Pengukuran Fluks Neutron dan Penentuan Cadmium Ratio pada Difraktometer Neutron Empat Lingkaran / Difraktometer Tekstur (DN2)

dokumen-dokumen yang mirip
EVALUASI FLUKS NEUTRON THERMAL DAN EPITHERMAL DI FASILITAS SISTEM RABBIT RSG GAS TERAS 89. Elisabeth Ratnawati, Jaka Iman, Hanapi Ali

GANENDRA, Vol. V, No. 1 ISSN ANALISIS DAN PENENTUAN DISTRIBUSI FLUKS NEUTRON SALURAN TEMBUS RADIAL UNTUK PENDAYAGUNAAN REAKTOR KARTINI

Jurnal Radioisotop dan Radiofarmaka ISSN Journal of Radioisotope and Radiopharmaceuticals Vol 10, Oktober 2007

PENGUKURAN FLUKS NEUTRON SALURAN BEAMPORT TIDAK TEMBUS RADIAL SEBAGAI PENGEMBANGAN SUBCRITICAL ASSEMBLY FOR MOLYBDENUM (SAMOP) REAKTOR KARTINI

BAB I PENDAHULUAN. umat manusia kepada tingkat kehidupan yang lebih baik dibandingkan dengan

Penentuan Kadar Besi dalam Pasir Bekas Penambangan di Kecamatan Cempaka dengan Metode Analisis Aktivasi Neutron (AAN)

PENGARUH WAKTU PENGAMBILAN SAMPLING PADA ANALISIS UNSUR RADIOAKTIF DI UDARA DENGAN MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA

PEMBUATAN NANOPARTIKEL EMAS RADIOAKTIF DENGAN AKTIVASI NEUTRON

PENGARUH IRADIASI BATU TOPAS TERHADAP KUALITAS AIR PENDINGIN PRIMER DAN KESELAMATAN RSG-GAS

PENGUKURAN AKTIVITAS ISOTOP 152 Eu DALAM SAMPEL UJI PROFISIENSI MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA

ANALISIS UNSUR RADIOAKTIVITAS UDARA BUANG PADA CEROBONG IRM MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA

PENENTUAN KADAR URANIUM DALAM SAMPEL YELLOW CAKE MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA

PENINGKATAN AKURASI DATA HRSANS DENGAN MODIFIKASI PERANGKAT LUNAK KENDALI PADA BAGIAN SAMPLE CHANGER

ANALISIS KONSENTRASI I-131 LEPASAN UDARA CEROBONG DI REAKTOR SERBA GUNA GA. SIWABESSY

OPTIMASI PENGUKURAN KEAKTIVAN RADIOISOTOP Cs-137 MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA

Jurnal Radioisotop dan Radiofarmaka ISSN Journal of Radioisotope and Radiopharmaceuticals Vol 9, Oktoberl 2006

Kata kunci : Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), AAN, Reaktor Kartini PENDAHULUAN. Niati, Pratiwi Dwijananti, Widarto

Penentuan Fluks Neutron Termal di Fasilitas Kalibrasi Neutron dengan Menggunakan Keping Indium

PERBANDINGAN METODA OTOMATIS DAN MANUAL DALAM PENENTUAN ISOTOP Cs-137 MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA

CROSS SECTION REAKSI INTI. Sulistyani, M.Si.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Neutron adalah zarah elementer penyusun inti atom yang tidak mempunyai

IRADIASI NEUTRON PADA BAHAN SS316 UNTUK PEMBUATAN ENDOVASCULAR STENT

PRODUKSI IODIUM-125 MENGGUNAKAN TARGET XENON ALAM

VALIDASI METODA PENGUKURAN ISOTOP 137 Cs MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PENENTUAN FRAKSI BAKAR PELAT ELEMEN BAKAR UJI DENGAN ORIGEN2. Kadarusmanto, Purwadi, Endang Susilowati

