BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakang Berbagai aktifitas manusia secara langsung maupun tidak langsung menghasilkan sampah. Semakin canggih teknologi di dunia, semakin beragam kegiatan manusia di bumi, maka semakin banyak sampah yang ditimbulkan. Kebersihan lingkungan termasuk keberadaan sampah sangat berpengaruh pada kesehatan setiap orang. Tidak hanya dampak estetika (keindahan tata wilayah), lebih penting dari itu, banyaknya sampah yang timbul dan tidak dikelola menjadi sumber penyebaran penyakit menular antara lain seperti diare, kolera, typus. Selain itu, tempat dengan banyak sampah juga bisa menjadi sarang nyamuk aedes aegypti sebagai vektor atau penyebab penyakit demam berdarah dan cikungunya (Suharjo, 2002). Selain itu keberadaan sampah yang tidak dikelola dapat menyebabkan pencemaran lingkungan hingga menghasilkan cairan lindi dapat menghasilkan gas metana yang berperan dalam terbentuknya Gas Rumah Kaca (GRK) di atmosfer. Keberadaan sampah yang apabila dibakar juga menambah pencemaran udara dan akhirnya menambah pemanasan global/perubahan iklim dan juga berakibat ke gangguan kesehatan pada manusia dan masyarakat seperti gangguan pernafasan dan kanker (Yelna, 2012). Perilaku manusia membuang sampah sembarangan (contoh di aliran sungai) dapat menyebabkan pendangkalan sungai, pencemaran sumber air dan juga pemicu banjir. Kebiasaan mencampurkan sampah kering dan basah yang dilakukan masyarakat menyebabkan risiko penyakit semakin tinggi. Tumpukan sampah dapat menyebarkan penyakit, seperti infeksi saluran pernapasan akut. Selain itu, sampah yang tercampur bisa mencemari tanah. Keberadaan sampah yang berasal dari bahan beracun dan berbahaya, semakin membahayakan tanah (Sudrajat, 2006). Peningkatan volume sampah dapat mengakibatkan dampak yang besar jika tidak disertai dengan kesiapan dalam hal mengelola timbulan sampah. 12
Pengelolaan sampah umumnya dapat dikatakan masih menggunakan cara yang tradisional, sampah-sampah hanya dkumpulkan lalu diangkut oleh mobil kebersihan yang ujung-ujungnya akan ditumpuk di tempat pembuangan akhir (Santosa, 2005). Akibat dari ini mengakibatkan gunungan sampah yang membuat pemandangan menjadi kumuh. Problem ini dapat menjadi indikator kegagalan sampah oleh pemerintah karena hanya memindahkan masalah yaitu sampah di satu tempat dipindah ke TPA. Pengelolaan sampah merupakan hal yang penting untuk diperhatikan jika memang tidak ingin wilayah menjadi lautan sampah. berbagai upaya pun dilakukan seperti mencanangkan program 3R yakni reduce, reuse dan recycle (Kementrian Lingkungan Hidup, 2011). Tiga R terdiri atas reuse, reduce, dan recycle. Reuse berarti menggunakan kembali sampah yang masih dapat digunakan untuk fungsi yang sama ataupun fungsi lainnya. Reduce berarti mengurangi segala sesuatu yang mengakibatkan sampah. Recycle berarti mengolah kembali (daur ulang) sampah menjadi barang atau produk baru yang bermanfaat. Salah satu metode yang digunakan untuk mengatasi masalah sampah yakni mensosialisasikan sampah, tetapi cara ini tidak sepenuhnya berhasil dilakukan di Indonesia. Kurangnya sosialisasi, kesadaran dan partisipasi masyarakat dirasakan menjadi persoalan utama. Selain itu tidak ada best practice sampah yang lebih mudah di masyarakat. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah mengamanatkan perlunya perubahan yang mendasar dalam sampah yang selama ini dijalankan. Sesuai dengan Pasal 19 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tersebut, sampah dibagi dalam dua kegiatan pokok, yaitu pengurangan sampah dan penanganan sampah. Pasal 20 menguraikan tiga aktivitas utama dalam penyelenggaraan kegiatan pengurangan sampah, yaitu pembatasan timbulan sampah, pendauran ulang sampah, dan pemanfaatan kembali sampah. Ketiga kegiatan tersebut merupakan perwujudan dari prinsip sampah yang berwawasan lingkungan yang disebut 3R (reduce, reuse, recycle). 13
