PENGELOLAAN RUSA TOTOL (Axis axis Erxl 1788) DI TAMAN MONUMEN NASIONAL JAKARTA

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS POPULASI DAN HABITAT SEBAGAI DASAR PENGELOLAAN RUSA TOTOL (Axis axis) DI TAMAN MONAS JAKARTA

PENDUGAAN POPULASI RUSA TOTOL ( Axis axis ) DI ISTANA BOGOR DENGAN METODE CONTENTRATION COUNT. Oleh :

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

IV. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Rusa termasuk ke dalam genus Cervus spp yang keberadaannya sudah tentang pengawetan jenis tumbuhan dan satwa mengingat Undang-

I. PENDAHULUAN. di beberapa tipe habitat. Bermacam-macam jenis satwa liar ini merupakan. salah satu diantaranya adalah kepentingan ekologis.

Evaluasi Plasma Nutfah Rusa Totol (Axis axis) di Halaman Istana Bogor

BAB III METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. sapi yang meningkat ini tidak diimbangi oleh peningkatan produksi daging sapi

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan daging sapi setiap tahun selalu meningkat, sementara itu pemenuhan

Fakultas Kehutanan IPB 2

II. TINJAUAN PUSTAKA. Artiodactyla, Anak Bangsa (Subordo) Ruminansia dan Suku (Family)

TERNAK KELINCI. Jenis kelinci budidaya

Gambar 2. Domba didalam Kandang Individu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Siamang (Hylobates syndactylus) merupakan jenis kera kecil yang masuk ke

HASIL DAN PEMBAHASAN

MATERI DAN METODE. Gambar 1. Ternak Domba yang Digunakan

STUDI JENIS TUMBUHAN PAKAN KELASI (Presbitis rubicunda) PADA KAWASAN HUTAN WISATA BANING KABUPATEN SINTANG

METODE. Materi 10,76 12,09 3,19 20,90 53,16

METODE INVENTARISASI SATWALIAR (PENGAMAT DIAM, PENGAMAT BERGERAK, DAN PENENTUAN WAKTU OPTIMUM) DI KEBUN RAYA BOGOR

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

BAB III METODE PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Burung merupakan satwa yang mempunyai arti penting bagi suatu ekosistem

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. M11, dan M12 wilayah Resort Bandealit, SPTN wilayah II Balai Besar Taman

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 13 minggu, pada 12 Mei hingga 11 Agustus 2012

IV. METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE. a b c Gambar 2. Jenis Lantai Kandang Kelinci a) Alas Kandang Bambu; b) Alas Kandang Sekam; c) Alas Kandang Kawat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung adalah provinsi yang memiliki luas wilayah ,50 km 2

BERTEMPAT DI GEREJA HKBP MARTAHAN KECAMATAN SIMANINDO KABUPATEN SAMOSIR Oleh: Mangonar Lumbantoruan

keadaan seimbang (Soerianegara dan Indrawan, 1998).

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan 20 ekor Itik Rambon Betina, 4 ekor Itik

V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING. responden memberikan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar

KLASIFIKASI PENGGEMUKAN KOMODITAS TERNAK SAPI Oleh, Suhardi, S.Pt.,MP

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Peternakan di Indonesia setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup

Lampiran 1 Panduan Wawancara Kepada Pengelola Hutan Kota Universitas Riau

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Populasi Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis)

I. PENDAWLUAN. A. Latar Belakang

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENANGKARAN BURUNG PARKIT (Melopsittacus undulatus)

PEMBERIAN PAKAN PADA PENGGEMUKAN SAPI

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

MATERI DAN METODE. Materi

TINGKAH LAKU MAKAN RUSA SAMBAR (Cervus unicolor) DALAM KONSERVASI EX-SITU DI KEBUN BINATANG SURABAYA

IV. METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Universitas Lampung (Unila) yang dikenal dengan sebutan Kampus Hijau (Green

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

MATERI DAN METODE. Materi

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

BAB III METODE PENELITIAN

IV. BAHAN DAN METODE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama

ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR

I. PENDAHULUAN. 1.1.Latar belakang

POLA PENGGUNAAN WAKTU OLEH ORANGUTAN SUMATERA (Pongo abelii, LESSON 1827) DI TAMAN MARGA SAWTA RAGUNAN RIZKI KURNIA TOHIR E

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan

METODE PENELITIAN. Penelitian tentang analisis habitat monyet ekor panjang dilakukan di hutan Desa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-September 2012, di Kampus. Universitas Lampung (Unila) Bandar Lampung (Gambar 3).

