BOGOR

DAFTAR ISI. BAB III. LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS A. Landasan Teori B. Hipotesis... 18

KEANEKARAGAMAN JENIS MERANTI (SHORE SPP) PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG KABUPATEN KUBU RAYA PROPINSI KALIMANTAN BARAT

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Youth Camp Tahura WAR pada bulan Maret sampai

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati hidupan liar lainnya (Ayat, 2011). Indonesia merupakan

GEOGRAFI REGIONAL ASIA VEGETASI ASIA PENGAJAR DEWI SUSILONINGTYAS DEP GEOGRAFI FMIPA UI

PERBANDINGAN KEANEKARAGAMAN BURUNG PADA PAGI DAN SORE HARI DI EMPAT TIPE HABITAT DI WILAYAH PANGANDARAN, JAWA BARAT

I. PENDAHULUAN. (Sujatnika, Joseph, Soehartono, Crosby, dan Mardiastuti, 1995). Kekayaan jenis

BAB I PENDAHULUAN. sebesar jenis flora dan fauna (Rahmawaty, 2004). Keanekaragaman

STRUKTUR KOMUNITAS DAN STATUS PERLINDUNGAN BURUNG DI KEBUN RAYA PURWODADI, KABUPATEN PASURUAN

HUBUNGAN ANTARA STRUKTUR KOMUNITAS BURUNG DENGAN VEGETASI DI TAMAN NASIONAL BUKIT BAKA BUKIT RAYA

METODE PENELITIAN. Penelitian tentang analisis habitat monyet ekor panjang dilakukan di hutan Desa

Beberapa fakta dari letak astronomis Indonesia:

BAB III KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Meksiko, merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman hayati terkaya

ABSTRAK. Kata kunci : kuntul kecil, pulau serangan, aktivitas harian, habitat, Bali

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI

keadaan seimbang (Soerianegara dan Indrawan, 1998).

I. PENDAHULUAN. paling tinggi di dunia. Menurut World Wildlife Fund (2007), keanekaragaman

IV KONDISI UMUM TAPAK

Kata kunci : Burung, Pulau Serangan, habitat

KEANEKARAGAMAN JENIS BAMBU DI HUTAN KOTA KELURAHAN BUNUT KABUPATEN SANGGAU Bamboo Species Diversity In The Forest City Bunut Sanggau District

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari 2017 s/d bulan Februari 2017

BAB III METODE PENELITIAN

STUDI KEANEKARAGAMAN JENIS KANTONG SEMAR

KONSERVASI SATWA LIAR

Gambar 2 Peta administrasi DAS Cisadane segmen hulu.

STRUKTUR DAN KOMPOSISI TEGAKAN HUTAN DI PULAU SELIMPAI KECAMATAN PALOH KABUPATEN SAMBAS KALIMANTAN BARAT

IV. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara Geografis Pantai Sari Ringgung (PSR) terletak di posisi LS dan

PENGAMATAN AKTIVITAS HARIAN DAN WAKTU AKTIF KATAK POHON BERGARIS (Polypedates leucomystax)

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis LS dan BT. Beriklim tropis dengan

MORFOMETRI BURUNG DIURNAL DI KAWASAN HUTAN LINDUNG DESA SEKENDAL KECAMATAN AIR BESAR KABUPATEN LANDAK KALIMANTAN BARAT

BAB III. Penelitian inii dilakukan. dan Danau. bagi. Peta TANPA SKALA

LAPORAN PENGAMATAN AKTIVITAS HARIAN DAN WAKTU AKTIF BUNGLON (Bronchochela sp.) Oleh :

PENYUSUN : TIM KONSULTAN PT. DUTA POLINDO CIPTA 1. M. Sugihono Hanggito, S.Hut. 2. Miftah Ayatussurur, S.Hut.

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan jumlah spesies burung endemik (Sujatnika, 1995). Setidaknya

PERANCANGAN ULANG KAWASAN PEMAKAMAN UMUM TANAH KUSIR, JAKARTA SEBAGAI SALAH SATU BENTUK PEMANFAATAN RUANG TERBUKA HIJAU RAMAH BURUNG

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Jawa Timur, dilaksanakan pada bulan November sampai dengan bulan Desember

Gambar 1. Lahan pertanian intensif

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Agustus 2014.

