TUGAS SARJANA MESIN PEMINDAH BAHAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II PEMBAHASAN MATERI. dalam setiap industri modern. Desain mesin pemindah bahan yang beragam

MESIN PEMINDAH BAHAN

MESIN PEMINDAH BAHAN PERENCANAAN TOWER CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 7 TON, TINGGI ANGKAT 55 METER, RADIUS 60 M, UNTUK PEMBANGUNAN GEDUNG BERTINGKAT.

MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN HOISTING CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 5 TON PADA PABRIK PENGECORAN LOGAM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERENCANAAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI PADA PABRIK PELEBURAN BAJA DENGAN KAPASITAS ANGKAT CAIRAN 10 TON

PERANCANGAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE YANG DIPAKAI DI WORKSHOP PEMBUATAN PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS ANGKAT 10 TON

SKRIPSI. Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik STEVANUS SITUMORANG NIM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MESIN PEMINDAH BAHAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mesin pemindah bahan (material handling equipment) adalah peralatan

PERENCANAAN SEBUAH TRUCK MOUNTED CRANE UNTUK PEMBANGUNAN PKS YANG BERFUNGSI UNTUK EREKSI DENGAN KAPASITAS ANGKAT ± 10 TON DAN TINGGI ANGKAT ± 15 M

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. buah kabin operator yang tempat dan fungsinya adalah masing-masing. 1) Kabin operator Truck Crane

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERANCANGAN SEMI GANTRY CRANE KAPASITAS 10 TON DENGAN BANTUAN SOFTWARE

BAB III PERANCANGAN MEKANISME PENGANGKAT

BAB II PEMBAHASAN MATERI

M SIN PENGANGKAT PENGANGKA ( o h ist s ing n machi h ne n )

ANALISA KEKUATAN DAN UMUR TALI BAJA KRAN HYDROLIK DENGAN KAPASITAS ANGKAT 25 TON SKRIPSI

PERANCANGAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE BERPALANG TUNGGAL KAPASITAS 10 TON

PERANCANGAN DAN PENENTUAN JUMLAH KOMPONEN OVERHEAD TRAVELLING CRANE KAPASITAS ANGKAT 120 TON TINGGI ANGKAT 30 M PADA PROYEK PLTA ASAHAN I

ANALISA PERHITUNGAN TEGANGAN YANG TERJADI PADA LENGAN TOWER CRANE UNTUK PEMBANGUNAN RUMAH SAKIT PENDIDIKAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

PERANCANGAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 120 TON, DAN PERHITUNGAN BAHAN CRANE PADA PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA AIR SKRIPSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TEORI ELEVATOR

MESIN PEMINDAH BAHAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN MILL SHAFT ROLL SHELL UNTUK 4000 TCD (TON CANE PER DAY) PADA PABRIK GULA SEI SEMAYANG DENGAN PROSES PENGECORAN LOGAM

PERANCANGAN MEKANISME SPREADER GANTRY CRANE DENGAN KAPASITAS 40 TON DENGAN TINGGI ANGKAT MAKSIMUM 41 METER YANG DIPAKAI DI PELABUHAN LAUT

MEKANISME KERJA JIB CRANE

TUGAS SARJANA MESIN PEMINDAH BAHAN

ANALISA KEMAMPUAN ANGKAT DAN UNJUK KERJA PADA OVER HEAD CONVEYOR. Heri Susanto

PERANCANGAN KOMPRESOR TORAK UNTUK SISTEM PNEUMATIK PADA GUN BURNER

Perancangandanpembuatan Crane KapalIkanUntukDaerah BrondongKab. lamongan

PERANCANGAN LIFT PENUMPANG KAPASITAS 1000Kg KECEPATAN 90M/Menit DAN TINGGI TOTAL 80M DENGAN SISTEM KONTROL VVVF

TRANSMISI LIFT KAPASITAS 10 ORANG KECEPATAN 1 METER/DETIK MAKALAH SEMINAR PERANCANGAN MESIN

SKRIPSI. Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik MARULITUA SIDAURUK NIM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERENCANAAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE KAPASITAS 10 TON BENTANGAN 25 METER

BAB IV PERHITUNGAN KOMPONEN UTAMA ELEVATOR BARANG

BAB II PEMBAHASAN MATERI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

CORRECTIVE MAINTENANCE BANTALAN LUNCUR LORI PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS ANGKUT 2,5 TON TBS MENGGUNAKAN ANALISA KEGAGALAN

ANALISA DONGKRAK ULIR DENGAN BEBAN 4000 KG

TEKNIK PENGECORAN LOGAM PERANCANGAN DAN PEMBUATAN PULI UNTUK DIGUNAKAN PADA KOMPRESOR AC KENDARAAN PENUMPANG BERKAPASITAS 5 ORANG

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAGIAN BAGIAN CONVEYOR

PERANCANGAN TURBIN UAP PENGGERAK GENERATOR LISTRIK DENGAN DAYA 80 MW PADA INSTALASI PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA GAS UAP

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Crane With Capacity Of 550 Ton

1.1 Latar Belakang. 1. Kapal tongkang jenis Floating Crane.

KOPLING. Kopling ditinjau dari cara kerjanya dapat dibedakan atas dua jenis: 1. Kopling Tetap 2. Kopling Tak Tetap

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

Tujuan Pembelajaran. Setelah melalui penjelasan dan diskusi 1. Mahasiswa dapat menjelaskan mekanisme sistem mesin

Perancangan Belt Conveyor Pengangkut Bubuk Detergent Dengan Kapasitas 25 Ton/Jam BAB III PERHITUNGAN BAGIAN-BAGIAN UTAMA CONVEYOR

BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan 2.2 Motor 2.3 Reducer

BAB IV TINJAUAN BAHAN BANGUNAN DAN ALAT-ALAT. sesuai dengan fungsi masing-masing peralatan. Adapun alat-alat yang dipergunakan

ANALISIS TEORITIS DISTRIBUSI TEGANGAN PADA BOOM REACHSTACKER DENGAN KAPASITAS ANGKAT MAKSIMUM 40 TON

BAB II DASAR TEORI. Mesin perajang singkong dengan penggerak motor listrik 0,5 Hp mempunyai

BAB VI POROS DAN PASAK

RANCANGAN TURBOCARJER UNTUK MENINGKATKAN PERFORMANSI MOTOR DIESEL

PEMILIHAN MOTOR LISTRIK SEBAGAI PENGGERAK MULA RUMAH CRANE PADA FLOATING DOCK DI PT. INDONESIA MARINA SHIPYARD GRESIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Overhead Crane Overhead Crane merupakan gabungan mekanisme pengangkat secara terpisah dengan rangka untuk mengangkat

PERANCANGAN CAKE BREAKER SCREW CONVEYOR PADA PENGOLAHAN KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS PABRIK 60 TON TBS PER JAM

BAB II DASAR TEORI. c) Untuk mencari torsi dapat dirumuskan sebagai berikut:

MESIN PEMINDAH BAHAN

SKRIPSI TEKNIK PENGECORAN LOGAM

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 7, No. 1 (2015), ( Print)

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

Perancangan Dan Pembuatan Batang Torak Dengan Daya 100 PS Dan Putaran 3500 RPM Dengan Proses Pengecoran Logam

PERANCANGAN OVERHEAD CRANE KAPASITAS 10 TON DENGAN METODE VDI 2221

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PERANCANGAN SISTEM TRANSMISI RODA GIGI DAN PERHITUNGAN. penelitian lapangan, dimana tujuan dari penelitian ini adalah :

BAB IV PROSES, HASIL, DAN PEMBAHASAN. panjang 750x lebar 750x tinggi 800 mm. mempermudah proses perbaikan mesin.

PERANCANGAN OVERHEAD TRAVELLING CRANE KAPASITAS 5 TON

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SKRIPSI TURBIN UAP PERANCANGAN TURBIN UAP UNTUK PLTPB DENGAN DAYA 5 MW. Disusun Oleh: WILSON M.N.GURNING NIM:

Perancangan Mekanisme Angkat Boatlift Crane yang Sinkron dengan Kapasitas Swl 15 Ton pada PT.F1 Perkasa

Mechanical Engineering Ismanto Alpha's

PERENCANAAN MESIN PENGADUK UDANG NAGET OTOMATIS

PERANCANGAN POROS DIGESTER UNTUK PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN KAPASITAS OLAH 12 TON TBS/JAM DENGAN PROSES PENGECORAN LOGAM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perancangan yaitu tahap identifikasi kebutuhan, perumusan masalah, sintetis, analisis,

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN

Perhitungan Transmisi I Untuk transmisi II (2) sampai transmisi 5(V) dapat dilihat pada table 4.1. Diameter jarak bagi lingkaran sementara, d

IV. ANALISA PERANCANGAN

BAB II PEMBAHASAN MATERI. digunakan untuk memindahkan muatan di lokasi atau area pabrik, lokasi

BAB 2 STUDI PUSTAKA. 2.1 Pengertian, Prinsip Kerja, Serta Penggunaan Tower Crane Pada

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Lampiran 1. Analisis Kebutuhan Daya Diketahui: Massa silinder pencacah (m)

Rancang Bangun Sistem Chassis Kendaraan Pengais Garam

BAB II DASAR TEORI Sistem Transmisi

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM. 43 TAHUN 2010

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. girder silang ( end carriage ) yang menjadi tempat pemasangan roda penjalan.

