DAMPAK AKTIVITAS PELABUHAN DAN SEBARAN PENCEMARAN LINGKUNGAN PELABUHAN TANJUNG EMAS SEMARANG DAN KAWASAN SEKITARNYA

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN. didarat masih dipengaruhi oleh proses-proses yang terjadi dilaut seperti

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KAJIAN DAMPAK PENGEMBANGAN WILAYAH PESISIR KOTA TEGAL TERHADAP ADANYA KERUSAKAN LINGKUNGAN (Studi Kasus Kecamatan Tegal Barat) T U G A S A K H I R

I. PENDAHULUAN. Wilayah pesisir kota Bandar Lampung merupakan suatu wilayah yang mempunyai

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 97 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA STRATEGIS WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL TAHUN

20. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3445 Tahun 1991);

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ANALISIS SUMBERDAYA PESISIR YANG BERPOTENSI SEBAGAI SUMBER PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) KOTA BENGKULU

BAB I PENDAHULUAN. masalah lingkungan dapat dipastikan akan menimbulkan gangguan terhadap

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang tabel 1.1

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KETENTUAN TEKNIS MUATAN RENCANA DETAIL PEMBANGUNAN DPP, KSPP DAN KPPP

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

STUDI PERBANDINGAN PERKEMBANGAN SEKTOR PERIKANAN KOTA TEGAL DAN KABUPATEN TEGAL TUGAS AKHIR

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Mangrove merupakan ekosistem unik dengan fungsi yang unik dalam

DAMPAK REKLAMASI PANTAI MARINA KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR

I. PENDAHULUAN. Bandar Lampung sebagai kota pesisir, terletak pada posisi 5º20-5º31 LS

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/PERMEN/M/2006 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hutan mangrove merupakan ekosistem yang penting bagi kehidupan di

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara di dunia dalam bentuk negara

KATA PENGANTAR RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PACITAN

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR : 1 TAHUN 2002 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan panjang garis pantai km, memiliki potensi sumber daya pesisir dan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1992 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KRITERIA KAWASAN KONSERVASI. Fredinan Yulianda, 2010

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP.33/MEN/2002 TENTANG ZONASI WILAYAH PESISIR DAN LAUT UNTUK KEGIATAN PENGUSAHAAN PASIR LAUT

5.1. Analisis mengenai Komponen-komponen Utama dalam Pembangunan Wilayah Pesisir

BAB I PENDAHULUAN. Internasional Soekarno-Hatta terus meningkatkan pelayanan untuk. Soekarno-Hatta menimbulkan dampak positif dan negatif terhadap

1.2 Perumusan Masalah Sejalan dengan meningkatnya pertambahan jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi, maka pemakaian sumberdaya air juga meningkat.

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI PENYEMPURNAAN RANCANGAN RTR KAWASAN STRATEGIS PANTURA JAKARTA

Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 1999 Tentang : Pengendalian Pencemaran Dan/Atau Perusakan Laut

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III KERANGKA BERPIKIR DAN KONSEP PENELITIAN. Mangrove merupakan ekosistem peralihan, antara ekosistem darat dengan

BAB X PEMBANGUNAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENATAAN KAWASAN PULAU, PANTAI, PESISIR, DAN PELABUHAN

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENGARUH PENURUNAN KAPASITAS ALUR SUNGAI PEKALONGAN TERHADAP AREAL HUNIAN DI TEPI SUNGAI TUGAS AKHIR

Kementerian Kelautan dan Perikanan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

KESESUAIAN PEMANFAATAN LAHAN WILAYAH PESISIR KABUPATEN DEMAK TUGAS AKHIR

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1992 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sektor kelautan memiliki peluang yang sangat besar untuk dijadikan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 1999 Tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup

Laporan Akhir Kajian Iventarisasi Potensi Sumber Daya Alam di Kabupaten Pelalawan Tahun 2009 PENDAHULUAN