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan Indonesia pada peringkat keempat negara-negara yang kaya

KEANEKARAGAMAN JENIS VEGETASI PADA KAWASAN HUTAN LINDUNG GUNUNG AMBAWANG KABUPATEN KUBU RAYA PROVINSI KALIMANTAN BARAT

EKSPLORASI KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN PAKU DI KAWASAN HUTAN GIRIMANIK KABUPATEN WONOGIRI NASKAH PUBLIKASI

KEADAAN UMUM WILAYAH

KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DI BERBAGAI TIPE DAERAH TEPI (EDGES) TAMAN HUTAN RAYA SULTAN SYARIF HASYIM PROPINSI RIAU DEFRI YOZA

Tugas Akhir. Kajian Bioekologi Famili Ardeidae di Wonorejo, Surabaya. Anindyah Tri A /

ABSTRAK JENIS DAN KERAPATAN BURUNG DI KAWASAN AGROPOLITAN KECAMATAN MANDASTANA KABUPATEN BARITO KUALA. Oleh: Zainal Husain, Dharmono, Kaspul

Lampiran 1 Foto Dokumentasi Penelitian Keaneakaragaman Jenis Burung

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat tinggi. Menurut Suhartini (2009, h.1)

IDENTIFIKASI KEANEKARAGAMAN JENIS BURUNG DAN KEARIFAN TRADISIONAL MASYARAKAT DALAM UPAYA KONSERVASI DI PULAU RAMBUT KEPULAUAN SERIBU

PEMANFAATAN HABITAT OLEH MONYET EKOR PANJANG (Macaca fascicularis) DI KAMPUS IPB DARMAGA

Transkripsi:

METODE INVENTARISASI BURUNG (METODE MACKINNON) DI TEGAKAN KARET DAN TEGAKAN PINUS ASRAMA C4 KAMPUS IPB DRAMAGA Oleh: Isniatul Wahyuni 1) (E34120017), Rizki Kurnia Tohir 1) (E34120028), Yusi Widyaningrum 1) (E34120048), Ulva Prabawati 1) (E3412005), Raina Lydiasari 1) (E34120116) 1) Departeman Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. ABSTRACT An inventory of the birds is an activity conducted to count bird species in a given location. Bird inventory activities carried out in the forest and the forest of pine gum Dorm C4 by using methods of the Mackinnon pass. Observation methods used during the observation of the MacKinnon pass method (the method list of the species of birds), namely by means of registering a type of birds by using list types. Based on observations made available 9 bird species from 8 list of bird species. It is because the condition of the vegetation on site observations are quite dense weather observation at sera. The structure of the vegetation affects habitat selection by birds. When the habitat no longer meets the necessities of life, then the birds will move. The stands are quite tightly to make a limited observer observes and find the kinds of birds that exist. The discovery of bird species are very closely related to the condition of the Habitat. Bird species that dominate in the observation that birds Doves, birds, and sooty-headed bulbul Cucak swallow. Each type has a relative abundance of 1. Species of birds that have the smallest relative abundance of bird species common Tailorbird of 0.125 because only encountered one time encounter for 8 times of observations. Keyword : Birds, Inventory, Mackinnon Method, Relative Abundance. PENDAHULUAN Burung termasuk dalam kelas Aves terdiri dari 27 ordo, 155 suku, dan 8580 jenis (Peterson 1970). Di Indonesia terdapat 1540 jenis dan di Jawa dapat ditemukan sekitar 289 jenis (MacKinnon 1993). Burung memiliki kemampuan terbang, berbulu, mampu bermigrasi dan bersosial (Peterson 1970). Burung tergolong hewan berdarah panas. Keberadaan burung di Jawa berpengaruh terhadap kondisi perekonomian yaitu sebagai, 1) hama pertanian, contohnya burung gagak, burung bondol, dan burung manyar, 2) jenis yang menguntungkan, contohnya burung elang, burung bentet dan burung kapinis, 3) bahan makanan, contohnya burung puyuh, 4) perdagangan burung peliharaan, contohnya burung beo, burung tekukur, dan burung kutilang (MacKinnon 1993). Kampus IPB Darmaga dengan luas sekitar 256,97 ha memiliki tutupan vegetasi yang beragam, terdiri dari vegetasi homogen maupun campuran (Kurnia 2003). Vegetasi yang ada di kampus ini mulai dari semak, padang rumput, tegakan karet, tegakan pinus, tegakan sengon, hutan campuran, arboretum bambu, dan taman. Kampus IPB Darmaga terletak di ketinggian tempat 142-200 mdpl dengan kemiringan lahan sekitar 0-5%. Berdasarkan Klasifikasi Schmid dan Ferguson, kampus ini termasuk ke dalam tipe iklim A, dengan curah hujan rata-rata tahunan sekitar 3500 mm per tahun. Jumlah hari hujan sebanyak 187 per tahun dengan kelembaban nisbi per tahun sekitar 88%. Temperatur udara tahunan adalah 23,20 C. Jenis tanah di Kampus IPB Darmaga termasuk ke dalam jenis latosol, selain itu juga terdapat asosiasi podsolik coklat dan podsolid merah kekuningan dengan bahan induk volkan (Syadeli 1966 diacu dalam Mardhotillah 2001). Jumlah satwaliar pada habitatnya merupakan salah satu bentuk keanekaragaman sumberdaya alam hayati (biodiversity) karena itu perlu dilakukan usaha perlindungan. Sebelum melakukan usaha perlindungan perlu diketahui jumlah dan sebaran di habitatnya. Penentuan jumlah satwaliar tersebut dapat dilakukan dengan berbagai metoda sampling yang memudahkan kita untuk melakukan perhitunan populasinya. Walaupun belum dapat diketahui jumlahnya secara pasti, namun metode ini merupakan cara untuk mendata populasi mendekati jumlah sebenarnya di habitat hidup satwaliar. Metode yang digunakan pada praktikum ini adalah metode MacKinnon. Tujuan dari pengamatan ini adalah untuk mengetahui jenis-jenis yang ada di tegakan karet dan tegakan pinus asrama C4. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Pengamatan inventarisasi burung dilakukan di tegakan karet dan tegakan pinus asrama C4 selama 8 kali ulangan yaitu sejak tanggal 29 November 2014-3 desember 2014. Pengamatan pagi dilakukan pada pukul 06.00-07.30 WIB dan pengamatan sore dilakukan pada pukul 16.00-17.30 WIB. Kondisi lokasi pengamatan di tegakan karet dan tegakan pinus asrama C4 kondisi tanahnya cenderung basah dan berwarna coklat gelap. Pohon yang terdapat di lokasi pengamatan adalah pohon