BAB II PEMBAHASAN MATERI. industri, tempat penyimpanan dan pembongkaran muatan dan sebagainya. Jumlah

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2012

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Motor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS VARIASI SUDUT SUDU-SUDU TURBIN IMPULS TERHADAP DAYA MEKANIS TURBIN UNTUK PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA UAP

Transkripsi:

TUGAS SARJANA MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN TOWER CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 6 TON, TINGGI ANGKAT 45 METER, RADIUS 55 METER, UNTUK PEMBANGUNAN GEDUNG BERTINGKAT OLEH : TEGUH PUTRA NIM : 00401058 DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 009

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS TEKNIK DEPARTEMEN TEKNIK MESIN MEDAN TUGAS SARJANA MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN TOWER CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 6 TON,TINGGI ANGKAT 45 METER, RADIUS 55 METER, UNTUK PEMBANGUNAN GEDUNG BERTINGKAT OLEH : TEGUH PUTRA NIM : 00401058 Disetujui Oleh : Dosen Pembimbing Ir. Alfian Hamsi, M.Sc NIP. 131 654 58

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS TEKNIK DEPARTEMEN TEKNIK MESIN MEDAN TUGAS SARJANA MESIN PEMINDAH BAHAN PERANCANGAN TOWER CRANE DENGAN KAPASITAS ANGKAT 6 TON, TINGGI ANGKAT 45 METER, RADIUS 55 METER, UNTUK PEMBANGUNAN GEDUNG BERTINGKAT OLEH : TEGUH PUTRA NIM : 00401058 Telah disetujui dari hasil seminar periode ke-530 Tanggal : 4 januari 009 Dosen Pembanding I Disetujui Oleh : Dosen Pembanding II Drs. Ing. Ir. Ikhwansyah Isranuri Ir. Raskita S. Meliala NIP. 13 018 668 NIP. 130 353 111

KATA PENGANTAR Puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-nya penulis akhirnya dapat menyelesaikan penulisan tugas sarjana ini dengan baik dan lancar. Tugas sarjana ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Pendidikan Program Sarjana Strata I (S1) di Depatemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara. Adapun judul tugas sarjana yang dibahas adalah Perancangan Tower Crane Dengan Kapasitas Angkat 6 Ton, Tinggi Angkat 45 Meter, Radius 55 Meter Untuk Pembangunan Gedung Bertingkat Dalam menyelesaikan tulisan ini tidak sedikit kesulitan yang dihadapi, akan tetapi berkat bimbingan, arahan dan bantuan dari semua pihak akhirnya tugas sarjana ini dapat diselesaikan. Untuk semua itu dengan segenap hati ikhlas penulis menyampaikan penghormatan dan ucapan terima kasih kepada : 1. Bapak Dr.Ing.Ir. IkHwansyah Isranuri sebagai Ketua Departemen Teknik Mesin Universitas Sumatera Utara dan juga sebagai Dosen Pembimbing penulis. Bapak Tulus B. Sitorus, ST, MT sebagai Sekertaris Departemen Teknik Mesin Universitas Sumatera Utara 3. Bapak Ir. Alfian Hamsi M.Sc. sebagai dosen pembimbing tugas skripsi ini. 4. Bapak / Ibu Dosen dan di Departemen Teknik Mesin yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama menjalani perkuliahan 5. Staf / Pegawai Administrasi dan para Asisten Laboratorium di Departemen Teknik Mesin yang telah memberikan banyak bantuan kepada penulis baik dalam hal administratif maupun praktikum selama masa perkuliahan. 6. Pimpinan dan staff, khususnya Bapak Ir. Heri Widodo di Proyek Pembangunan Hotel Grand Antareas medan. 7. Orang tua tercinta, Ayahanda Ir. Efrizal dan Ibunda Ir. Hafni yang telah banyak mendukung penulis baik dari segi moril dan materil serta memberikan

semangat dan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan dan Tugas Sarjana ini 8. Saudara-saudaraku, Reza Adnan syahrefi dan Rizki Rahmadhani yang menjadi teman, lawan dan semangat dalam mengarungi kehidupan penulis. 9. Rekan-rekan mahasiswa fikri, riyaldi, Gefri, Reza, Sokep, Dani, Yuki, Napi, Irfandi dan Seluruh Stambuk 00 yang telah membantu penulis melewati hari-hari perkuliahan. Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih terdapat kelemahan, oleh karena itu penulis mengharapkan masukan ide dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan tugas sarjana yang lebih baik. Penulis Teguh Putra

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI... iii DAFTAR GAMBAR.. vi DAFTAR TABEL... vii DAFTAR NOTASI. vii DAFTAR LAMPIRAN... xi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. Tujuan. 1.3 Batasan Masalah. 1.4 Metode Penulisan... 1.5 Sistematika Penulisan. 1 1 BAB II PEMBAHASAN MATERI.1 Mesin Pemindah Bahan... Klasifikasi Mesin Pemindah Bahan.3 Dasar Pemilihan Mesin Pemindah Bahan....3.1 Dasar Pemilihan Pesawat Pengangkat.3. Dasar Pemilihan Crane....4 Tower Crane.4.1 Komponen-Komponen Utama Tower Crane...4. Cara Kerja Tower Crane......5 Spesifikasi Perancangan.. 4 4 7 8 8 9 9 10 11

BAB III PERANCANGAN MEKANISME PENGANGKAT 3.1 Perancangan Tali Baja 3. Perancangan Puli.... 3.3 Perancangan Drum.. 3.4 Perancangan Kait 3.5 Perancangan Motor Penggerak... 3.6 Perancangan Sistem Transmisi... 3.6.1 Perancangan Transmisi Tingkat I... 3.6. Perancangan Transmisi Tingkat II.. 3.6.3 Perancangan Transmisi Tingkat III. 3.7 Perancangan Sistem Rem... 1 18 0 5 7 8 31 33 34 BAB IV PERANCANGAN MEKANISME TROLLEY 4.1 Perancangan Roda Jalan..... 4. Perancangan Tali Baja.... 4.3 Perancangan Puli.... 4.4 Perancangan Drum..... 4.5 Perancangan Motor Penggerak... 4.6 Perancangan Sistem Transmisi... 4.6.1 Perancangan Transmisi Tingkat I... 4.6. Perancangan Transmisi Tingkat II.. 4.7 Perancangan Sistem Rem.... 38 41 44 45 46 48 49 50 51 BAB V PERANCANGAN MEKANISME SLEWING... 5.1 Perancangan Motor Penggerak.... 5. Perancangan Sistem Transmisi.... 5.3 Perancangan Sistem Rem.... 53 55 56 58 BAB VI PERANCANGAN BOOM DAN BOBOT IMBANG 6.1 Perancangan Boom...... 6. Perancangan Bobot Imbang..... 6 67

BAB VII PERANCANGAN KONSTRUKSI TIANG... 7.1 Perancangan Blok Pondasi.. 7. Perancangan Penahan Tiang (Anchorage). 7.3 Defleksi Elastis Tiang Tower Crane... 71 73 74 BAB VIII KESIMPULAN......... 77 DAFTAR PUSTAKA...... LAMPIRAN........ 81 xi

10 4.3 Diagram Mekanisme Trolley 41 11 4.4 Diagram Untuk Menentukan Tarikan Tali 4 1 5.1 Meja Putar Mekanisme Slewing 53 13 5. Diagram Rem Sepatu Yang Digerakkan Pemberat 59 14 6.1 Konstruksi Boom 63 15 6. Pembebanan Boom Maksimum 63 16 6.3 Pembebanan Boom Akibat Beban Sendiri 64 17 6.4 Pembebanan Boom Maksimum Yang Diizinkan 65 18 6.5 Gaya-Gaya Setiap Sambungan Pada Boom 65 19 6.6 Lengan Bobot Imbang 67 0 6.7 Konstruksi Lengan Bobot Imbang 68 1 6.8 Bobot Imbang 68 7.1 Blok Pondasi Tower Crane 70 3 7. Pola Tekanan Segitiga Dibawah Blok Pondasi 71 4 7.3 Model Tower Crane Untuk Perhitungan Defleksi Elastisitas 73

DAFTAR TABEL Tabel Halaman 1 3.1 Dimensi-dimensi Puli Mekanisme Pengangkat 18 3. Tekanan Bidang Yang Diizinkan 19 3 3.3 Dimensi Puli pada Mekanisme Trolley 45 4 4.1 Tabel Klasifikasi Dari Tower Crane 69

DAFTAR NOTASI Notasi Keterangan Satuan Q Kapasitas angkat maksimum kg q Berat spreader (rumah kait) kg S Tegangan tarik maksimum tali baja kg η Efisiensi P Kekuatan putus tali sebenarnya kg K Faktor keamanan P b Beban patah kg σ Tegangan kg/mm d Diameter mm D min Diameter minimum puli dan drum mm F Luas penampang tali baja mm m Jumlah lengkungan berulang C Faktor karakteristik konstruksitali dan kekuatan z 1 z α β φ e 1 tarik bahan Jumlah lengkungan berulang yang diizinkan Jumlah lengkungan berulang persiklus kerja Jumlah siklus rata-rata perbulan Faktor perubahan daya tali Perbandingan jumlah lengkungan dan jumlah putus tali Faktor yang tergantung pada tipe alat pengangkat dan kondisi operasinya e Faktor yang tergantung pada konstruksi tali p Tekanan bidang pada gandar roda puli kg/cm z Jumlah lilitan H Tinggi m