MATERI DAN METODE. Materi

PENDAHULUAN Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Penelitian Konsumsi Pakan

MATERI DAN METODE. Waktu dan Lokasi. Materi

LINGKUNGAN BISNIS USAHA TERNAK ITIK. : Wahid Muhammad N. Nim : SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

TINJAUAN PUSTAKA. keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan

KONVERSI SAMPAH ORGANIK MENJADI SILASE PAKAN KOMPLIT DENGAN PENGGUNAAN TEKNOLOGI FERMENTASI DAN SUPLEMENTASI PROBIOTIK TERHADAP PERTUMBUHAN SAPI BALI

I. PENDAHULUAN. Kabupaten Lampung Barat merupakan salah satu kabupaten penghasil sayuran

Penganekaragaman Konsumsi Pangan Proses pemilihan pangan yang dikonsumsi dengan tidak tergantung kepada satu jenis pangan, tetapi terhadap

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. 2007:454). Keanekaragaman berupa kekayaan sumber daya alam hayati dan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

POLA PENGGUNAAN RUANG OLEH ORANGUTAN SUMATERA (Pongo abelii, LESSON 1827) DI TAMAN MARGA SAWTA RAGUNAN RIZKI KURNIA TOHIR E

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

JURNAL INFO ISSN : TEKNOLOGI TEPAT GUNA UNTUK MENCUKUPI KONTINUITAS KEBUTUHAN PAKAN DI KTT MURIA SARI

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... iii. UCAPAN TERIMA KASIH... iv. DAFTAR ISI... vii. DAFTAR TABEL... xi. DAFTAR GAMBAR...

Gambar 1. Lahan pertanian intensif

Analisis Penggunaan Ruang dan Waktu Rusa Sambar Rusa unicolor di Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta. Disiapkan Oleh:

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1999 TENTANG PENGAWETAN JENIS TUMBUHAN DAN SATWA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

MATERI DAN METODE. Gambar 4. Kelinci Peranakan New Zealand White Jantan Sumber : Dokumentasi penelitian (2011)

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

BAB III METODE PENELITIAN

JENIS DAN KARAKTER JANGKRIK Jangkrik di Indonesia tercatat ada 123 jenis yang tersebar di pelosok daerah. Namun hanya dua jenis saja yang umum dibudid

PENDAHULUAN. produksi yang dihasilkan oleh peternak rakyat rendah. Peternakan dan Kesehatan Hewan (2012), produksi susu dalam negeri hanya

Diharapkan dengan diketahuinya media yang sesuai, pembuatan dan pemanfaatan silase bisa disebarluaskan sehingga dapat menunjang persediaan hijauan yan

LAPORAN KEGIATAN Pengendali Ekosistem Hutan PENGUMPULAN DATA DAN INFORMASI PRODUKTIFITAS SAVANA BEKOL PADA MUSIM PENGHUJAN

I. PENDAHULUAN. Undang No 22 tahun 1999 tentang Kewewenangan Untuk Menggali Potensi

PENDAHULUAN. rendah adalah masalah yang krusial dialami Indonesia saat ini. Catatan Direktorat

PENDAHULUAN. Gambar 1 Bange (Macaca tonkeana) (Sumber: Rowe 1996)

TERNAK KAMBING 1. PENDAHULUAN 2. BIBIT

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. untuk penggemukan dan pembibitan sapi potong. Tahun 2003 Pusat Pembibitan dan

: JONIGIUS DONUATA : : PERHUTANAN KOTA PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBER DAYA HUTAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN LAHAN KERING

MATERI DAN METODE. Gambar 2. Contoh Domba Penelitian

Lanskap Perkotaan (Urban Landscape) HUTAN KOTA. Dr. Ir. Ahmad Sarwadi, MEng. Ir. Siti Nurul Rofiqo Irwan, MAgr, PhD.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. lokal adalah sapi potong yang asalnya dari luar Indonesia tetapi sudah

Transkripsi:

PENGELOLAAN RUSA TOTOL (Axis axis Erxl 1788) DI TAMAN MONUMEN NASIONAL JAKARTA RADEN TIRTAYASA 1) (E34080023) SORAYA NURUL ICHWANI 2) (E34080030) GAGAN HANGGA WIJAYA 3) (E34080033) 1 Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor, Kampus Darmaga Bogor 16680, Indonesia. Email: tirtayasa@ymail.com. Telp: 085710790617 2 Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor, Kampus Darmaga Bogor 16680, Indonesia. Email: soraya_wetz@yahoo.com. Telp: 087872037430 3 Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor, Kampus Darmaga Bogor 16680, Indonesia. Email: gagan_wijaya@yahoo.com. Telp: 085219393304 ABSTRAK Pengamatan (Axis axis Erxl 1788) rusa totol dilakukan di penangkaran rusa Taman Monas, Jakarta. Pengamatan ini menggunakan metode pengamat bergerak. Penghitungan ini dilakukan dengan cara pengamat berjalan menghitung total individu Rusa totol ditambah dengan kegiatan pengamatan jenis kelamin, struktur umur serta habitatnya. Data yang diambil terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer dalam pengamatan ini diperoleh dengan cara pengamatan langsung di lokasi penangkaran. Data primer yang diambil meliputi data populasi yaitu jumlah populasi, sex ratio, struktur umur, kondisi pelindung, kondisi air, kondisi pakan, dan pengelolaannya. Sedangkan data sekunder meliputi yang diambil meliputi data natalitas, mortalitas, pertumbuhan populasi, dan kondisi fisik areal. Pada tahun ini 2011 diketahui jumlah rusa sebanyak 71 ekor dengan komposisi (11 individu jantan, 24 individu betina, 27 individu remaja, dan 9 individu anak) kepadatan seluruh rusa totol di penangkaran rusa totol Taman Monas adalah 14 ekor/ha. Struktur umur pada rusa totol ini diketahui memiliki bentuk kubah. Nisbah kelamin antara rusa totol jantan dewasa dan rusa totol betina dewasa adalah... Laju pertumbuhan secara keseluruhan populasi rusa totol pada tahun 2011 menurun/naik jika dibandingkan tahun... Nisbah kelamin menunjukkan bahwa betina lebih banyak dari pada pejantan sehingga jarang terjadi perebutan pasangan dan teritori. Kondisi pelindungnya...kondisi untuk air dan pakan tidak mencukupi karena sumber air kering dan tidak ada rumput yang tumbuh di lokasi penangkaran. (cek lagi, maksimal 250 kata) Kata Kunci : Pengelolaan, (Axis axis) Rusa totol, Taman Monas PENDAHULUAN Latar Belakang Rusa totol di Taman Monumen Nasional merupakan salah satu daya tarik tempat wisata tersebut dan menjadi sala satu sarana konservasi eksitu. Pengelolaan rusa totol di Taman Monumen Nasional telah dilakukan dengan menyediakan berbagai prasarana seperti habitat dan pakan. Untuk meningkatkan nilai Taman Monas baik secara estetika, biologis, maupun ekologis, termasuk nilai pendidikan dan penelitian, maka pada tahun 2003 ditempatkan rusa totol (Axis 1