Dalam Pasal 22 diuraikan lima aktivitas utama dalam penyelenggaraan kegiatan penanganan sampah yang meliputi pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, dan pemrosesan akhir sampah. Kegiatan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga yang diamanatkan oleh Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tersebut bermakna agar pada saatnya nanti seluruh lapisan masyarakat dapat terlayani dan seluruh sampah yang timbul dapat dipilah, dikumpulkan, diangkut, diolah, dan diproses pada tempat pemrosesan akhir. Dengan ditetapkannya Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, kebijakan sampah dimulai. Kebijakan sampah yang selama lebih dari tiga dekade hanya bertumpu pada pendekatan kumpul, angkut, buang (end of pipe) dengan mengandalkan keberadaan TPA, diubah dengan pendekatan (reduce, reuse, recycle). Melalui penerapan 3R di seluruh lapisan masyarakat diharapkan mengubah pandangan dan memperlakukan sampah sebagai sumber daya alternatif yang sejauh mungkin dimanfaatkan kembali, baik secara langsung, proses daur ulang, maupun proses lainnya. Tetapi jika melihat kondisi di lapangan, masyarakat masih menyepelekan masalah sampah terbukti dengan masih banyaknya orang yang membuang sampah sembarangan. Berbagai upaya yang telah dilakukan pemerintah yaitu membuat aturan untuk mendisiplinkan masyarakat untuk setiap orang yang membuang sampah sembarangan dan pemberlakuan denda. Selain itu pemerintah menyediakan sarana prasarana mulai gerobak pengangkut sampah, tempat sampah komunal, hingga upaya memperluas TPA dikarenakan volume sampah yang semakin meningkat. Penyediaan tempat penampungan sementara ataupun akhir tentu saja tidak cukup. Harus ada inovasi sebagai mekanisme pengurangan/pencegahan bencana sampah. Bantul yang secara geografis berada di wilayah selatan yang menjadi tumpuan dalam berbagai aktivitas senantiasa menemui berbagai permasalahan dalam mewujudkan pembangunan berkelanjutan. Lee (1990) menyatakan terkait dengan aspek lingkungan, salah satu permasalahan yang seringkali ditemui adalah masalah sampah dan nya. Timbulan sampah 14
meningkat seiring dengan urbanisasi yang cepat karena percepatan pembangunan sosial-ekonomi. Pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali dan pergeseran hidup menambah timbulan sampah (Visvanathan dkk., 2005). Peningkatan volume sampah di Bantul dipengaruhi oleh pertambahan jumlah penduduk. Data BPS Kabupaten Bantul menunjukkan bahwa laju pertumbuhan penduduk Kabupaten Bantul dari tahun 2000-2010 semakin pesat mencapai 1,57% serta perubahan perilaku hidup sehat yang terjadi di Kabupaten Bantul, merupakan salah satu faktor penyebab meningkatnya volume sampah yang terjadi di daerah itu. Data Balai Lingkungan Hidup Bantul menunjukkan sampah yang dihasilkan di Bantul rata-rata per hari mencapai 636,17 ton dan dari jumlah itu yang terangkut ke TPA Piyungan rata-rata 41,101 ton per hari, sehingga sisanya 595,069 ton. Wilayah penghasil sampah yang cukup besar ada di wilayah Kecamatan Pleret Bantul. Sampah yang ada di Dusun Karet Pleret sekitar 93% tidak terangkut ke tempat pembuangan akhir. Hal ini dapat terjadi karena tidak ada petugas sampah dari dinas kebersihan dan pekerjaan umum yang berada di wilayah Dusun Karet Pleret Bantul. Upaya yang telah dilakukan Pemerintah Kabupaten Bantul dalam mengatasi masalah sampah yaitu dengan cara mendorong partisipasi masyarakat dalam sampah. Pengelolaan sampah dengan cara melakukan pengurangan sampah dari sumbernya yaitu pada level rumah tangga. Dalam mengimplementasikan kebijakan tersebut, Pemerintah Kabupaten Bantul memberi dukungan kepada masyarakat dalam sampah komunal berbasis masyarakat. Tujuan dari program ini agar masyarakat secara mandiri terlibat langsung dalam sampah komunal serta agar mendapatkan masukan bagaimana sampah rumah tangga yang mereka hasilkan setiap hari dapat dikelola secara mandiri. Harapannya dengan sampah berbasis masyarakat dapat mengurangi jumlah timbulan sampah yang harus dikelola di TPA Piyungan Yogyakarta (Badan Lingkungan Hidup, 2008). Keberadaan sampah yang selama ini masih menjadi masalah memerlukan solusi berupa Inovasi yang ramah lingkungan untuk 15