GANENDRA, Vol. V, No. 1 ISSN Syarip ABSTRAK ABSTRACT

KONTROL KUALITAS HASIL ANALISIS Mn, Mg, Al, V DAN Na MENGGUNAKAN METODE k 0 -AANI

DEPARTEMEN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

KARAKTERISASI LIMBAH RADIOAKTIF CAIR DENGAN SPEKTROMETER GAMMA PORTABEL DAN TEKNIK MONTE CARLO

Penentuan Dosis Gamma Pada Fasilitas Iradiasi Reaktor Kartini Setelah Shut Down

VALIDASI METODA ANALISIS ISOTOP U-233 DALAM STANDAR CRM MENGGUNAKAN SPEKTROMETER ALFA

SIMULASI PENGUKURAN EFFISIENSI DETEKTOR HPGe DAN NaI (Tl) MENGGUNAKAN METODE MONTE CARLO MCNP5

Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 6 (2010) 30-34

Analisis dan Penentuan Distribusi Fluks Neutron Thermal Arah Aksial dan Radial Teras Reaktor Kartini dengan Detektor Swadaya

SIMULASI KURVA EFISIENSI DETEKTOR GERMANIUM UNTUK SINAR GAMMA ENERGI RENDAH DENGAN METODE MONTE CARLO MCNP5

PENGARUH POSISI DAN LINEARITAS DETEKTOR START-UP DALAM PENGUKURAN FRAKSI BAKAR RSG-GAS PADA KONDISI SUBKRITIS. Purwadi

ANALISIS IRADIASI TARGET TULIUM DI REAKTOR SERBA GUNA -GA SIWABESSY

PEMANFAATAN GAMMA SPEKTROMETRI UNTUK PENGAMATAN DISTRIBUSI PEMBELAHAN DALAM PELAT ELEMEN BAKAR NUKLIR

SIMULASI EFISIENSI DETEKTOR GERMANIUM DI LABORATORIUM AAN PTNBR DENGAN METODE MONTE CARLO MCNP5

SIMULASI KALIBRASI EFISIENSI PADA DETEKTOR HPGe DENGAN METODE MONTE CARLO MCNP5

KARAKTERISASI DIFRAKSI SINAR X DAN APLIKASINYA PADA DEFECT KRISTAL OLEH: MARIA OKTAFIANI JURUSAN FISIKA

PENGARUH EFEK GEOMETRI PADA KALIBRASI EFISIENSI DETEKTOR SEMIKONDUKTOR HPGe MENGGUNAKAN SPEKTROMETER GAMMA

ANALISIS IRADIASI TARGET KALIUM BROMIDA DI REAKTOR SERBA GUNA-GA SIWABESSY

PENENTUAN AKTIVITAS 60 CO DAN 137 CS PADA SAMPEL UNKNOWN DENGAN MENGGUNAKAN DETEKTOR HPGe

PENGEMBANGAN KAMERA CCD PADA FASILITAS RADIOGRAFI NEUTRON, RN1, DI BATAN SERPONG

Spesifikasi Teknis Teras Reaktor Nuklir Kartini dan Eksperimental Setup Fasilitas Uji In-vitro dan In-vivo Metode BNCT

PENGARUH IRRADIASI BATU TOPAZ TERHADAP KUALITAS AIR PENDINGIN REAKTOR G.A.SIWABESSY. Elisabeth Ratnawati, Kawkab Mustofa, Arif Hidayat

DETERMINATION OF LIMIT DETECTION OF THE ELEMENTS N, P, K, Si, Al, Fe, Cu, Cd, WITH FAST NEUTRON ACTIVATION USING NEUTRON GENERATOR

BAB II RADIASI PENGION

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

REAKTOR NUKLIR. Sulistyani, M.Si.