axis) di salah satu zona seluas 5,2 ha di Taman Monas sebanyak 12 ekor terdiri dari 4 ekor rusa jantan dan 8 ekor rusa betina (Hasnawati et al. 2006) Saat ini kondisi pengelolaan rusa totol di Taman Monumen Nasional belum banyak diketahui dan diteliti. Untuk itu kegiatan praktikum ini dilakukan untuk mengetahui kondisi populasi dan pengelolaannya secara lebih lanjut. Kondisi habitat rusa totol di Taman Monumen Nasional berbeda dengan kondisi habitatnya di Halaman Istana Bogor sebagaimana telah dilakukan praktikum sebelumnya. Menurut Marlina (2005), habitat rusa totol di Taman Monas berbeda dengan habitat alaminya sehingga mempengaruhi pola perilakunya. Habitat di Taman Monumen Nasional lebih tertutup dengan tajuk pepohonan sehingga lantai taman jarang ditumbuhi rerumputan. Untuk itu, praktikum ini menjadi suatu referesi untuk menentukan keragaman habitat rusa totol yang dapat digunakan dalam pengelolaannya. TUJUAN Tujuan dari dilakukannya praktikum ini yaitu mempelajari dan menganalisa beberapa parameter populasi Rusa totol, mempelajari dan menganalisa kondisi habitat, dan mempelajari pengelolaan Rusa totol di Taman Monas. METODOLOGI Lokasi dan Waktu Lokasi praktikum ini yaitu Taman Monumen Nasional Jakarta. Praktikum ini dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 12 Oktober 2011 pada pukul 13.00-15.00 WIB. Bahan dan Alat Penelitian Bahan yang menjadi objek praktikum yaitu Rusa totol, dan habitatnya yang mencakup shelter, cover, sumber air, pakan, serta aspek pengelolaannya. Sedangkan alat-alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu alat tulis, kamera, tally sheet, dan buku identifikasi rumput. Jenis Data yang Diambil Jenis data yang diambil yaitu populasi (mencakup jumlah individu, nisbah kelamin, struktur umur, kesehatan, kelahiran, kematian, fluktuasi populasi, dan sebagainya), kondisi habitat (mencakup pelindung (shelter dan cover), air, dan pakan), dan pengelolaan (mencakup pengelola serta kegiatan pengelolaan harian maupun jangka panjang) Metode Pengambilan Data Inventarisasi Rusa totol Penghitungan jumlah Rusa totol dilakukan dengan metode pengamat bergerak. Penghitungan ini dilakukan dengan cara pengamat berjalan menghitung total individu Rusa totol ditambah dengan kegiatan pengamatan jenis kelamin, struktur umur serta habitatnya. Namun karena kondisi lokasi dibatasi pagar, maka pengamat hanya melakukan pengamatan di luar pagar dan dilakukan secara serentak oleh tiap-tiap kelompok. Untuk mengidentifikasi struktur umur dilakukan dengan kriteria yaitu Rusa dewasa memiliki ukuran tubuh terbesar, Rusa remaja memiliki ukuran tubuh ± ¾ tinggi Rusa totol dewasa, dan Rusa anakan memiliki ukuran tubuh ± ½ ukuran Rusa totol dewasa (Hernowo & Kurnia 2011). Identifikasi jenis kelamin dilakukan dengan melihat keberadaan ceranggah (tanduk) 2

pada rusa jantan dewasa dan testis (Hernowo & Kurnia 2011). Wawancara Kegiatan wawancara dilakukan dengan tanya-jawab secara langsung dengan pihak pengelola dan bertujuan untuk mendapatkan data berupa aspek pengelolaan Rusa totol. Dokumentasi Dokumentasi dilakukan dengan cara pengambilan gambar/foto rusa totol dan kondisi habitatnya. Analisis Data Ukuran populasi Jumlah total populasi diperoleh dari jumlah rata-rata tiap ulangan (kelompok), begitu juga dengan jumlah jantan, betina, remaja, dan anakan. Kepadatan populasi Kepadatan dihitung dengan menggunakan rumus: kepadatan = Struktur umur Struktur umur dianalisis dengan membandingkan jumlah individu dewasa, remaja dan anakan. Nisbah kelamin Total populasi Luas habitat Nisbah kelamin diperoleh dengan menghitung perbandingan terkecil jumlah jantan dan betina, atau dengan membagi jumlah betina dengan jumlah jantan. KONDISI POPULASI Populasi rusa Totol di Taman Monas pada awalnya adalah 12 ekor dengan perbandingan 4 ekor jantan dan 8 ekor betina. Setelah itu ada penambahan sebanyak 8 ekor hingga menjadi 20 ekor per Desember (2003). Dalam jangka waktu satu tahun berkembangbiak menjadi 36 ekor dengan anak yang lahir sebanyak 12 ekor dengan jumlah induk 15 ekor. Pada akhir Tahun 2005 jumlah rusa totol di penangkaran sebanyak 73 ekor terdiri dari 18 ekor jantan dan 23 ekor betina, dan 32 anak (Hasnawati et al. 2006). Menurut Hasnawati et al. (2006) jumlah rusa yang dilahirkan pada tahun 2004 adalah 12 ekor dan tahun 2005 sebanyak 21 ekor. Angka kematian rusa totol pada tahun 2003 sampai tahun 2005 sebesar 0%. Angka kematian rusa pada tahun 2006 adalah sebesar 7%. Kematian tersebut disebabkan oleh telah terjadinya over populasi, sehingga ketersediaan pakan berupa serat (rumput) yang terbatas di Taman Monas sudah tidak mampu mendukung pemenuhan pakan serat untuk 73 ekor populasi. Individu rusa yang kalah bersaing dalam mendapatkan pakan berupa serat akhirnya mengalami kematian (Hasnawati et al. 2006). KONDISI PELINDUNG Pelindung bagi rusa merupakan suatu areal yang dijadikan rusa sebagai tempat berlindung dari cuaca buruk ataupun tempat istirahat bagi satwa. Tempat bagi satwa untuk mencari makan, berlindung, bermain dan berkembangbiak disebut dengan habitat (Bailey, 1984). Menurut Elton (1949) dalam Bailey (1984), habitat adalah suatu areal yang didalamnya terdapat faktor-faktor (Physiografi, vegetasi dengan kualitasnya) yang menunjang satwa untuk melakukan aktifitas dan merupakan tempat hidup organisme. Di monas terdapat berbagai jenis pohon yang dijadikan sebagai shelter 3