sampah. Dalam melakukan upaya penanganan sampah tidak hanya pihak pemerintah saja yang memiliki tanggungjawab, seluruh lapisan masyarakat, pihak swasta, industri dan yang terkait memiliki tanggungjawab yang sama. Sebaik-baik solusi adalah yang menyelesaikan secara tuntas persoalan dan tidak berdampak negatif, sifatnya permanen dengan biaya relatif murah dan terjangkau. Metode dasar yang dilakukan dalam penanganan sampah adalah 3 R serta metode sampah berbasis masyarakat menjadi upaya dalam mengurangi jumlah sampah di Tempat Pembuangan Akhir. Saat ini ada beberapa inovasi metode sampah yang ada di masyarakat, antara lain dengan metode bank sampah, sedekah sampah, swakelola sampah dll. Masing-masing metode sampah berbasis masyarakat diatas memiliki mekanisme yang berbeda-beda. Sedekah sampah merupakan salah satu alternatif dalam sampah yang ada di masyarakat. Sedekah sampah adalah metode sampah berbasis masyarakat dengan pemilahan sampah sesuai jenisnya, dikumpulkan di lokasi tempat penampungan sementara secara komunal dijual, dan hasil penjualan sampah digunakan untuk kegiatan sosial masyarakat. Metode sampah berbasis masyarakat yang sudah baik dan berjalan, akan dikompilasikan dengan sistem sedekah sampah. Sedekah sampah diharapkan dapat menjadi solusi penanganan sampah dengan mudah, murah dan ibadah. Metode ini lebih sederhana karena tidak memerlukan pencatatan secara detail, tidak membutuhkan SDM dengan kompetensi tertentu, minim sarana prasarana. Prinsip sedekah sampah hanya memilah sampah sampah sesuai jenisnya di masing-masing rumah. Sampah yang dipilah berupa sampah anorganik yaitu berupa plastic, kertas, kaca atau lain-lain. Setelah sampah yang dikumpulkan di masing-masing rumah penuh dikumpulkan ke tempat penampungan sampah sementara di lokasi tertentu, setelah penuh dijual ke pengepul sampah. Hasilnya tidak untuk kepentingan individu melainkan dapat dimanfaatkan untuk kepentingan kemasyarakatan. Metode sampah dengan Sedekah Sampah merupakan salah satu program yang didukung oleh lembaga swadaya masyarakat yaitu Cita Sehat Foundation (CSF) dalam upaya penyelesaian masalah sampah di 16
lingkungan. Pada saat ini masyarakat pengelola sedekah sampah yang dijadikan pilot project oleh CSF adalah masyarakat pengelolan sedekah sampah yang berada di wilayah Bantul khususnya berada di Dusun Karet Pleret. Secara administrasi wilayah ini merupakan wilayah Desa Pleret, Kecamatan Pleret Bantul. Kawasan ini terletak berdekatan dengan Piyungan dan merupakan salah satu permukiman padat. (Gambar 1). Gambar 1 Peta Wilayah Kabupaten Bantul Pengelolaan sampah dengan metode sedekah sampah yang telah diimplementasikan menjadi kajian yang menarik dan strategis sebagai upaya untuk mengatasi permasalahan sampah yang ada di Kabupaten Bantul. Apakah program ini berhasil mencapai tujuan yang diharapkan, apakah program ini memberikan dampak yang positif bagi masyarakat, adalah pertanyaan-pertanyaan kritis yang perlu untuk diketahui jawabannya. Selain itu hasil dari kajian ini diharapkan dapat menjadi referensi dalam rangka menemukan metode sedekah sampah yang tepat yang dapat diterapkan di wilayah yang lain. 17
B. Rumusan Masalah Masalah sampah di masyarakat masih belum dapat diselesaikan oleh pemerintah sepenuhnya. Diperlukan sinergi peran swasta dan masyarakat dalam menyelesaikan permasalah sampah. Salah satu metode sampah dengan sedekah sampah didukung oleh Lembaga Swadaya Masyarakat Cita Sehat Foundation (CSF). Untuk menilai kegiatan sedekah sampah diperlukan penelitian. Rumusan penelitian ini adalah bagaimana kegiatan sedekah sampah di wilayah Dusun Karet Pleret Bantul. Bagaimana implementasi kegiatan sedekah sampah untuk masyarakat? Bagaimana manfaat kegiatan sedekah sampah untuk masyarakat? C. Tujuan 1. Tujuan Umum Mengetahui kegiatan sedekah sampah di wilayah Dusun Karet Pleret Bantul Yogyakarta 2. Tujuan Khusus a. Mengeksplorasi aktifitas kegiatan sedekah sampah di Dusun Karet Pleret Bantul b. Mengetahui perilaku masyarakat dalam sampah dengan sistem sedekah sampah. c. Mengetahui manfaat kegiatan sedekah sampah bagi masyarakat di Dusun Karet Pleret Bantul D. Manfaat 1. Bagi Pemerintah Daerah a. Sebagai bahan masukan mengenai kebijakan sampah khususnya di komunitas yang efektif. b. Sebagai bahan advokasi pembentukan organisasi yang mewadahi dalam mendukung program sampah mandiri. c. Memberikan masukan untuk mendorong pemerintah daerah dalam penyelesaiakan sampah perlu kerjasama lintas sektoral diantara SKPD. 18