PENDAHULUAN. sumberdaya kelautan yang sangat potensial untuk dikembangkan guna

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA DAN KELOMPOK SASARAN

I. PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG

ANALISIS MENGENAI DAMPAK INGKUNGAN

INTENSITAS DAMPAK LINGKUNGAN DALAM PENGEMBANGAN EKOWISATA (Studi Kasus Pulau Karimunjawa, Taman Nasional Karimunjawa)

PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 6 TAHUN 2002 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. I.I Latar belakang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR : 2 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN KARAWANG TAHUN

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KOTA KUPANG NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG

Pembangunan perekonomian seperti digariskan Garis-garis Besar Haluan. Negara adalah mengembangkan perekonomian yang berorientasi global

berbagai macam sumberdaya yang ada di wilayah pesisir tersebut. Dengan melakukan pengelompokan (zonasi) tipologi pesisir dari aspek fisik lahan

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan laut di berbagai bagian dunia sudah menunjukan

I. PENDAHULUAN. Aktifitas kegiatan di perkotaan seperti perdagangan, pemerintahan, persaingan yang kuat di pusat kota, terutama di kawasan yang paling

Penyelamatan Ekosistem Sumatera Dalam RTR Pulau Sumatera

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 11 TAHUN 2002 KAWASAN INDUSTRI PERIKANAN TERPADU DI TELUK KELABAT B U P A T I B A N G K A,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sumberdaya alam adalah unsur lingkungan yang terdiri atas sumberdaya alam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TABALONG TAHUN 2008 NOMOR

BAB 5 RTRW KABUPATEN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tata Ruang dan Konflik Pemanfaatan Ruang di Wilayah Pesisir dan Laut

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia karena memiliki luas

VI ANALISIS DPSIR DAN KAITANNYA DENGAN NILAI EKONOMI

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

DAMPAK AKTIVITAS PELABUHAN DAN SEBARAN PENCEMARAN LINGKUNGAN PELABUHAN TANJUNG EMAS SEMARANG DAN KAWASAN SEKITARNYA Oleh : BOBY REYNOLD HUTAGALUNG L2D 098 415 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2004