maupun cover bagi rusa yaitu beberapa diantaranya jenis pohon bunga kupu-kupu (Bauhinia purpurea), Beringin (Ficus benjamina). Berdasarkan hasil penelitian Hasnawati (2006) sebanyak 795 pohon yang terdiri dari 40 jenis pohon. Jenis pohon yang mendominasi adalah bunga kupu-kupu (Bauhinia purpurea), trembesi (Samanea saman), Beringin (Ficus benjamina Linn), dan Jeunjing (Albizia falcatoria). KONDISI AIR Air merupakan komponen dalam habitat yang amat penting bagi satwa untuk minum Wiersum (1973) dalam Bailey (1984). Air juga dibutuhkan rusa untuk menjaga ketahanan tubuhnya dan melakukan kebiasaannya untuk berkubang sebagai salah satu perilaku rusa, serta menjaga agar tidak terjadi heatstroke pada rusa. Penangkaran dalam Monas terdapat sumber air yaitu berasal dari air tanah dengan kedalaman 75 m yang dialirkan ke danau buatan seluas 250 m 2 melalui sumur bor danau buatan seluas 250 m 2 melalui sumur bor. Menurut penelitian Hasnawati (2006), kondisi fisik air di danau tersebut cukup jernih dan layak diminum oleh rusa. KONDISI PAKAN Jenis rumput yang disukai oleh rusa totol di Taman Monas adalah rumput paitan (Axonopus compressus) yang sengaja ditanam. Jenis rumput ini disukai rusa karena mempunyai tekstur daun yang lunak sehingga lebih mudah untuk dipotong dan direnggut oleh rusa. Di antara rumput paitan tersebut terdapat juga keberadaan rumput teki yang tumbuh secara liar. Pakan merupakan faktor penting untuk pertumbuhan dan perkembangan satwa (Jacoeb dan Wiryosuhanto 1994). Pakan harus tersedia dalam jumlah yang cukup dan memenuhi standar gizi. Rusa merupakan jenis satwa herbivora yang dapat memakan berbagai jenis hijauan. Pakan rusa selain dari rerumputan dan dedaunan, sebagai tambahannya dapat berupa konsentrat, sayur mayur, dedaunan, umbi-umbian atau limbah pertanian lainnya. Pemberian pellet yang mengandung konsentrat juga diberikan kepada rusa totol di Taman Monas setiap 3 hari sekali sebanyak 5 kg setiap kali pemberiannya. Konsentrat sangat baik diberikan karena mempunyai kandungan gizi yang lengkap (karbohidrat, protein, lemak, dan vitamin), sehingga dapat mengimbangi kekurangan gizi pada hijauan. Makanan tambahan yang diberikan kepada rusa totol sebanyak 5 kg sehari untuk 73 ekor rusa. Diberikan sebanyak dua kali yaitu pada pukul 09.00 dan 16.00. Komposisi makanan tambahan yang diberikan antara lain adalah ubi jalar, wortel, pisang, tomat, dan jagung. Pemberian makanan tambahan dari jenis wortel untuk menetralisir kemungkinan adanya racun di tubuh rusa serta menambah kulit rusa menjadi mengkilat sehingga tampak lebih indah. Rusa totol di Taman Monas bersifat peragaan, dengan demikian dapat menambah nilai estetika dari satwa tersebut. Untuk meningkatkan daya tahan tubuh rusa diberikan tambahan vitamin berbentuk pil, diberikan dengan cara menyelipkan pada bahan makanan. Adanya pemberian pakan tambahan secara teratur dapat mengurangi tekanan pengembalaan yang berat terhadap hijauan karena sebagian kebutuhan pakan rusa telah terpenuhi dari pakan tambahan. Pakan rusa selain dedaunan dan rerumputan juga dapat berupa konsentrat, sayur mayur, umbi- 4