L Panjang mm v Kecepatan keliling m/s ω Tebal dinding drum mm t Kisar Ulir mm A Luas penampang mm V Kecepatan m/s N Daya Hp M Momen kg.m n Putaran rpm GD Momen girasi kg/cm g Gravitasi m/s t Waktu s α Sudut tekan roda gigi m Modul mm z Jumlah gigi buah b Lebar gigi mm i Perbandingan a Jarak Sumbu Poros mm h k Tinggi Kepala Gigi mm h f Tinggi Kaki Gigi mm c k Kelonggaran Puncak mm t Jarak bagi lingkaran mm S o Tebal gigi mm Ft Gaya Tangensial kg A Luas permukaan mm Y f v δ β k Faktor Bentuk Gigi Faktor dinamis Koefisien pengaruh masa bagian mekanisme transmisi Koefisien pengereman Faktor kecepatan gelinding roda D w Diameter roda trolley mm o

W Tahanan kg G 0 Berat trolley kg μ Koefisien gesek k Koefisien gesek roda gelinding ε Koefisien tahanan roda puli f Defleksi tali baja yang diizinkan mm q r Berat tali baja kg S Luas bidang m Pw Tekanan angin kg/m T Gaya rem keliling total kg N Tekanan normal kg F Luas permukaan kontak cm W Berat kg E Modulus Elastisitas kg/m F Gaya kg r Jari-jari/radius mm I Momen inersia mm 4

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Effisiensi Puli. Harga Minimum Faktor K, e 1 dan e 3. Tipe Tali Baja 4. Jumlah Lengkungan Tali 5. Harga Faktor m, C, C 1 dan C 6. Harga a, z dan β 7. Sifat Mekanis Baja Paduan 8. Dimensi Alur Drum 9. Diameter Puli 10. Diameter Poros 11. Sifat-sifat Baja Karbon Untuk Konstruksi Mesin 1. Karakteristik Material Gesek 13. Dimensi Bantalan 14. Sifat-sifat Baja Pegas 15. Baja I Profil Normal 16. Baja L Sama Sisi

DAFTAR PUSTAKA 1. Rudenko, N, Mesin Pengangkat, Erlangga, Jakarta, 1966.. Sularso, Dasar Perencanaan dan Pemilihan Elemen Mesin, Pradnya Paramita, Jakarta, 1997. 3. Muin Syamsir. A, Pesawat Pengangkat, P.T Raya Grafindo Persada, Jakarta, 1995. 4. G.M. Maitra, Hand Book of Gear Design, Tata McGrawHill, New Delhi 5. Joseph,E, Shigley, Perencanaan Teknik Mesin, Jilid 1, Erlangga, Jakarta, 1986. 6. Joseph,E, Shigley, Perencanaan Teknik Mesin, Jilid, Erlangga, Jakarta, 1986. 7. George. H. Martin, Setyobakti, Kinematika dan Dinamika Teknik, Edisi kedua, Erlangga, Jakarta. 8. Rudenko, N, Material Handling Equipment, Moscow, 1964. 9. Beer. Ferdinand, P. Johnston, Mekanika Untuk Insinyur, Erlangga, Jakarta, 1976. 10. United Ropework, Wire Rope, Roterdam, Holland. 11. Dobrovolsky, V, Machine Element, MIR Publisher, Moscow, 1979. 1. Hamrock, Bernard, J, Fundamentals of Machine Elements, WCB McGrawHill, International Edition, Singapore, 1999. 13. Niemann, Gambar Elemen Mesin, Jilid 1, Erlangga, Jakarta, 1994.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia adalah negara yang sedang berkembang, dimana pada saat sekarang ini sedang menggalakkan pembangunan di segala bidang untuk meningkatkan taraf hidup bangsa Indonesia. Pembangunan sarana dan prasarana umum meliputi pembangunan industri, perhubungan, pusat perbelanjaan (mall), perkantoran, hotel, dan apartemen. Untuk membangun konstruksi bangunan tinggi seperti : gedung bertingkat, maka dibutuhkan tenaga kerja yang terampil, para ahli di bidang konstruksi, yang lebih penting adalah mesin-mesin yang berguna untuk membantu dan meringankan kerja manusia itu sendiri. Sehubungan dengan itu maka dibutuhkan suatu pesawat pengangkat yang dapat mengangkat dan memindahkan material dan struktur bangunan yang akan dipasang pada bangunan yang sedang dikerjakan dengan gerak dan mobilitas yang aman. Agar material yang diangkat tetap baik, aman dalam operasi bongkar muat lebih cepat, maka diperlukan suatu wadah barang yang dapat diangkat dari semua areal proyek ke tempat yang diinginkan seperti bucket, dimana wadah tersebut dapat disimpan dilapangan terbuka sehingga tidak diperlukan lagi gudang sebagai tempat penyimpanan barang. Untuk mengangkat material dalam kapasitas, jangkauan dan tinggi angkat yang maksimum, maka pengangkatan dengan Tower Crane merupakan mesin

yang paling efektif. Kecenderungan untuk memakai tower crane saat ini semakin tinggi seiring dengan semakin meningkatnya pembangunan di Indonesia. Pesawat pengangkat ini berguna untuk mengangkat serta memindahkan material dan struktur bangunan yang akan dipasang pada bangunan yang sedang dikerjakan dan menjangkau semua area yang diinginkan. 1. Tujuan Penulisan Tujuan penulisan tugas sarjana ini adalah merencanakan sebuah mesin pemindah bahan jenis pesawat pengangkat yaitu tower crane. Dengan menjelaskan teori tentang tower crane, melakukan perhitungan komponenkomponen utama, perencanaan mekanisme pergerakan tower crane dan gambar teknik dari tower crane. Perencanaan ini diharapkan meningkatkan kemampuan penulis dalam mengaplikasikan ilmu pengetahuan yang diperoleh selama perkuliahan dalam melakukan berbagai perhitungan untuk mendapatkan kesesuaian teori-teori yang diperloleh dari buku dan literatur serta membandingkannya dengan hasil study dan survei di lapangan. 1.3 Batasan Masalah Dalam perancangan ini, tower crane direncanakan digunakan untuk kapasitas angkat maks 6 Ton, tinggi angkat hook 45 m, dan radius maks 55 m. Karena luasnya permasalahan pada perancangan tower crane ini, untuk menjelaskan tujuan penulisan tugas sarjana maka perlu pembatasan masalah yang akan dibahas.

Pada perancangan ini akan dibahas komponen-komponen utama tower crane sebagai berikut : tali baja, puli, drum, kait, motor penggerak, rem, dan sistem transmisi (roda gigi). Dan merencanakan mekanisme pergerakan dari tower crane. Data-data diperoleh dari hasil survei di lapangan. 1.4 Metode Penulisan Dalam penulisan ini menggunakan metode penulisan analitik yang dilakukan didalam perencanaan ini adalah : 1. Studi literatur, dengan memaparkan teori-teori dasar dan rumus-rumus serta tabel yang berkaitan dari berbagai literatur dengan perhitungan.tentang perencanaan Tower Crane dari berbagai buku. Survey ke lapangan langsung ke Proyek Pembangunan Hotel GrandAntares Jl S.M. Raja Medan, untuk mendapatkan data sebagai bahan perbandingan dan dasar dalam perancangan. 3. Diskusi dengan pembimbing dan referensi ahli yang memahami tentang Tower crane 1.5 Sistematika Penulisan Dalam penulisan tugas sarjana ini, ditulis dalam 8 Bab dengan sistematika berikut ini : Bab I Pendahuluan, Bab ini menyajikan latar belakang, tujuan, batasan masalah, metode penulisan, dan sistematika penulisan perancangan. Bab II Pembahasan Materi

Bab ini membahas tentang tinjauan pustaka dan klasifikasi mesin pemindah bahan; dasar pemilihan dari mesin pemindah bahan, pesawat pengangkat,dan crane; komponen utama dan cara kerja tower crane; serta spesifikasi perencanaan Bab III Perencanaan Mekanisme Pengangkat Membahas tentang perhitungan dan perencanaan tali baja, puli, drum, kait, motor penggerak, sistem transmisi dan sistem rem pada mekanisme pengangkat Bab IV Perencanaan Mekanisme Trolley Membahas tentang perhitungan dan perencanaan tali baja, puli, drum, motor penggerak, sistem transmisi dan sistem rem pada mekanisme trolley Bab V Perencanaan Mekanisme Slewing Membahas tentang perhitungan dan perencanaan motor penggerak, sistem transmisi dan sistem rem pada mekanisme slewing Bab VI Perencanaan Boom/ Jib Membahas tentang perhitungan dan perencanaan konstruksi boom serta pemeriksaan kekuatan boom. Serta membahas tentang bobot imbang untuk mengimbangi beban maksimum. Bab VII Kesimpulan Membahas semua kesimpulan semua perencanaan tower crane pada babbab sebelumnya.