karet, pohon pinus, kelapa sawit, dan pohon sengon. Liana tumbuh menjalar di bagian batang-batang pohon sehingga tegakan cukup rapat dan sinar matahari sedikit yang masuk hingga lantai tegakan banyak ditumbuhi rumput dan alang-alang. Hal ini membuat beberapa bagian lantai tegakan yang tidak terpapar cahaya matahari ditumbuhi sedikit tumbuhan bawah seperti rumput dan paku-pakuan. Alat dan bahan Alat dan bahan yang digunakan pada pengamatan adalah kamera, binokuler, fieldguide, tally sheet, alat tulis. Metode Pengambilan Data Pengambilan data dengan menggunakan metode MacKinnon (metode daftar jenis burung) yaitu dengan cara mendaftar suatu jenis burung dengan menggunakan daftar jenis (Mackinnon et al 2010). Pengamatan dilakukan dengan cara berjalan dengan kecepatan konstan disepanjang jalur penelitian. Setiap jenis burung yang ditemukan diidentifikasi jenisnya. Burung-burung hasil pengamatan dan telah diidentifikasi dimasukkan kedalam suatu daftar yang mencatat jenis-jenis burung yang teramati, setiap jenis hanya dicatat satu kali untuk setiap daftar, setiap daftar terdiri dari maksimal 10 jenis. Jika telah mencapai 10 jenis dan menemukan jenis ke 11 maka jenis ke 11 dimasukan kedalam daftar selajutnya. Pencatatan dihentikan bila tidak ada lagi pertambahan jenis, hasil yang didapat sudah menggambarkan jumlah jenis burung dikawasan tersebut (MacKinnon et al 2010). Metode Mackinnon ini dapat menghasilkan data jenis burung dalam suatu kawasan, sehingga data hasil dari penelitian dapat digunakan sebagai dasar manajemen/ pengelolaan suatu kawasan. Metode Analisis Data Berdasarkan data yang diperoleh menggunakan metode MacKinnon, perkiraan jumlah jenis burung di daerah penelitian di analisis menggunakan kelimpahan relatif, selanjutnya dibuat grafik pertambahan jenis pada masingmasing daftar pencatatan. Jika didapatkan grafik yang mendatar maka semua jenis burung yang ada dalam lokasi pengamatan telah tercatat dan telah menunjukkan kelimpahan jenis burung di lokasi tersebut. (Bibby et al 2000). HASIL Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, didapatkan 9 jenis burung di lokasi yaitu jenis burung Wiwik kelabu (Cacomantis merulinus), burung Kareo padi (Amaurornis phoenicurus), burung Cucak kutilang (Pycnonotus aurigaster), burung Betet biasa (Psittacula alexandri), burung Walet (Collocalia linchi), burung Tekukur (Streptopelia chinensis), burung Cabe Jawa, burung Cinenen Jawa (Orthotomus sepium), dan burung Cinenen Pisang (Orthotomus sutorius). Jenis-jenis tersebut ditemukan selama 8 kali pengamatan. Jumlah jenis burung yang didapatkan selama pengamatan dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 1 Jumlah jenis burung yang ditemukan di tegakan karet dan pinus asrama C4 Jumlah jenis Penambahan jenis 1 7 0 2 5 0 3 6 1 4 5 1 5 7 0 6 7 0 7 5 0 8 6 0 Setiap pengamatan didapatkan satu daftar jenis burung. Penambahan jenis baru terjadi pada pengamatan ke-3 dan ke-4. Pengamatan ke-1 dan ke-2 tidak ditemukan jenis baru. Hal itu dikarenakan pada pengamatan ke-2 kondisi cuaca mendung dan membatasi penglihatan pengamat. Pada pengamatan ke-3 dan ke-4 didapatkan jenis baru yaitu burung Cinenen Pisang pada pengamatan ke-3 dan burung Kareo padi pada pengamatan ke-4. Penemuan jenis baru tersebut dikarenakan kondisi cuaca saat pengamatan cerah sehingga pengamat sangat leluasa melihat kondisi lokasi pengamatan, jarak pandang luas dan tidak mengganggu penglihatan. Hubungan antara penambahn jenis dan jumlah jenis dari setiap daftar dapat dilihat pada grafik dibawah ini : Gambar 1 Kurva Penambahan jenis pada setiap daftar 10 8 6 4 2 0 1 2 3 4 5 6 7 8 Berdasarkan grafik diatas, pada daftar ke-5 sampai ke-8 sudah tidak ditemukan penambahan jenis baru. Kurva datar tersebut menunjukan bahwa jumlah jenis yang terdapat pada tegakan karet dan tegakan pinus asrama C4 memiliki jumlah 9 jenis. Hal itu berarti pencatatan dihentikan dan data yang