Anak Remaja/ Muda Betina Dewasa Jantan Laporan Ketiga Praktikum M.K. Pengelolaan Satwaliar Semester Ganjil 2011-2012 umbian dan sebagainya sebagai pakan tambahan. Menurut pengelola di Taman Monas, rusa diberikan makanan tambahan yaitu sebagai berikut : Waktu No. Jenis pakan rusa pemberian Daun-daunan Pagi dan 1 Kupu-kupu Beringin sore Sayuran 2 Kangkung Pagi dan Wortel sore Kulit Jagung Buah-buahan 3 Pepaya Pagi dan Pisang sore (5 kg) Tomat 4 Umbi-umbian Pagi dan Ubi Jalar sore 5 Makanan Lain Sore(3 hari Konsentrat sekali) 6 Vitamin B1 Sore, 3 kali sehari 7 Garam jilat Sore, ad libitum dari ideal. Permasalahan yang terjadi menurut pengamatan adalah masalah sampah yang berada di Zona Rusa dan vandalisme serta keadaan rusa yang relatif kurus. Lapangan rumput dapat ditingkatkan kualitasnya melalui pemupukan padang rumput agar rumput tumbuh dengan baik dan terhindar dari gulma. Di Zona Rusa Monas hijauan dibiarkan tumbuh dan berkembang secara alami. PEMBAHASAN Jumlah Populasi Berdasarkan hasil praktikum diperoleh jumlah rusa totol di Taman Monumen Nasional adalah 71 ekor. Jumlah tersebut disajikan dalam tabel berikut: Tabel 1. Populasi Rusa Totol di Taman Monas Kelas Umur Jumlah Kondisi Sehat 11 24 Sehat PENGELOLAAN Menurut pengelola, dalam rangka pemurnian rusa totol di Monas perlu dilakukan perbaikan kondisi genetiknya dengan cara memasukkan bibit baru dari luar. Hal ini telah dilakukan dengan pemasukan 4 ekor betina pada tahun 2004 dan 15 ekor jantan, 8 betina sumbangan dari Istana Bogor pada tahun 2005. Pengelola berencana memasukkan 2 ekor rusa jantan dari Australia. Hasil penelitian Hasnawati (2006) menyebutkan bahwa terdapat koordinasi yang lemah dari ketiga instansi tersebut. Manajemen yang dilakukan juga masih jauh Jumlah total 27 sehat 9 sehat 71 ekor Dari data di atas terlihat bahwa jumlah remaja merupakan nilai tertinggi. Hal tersebut dikarenakan remaja terdiri dari jantan dan betina yang dalam pengamatan kali ini sulit untuk diidentifikasi, sehingga jumlahnya merupakan gabungan antara remaja jantan dan betina. Jika dibandingkan dengan penjumlahan jantan dewasa dan betina dewasa, rusa remaja lebih sedikit. 5

Jumlah individu Laporan Ketiga Praktikum M.K. Pengelolaan Satwaliar Semester Ganjil 2011-2012 Jika dibandingkan dengan rusa anakan, betina dewasa tetap lebih banyak jumlahnya sehingga dapat disimpulkan bahwa jumlah betina yang melahirkan dalam tahun terakhir ini sedikit. Populasi rusa totol di Taman Monumen Nasional tersebut tetap mengalami pertumbuhan dilihat dari lahirnya anakan dan adanya rusa remaja sehingga terdapat faktor penambah ukuran populasinya. Jumlah rusa yang mati atau keluar dari habitat lebih sedikit jika dibandingkan dengan jumlah rusa yang lahir. Kepadatan Kepadatan populasi rusa totol di Taman Monumen Nasional yaitu: Gambar 1 Diagram Jumlah individu Rusa totol berdasarkan struktur umur Data tersebut menunjukkan bahwa jumlah dewasa lebih banyak daripada remaja atau anakan. Hal tersebut menunjukkan produktifitas rusa tersebut tidak maksimal. Seharusnya jumlah bayi yang lahir sesuai dengan jumlah betina dewasa walaupun ada betina yang masih mengasuh anaknya. Berdasarkan hal tersebut maka rusa totol yang berada di kawasan penangkaran Taman Monas ini memiliki struktur umur dalam keadaan populasi yang mundur (regressive population), yaitu natalitas mengalami penurunan (Alikodra. 2002) 71 individu 5,2 ha = 14 individu/ha Kepadatan tersebut menunjukkan bahwa daya dukung habitat di Taman Monumen Nasional sudah melebihi kapasitas. Untuk beberapa tahun ke depan dimana populasi rusa totol meningkat, perlu diadakannya pengurangan jumlah rusa totol baik dilakukan dengan cara pemindahan atau pemanenan agar kesehatan dan keseimbangan populasi tetap terjaga. Struktur Umur Jumlah rusa totol di Taman Monumen Nasional menurut umurnya dapat dilihat pada grafik berikut: 40 30 20 10 0 Dewasa Remaja Anak Gambar 2. Stuktur umur dengan regressive population Sumber gambar : http://www.answers.com/topic/age-sex-pyramid Kondisi tersebut disebabkan karena keadaan habitat yang kurang baik. Kondisi pakan yang terbatas (sebagian besar mengandalkan pemberian pakan dari luar) dan gangguan kebisingan menjadi penyebab yang mungkin mengurangi produktifitas rusa betina. Kegiatan reproduksi juga akan terganggu dengan kondisi ramainya kawasan di sekitar Taman Monumen Nasional. Nisbah Kelamin Jelasin grafik yang di bawah ini 6