BAB II PEMBAHASAN MATERI.1 Mesin Pemindah Bahan Mesin pemindah bahan merupakan bagian terpadu perlengkapan mekanis dalam setiap industri modern. Desain mesin pemindah bahan yang beragam disebabkan oleh banyaknya jenis dan sifat muatan yang dipindahkan serta banyaknya operasi pemindahan yang akan mendukung produksi. Dalam setiap perusahaan, proses produksi secara keseluruhan sangat ditentukan oleh pemilihan jenis mesin pemindah bahan yang tepat pemilihan parameter utama yang tepat dan efisiensi operasinya. Jadi, pengetahuan yang sempurna tentang ciri operasi dan desain mesin ini dan metode desainnya serta penerapan praktisnya sangat diperlukan. Mesin pemindah bahan merupakan salah satu peralatan yang digunakan untuk memindahkan muatan dilokasi atau area, departemen, pabrik, lokasi konstruksi, tempat penumpukan bahan, tempat penyimpanan, dan pembongkaran muatan. Mesin pemindah bahan pada prakteknya hanya memindahkan muatan dalam jumlah dan besar serta jarak tertentu. Jarak ribuan meter hanya dilakukan untuk perpindahan yang konstan antara dua lokasi atau lebih yang dihubungkan oleh kegiatan produksi yang sama. Untuk operasi bongkar muatan tertentu, mekanisme mesin pemindah bahan dilengkapi dengan alat pemegang khusus yang dioperasikan oleh mesin bantu atau secara manual.pemilihan mesin pemindah bahan yang tepat dan sesuai pada tiap-tiap ktivitas diatas, akan meningkatkan effisiensi dan daya saing dari aktivitas tersebut.

. Klasifikasi Mesin Pemindah Bahan Berdasarkan desainnya mesin pemindah bahan diklasifikasikan atas : 1. Perlengkapan pengangkat, yaitu kelompok mesin dengan peralatan pengangkat yang bertujuan untuk memindahkan muatan dalam satu batch.. Perlengkapan pemindah, yaitu kelompok mesin yang tidak mempunyai peralatan pengangkat tetapi memindahkan muatan secara berkesinambungan. 3. Perlengkapan permukaan dan overhead, yaitu kelompok mesin yang tidak dilengkapi dengan peralatan pengangkat dan biasanya menangani muatan dalam satu batch dan kontinu. Setiap kelompok mesin dibedakan oleh ciri khas dan bidang penggunaan yang khusus. Perbedaan dalam desain kelompok ini juga ditentukan oleh keadaan muatan yang akan ditangani, arah gerakan kerja dan keadaan proses penanganannya. Banyaknya jenis perlengkapan pengangkat, membuat sulitnya penggolongan secara tepat. Penggolongan bisa berdasarkan pada berbagai karakteristik, seperti desain, tujuan, jenis gerakan dan sebagainya. Bila diklasifikasikan menurut jenis gerakannya (karakterisrik kinematik), beban dianggap terpusat pada titik berat beban tersebut dan penggolongan mesin ditentukan oleh lintasan perpindahan muatan yang berpindah pada bidang horizontal. Penggolongan menurut tujuan penggunaan yang ditentukan dengan memperhatikan kondisi operasi khasnya Jenis-jenis perlengkapan pengangkat diklasifikasikan berdasarkan ciri khas desainnya, yaitu :

1. Mesin pengangkat, yaitu kelompok mesin yang bekerja secara periodik yang didesain sebagai perlatan swa-angkat, atau untuk mengangkat dan memindahkan muatan. Salah satu jenis mesin pengangkat dapat dilihat pada gambar.1 dibawah ini. Gambar.1 dongkra dan Ikatan. Crane, yaitu gabungan mekanisme pengangkat secara terpisah dengan rangka untuk mengangkat sekaligus memindahkan muatan yang dapat digantungkan secara bebas atau diikatkan pada crane. Salah satu jenis crane dapat diihat pada gambar. dibawah ini. Gambar. Hoisting Crane

3. Elevator (Lift), yaitu kelompok mesin yang bekerja secara periodik untuk mengangkat muatan pada jalur pandu tertentu. Gambar.3 Elevator

Crane berlengan Crane wall jib Crane dengan poros Crane putar yang diam Crane dengan pilar yang tetap Crane Kerekan Crane palu Crane kantilever Crane yang dipasang di langitlangit Crane yang bergerak pada rel Crane satu rel Crane tower menara Crane portal CRANE Crane pada truk yang digerakkan tangan Crane tanpa lintasan Crane pada truk yang digerakkan daya Crane yang dipasang pada truk Crane yang dipasang pada traktor Crane yang dipasang diatas traktor rantai Crane dengan rel Crane yang dipasang pada traktor rantai Crane berpalang Crane berpalang tunggal untuk gerakan overhead Crane tipe jembatan Crane berpalang ganda untuk gerakan overhead Gantry crane dan semi gantry Jembatan untuk transfer muatan Gambar.4 Jenis Utama Crane

.3 Dasar Pemilihan Mesin Pemindah Bahan Faktor-faktor teknis penting yang digunakan dalam menentukan pilihan jenis peralatan yang digunakan dalam proses pemindahan bahan : 1. Jenis dan sifat muatan yang akan diangkat. Untuk muatan satuan (unit load) : bentuk, berat, volume, kerapuhan, keliatan, dan temperatur. Untuk muatan curah (bulk load) : ukuran gumpalan, kecenderungan menggumpal, berat jenis, kemungkinan longsor saat dipindahkan, sifat mudah remuk (friability), temperatur, dan sifat kimia.. Kapasitas per jam yang dibutuhkan. Kapasitas pemindahan muatan per jam yang hampir tak terbatas dapat diperoleh pada peralatan, seperti konveyor yang bekerja secara kontinu. Sedangkan pada peralatan lain yang mempunyai siklus kerja dengan gerak balik muatan kosong, akan dapat beroperasi secara efisien jika alat ini mempunyai kapasitas angkat dan kecepatan yang cukup tinggi dalam kondisi kerja yang berat, seperti truk dan crane jalan. 3. Arah dan jarak perpindahan. Berbagai jenis peralatan dapat memindahkan muatan ke arah horizontal, vertikal, atau dalam sudut tertentu. Untuk gerakan vertikal diperlukan pengangkat seperti : crane, bucket elevator. Dan untuk gerakan horizontal diperlukan crane pada truk yang digerakkan mesin atau tangan, crane penggerak tetap, dan berbagai jenis konveyor. Ada beberapa alat yang dapat bergerak mengikuti jalur yang berliku dan ada yang hanya dapat bergerak lurus dalam satu arah.

4. Cara menyusun muatan pada tempat asal, akhir, dan antara. Pemuatan ke kendaraan dan pembongkaran muatan ditempat tujuan sangat berbeda, karena beberapa jenis mesin dapat memuat secara mekanis, sedangkan pada mesin lainnya membutuhkan alat tambahan khusus atau bantuan operator. 5. Karakteristik proses produksi yang terlibat dalam pemindahan muatan. Gerakan penanganan bahan berkaitan erat, bahkan terlibat langsung dengan proses produksi. Misalnya : crane khusus pada pengecoran logam, penempaan dan pengelasan; konveyor pada pengecoran logam dan perakitan; pada permesinan dan pengecatan. 6. Kondisi lokal yang spesifik. Hal ini meliputi luas dan bentuk lokasi, jenis dan desain gedung, keadaan permukaan tanah, susunan yang mungkin untuk unit proses, debu, kelembaban lingkungan, adanya uap dan berbagai jenis gas lainnya, dan temperatur..3.1 Dasar Pemilihan Pesawat Pengangkat Banyak sekali pesawat pengangkat yang diproduksi dalam berbagai desain, sehingga dalam operasi yang sama dapat dilakukan berbagai metode dan alat. Pemilihan alat yang tepat tidak hanya memerlukan pengetahuan khusus tentang desain dan karakteristik operasi suatu mekanisme mesin, tetapi juga memerlukan pengetahuan menyeluruh tentang organisasi produksi dari suatu perusahaan.dalam pemilihan jenis pesawat pengangkat, alat ini harus dapat dimekaniskan sedemikian rupa sehingga hanya memerlukan sedikit mungkin operator untuk pengendalian, pemeliharaan, perbaikan, dan tugas-tugas tambahan

lainnya. Pesawat pengangkat tidak boleh merusak muatan yang dipindahkan, atau menghalangi dan menghambat proses produksi. Alat ini harus aman dalam operasinya dan ekonomis baik dalam biaya operasi atau perawatannya..3. Dasar Pemilihan Crane Dasar pemilihan crane ditentukan dari faktor teknis jenis dan sifat muatan, yang dapat mengangkat muatan satuan dan curah. Dari faktor kapasitas per jam yang dibutuhkan, dimana crane mempunyai siklus kerja dengan gerak balik bermuatan sehingga dapat beroperasi secara efektif dan efisien karena alat ini mempunyai kapasitas angkat dan kecepatan yang cukup tinggi. Dari faktor arah dan jarak perpindahan crane dapat memindahkan dan mengangkat muatan baik secara vertikal, horizontal, dan berputar 360 o. Dari faktor teknis kondisi lokasi yang spesifik, dimana crane digunakan pada pembangunan gedung bertingkat dengan kelebihan dari segi struktur dengan ketinggian tertentu dan daya jangkauannya yang cukup jauh. Crane dirancang untuk melayani pengangkatan muatan dengan jarak yang cukup jauh dalam suatu areal pembangunan, dengan mempertimbangkan dimensinya. Dari pertimbangan faktor-faktor teknis diatas maka dipilihlah Tower Crane sebagai alat yang tepat untuk memenuhi semua pertimbangan tersebut.4 Tower Crane Penggunaan tower crane memerlukan perencanaan yang seksama karena crane dipasang tetap (fixed instalation) di tempat dengan jangka waktu pelaksanaan pekerjaan yang lama. Dari posisi tetapnya, tower crane harus mampu