2. Bagi Lembaga Cita Sehat Foundation a. Mengetahui pencapaian kegiatan sedekah sampah sebagai program sampah di masyarakat b. Memberi masukan dan model pengelolan di wilayah implementasi yang lain mengenai kegiatan sedekah sampah di masyarakat 3. Bagi Masyarakat Sebagai pembelajaran masyarakat mengenai gambaran faktor keberhasilan dalam kegiatan sedekah sampah di masyarakat. 4. Bagi Praktisi dan peneliti kesehatan lingkungan Memberikan wacana yang efektif sampah berbasis masyarakat dan sebagai pembanding untuk penelitian selanjutkan mengenai inovasi sampah berbasis masyarakat. E. Keaslian Penelitian Penelitian mengenai sampah berbasis masyarakat memang sudah banyak dilakukan tetapi penelitian mengenai kegiatan sedekah sampah di dusun Karet Pleret Bantul belum pernah dilaksanakan. Kelebihan penelitian ini dibanding penelitian lain yaitu lebih fokus dengan menilai keberhasilan inovasi kegiatan sedekah sampah yang belum pernah dilakukan kaitannya dengan perilaku mengelola sampah di masyarakat, serta manfaatnya untuk masyarakat. Penelitian mengenai program sampah pernah dilakukan seperti pada tabel 1: 19
Tabel 1 Keaslian Penelitian No Judul Penelitian Tujuan Hasil Persamaan Perbedaan 1. Managemen Swakelola Sampah Dusun Sukunan dan Gondolayu Lor Daerah Istimewa Yogyakarta. Mulasari (2007) Mengetahui implementasi swakelola sampah Swakelola sampah merupakan pemberdayaan masyarakat dalam mengelola sampah Penelitian dilakukan pada sampah 1. Kerangka konsep 2. Metode penelitian (waktu dan tempat populasi variabel cara pengambilan data, dan cara 2. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Berbasis Masyarakat (Studi Kasus di Kota Yogyakarta). Faizah (2008). 3. Hubungan Antara Persepsi Terhadap Kesehatan Lingkungan dan Motivasi Produksi Bersih dengan Perilaku Mengelola Sampah Pada Siswa SMA. Hari, (2011) Mengetahui gambaran sampah rumah tangga berbasis masyarakat yang ada di Kota Yogyakarta Mengkaji lebih mendalam tentang perilaku masyarakat sebagai sumber penghasil sampah rumah tangga dan perlunya penerapan kepada siswa melalui pendidikan mengelola sampah secara benar. Pengelolaan sampah berbasis masyarakat berjalan baik dengan prinsip 3 R Ada hubungan antara persepsi tentang kesehatan lingkungan dengan perilaku mengelola sampah, ada hubungan antara motivasi produksi bersih dengan perilaku mengelola sampah, ada hubungan persepsi dan motivasi produksi bersih dengan perilaku Penelitian dilakukan pada sampah Penelitian dilakukan pada sampah analisis data) 1. Kerangka konsep 2. Metode penelitian (waktu dan tempat populasi variabel cara pengambilan data, dan cara analisis data) 1. Kerangka konsep 2. Metode penelitian (waktu dan tempat populasi variabel cara pengambilan data, dan cara analisis data) 20
mengelola sampah siswa SMA 4. Kajian Pemberdayaan Peran Wanita Untuk Pengelolaan Sampah Rumah Tangga dengan Takakura Home Method (Studi Kasus di Perumahan Budi Indah Kelurahan Pasirkaliki, Kecamatan Cimahi Utara Kota Cimahi). (Dewi et al., 2011) 5. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga di Kecamatan Daha Selatan (Riswan et al., 2011) Mengkaji peran wanita untuk sampah rumah tangga menggunakan takakura home method Mengkaji sampah rumah tangga yang berbasis masyarakat Pemilahan sampah dengan cara pengomposan sampah dengan Takakura Home Method memiliki dampak positif. Pengelolaan sampah rumah tangga di kecamatan Daha Selatan belum dilaksanakan secara optimal. Penelitian dilakukan pada sampah Penelitian dilakukan pada sampah 1. Kerangka konsep 2. Metode penelitian (waktu dan tempat populasi variabel cara pengambilan data, dan cara analisis data) 1. Kerangka konsep 2. Metode penelitian (waktu dan tempat populasi variabel cara pengambilan data, dan cara analisis data) 21