Jumlah individu Laporan Ketiga Praktikum M.K. Pengelolaan Satwaliar Semester Ganjil 2011-2012 Gambar 3. Diagram sex ratio rusa totol jantan dan betina dewasa 30 20 10 0 Jantan dewasa Betina dewasa Laju Pertumbuhan Bikin grafik, terangin, bandingkan pertahun, ini datanya, kalo ternyata belum dpet juga data yang tahun 2010 dibandinginnya sma tahun 2005 aja Tabel 2. Fluktuasi populasi Rusa totol di Taman Monas Dewasa Tahun Jtn Btn Muda Anak Jumlah 2003 20 20 2004 36 36 2005 73 73 2006 - - - - - 2007 - - - - - 2008 - - - - - 2009 - - - - - 2010 - - - - - 2011 11 24 27 9 71 Ket : Jtn = Jantan Btn = Betina - = Tidak ada data (Hasnawati. 2006) Kondisi Pelindung Terangin kondisi pelindung (tumbuhan apa aja yang tumbuh), jumlah pohon, masukin pemtaan pohon, terangin pemetaan pohon Kondisi Air Pada tahun 2006, Hasnawati menyebutkan bahwa air tersedia dengan jumlah dan kualitas yang memenuhi syarat bagi keperluan minum rusa totol. Namun berdasarkan pengamatan di lapang saat ini persediaan air tersebut tidak ada sama sekali. Danau yang ada seluas 250 m 2 kering dan tidak dapat dijadikan sebagai sumber air saat ini. Hal ini disebabkan sumur dalam tanah yang digunakan untuk mengisi danau tersebut kering karena musim kemarau. Kondisi Pakan Rusa totol di kawasan Monumen Nasional (Monas) Jakarta kekurangan persediaan pangan karena belum tersedianya rumput di lokasi itu. Hingga saat ini rusa tersebut ditangkarkan di tanah gersang dan tidak terdapat tumbuhan rumput hijau, hanya ada daun kering jatuh dari pohon pelindung di sekitarnya. Pihak pengelola sudah berupaya untuk menanam rumput di lokasi penangkaran, namun selalu gagal. Setiap hari makananan rusa tersebut disuplai dari Ragunan, Jakarta Selatan, dengan jumlah yang minim yaitu sekitar delapan karung untuk dua hari. Namun menurut pengelola kebutuhan rumput bagi rusa idealnya antara empat sampai enam karung per hari. Untuk mengatasi kekurangan rumput di lokasi itu, pihak pengelola (Ragunan) melakukan kerja sama dengan Pemda Daerah Khusus Ibukota (DKI) untuk menanam rumput di lokasi penangkaran tersebut. Harapannya rumput tersebut dapat tetap hidup dan dapat mencukupi kebutuhan pangan rusa-rusa tersebut (Antara news. 2009). Namun berdasar pengamatan diketahui sampai sekarang hal tersebut belum terealisasi dengan benar sehingga rumput yang ada di kawasan penangkaran rusa totol di Taman Monas tersebut belum / tidak tumbuh sama sekali. Hal ini diperparah dengan adanya kondisi musim kemarau. 7