menjangkau semua area yang diperlukan untuk mengangkat beban yang diangkat ke tempat yang diinginkan. Yang perlu diperhatikan dalam pemanfaatan tower crane adalah berat, ukuran, dan radius angkat dari beban terberat, tinggi maksimum berdiri bebas alat, berat mesin yang ditopang struktur, kecepatan angkat mesin, dan panjang kabel hoist drum yang dapat melayani. Tower crane dirancang dengan ketinggian tertentu dan dengan boom yang memiliki daya jangkau yang cukup jauh. Selain itu tower crane mampu melayani pengangkutan bahan yang berat sesuai dengan kapasitas angkat maksimumnya. Tower crane biasanya digunakan untuk mengangkat beban terpadu (load), seperti : rangka besi, kepingan atap bangunan, batu bata dalam jumlah yang banyak, dsb. Namun terkadang juga dapat digunakan untuk mengangkat bahan curah (bulk load), seperti pasir dan coran semen. Untuk bahan curah, tower crane membutuhkan wadah muatan seperti bucket, yang kemudian dihubungkan dengan kait nantinya..4.1 Komponen Utama Tower Crane Komponen-komponen utama dari Tower Crane adalah : 1. Rangka. Boom/ Jib (Lengan) Boom adalah lengan dari tower crane yang memiliki jangkauan/ radius sebagai tempat berjalannya trolley. Boom ini berfungsi untuk menjangkau, memutar, memindahkan, mengangkat dan menurunkan beban. Boom pada tower crane ini ada yaitu : boom bobot imbang dan boom beban. 3. Bobot Imbang (Counter Weight)

Bobot Imbang adalah bagian dari tower crane yang berfungsi untuk mengimbangi berat dari boom beban 4. Trolley Trolley berfungsi sebagai tempat bergantungnya spreader kait dan juga untuk menggerakkan spreader kait pada saat mengangkat dan menurunkan beban atau muatan. Trolley terletak pada konstruksi boom. 5. Motor Penggerak Motor penggerak pada tower crane ada 3 yaitu motor penggerak drum, motor penggerak trolley dan motor penggerak mekanisme slewing. 6. Drum Drum adalah alat yang berfungsi sebagai tempat untuk menggulung atau mengulur tali baja pada saat menaikkan atau menurunkan beban 7. Sistem Puli Puli (kerek) adalah alat yang berbentuk cakra bundar beralur, berfungsi sebagai laluan tali baja. 8. Tali Baja Tali Baja adalah perlengkapan fleksibel yang berfungsi sebagai penarik atau pengulur spreader kait atau trolley. 9. Kait (Hook) Kait adalah alat sebagai tempat menggantungkan beban 10. Rem Rem adalah alat yang digunakan untuk menghentikan pergerakan motor penggerak baik itu, pada mekanisme pengangkat, trooley ataupun slewing

.4. Cara Kerja Tower Crane Cara kerja dari tower crane ini dapat dibagi atas 3 gerakan, yaitu : 1. Gerakan Angkat dan Turun (Hoisting) Gerakan mengangkat dan menurunkan beban ini diatur oleh kerja elektro motor yang berfungsi memutar drum yang akan menggulung tali baja. Tali baja ini akan menggerakkan puli agar rumah puli yang diujungnya memiliki kait (hook) akan bergerak naik-turun. Beban yang akan dipindahkan digantungkan pada kait. Bila posisinya telah sesuai dengan yang dikehendaki maka gerakan drum ini akan dihentikan oleh operator dengan menarik tuas (handle) yang terhubung dengan rem.. Gerakan Jalan Mendatar (Trolling) Gerakan ini adalah gerakan trolley yang berjalan / berpindah dalam arah mendatar (horizontal) atau melintang. Gerakan ini diatur oleh elektro motor yang berfungsi untuk memutar drum untuk menggulung tali baja yang akan memutar puli sehingga trolley berjalan disepanjang rel yang terletak diatas girder dan boom. Gerakan ini dihentikan dengan memutuskan arus listrik pada elektro motor melalui tombol operator dan sekaligus rem bekerja. 3. Gerakan Berputar (Slewing) Gerakan ini terjadi akibat putaran elektro motor yang memutar gigi jib sehingga jib dapat berputar ke arah kanan atau kiri dengan sudut 360 0

Keterangan Gambar : 1. Rangka tower Crane 6. trolley. Boom tower crane 3. Bobot imbang (Couter weight) 4. Spreader 5. kait (Hook)

.5 Spesifikasi Perencanaan Dari data yang diperoleh dari Proyek Pembangunan Hotel Grand Antareas Jln. S. M. Raja Medan, sebagai data perbandingan atau dasar perencanaan pesawat pengangkat ini, dibawah ini tercantum spesifikasi tower crane yang diperoleh dari hasil survey : Jenis mesin Kapasitas angkat maks Tinggi angkat maks Radius jangkauan lengan : Tower Crane : 6.000 kg : 45 m : 55 m

BAB III PERANCANGAN MEKANISME PENGANGKAT Komponen utama mekanisme pengangkat meliputi perencanaanperencanaan : 1. Tali Baja (Steel Wire Rope). Puli (Rope Sheave) 3. Drum (Rope Drum) 4. Kait (Hook) 5. Motor Penggerak 6. Sistem Transmisi 7. Sistem Rem 3.1 Perancangan Tali Baja Tali baja berfungsi untuk mengangkat dan menurunkan beban serta memindahkan gerakan dan gaya. Tali baja adalah tali yang dikonstruksikan dari kumpulan jalinan serat-serat baja (steel wire) dengan kekuatan σ b = 130-00 kg/mm. Beberapa serat dipintal hingga menjadi satu jalinan (strand), kemudian beberapa strand dijalin pula pada suatu inti (core) sehingga membentuk tali. Tali baja banyak sekali digunakan pada mesin pengangkat karena dibandingkan dengan rantai, tali baja mempunyai keunggulan antara lain : 1. Lebih ringan dan lebih murah harganya. Lebih tahan terhadap beban sentakan, karena beban terbagi rata pada semua strand

3. Operasi yang tenang walaupun pada kecepatan operasi yang tinggi 4. Keandalan operasi yang tinggi 5. Lebih fleksibel dan ketika beban lengkungan tidak perlu mengatasi internal stress 6. Sedikit mengalami fatigue dan internal wear karena tidak ada kecenderungan kawat untuk menjadi lurus yang selalu menyebabkan internal stress 7. Kurangnya kecenderungan untuk membelit karena peletakan yang tepat, pada drum dan puli, penyambungan yang lebih cepat, mudah dijepit (clip), atau ditekuk (socket) 8. Kawat yang patah setelah pemakaian yang lama tidak akan menonjol keluar sehingga lebih aman dalam pengangkatan dan tidak akan merusak kawat yang berdekatan Gambar 3.1 Konstruksi serat tali baja Dalam perencanaan ini kapasitas maksimum berat muatan yang diangkat adalah 6 ton. Karena pada pengangkat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti overload, keadaan dinamis dalam operasi dan perubahan udara yang tidak terduga, maka diperkirakan penambahan beban 10 % dari beban semula sehingga berat muatan yang diangkat menjadi : Q 0 = 6.000 + (10 % x 6.000) = 6.600 kg

Kapasitas angkat total pesawat adalah : Q = Q 0 + q dimana : q = Berat spreader = 300 kg (Hasil survei) maka : Q = 6.600 + 300 = 6.900 kg 4 5 3 1 Drum 6-7 8 15 16 9 10 14 13 1 11 Gambar 3. Diagram lengkungan tali baja mekanisme hoist Dari gambar 3. dapat dilihat diagram lengkungan tali pada mekanisme gerak hoist dapat ditentukan tegangan tali maksimum baja yang terjadi. Sistem pengangkat yang direncanakan ini terdiri dari 7 buah puli yang menyangga (suspensi), sehingga : Q = S + 1 + S + S3 + S 4 + S5 + S6 S7 Tegangan tarik maksimum pada tali dari sistem puli beban dihitung dengan rumus : Q S =.. (Lit.1, Hal 41) n. η. η 1 dimana : n = Jumlah puli yang menyangga (suspensi) = 7 η = Efisiensi puli = 0,905 (Lampiran 1) η 1 = Efisiensi yang disebabkan kerugian tali akibat kekakuannya ketika menggulung pada drum yang diasumsikan 0,98 (Lit. 1, Hal. 41)