ANALISIS PERHITUNGAN IRADIASI TARGET PRASEODIMIUM DI REAKTOR SERBA GUNA -GA SIWABESSY

PENENTUAN WAKTU TUNDA PADA KONDISIONING LIMBAH HASIL PENGUJIAN BAHAN BAKAR PASCA IRADIASI DARI INSTALASI RADIOMETALURGI

Pengembangan Sistem Kendali Spektrometer SANS Resolusi Tinggi (HRSANS)

ANALISA FLUKS NEUTRON PADA BEAMPORT

PROGRAM JAMINAN KUALITAS PADA PENGUKURAN. RADIONUKLIDA PEMANCAR GAMMA ENERGI RENDAH:RADIONUKLIDA Pb-210

BAB I PENDAHULUAN di Bandung dan Reaktor Kartini yang berada di Yogyakarta. Ketiga reaktor

OPTIMASI ALAT CACAH WBC ACCUSCAN-II UNTUK PENCACAHAN CONTOH URIN

VALIDASI METODA PENENTUAN UNSUR RADIOAKTIF Pb-212, Cs-137, K-40 DENGAN SPEKTROMETER GAMMA

SPEKTROSKOPI-γ (GAMMA)

PENGUKURAN FLUKS NEUTRON DENGAN KAPSUL POLIETILENDAN AI-I050 DI FASILITAS RABBIT SYSTEM

SPEKTROSKOPI-γ (GAMMA)

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Badan Tenaga Nuklir Nasional

PENGGUNAAN SINAR-X KARAKTERISTIK U-Ka2 DAN Th-Ka1 PADA ANALISIS KOMPOSISI ISOTOPIK URANIUM SECARA TIDAK MERUSAK

NUCLEAR CHEMISTRY & RADIOCHEMISTRY

EVALUASI KINERJA SPEKTROMETER GAMMA YANG MENGGUNAKAN NITROGEN CAIR SEBAGAI PENDINGIN DETEKTOR

BAB III PERSAMAAN PELURUHAN DAN PERTUMBUIIAN RADIOAKTIF

RADIOKALORIMETRI. Rohadi Awaludin

5. KIMIA INTI. Kekosongan elektron diisi elektron pada kulit luar dengan memancarkan sinar-x.

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa radiasi berbahaya karena dapat mengionisasi bahan yang dilaluinya,

UJI INTEGRITAS KELONGSONG ELEMEN BAKAR REAKTOR TRIGA 2000 DENGAN METODE UJI CICIP PANAS

KIMIA INTI DAN RADIOKIMIA. Stabilitas Nuklir dan Peluruhan Radioaktif

PENENTUAN AKTIVITAS SUMBER RADIOAKTIF PEMANCAR GAMMA Eu-152 DI LABORATORIUM PTNBR

BAB 3 METODE PENELITIAN. -Beaker Marinelli

PERSIAPAN FASILITAS DOPING SILIKON RSG-GAS. Suwarto PRSG-BATAN

CHAPTER III INTI ATOM DAN RADIOAKTIVITAS

RADIOAKTIVITAS IODIUM-126 SEBAGAI RADIONUKLIDA PENGOTOR DI KAMAR IRADIASI PADA PRODUKSI IODIUM-125. Rohadi Awaludin

ANALISIS RADIONUKLIDA 137 CS DALAM PELAT ELEMEN BAKAR (PEB) U 3 SI 2 -AL DENSITAS 2,96 G/CM 3 PASCA IRADIASI

FISIKA ATOM & RADIASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Penentuan Spektrum Energi dan Energi Resolusi β dan γ Menggunakan MCA (Multi Channel Analizer)

PERHITUNGAN INTEGRAL RESONANSI PADA BAHAN BAKAR REAKTOR HTGR BERBENTUK BOLA DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM VSOP

CHAPTER iii INTI ATOM DAN RADIOAKTIVITAS

KARAKTERISTIK BERKAS PADA BEAM PORT TEMBUS DAN SINGGUNG REAKTOR KARTINI

PENENTUAN KANDUNGAN UNSUR KROM DALAM LIMBAH TEKSTIL DENGAN METODE ANALISIS PENGAKTIFAN NEUTRON

PENENTUAN KANDUNGAN UNSUR ALUMINIUM, MANGAN, DAN SILIKON DALAM AIR SUNGAI CODE TERHADAP WAKTU SAMPLING DENGAN METODE AANC

Oleh ADI GUNAWAN XII IPA 2 FISIKA INTI DAN RADIOAKTIVITAS

INTERAKSI RADIASI DENGAN MATERI

KAJIAN KADAR UNSUR KROM DALAM LIMBAH TEKSTIL DENGAN METODE AAN

ANALISIS DAN PENENTUAN DISTRIBUSI SUHU PEN- DINGIN PRIMER PADA DAERAH RING B, C, D, E DAN F TERAS KARTINI UNTUK DAYA 250 KW.