didapat sudah menggambarkan jumlah jenis burung di lokasi tersebut. Nilai indeks kelimpahan relatif dapat diperoleh melalui persamaan antara jumlah perjumpaan jenis burung di lokasi pengamatan dalam daftar jenis dengan jumlah daftar seluruhnya. Nilai kelimpahan relatif setiap jenis dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 2 Indeks kelimpahan jenis burung di lab lapang Cikabayan Jenis Burung Jumlah Perjumpaan Indeks Kelimpahan Cabe Jawa 5 0,625 Cucak Kutilang 8 1 Tekukur 8 1 Walet Linchi 8 1 Wiwik Kelabu 4 0,5 Betet Biasa 6 0,75 Cinenen jawa 5 0,625 Cinenen pisang 1 0,125 Kareo padi 2 0,25 PEMBAHASAN Karakter habitat dari lokasi pengamatan yaitu lokasi pengamatan memiliki jenis tegakan karet dengan lantai tanah dipenuhi rumput dan tumbuhan bawah. Selain pohon karet juga terdapat pohon sengon, pohon pinus, kelapa sawit, sungai kecil dan beberapa pohon tumbang yang mulai ditumbuhi semak dan lumut. kondisi tanah cenderung basah dan berwarna coklat gelap, lantai tegakan ditumbuhi tumbuhan bawah seperti rumput dan paku-pakuan. Liana tumbuh menjalar di bagian batang-batang pohon sehingga tegakan cukup rapat. Lokasi pengamatan berbatasan dengan jalan, Asrama putera C4, Asrama sylvasari, dan perumahan dosen. Metode pengamatan yang digunakan selama pengamatan yaitu metode MacKinnon (metode daftar jenis burung) yaitu dengan cara mendaftar suatu jenis burung dengan menggunakan daftar jenis (Mackinnon et al 2010). Metode Pengamatan dilakukan dengan cara berjalan dengan kecepatan konstan disepanjang jalur penelitian. Setiap jenis burung yang ditemukan diidentifikasi jenisnya. Burung-burung hasil pengamatan dan telah diidentifikasi dimasukkan kedalam suatu daftar yang mencatat jenis-jenis burung yang teramati, setiap jenis hanya dicatat satu kali untuk setiap daftar, setiap daftar terdiri dari maksimal 10 jenis. Jika telah mencapai 10 jenis dan menemukan jenis ke 11 maka jenis ke 11 dimasukan kedalam daftar selajutnya. Metode Mackinnon dianalis dengan menggunakan kelimpahan relatif yaitu pencatatan dihentikan apabila sudah tidak ditemukan lagi penambahan jenis pada setiap pengamatan yang artinya sudah menunjukkan jumlah jenis dan kelimpahan relatif di lokasi tersebut (Bibby et al 2000). Data dianalisis berdasarkan kelimpahan relatif dan dibuat grafik pertambahan jenis pada masing-masing daftar pencatatan. Jika didapatkan grafik yang mendatar maka semua jenis burung yang ada dalam lokasi pengamatan telah tercatat dan telah menunjukkan kelimpahan jenis burung di lokasi tersebut. (Bibby et al 2000). Pertambahan jumlah jenis burung pada masing-masing daftar pencatatan pengamatan tidak sama. Perbedaan kehadiran jenis burung ini kemungkinan disebabkan oleh perbedaan jenis tumbuhan, tingkat kenyamanan dan habitat pendukung yang berdekatan. Menurut faktor keamanan dari berbagai bentuk gangguan, struktur dan komposisi jenis vegetasi dan luas lokasi dapat mempengaruhi jumlah jenis burung pada suatu kawasan. Berdasarkan ke 8 daftar jenis burung yang didapatkan, didapatkan 9 jenis burung. Tidak terdapat penambahan jenis burung pada pengamatan ke-5 hingga ke-8 sehingga kelimpahan relatif dan jumlah jenis burung yang ada di Tegakan karet dan Tegakan Pinus Asrama C4 sebanyak 9 individu. Struktur vegetasi merupakan salah satu faktor kunci yang mempengaruhi kekayaan spesies burung pada tingkat lokal (Wiens 1989). Struktur vegetasi mempengaruhi pemilihan habitat oleh burung. Apabila habitat tidak lagi memenuhi kebutuhan hidup, maka burung tersebut akan berpindah. Tegakan yang cukup rapat membuat pengamat terbatas mengamati dan menemukan jenis burung yang ada. Penemuan jenis burung sangat berkaitan erat dengan kondisi habitatnya. Satwa akan memilih habitat yang memiliki kelimpahan sumberdaya bagi kelangsungan hidupnya, sebaliknya jarang atau tidak ditemukan pada lingkungan yang kurang menguntungkan baginya. Keadaan ini sangat jelas terlihat pada burung dalam hal pemilihan habitat yang sesuai. Selain itu, menyebutkan bahwa penyebaran burung dipengaruhi oleh kesesuaian lingkungan, kompetisi serta seleksi alam. Nilai indeks kelimpahan terbesar terdapat pada jenis burung Cucak Kutilang, burung Tekukur dan burung walet linchi. Hal itu menunjukan bahwa ketiga jenis burung tersebut mendominasi jenis yang ada di tegakan karet dan tegakan pinus asrama C4. Hal tersebut disebabkan oleh adanya habitat yang sesuai dengan karakteristik ketiga jenis burung tersebut. Ketiga jenis tersebut memiliki karakteristik atau kebiasaan hidup aktif, berbau dan