6.900 maka : S = = 1111,4 kg 7.0,905.0,98 Kekuatan putus tali sebenarnya (P) dapat dicari dengan rumus : P S =..... (Lit.1, Hal 40) K atau : P = S. K dimana : K = Faktor keamanan dengan jenis mekanisme dan kondisi operasinya = 5,5 (Lampiran ) maka : P = 1111,4. 5,5 = 611,81 kg Dari hasil kekuatan putus tali (P), maka pada perencanaan ini dipilih tipe tali baja menurut United Rope Works Standard, Rotterdam Holland yaitu 6 x 37 + 1 fibre core (Lampiran ) dengan : Diameter tali (d) Berat tali (W) Beban patah (P b ) = 18,6 mm = 1,15 kg/m = 15.400 kg Tegangan patah (σ b ) = 140-159 kg/mm Jenis tali ini dipilih dengan pertimbangan bahwa semakin banyak kawat baja yang digunakan konstruksi tali maka akan lebih aman dari tegangan putus tali dan dapat menahan beban putus tali. Tegangan maksimum tali baja yang diizinkan adalah : S izin Pb =........ (Lit.1, Hal 40) K maka : S izin 15.400 = = 800 kg 5,5

Tegangan pada tali yang dibebani pada bagian yang melengkung karena tarikan dan lenturan adalah : σ = σ b........ (Lit.1, Hal 39) K maka : σ 159 = = 8,9 kg/mm 5,5 Luas penampang tali baja dapat dihitung dengan rumus : F S =...... (Lit.1, Hal 39) σ b d ( 36.000) K D min Dengan perbandingan diameter drum dan diameter tali baja D min d untuk jumlah lengkungan (NB) = 16, seperti terlihat pada gambar 3. adalah 38 (Lampiran ), maka luas penampang dari tali baja adalah : F 1111,4 15.900 1 36.000 5,5 38 = = 0,57 cm Tegangan tarik yang terjadi pada tali baja adalah : S σ =...... (Lit.1, Hal 83) t F maka : σ t = 1111,4 = 1946 kg/cm 0,571 = 19,46 kg/mm Dari hasil perhitungan diatas terlihat bahwa perencanaan tali baja aman untuk digunakan karena tegangan maksimum tali (S) yang direncanakan lebih kecil dari tegangan maksimum izin ( S izin ) yaitu : 1111,4 kg < 181,81 kg. Dan

tegangan tarik ( σ ) yang direncanakan lebih kecil dari tegangan tarik yang t diizinkan ( σ ) yaitu : 19,46 kg/mm < 8,9 kg/mm. Kerusakan tali baja disebabkan oleh kelelahan bahan dan mengalami jumlah lengkungan tertentu. Umur pakai tali tergantung pada ukuran puli atau drum, beban, konstruksi tali, faktor metalurgi, produksi, desain dan kondisi operasi. Ketahanan (batas kelelahan) tali baja ditentukan berdasarkan umur operasi tali baja tersebut. Faktor yang bergantung pada jumlah lengkungan berulang selama periode keausannya sampai tali tersebut rusak (m) yang dihitung dengan persamaan : D A = = m. σ. C. C. C 1.... (Lit.1, Hal. 43) d dimana : A = Perbandingan diameter drum atau puli dengan diameter tali, A = 38 σ = Tegangan tarik sebenarnya pada tali, σ = 19,46 kg/mm C = Faktor yang memberi karakteristik konstruksi dan tegangan patah tali baja, C = 0,93 (Lampiran 3) C 1 = Faktor yang tergantung diameter tali baja, C 1 = 0,97 (Lampiran 3) C = Faktor yang menentukan produksi dan operasi tambahan, C = 1,37 (Lampiran 3) maka : A m = σ. C. C C 1 m = 38 19,46.0,93.0,97.1,37 = 1,56 Dari Tabel 6 (Lampiran 3), untuk m = 1,56 dan dengan perhitungan secara interpolasi diperoleh nilai z 1, yaitu :

1,56 1,50 z 30.000 = 1,6 1,50 55.000 30.000 z = 4.500 Jadi, jumlah lengkungan berulang yang diizinkan z = 4.500 yang menyebabkan kerusakan pada tali baja. Untuk mencari umur tali baja (N) diperoleh dengan rumus : z 1 = a.z.n.β... (Lit.1, Hal. 48) dimana : z 1 = Jumlah lengkungan berulang yang diizinkan, z = 4.500 a = Jumlah siklus rata-rata per bulan, a = 3400 (Lampiran 4) z = Jumlah lengkungan berulang per siklus kerja (mengangkat dan menurunkan) pada tinggi pengangkatan penuh dan lengkungan satu sisi, z = 5 (Lampiran 4) β = Faktor perubahan daya tahan tali akibat mengangkut muatan lebih rendah dari tinggi total dan lebih ringan dari muatan penuh, β = 0,3 (Lampiran 4) φ = Perbandingan jumlah lengkungan dengan jumlah putus tali, φ =,5 maka : N = z1 a. z.β.ϕ N = 4.500 3400.5.0,3.,5 = 19 bulan 3. Perancangan Puli Puli (kerek atau katrol) yaitu cakra (disc) yang dilengkapi tali, merupakan

kepingan bundar, terbuat dari logam ataupun nonlogam. Pinggiran cakra diberi alur (grove), berfungsi sebagai laluan tali untuk memindahkan gaya dan gerak. Puli ada jenis yaitu : 1. Puli Tetap Puli tetap terdiri dari sebuah cakra dan sebuah tali yang dilingkarkan pada alur di bagian atasnya dan pada salah satu ujungnya digantungi beban, sedangkan ujung lainnya ditarik ke bawah sehingga beban terangkat keatas.. Puli Bergerak Puli bergerak terdiri dari cakra dan poros yang bebas. Tali dilingkarkan dalam alur di bagian bawah. Salah satu ujung tali diikatkan tetap dan di ujung lainnya ditahan atau ditarik pada waktu pengangkatan, beban digantungkan pada kait yang tergantung pada poros. Gambar 3.3 Puli Diameter drum atau puli minimum untuk pemakaian tali baja yang diizinkan diperoleh dengan rumus : D e 1. e. d..... (Lit.1, Hal. 41) dimana : D = Diameter drum atau puli pada dasar alurnya (mm)

d = Diameter tali baja (mm) = 18,6 mm e 1 = Faktor yang tergantung pada tipe alat pengangkat dan kondisi operasinya = 5 (Lampiran ) e = Faktor yang tergantung pada konstruksi tali = 0,9 (Lampiran ) maka : D 5. 0,9. 18,6 D 418,5 mm Dengan perhitungan secara interpolasi diperoleh ukuran-ukuran dari puli yang ditabelkan pada Tabel 3.1 dibawah (Dari Lampiran 4) dengan diameter tali 18,6 mm. Tabel 3.1 Dimensi Puli Diameter a b c E h l r r 1 r r 3 r 4 18,6 5 38 9,4 1,4 9 14 11,3 4,8 3,6 16 9,6 Sumber : Rudenko,N. 1994. Mesin Pemindah Bahan. Jakarta : Erlangga. Puli dipasang pada poros (gandar) yang terdapat bantalan tak terbebani didalam roda puli sehingga bushing roda puli mengalami tekanan yang dicari dengan rumus : Q p =..... (Lit.1, Hal. 7) l. d g dimana : p = Tekanan bidang pada poros/gandar roda puli (kg/mm ) Q = Beban (kg/mm ) l = Panjang bushing (mm) d g = Diameter gandar roda puli (mm)

Harga tekanan yang tergantung pada kecepatan keliling permukaan lubang roda puli ini tidak boleh melebihi nilai yang tercantum didalam Tabel 3.. Tabel 3. Tekanan Bidang Yang Diizinkan V (m/s) 0,1 0, 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 1,0 1,1 1, 1,3 P (kg/cm ) 75 70 66 6 60 57 55 54 53 5 51 50 49 Sumber : Rudenko,N. 1994. Mesin Pemindah Bahan. Jakarta : Erlangga. Kita mengambil kecepatan keliling υ = 0,3 m/s karena kecepatan angkat = 0,8 m/s, maka tekanan bidang poros sebesar P = 66 kg/cm. Perbandingan panjang bushing dengan diameter gandar untuk roda puli kerja adalah : l d g = 1,5 1,8 (Lit.1, Hal. 7) diambil 1,65 atau : l = 1,65. d g maka : Q d g = p. l 6.900 d g = = 5,68 cm = 56,88 mm 66.(1,65d ) maka : l = 1,65.56,88 = 93,85 mm g 3.3 Perancangan Drum Drum pada mekanisme pengangkatan digunakan untuk menggulung tali atau rantai. Drum untuk tali baja terbuat dari besi cor, tapi terkadang dari besi tuang atau konstruksi lasan. Dengan memperhitungkan efisiensi gesekan pada bantalannya η 0,95. Diameter drum tergantung pada diameter tali.