UJI BANDING SISTEM SPEKTROMETER GAMMA DENGAN METODA ANALISIS SUMBER Eu-152. Nugraha Luhur, Kadarusmanto, Subiharto

UJI FUNGSI FASILITAS IRADIASI SISTEM RABBIT PNUMATIK REAKTOR RSG GAS MENGGUNAKAN BAHAN ACUAN STANDAR

PEMETAAN FLUKS NEUTRON PADA PUSAT TERAS PASCA PERGANTIAN BAHAN BAKAR REAKTOR KARTINI SKRIPSI

APPLICATION OF NEUTRON ACTIVATION ANALYSIS IN CHARACTERIZATION OF ENVIRONMENTAL SRM SAMPLES

PENGARUH KUAT ARUS PADA ANALISIS LIMBAH CAIR URANIUM MENGGUNAKAN METODA ELEKTRODEPOSISI

I. PENDAHULUAN. Telah dilakukan beberapa riset reaktor nuklir diantaranya di Serpong

PENGARUH DAYA TERHADAP UNJUK KERJA PIN BAHAN BAKAR NUKLIR TIPE PWR PADA KONDISI STEADY STATE

PEMANFAATAN TEKNIK RADIOGRAFI NEUTRON UNTUK UJI TAK RUSAK KOMPONEN-KOMPONEN ELEKTRIK

Transkripsi:

Prosiding Seminar Nasional Hamburan Neutron dan Sinar-X ke 7 Serpong, 27 Oktober 2009 ISSN : 1411-1098 Pengukuran Fluks Neutron dan Penentuan Cadmium Ratio pada Difraktometer Neutron Empat Lingkaran / Difraktometer Tekstur (DN2) Juliyani, Tri Hardi P, Setiawan, Suyatno Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir (PTBIN) - BATAN Kawasan Puspiptek Serpong, Tangerang 15314 ABSTRAK Pengukuran Fluks Neutron dan Penentuan Cadmium Ratio pada Difraktometer Neutron Empat Lingkaran/ Difraktometer Tekstur (DN2).Telah dilakukan pengukuran fluks neutron dan penentuan cadmium ratio pada peralatan difraktometer tekstur (DN2). Difraktometer DN2 terutama digunakan untuk penelitian tekstur bahan. Tujuan dari penelitian ini adalah mengukur fluks neutron di posisi monokromator dan posisi cuplikan. Pengukuran fluks neutron dilakukan pada daya reaktor 15MW dengan menggunakan beberapa foil emas (Au). Fluks neutron thermal rata-rata yang diperoleh dari hasil pengukuran di posisi monokromator sebesar (1,609 ± 0,096) 10 9 n/cm 2.detik. Fluks neutron termal rata-rata yang diperoleh dari hasil pengukuran di posisi cuplikan sebesar (3,811 ± 1,415) 10 5 n/cm 2.detik dan diperoleh dari refleksi bent monokromator Si (311). Dari pengukuran fluks neutron diperoleh Cadmium ratio (Cd rasio) rata-rata di posisi monokromator dan posisi cuplikan, masing-masing sebesar (6,104 ± 0,567) dan (1,309 ± 0,606). Kata Kunci : fluks nutron, cadmium ratio, difraktometer tekstur ABSTRACT Neutron flux measurement and cadmium ratio determination have been carried out at texture diffractometer (FCD/TD). The FCD/TD is mainly used for texture research. The aim of this research is to measure neutron flux and to determine cadmium ratio at the monochromator position and the sample position. Neutron fux measurement was carried out at power reactor of 15 MW using some gold (Au) foil samples. Average neutron flux obtained from measurement at the monochromator position equals to (1,609 ± 0,096) 10 9 n/cm 2.second. Average neutron flux obtained from measurement at the sample position equals to (3,811 ± 1,415) 10 5 n/cm 2.second and it is obtained from reflection of bent monochromator of Si (311). From neutron flux measurement, average cadmium ratio at the monochromator and the sample position equals to (6,104 ± 0,567) dan (1,309 ± 0,606), respectively. Keywords : neutron flux, cadmium ratio, texture diffractometer 1 Pendahuluan Sejak beroperasinya Reaktor Serba Guna GA Siwabessy (RSG-GAS) di Serpong yang memproduksi neutron termal terbukalah kesempatan untuk mengembangkan teknik hamburan neutron untuk penelitian ilmu bahan dan penggunaannya dalam industri. RSG-GAS adalah reaktor jenis Material Testing Reactor (MTR), terasnya terdiri dari 40 elemen bakar dan 10 batang kendali menghasilkan fluks neutron di teras 2,5 x 10 14 n/cm 2.detik, pada daya maksimum 30 MW termal. Difraktometer Neutron Em- 20 pat Lingkaran/ Difraktometer Tekstur yang juga dikenal sebagai FCD/TD adalah peralatan yang digunakan untuk menentukan struktur kristal tunggal dan tekstur bahan dengan teliti. Dimana analisa tekstur dengan neutron memberikan informasi rata-rata bulk lebih lengkap dari pada menggunakan sinar-x, karena daya tembus neutron sangat tinggi. Mulai tahun 2000 RSG-GAS beroperasi sudah lebih teratur dengan daya 15 MW, dan sejak saat itu peralatan difraktrometer neutron FCD/TD belum dilakukan pen-