ABSTRAKSI Pelabuhan Tanjung Emas Semarang sebagai pelabuhan utama di Jawa Tengah mempunyai peran yang penting bagi perkembangan wilayah Jawa Tengh sehingga tuntutan akan jasa pelabuhan semakin meningkat terus. Pelabuhan Tanjung Emas Semarang merupakan sarana yang multifungsi, selain sebagai sarana transportasi juga sebagai sarana perdagangan dan bisnis, industri, rekreasi, cagar budaya dan permukiman. Peningkatan permintaan akan jasa pelabuhan mendorong aktivitas di pelabuhan semakin tingi, sehingga perlu diimbangi dengan sistem pengelolaan lingkungan kawasan pelabuhan yang memadai sehingga berdaya guna dan lestari dalam rangka menunjang pembangunan yang berkelanjutan demi kesejahteraan manusia. Laporan dari berbagai sumber seperti Bapedalda dan PT PELINDO III menunjukkan terdapat indikasi pencemaran air dan udara di kawasan Pelabuhan. Aktivitas kepelabuhan, industri dan aktivitas lainnya menghasilkan banyak limbah baik berupa limbah cair dan gas yang dapat menyebabkan pencemaran air dan udara di kawasan pelabuhan dan sekitarnya. Hasil pengukuran kualitas air dan udara di kawasan pelabuhan menunjukkan bahwa beberapa parameter pencemaran sudah melebihi baku mutu yang telah ditentukan. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi dampak aktivitas kawasan Pelabuhan Tanjung Emas Semarang dan persebaran pencemaran lingkungan kawasan pelabuhan dan kawasan di sekitarnya sehingga dapat diketahuidampak yang ditimbulkan aktivitas pelabuhan terhadap pencemaran dan sebaran pencemaran yang diakibatkan aktivitas tersebut. Untuk melihat dampak aktivitas kawasan pelabuhan terhadap pencemaran digunakan persepsi responden yang terdiri dari responden pekerja kawasan pelabuhan dan responden masyarakat kawasan sekitar pelabuhan. Persepsi responden dalam melihat dampak aktivitas ini diarahkan pada parameter pencemaran yang bersifat fisik dan dapat dirasakan dengan indrawi Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode pembobotan, metode Storet dan Indeks Standar Pencemaran Udara. Metode pembobotan digunakan untuk melihat persepsi responden terhadap pencemaran lingkungan di kawasan pelabuhan dan sekitarnya.. Metode Storet digunakan untuk melihat hasil pengujian kualitas air dengan beberapa parameter fisika dan kimia sehingga dapat diketahui tingkat pencemaran air. Indeks Standar Pencemaran Udara digunakan untuk melihat tingkat pencemaran udara berdasarkan parameter kimia, fisika dan debu. Langkah yang ditempuh dalam proses analisa adalah mengidentifikasi karakteristik fisik kawasan dengan cara mengidentifikasi fisik alam, mengidentifikasi sistem pengelolaan lingkungan kawasan pelabuhan sehingga dapat diketahui kekurangan sistem pengelolaan lingkungan pelabuhan dan mengidentifikasi karakteristik responden.hasil dari identifikasi fisik kawasan digunakan segai masukan untuk melihat pengaruh karakteristik fisik kawasan terhadap persepsi responden. Analisis pengolahan hasil pengujian kualitas air dan udara yang di dapatkan dari laboratorim menghasilkan kualitas air dan udara secara umum di kawasan studi. Hasil Analisis ini digunakan sebagai masukan untuk melihat tingkat kebenaran persepsi responden terhadap pencemaran yang terjadi. Analisis utama dalam studi ini adalah analisis dampak aktivitas kawasan pelabuhan terhadap persebaran pencemaran kawasan pelabuhan dan sekitar kawasan pelabuhan. Dalam analisis ini dibahas bagaimana dampak aktivitas pelabuhan terhadap pencemaran yang terjadi sehingga diketahui aktivitas pelabuhan berdampak bagi peningkatan pencemaran, penurunan pencemaran atau tidak berdampak sama sekali. Analisis ini juga membahas persebaran pencemaran air dan udara di kawasan pelabuhan maupun di sekitar kawasan pelabuhan dengan menggunakan persepsi responden. Hasil yang didapat dari studi ini adalah aktivitas kawasan pelabuhan mempunyai dampak bagi peningkatan pencemaran air dan udara di kawasan pelabuhan. Hasil persepsi responden mengenai pencemaran kemudian dipetakan sehingga dapat diketahui persebaran pencemaran air dan udara di kawasan pelabuhan dan kawasan sekitar pelabuhan Aktivitas pelabuhan berdampak bagi peningkatan pencemaran dikawasan pelabuhan sehingga menyebabkan pencemaran meluas dan menyebar ke kawasan lain di dalam pelabuhan dan juga menyebar ke kawasan sekitar pelabuhan. Hasil tersebut memberikan rekomendasi bagi pemerintah melalui PT. PelindoIII, pihak industri, pekrja, dan masyarakat agar bersama-sama mengurangi pencemaran air dan udara di kawasan pelabuhan sehingga persebaran pencemaran tidak semakin meluas. Kata Kunci : Dampak, Sebaran dan Pencemaran