Gambar 3.4 Drum Untuk drum penggerak daya (digerakkan dengan mesin), drum harus dilengkapi dengan alur heliks sehingga tali akan tergulung secara seragam dan keausannya berkurang. Drum dengan satu tali tergulung hanya mempunyai satu arah heliks ke kanan. Drum yang didesain untuk dua tali diberi dua arah heliks, ke kanan dan ke kiri. 4 5 3 1 Drum 6-7 8 15 16 9 10 14 13 1 11 Gambar 3.5 Diagram lengkungan tali baja Berdasarkan jumlah lengkungan (NB) yang terjadi pada tali baja diperoleh hubungan perbandingan diameter minimum untuk puli dan drum dengan diameter tali. Untuk NB = 16, maka :

Dmin = 38 d Dmin = 38. d = 38. 18,6 = 706,8 mm Jumlah lilitan (z) pada drum untuk satu tali adalah : H. i z = +.... (Lit.1, Hal. 74) π. D dimana : H = Tinggi angkat muatan, angka ditambahkan untuk lilitan yang menahan muatan = 110 m i = Perbandingan sistem tali = D = Diameter drum minimum = 706,8 mm 45.000 maka : z = + = 4 lilitan π.706,8 Panjang alur spiral (helical grove) dihitung dengan rumus : l = z. s..... (Lit.1, Hal. 75) Dengan perhitungan secara interpolasi diperoleh nilai s dari drum (Lampiran 5) dengan diameter tali 18,6 mm, maka : s = 6 mm l = 11. 6 =.91 mm Panjang drum (L) seluruhnya dapat dicari dengan persamaan : H. i L = + 7 s......... (Lit.1, Hal. 75) π. D 45000. maka : L = + 7 6.706,8 = 1,36 mm π Tebal dinding drum (ω) dapat ditentukan dengan rumus : ω = 0,0 D + (0,6 s/d 1,0 cm); diambil 0,8 cm..... (Lit.1, Hal. 75) maka : ω = 0,0. 70,68 + 0,8 ω =,1 cm = mm

Tegangan tekan (σ t ) pada permukaan dinding drum adalah : S ο t =........ (Lit.1, Hal. 76) ω. s dimana : S = Tegangan tarik maksimum pada tali baja = 1111,4 kg maka : 1111,4 ο t = = 5,1 kg/cm,1.,35 Jadi, bahan drum dipilih dari besi cor dengan kekuatan tekan maksimum bahan 1000 kg/cm. (Lit.1, Hal. 76) Dari hasil perhitungan diatas diperoleh tegangan tekan izin lebih besar dari tegangan tekan σ ti > σ t, maka drum aman untuk digunakan. 3.4 Perancangan Kait Kait adalah perlengkapan yang digunakan untuk menggantung beban yang diangkat. Pada ujung tangkainya terdapat ulir yang digunakan untuk mengikat bantalan aksial agar kait tersebut dapat berputar dengan leluasa. Kait dapat mengangkat mulai dari 5-100 ton. Kait terdiri atas beberapa jenis, yaitu : 1. Kait Tunggal (Single Hook) / Kait Standar Kait ini dibuat dengan cara ditempa pada cetakan rata atau tertutup. Kait standar dapat mengangkat sampai 50 ton,. Kait Ganda (Double Hook) Kait ini dibuat dengan cara ditempa pada cetakan rata atau tertutup Kait ganda dapat mengangkat mulai dari 5-100 ton Kait ganda didesain dengan dudukan yang lebih kecil dari kait tunggal dengan kapasitas angkat yang sama 3. Kait Mata Segitiga (Triangular Hook) Kait mata segitiga digunakan pada crane untuk mengangkat muatan diatas 100 ton

Gambar 3.6 Kait tunggal/standar Dalam perencanaan ini, jenis kait yang digunakan adalah kait tunggal. Karena beban yang diangkat masih dalam batas kemampuan kait tunggal yaitu 1 ton. Bahan kait yang diambil dari bahan S 45 C dengan sifat-sifat material : batas mulur = 5000 kg/cm, kekuatan tarik (σ t ) = 7000 kg/cm. Perencanaan dimensi kait dapat diambil dari standar N 661 (Kait Tunggal) dari bahan baja (Lampiran 6). Untuk beban angkat 1 ton dengan perhitungan secara interpolasi diperoleh dimensi kait : d 1 = Diameter dalam ulir kait = 59,5 mm d = Diameter tangkai kait = 8 mm Tangkai kait diperiksa tegangan tariknya pada bagian yang berulir dengan rumus : 4Q σ t = < 500 kg/cm.. (Lit.1, Hal. 86) π. d 0 1 dimana :Q o = Kapasitas angkat maksimum = 6.900 kg 4(6.900) maka : σ t = = 48,8 kg/cm π (5,95)

Tegangan tarik yang terjadi pada bagian yang berulir dari tangkai kait : 48,8 kg/cm < 500 kg/cm, masih dalam batas yang diizinkan sehingga kait aman untuk digunakan Karena kait yang digunakan untuk mengangkat muatan diatas 5 ton jenis ulir yang dipakai adalah ulir trapesium. Dengan diameter dalam ulir 59,5 dari Standar 364 (Lampiran 7) diperoleh : d 0 = Diameter luar ulir kait = 70 mm t = Kisar ulir = 10 Tinggi minimum mur kait (H) ditentukan oleh tegangan tekan yang diizinkan pada ulir yang dicari dengan rumus : H 4Q0 t =..... (Lit.1, Hal. 86) π.( d d ) p 0 1 dimana : p = Tegangan tekan aman untuk baja; 300-350 kg/cm, diambil 35 kg/cm maka : H 4(6.900)1 = π.(7,0 5,95 ).35 =,0cm Jumlah ulir/lilitan (z) : H z =.. (Lit.3, Hal. 156) t dimana : t = Jarak puncak ulir/pitch = 10 mm, 0 maka : z = =,0 ulir 1

Gambar 3.5 Penampang Kait Luas penampang berbentuk trapesium : h A = ( b1 + b )*.... (Lit.3, Hal. 163) dimana : h =,4 d 1 =,4 (5,95) =14,8 cm b 1 = 0,9 d 1 = 0,9 (5,95) = 5,36 cm b =, d 1 =, (5,95) = 13,09 cm Jadi luas penampang I-II : A I-II = 1, d 1 (0,9 d1 +, d 1 ) maka : A I-II = 3,7 d 1..(Lit.3, Hal. 163) A I-II = 3,7 (5,95) = 131,69 cm Dalam menentukan luas penampang III-IV, juga menggunakan rumus (*): dimana : h = d 1 = (5,95) = 11,9 cm b 1 = 0,9 d 1 = 0,9 (5,95) = 5,36 cm b = 1,9 d 1 = 1,9 (5,95) = 11,31 cm maka : A III-IV = d 1 (0,9 d1 + 1,9 d 1 ) A III-IV =,8 d 1.(Lit.3, Hal. 163)

A III-IV =,8 (5,95) = 99,13 cm Tegangan geser (τ) yang terjadi dicari dengan rumus : Q τ =.........(Lit. 3, Hal. 164) A Q 6.900 maka : τ I II = = = 50,40 kg/cm A 131,69 I II Q 6.900 τ III IV = = = 69,60 kg/cm A 99,13 III IV Pemeriksaan tegangan pada bagian kait. Dari konstruksi secara grafis diperoleh (Lampiran 7) : luas penampang kritis (F) = 104 cm, faktor x = 0,1; dan a Jari-jari mulut kait = 6,5 cm e 1 h b + b 3 b + b 1 =......(Lit. 3, Hal. 163) 1 14,8 (5,36) + 13,09 maka : e1 = = 6,14 cm 3 5,36 + 13,09 Tegangan tarik maksimum di bagian terdalam pada penampang tersebut adalah : Q 1 e1 σ I = < σ aman = 1500 kg/cm.(lit. 1, Hal. 88) F x a 6.900 1 (6,14) maka : σ I = = 51 kg/cm 104 0,1 13 e h b + b 3 b + b 1 =......(Lit. 3, Hal. 16) 1 14,8 5,36 + (13,09) maka : e = = 8,14 cm 3 5,36 + 13,09 Tegangan tekan maksimum di bagian terluar pada penampang tersebut adalah :

Q 1 e σ II = < σ aman.(lit. 1, Hal. 88) F x a + h 6.900 1 8,14 maka : σ II = = 16,57 kg/cm 104 0,1 6,5 + 14,8 3.5 Perancangan Motor Penggerak Gambar 3.6 Motor penggerak Dalam perancangan ini, tenaga penggerak yang digunakan untuk mengangkat berasal dari daya motor listrik dengan memakai sebuah elektromotor. Pada kecepatan angkat yang konstan (V = const, gerakan yang seragam), besarnya daya (N) yang dihasilkan oleh elektromotor dapat dihitung dengan rumus : Q.V N =..... (Lit.1, Hal. 34) 75η. dimana : Q = Kapasitas angkat muatan = 6.900 kg η = Effisiensi mekanisme pengangkat, diasumsikan 0,8 dengan 3 pasangan roda gigi penggerak (Lit. 1, Hal 99) V = Kecepatan angkat muatan, V = 17 m/min = 0,8 m/det 6.900 0,8 maka : N = = 33 HP 75.0,8

Maka dipilih elektromotor dengan daya motor ternilai, N rated = 75 HP, putaran (n rated ) = 1000 rpm disesuaikan dengan standar, jumlah kutub 6 buah, momen girasi rotor (GD rot = 4,08 kg.m ). Momen tahanan statik pada poros motor (M) adalah : N M st = 71. 60 x......(lit. 1, Hal 34) n 63 maka : M st = 71.60 x = 4.51 kg.cm = 45,1 kg.m 1000 Bahan poros penggerak dipilih S30C dengan kekuatan tarik bahan σ t = 5500 kg/cm. (Lampiran 5). Tegangan tarik yang diizinkan adalah : σ t σ ti = K dimana : K = Faktor keamanan, diambil K = 8 5500 σ ti = = 687,5 kg/cm 8 Tegangan puntir yang diizinkan adalah : σ σ p p = 0,7σ = 0,7 ti ( 687,5) = 481,5kg / cm Diameter poros penggerak dapat dicari dengan rumus : d p 3 M rated 0,. σ p 5371,5 maka : d 3 p = 3, 81cm = 38,1 mm 0,.(481.5) Diameter poros penggerak d p diambil sebesar 40 mm (Lampiran 8), maka momen girasi kopling dapat dicari dengan rumus :