Tanah terlihat kering dan hanya terdapat daun gugur yang dijadikan sebagai pakan oleh rusa totol tersebut. Pengelolaan Pengelolaan yang dilakukan saat ini oleh pihak pengelola masih sangat kurang. Hal ini dikarenakan belum terpenuhinya kebutuhan pokok bagi rusa totol, diantaranya makan dan minum. Berdasarkan konsep Animal Walfare seharusnya dalam setiap penangkaran itu selalu memperhatikan five of freedom, yaitu bebas dari rasa lapar dan haus, bebas dari rasa tidak nyaman secara fisik, bebas mengekspresikan perilaku untuk kawin dan mempertahankan keturunan, bebas dari luka sakit dan penyakit, dan bebas dari rasa stress. Hal ini sesuai dengan prinsip animal welfare bahwa satwa yang dipelihara di luat haitat alaminya harus tetap memiliki kebebasan untuk mendapat perlakuan yang baik dan memenuhi syarat-syarat bagi kesejahteraannya. Pengelolaan terhadap penangkaran rusa totol ini dinilai belum maksimal karena belum mampu untuk memberikan syarat kesejahteraan bagi rusa. Kegiatan yang dilakukan untuk menambahkan rumput dengan bekerjasama dengan Ragunan masih kurang mencukupi. Untuk itu pengelolaan penangkaran ini belum dapat dihitung tingkat keberhasilan programnya karena minimnya data mengenai bentuk pengelolaan yang di lakukan untuk menongkatkan kualitas dan kuantitas rusa totol tersebut. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Pada tahun ini 2011 diketahui jumlah rusa sebanyak 71 ekor dengan komposisi (11 individu jantan, 24 individu betina, 27 individu remaja, dan 9 individu anak) kepadatan seluruh rusa totol di penangkaran rusa totol Taman Monas adalah 14 ekor/ha. Struktur umur pada rusa totol ini diketahui memiliki bentuk regressive population. Nisbah kelamin antara rusa totol jantan dewasa dan rusa totol betina dewasa adalah... Laju pertumbuhan secara keseluruhan populasi rusa totol pada tahun 2011 menurun/naik jika dibandingkan tahun... Nisbah kelamin menunjukkan bahwa betina lebih banyak dari pada pejantan sehingga jarang terjadi perebutan pasangan dan teritori. Kondisi pelindungnya...kondisi untuk air dan pakan tidak mencukupi karena sumber air kering dan tidak ada rumput yang tumbuh di lokasi penangkaran. Pengelolaan dinilai belum maksimal karena menghalaukan aspek animal walfare untuk penyediaan pakan dan minum yang mencukupi bagi rusa totol di penangkaran Taman Monas. Saran Pengelola harus menindaklanjuti secara sigap untuk pengelolaan pakan dan minum dari rusa totol ini. Hal ini karena pakan dan minum merupakan hal paling pokok untuk kehidupan. Sehingga jika tidak terpenuhi maka selain membuat satwa dapat menjadi sakit, juga dapat mempengaruhi natalitas dan mortalitas dari rusa totol ini. Pengelolaan yang dilakukan dapat dilakukan secara kerjasama dengan berbagai pihak. Namun hal ini juga jangan hanya sekedar wacana yang hanya menjadi rencana. Perlu perencanaan sistem panangkaran kembali untuk dapat memperbaiki kualitas dan kuantitas hidup dari rusa totol tersebut. 8

DAFTAR PUSTAKA Alikodra Hadi S. 2002. Pengelolaan Satwaliar Jilid 1. Yayasan Penerbit Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. Antara news. 2009. Rusa di Monas Kekurangan Rumput [terhubung berkala].http://www.antaranews.com/ view/?i=1242644500&c=wbm&s=kon.diakses pada tanggal 6 November 2011. Bailey, J.A., 1984. Principles of Wildlife Management. Colorado Stat University. USA. Hasnawati, Alikodra HS, Mustari AH. 2006. Analisis Populasi dan Habitat Sebagai Dasar Pengelolaan Rusa Totol (Axis axis) di Taman Monas Jakarta. Media Konservasi 11(2): 46 51. Hernowo JB dan Kurnia I. 2011. Panduan Praktikum Mata Kuliah Pengelolaan Satwaliar Semester Ganjil 2011-2012. Laboratorium Ekologi Satwaliar, Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata. Fakultas Kehutanan IPB. Jacoeb NT & SD Wiryosuhanto. 1994. Prospek Budidaya Ternak Rusa, Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Marlina S. 2005. Pola Aktivitas Harian Rusa Totol (Axis axis) dalam Penangkaran di Taman Monas Jakarta [Skripsi]. Jurusan Biologi, Fakultas MIPA. Universitas Diponegoro Semarang. LAMPIRAN 1 9