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia, dengan sekitar 17.508 buah pulau yang membentang sepanjang 5.120 km dari timur ke barat sepanjang khatulistiwa dan 1.760 km dari utara ke selatan. Luas daratan Negara Indonesia mencapai 1,9 juta km 2 dan luas perairan laut Indonesia sekitar 7,9 juta km 2. Indonesia mempunyai garis pantai sepanjang 81.791 km. Mengingat perairan pantai atau pesisir merupakan perairan yang sangat produktif, maka panjangnya pantai Indonesia merupakan potensi sumber daya alam (hayati) yang besar untuk pembangunan ekonomi di negara ini. Potensi sumber daya alam wilayah pesisir tersebut haruslah didukung oleh pengelolaan pemenfaatan sumber daya alam dan jasa-jasa lingkungan (environmental services) yang terdapat di kawasan pesisir, dengan melakukan penilaian menyeluruh (comprehensive assessment) tentang kawasan pesisir berserta sumber daya alam dan jasajasa lingkungan yang terdapat di dalamnya menentukan tujuan dan sasaran pemanfaatan dan kemudian merencanakan serta mengelola segenap kegiatan pemanfaatannya, guna mencapai pembangunan yang optimal dan berkelanjutanecara menyeluruh dan terpadu Pengelolaan wilayah pesisir ini juga sangat dipengaruhi oleh pemberlakukan Undang-Undang (UU) No 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah, yang pada beberapa pasalnya berkaitan dengan masalah wilayah pesisir dan laut. UU ini diharapkan segera diikuti dengan ketentuan seperti Peraturan Pemerintah (PP) yang mengatur pelaksanaannya, sehingga pengelolaan ataupun pemanfaatan laut tidak semakin kacau. Dalam UU itu disebutkan, pemerintah daerah berwenang mengelola sumber daya nasional yang tersedia di wilayah masing-masing, dan bertanggung jawab memelihara kelestarian lingkungan sesuai dengan peraturan perundang-undangan (Pasal 10 UU 22/1999) sehingga pengelolaan sumber daya alam yang diserahkan ke pemerintah daerah, bisa menimbulkan harapan baru untuk pengelolaan kawasan pesisir yang lebih baik. Sebaliknya tanpa persiapan dan pembangunan institusi, UU itu bisa menjadi bencana karena akan terjadi eksploitasi yang memperparah kerusakan. Wilayah pesisir dan lautan tropis, ditinjau dari beberapa peruntukannya, merupakan wilayah yang sangat produktif, karenanya wilayah ini pada umumnya merupakan tempat 1

2 pemusatan bagi berbagai kegiatan. Fungsi dan peran wilayah pesisir dan lautan sekarang ini berkembang pesat dan lebih bervariasi. Wilayah pesisir selain berfungsi sebagai wilayah penangkapan ikan, juga digunakan untuk kegiatan penambangan minyak, gas bumi dan mineral-mineral lain untuk pembangunan ekonomi. Selain itu, wilayah pesisir dan lautan juga digunakan untuk usaha aquakultur (budidaya lautan), rekreasi dan pariwisata, agroindustri, transportasi dan pelabuhan, pengembangan industri, permukiman dan juga sebagai lokasi pembuangan sampah. Akibat multi kegiatan manusia tersebut, baik yang menggunakan teknologi maupun tradisional, maka pada pengembangannya seringkali menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan di sekitarnya. Salah satu aktivitas utama di wilayah pesisir adalah aktivitas pelabuhan sebagai sarana pendukung transportasi dan aktivitas lainnya. Secara prinsip hubungan kegiatan pembangunan oleh manusia di laut tidak dapat dipisahkan dengan di pantai bahkan di darat seluruhnya. Pada dasarnya laut sebagai area eksploitasi dan di darat terjadi proses nilai tambahnya. Dalam konteks ekonomi keruangan antara antara laut dan pantai bahkan kotakota pantai secara ekonomi menyatu, bahkan bagi sektor pelabuhan akan tergantung tidak hanya kepada wilayah atau ruang kelautan sebagai wahana transportasi saja, namun tergantung pula dengan sistem kota-kota dan region yang mendukungnya, karena fungsi pelabuhan tergantung kepada produk-produk yang akan diekspor dan diimport maupun manusia yang akan melakukan perjalanan dari dan menuju suatu wilayah. Pelabuhan Tanjung Emas Semarang sebagai pelabuhan utama di Jawa Tengah mempunyai peran yang penting bagi perekonomian sehingga tuntutan akan jasa pelabuhan semakin meningkat terus. Peningkatan permintaan akan jasa pelabuhan mendorong aktivitas di pelabuhan semakin tingi, sehingga harus diimbangi sistem pengelolaan lingkungan di kawasan pelabuhan yang memadai. Untuk menjaga kelestarian lingkungan di wilayah pelabuhan, maka Pelabuhan Tanjung Emas Semarang masuk dalam Program Bandar Indah (dalam PT Pelabuhan Indonesia III: Pelabuhan Tanjung Emas Berwawasan Lingkungan Tahun 2002). Bandar Indah adalah sebuah nama untuk program pengendalian pencemaran lingkungan pelabuhan. Program ini merupakan salah satu program kerja dalam Program Pantai dan Laut Lestari yang dicanangkan pada tahun 1996 untuk menjaga penurunan kualitas ekosistem pesisir dan laut. Bandar Indah mempunyai misi melestarikan fungsi lingkungan pelabuhan agar berdaya guna dan lestari dalam rangka menunjang 2