menyukai pepohonan atau habitat bersemak, sekunder bahkan kota besar seperti halnya pada lokasi pengamatan, di tegakan karet dan pinus asrama C4. Jumlah perjumpaan dalam 8 daftar jenis yang diperoleh, ketiga jenis burung tersebut selalu muncul sehingga memiliki nilai indeks keimpahan sebesar 1, sedangkan jenis dengan nilai indeks kelimpahan terendah yaitu Cinenen Pisang yaitu sebesar 0,125. Metode Mackinnon sangat efektif untuk melihat kelimpahan relatif jenis burung di suatu lokasi. Hal ini dikarenakan tidak adanya batasan waktu saat pengamatan. Mackinnon dipakai untuk menyampel keanekaragaman burung secara kualitatif untuk menggambarkan berbagai jenis burung. Metode ini sangat baik digunakan dalam menjelaskan kelengkapan relatif pada sampel keanekaragaman. Setelah memperoleh 10 jenis, maka dimulai daftar baru. Dibuat kurva dengan cara memplot angka kumulatif dari jenis-jenis yang ditemui berlawanan dengan angka jumlah daftar yang tebuat (Kemp dan John 2003). MacKinnon J, Philips K, vanbalen B. 2010. Burung-Burung di Sumatera, Jawa, Bali dan Kalimantan. Bogor (ID): Burung Indonesia. Mardhotillah A. 2001. Analisis pola penggunaan lahan, pola transportasi, dan pola perilaku beraktivitas (studi kasus mobilitas civitas IPB menuju ke dalam, di dalam, dan ke luar Kampus IPB Darmaga)[skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Peterson RT. 1970. The birds. Canada: Time Inc. Wiens JA. 1989. The Ecology of Bird Communities 1. Cambridge. Cambridge University Press. KESIMPULAN Inventarisasi burung dilakukan dengan menggunakan metode MacKinnon yang dilakukan di tegakan karet dan pinus asrama C4. Dari lokasi inventarisasi ini ditemukan 9 jenis burung. Nilai Kelimpahan relatif terbesar yaitu Cucak Kutilang, burung Tekukur, dan burung Walet. Masing-masing nilai kelimpahan relatif jenis tersebut sebesar 1 dan nilai kelimpahan relatif terkecil yaitu burung Cinenen Pisang sebesar 0,125. DAFTAR PUSTAKA Bibby C, Jones, Marsden. 2000. Teknik-teknik Ekspedisi Lapangan: Survei Burung. Bogor (ID): Birds Life International Indonesia Programme. Kemp, Neville J dan John Burke Burnett. 2003. Kera ekor panjang (Macaca fascicularis) di pulau nugini : penilaian dan penatalaksanaan resiko terhadap keanekaragaman hayati. [laporan]. Papua (ID): IPCA bekerjasama dengan Universitas Cendrawasih Kurnia I. 2003. Studi keanekaragaman jenis burung untuk pengembangan wisata birdwatching di Kampus IPB Darmaga[skripsi]. Bogor: Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. MacKinnon J. 1993. Panduan Lapangan Pengenalan Burung-burung di Jawa dan Bali. Terj S Lusli dan YA Mulyani. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press.