GD coupl = 4. g. I....(Lit. 1, Hal 89) dimana : g = Percepatan gravitasi, g = 9,81 m/s I = Momen inersia kopling = 0,01 kg.cm/s (Lampiran 8) maka : GD coupl = 4 (9,81)(0,0001) = 0,039 kg.m Momen girasi rotor dan kopling pada poros motor adalah : GD = GD rot + GD coupl GD = 4,08 +0,003 = 4,083 kg.m Momen gaya dinamis (M dyn ) ketika start, diperoleh dengan rumus : M dyn δ GD n 0,975QV = +.........(Lit. 1, Hal 93) 375t nt η s s dimana : δ = Koefisien pengaruh massa mekanisme transmisi (1,1 s/d 1,5) n = Kecepatan poros motor dalam keadaan normal = 1000 rpm Q = Berat penuh muatan pada peralatan pengangkat =6.900 kg V = Kecepatan normal atau tetap dari mekanisme pengangkat = 0,8 m/s η = Efisiensi mekanisme pengangkat =0,8 t s = Waktu start pada mekanisme pengangkat (1,5-5), diambil =3,5 maka : M dyn = (1,15)(4,08)(1000) 375( 3,5) ( 6.900)( 0,8) ( 1000) (3,5) ( 0,8) 0,975 + = 4,04 kg.m Momen gaya motor yang diperlukan pada saat start adalah : M = M + M........(Lit. 1, hal 96) mot st dyn maka : M mot = 45,1 + 4,04 = 49,16 kg.m Momen gaya ternilai motor adalah :

M rated = 71. 60 N x n rated maka : M rated 75 = 71.60 x = 5.371,5 kg.cm = 53,71 kg.m 1000 Pemeriksaan motor terhadap beban lebih motor selama start (M maks = M mot ) adalah M max < M rated,5.(lit. 1, Hal 96) M max M rated = 49,16 53,71 = 0,85 Harga 0,85 berada jauh dibawah batas aman yang diizinkan,5 maka motor aman untuk digunakan. 3.6 Perancangan Transmisi Mekanisme Pengangkat Pada perancangan transmisi mekanisme pengangkat ini digunakan sistem roda gigi yang berfungsi untuk mereduksi putaran motor penggerak. Roda gigi yang dipakai adalah roda gigi lurus 3 tingkat yang terpasang pada poros elektromotor. Pada sistem pengangkat ini digunakan sebuah elektromotor yang dipasang pada satu poros yang diantaranya dipasang transmisi roda gigi yang meneruskan putaran ke drum. Dari perhitungan sebelumnya, telah diketahui bahwa untuk mekanisme pengangkat diperoleh : Daya motor penggerak, N 1 Putaran motor, n 1 Kecepatan angkat, V Diameter drum, D = 75 HP = 55,95 kw = 1000 rpm. = 0,8 m/s. = 63, mm.

Roda Gigi 4 Poros III Roda Gigi 3 Roda Gigi 5 Motor Penggerak Poros IV Poros I Drum Roda Gigi Roda Gigi 6 Poros II Roda Gigi 3 Gambar 3.6 Sistem transmisi roda gigi Kecepatan tali baja pada drum adalah : V d = V. i puli (Lit. 1, Hal 34) dimana : i puli = Perbandingan transmisi puli, i puli >1, diambil V = Kecepatan angkat motor maka : V d = 0,8. = 0,56 m/s. Putaran drum dapat ditentukan dengan rumus : n d = 60. V d π. D......(Lit. 1, Hal 35) n d = 60.0,56 π.0,6 = 17,5 rpm Perbandingan transmisi motor dengan drum adalah : i = n..(lit. 1, Hal 34) n d i = 1000 = 58 17,5 Perbandingan transmisi roda gigi tingkat pertama, kedua dan ketiga diambil i 1 = 5; i = 4 dan i 3 =,9.

Gambar 3.7 Nama-Nama Bagian Roda Gigi 3.6.1 Perencanaan Dimensi Roda Tingkat I Daya dari poros elektromotor diteruskan ke poros roda gigi tingkat I, sehingga dapat direncanakan ukuran-ukuran roda gigi 1 dan, transmisi tingkat I yaitu : Sudut tekan : α = 0 0 Modul : m = 6 Jumlah gigi roda gigi : z 1 = 1 : z = i 1. z 1......(Lit., Hal 16) = 5 x 1 = 60 Lebar gigi : b = (6-10) m........(lit., Hal 40) = 8.(6) = 48 mm Tinggi kepala gigi : h k = m = 6 mm......(lit., Hal 19) Tinggi kaki gigi : h f = 1,5. m.....(lit., Hal 19) = 1,5 (6) = 7,5 mm Kelonggaran puncak : c k = 0,5. m......(lit., Hal 19) = 0,5.(6) = 1,5 m

Tinggi gigi : H = m + c k...... (Lit., Hal 19) = (6) + 1,5 = 13,5 mm Jarak sumbu poros : a = = m ( z 1 + z ) ( 1 60) 6 +. (Lit., Hal 16) = 16 mm Diameter jarak bagi : d 01 = m. z 1..(Lit., Hal 16) = 6 x 1 = 7 mm : d 0 = m. z = 6 x 60 = 360 mm Diameter kepala : d h1 = (z 1 + ) m.... (Lit., Hal 19) = (1 + ) 6 = 84 mm : d h = (z + ) m = (60 + ) 6 = 37 mm Diameter kaki : d f1 = d h1 H..... (Lit., hal 49) = 84 13,5 = 70,5 mm : d f = d h H = 37 13,5 = 358,5 mm Jarak bagi lingkaran : t 1 = t = π. m. (Lit., Hal 14) = π. 6 = 18,84 mm Tebal gigi : S o1 = S o = m. π.....(lit. 4, Hal 30) = 6. π = 9,4 mm

3.6. Perhitungan Kekuatan Roda Gigi Tingkat I Perhitungan kekuatan roda gigi tingkat I sangat penting untuk diperiksa karena saat roda gigi berputar antara roda gigi yang satu dengan yang lainnya akan terjadi benturan dan gesekan. Kecepatan keliling roda gigi 1 dan dapat dihitung dengan rumus : V = π. d 01. n1....(lit., Hal 38) 60 1000 dimana : d o1 = Diameter jarak bagi lingkaran = 7 mm n 1 = Putaran motor = 1000 rpm maka : V = π.7.1000 60 1000 = 3,76 m/det Gaya tangensial (F t ) yang bekerja pada roda gigi 1 dan adalah : 10.P F t =.(Lit., Hal 38) V dimana : P = Daya yang ditransmisikan dari motor penggerak = 55,95 kw maka : F t 10.55,95 = 3,76 = 1517,79 kg Faktor dinamis (f v ), dimana untuk kecepatan rendah dirumuskan dengan : f v = 3............ (Lit., Hal 40) 3 +V f v = 3 3 + 3,76 = 0,44 Tegangan lentur yang terjadi dapat dicari dari rumus : F = σ. b. my.. f..(lit., Hal 40) t a v atau : Ft σ a = b. my.. f v

dimana : b = Lebar sisi gigi = 48 mm m = Modul = 6 Y = Faktor bentuk gigi (Lampiran 11) Pada roda gigi 1, untuk Z = 1 dengan Y 1 = 0,45 maka : σ a = 1517,79 48.6.0,45.0,44 = 44,8 kg/mm Pada roda gigi, untuk Z = 60 Y = 0,41 maka : σ a = 1517,79 48.6.0,41.0,44 = 6,08 kg/mm Bahan untuk roda gigi 1 adalah SNC yang memiliki tegangan lentur izin (σ a1 ) = 50 kg/mm dan kekuatan tarik (σ b1 ) = 85 kg/mm. Dan bahan untuk roda gigi bahannya adalah S 45 C yang memiliki tegangan lentur izin (σ a ) = 30 kg/mm dan kekuatan tarik (σ b ) = 58 kg/mm. (Lampiran 10) Besarnya beban lentur yang diizinkan per satuan lebar sisi dapat dihitung dengan rumus : F = σ. my.. f.....(lit., Hal 40) b a v maka : F b1 = 50. 6. 0,45. 0,44 = 35,8 kg/mm F b = 30. 6. 0,41. 0,44 = 36,37 kg/mm Dari hasil perhitungan terlihat bahwa tegangan lentur yang diizinkan lebih besar dari tegangan lentur yang direncanakan sehingga roda gigi aman untuk digunakan. 3.6.3 Perencanaan Dimensi Roda Tingkat II Daya dari poros roda gigi tingkat I diteruskan ke poros roda gigi tingkat II, dan dengan cara perhitungan yang sama seperti transmisi roda gigi tingkat I dapat