3 pembangunan yang berkelanjutan demi kesejahteraan manusia. Program ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas lingkungan pelabuhan dan mewujudkan lingkungan pelabuhan yang bersih, aman, indah dan lestari, sehingga dapat terwujud keserasian dan dan kelestarian multi fungsi pelabuhan, baik sebagai sarana perekonomian, industri dan estetika, maupun sebagai bagian dari lingkungan dan ekosistem pesisir. Program ini kemudian dikenal dengan ecoport (dalam istilah Bahasa Inggris untuk pelabuhan yang berwawasan lingkungan). Pelabuhan Tanjung Emas Semarang merupakan sarana yang multifungsi, selain sebagai sarana transportasi juga sebagai sarana perdagangan dan bisnis, industri, rekreasi, cagar budaya dan permukiman. Disamping harus melaksanakan program keselamatan dan kesehatan kerja untuk kegiatan operasionalnya, juga harus menjaga kualitas lingkungannya, seperti kualitas air, kebersihan areal kerja pelabuhan, kualitas udara dan kebisingan. Saat ini tidak satupun perusahaan yang dapat mengabaikan masalah lingkungan termasuk perusahaan di lingkungan Pelabuhan Tanjung Emas Semarang. Peraturan-peraturan baru, tekanan konsumen dan etika berinvestasi, menyebabkan banyak perusahaan yang mengetahui bahwa pengelolaan lingkungan dapat mengurangi limbah, meningkatkan efisiensi dan reputasi perusahaan di lingkungan pelabuhan. 1.2. Perumusan Masalah Peruntukan wilayah pesisir menjadi kawasan pelabuhan menjadikan pelabuhan tersebut menjadi suatu kawasan yang multi fungsi dengan beragam aktivitas di dalamnya membutuhkan adanya pengembangan kawasan sehingga peningkatan aktivitas dan pengembangan kawasan pelabuhan seringkali menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan di sekitarnya. Laporan dari Bapedalda menunjukkan terdapat beberapa masalah lingkungan yang terjadi di kawasan Pelabuhan. Kegiatan diperairan berupa kegiatan kapal-kapal yang berlabuh di pelabuhan menghasilkan banyak limbah baik berupa buangan minyak, sampah dan limbah cair lainnya setiap harinya. Aktivitas industri dalam proses produksinya juga menghasilkan buangan baik cair maupun gas yang dapat menyebabkan pencemaran kawasan di sekitarnya. Aktivitas darat lainnya berupa pergudangan, docking atau perbaikan kapal, industri dan perkantoran juga menghasilkan banyak limbah setiap harinya. Selain itu juga di sepanjang break water atau 3