LAMPIRAN A. Pengolahan Data Indeks Kelimpahan Relatif KR = Jumlah perjumpaan dalam daftar jenis Jumlah seluruh daftar jenis (Pacahan dari letak jenis dari daftar jenis yang dicatat) 1. Cabe Jawa = 5 8 = 0,625 2. Cucak Kutilang = 8 8 = 1 3. Walet = 8 8 = 1 4. Tekukur = 8 8 = 1 5. Wiwik Kelabu = 4 8 = 0,5 6. Cinenen Jawa = 5 8 = 0,625 7. Betet Biasa = 6 8 = 0,75 8. Cinenen Pisang = 1 8 = 0,125 9. Kareo Padi = 2 8 = 0,25 Tabel 3 jenis burung pada setiap pengamatan No 1 2 3 4 5 6 7 8 1 Cabe jawa Tekukur C. kutilang C. kutilang Wa. linchi Tekukur Tekukur Cabe jawa 2 C. kutilang Wa. linchi Wa. linchi Kareo padi Betet biasa Wa. linchi C.kutilang Wa. linchi 3 Tekukur C. kutilang Ci. pisang Wa. linchi C. kutilang Cabe jawa Wa. linchi Tekukur 4 Wa. linchi Betet biasa Tekukur Tekukur Ci. jawa C. kutilang Ci. jawa W.kelabu 5 W.kelabu Betet biasa Betet biasa Tekukur W. kelabu Cabe jawa Ci.jawa 6 Betet biasa W. kelabu Kareo padi Ci. jawa C.kutilang 7 Ci. jawa Cabe jawa Betet biasa Keterangan: C. Kutilang : cucak kutilang W. kelabu : wiwik kelabu Ci jawa : cinenen jawa Wa. Linchi : walet linchi Ci. Pisang : cinenen pisang

Dokumentasi Pengamatan Foto 1. Cucak Kutilang Foto 2. Tekukur Biasa