Pengukuran Fluks Neutron dan Penentuan Cadmium Ratio pada Difraktometer Neutron Empat Lingkaran / Difraktometer Tekstur (DN2) gukuran fluks pada monokromator dan pada tempat cuplikan. Mengingat manfaat dari peralatan tersebut untuk penelitian bahan, maka sangatlah penting mengetahui fluks neutron di posisi monokromator dan di posisi cuplikan sehingga lamanya waktu pengukuran dapat diperkirakan dengan mudah. Tujuan penelitian ini adalah mengukur fluks neutron di monokromator dan meja sampel/tempat cuplikan difraktometer neutron FCD/TD dengan daya reaktor 15 MW. 2 Teori Analisa tekstur dengan neutron memberikan informasi rata-rata bulk lebih lengkap dari pada menggunakan sinar- X karena daya neutron sangat tinggi. Ada 6 tabung berkas yang dapat menyalurkan neutron dari teras reaktor, 2 buah diantaranya tangensial (S2 dan S6) dan lainnya radial. Gambar 1 memperlihatkan instalasi dan tata letak peralatan hamburan neutron di dalam balai percobaan reaktor (BPR) dan balai percobaan hamburan neutron (BPHN) [1]. Peralatan dengan teknik difraksi neutron yang dimiliki oleh Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir (PT- BIN) digolongkan kedalam 3 buah difraktrometer neutron, yakni difraktometer neutron untuk mengukur tegangan sisa (DNI-M), difraktrometer neutron empat lingkaran/difraktrometer tekstur (DN2), dan difraktrometer neutron serbuk resolusi tinggi (DN3) atau disebut HRPD. Difraktrometer ini menggunakan teknik difraksi neutron yang bertumpu pada prinsip hukum Bragg. Penggunaan praktis prinsip ini antara lain untuk analisis struktur (menentukan fasa-fasa dalam paduan logam atau mineral), penentuan tekstur bahan, mengukur regangan dalam bahan sehingga dapat ditentukan tegangan internal ataupun yang tersisa dalam bahan. FCD/TD adalah peralatan difraktrometer yang digunakan terutama untuk menentukan tekstur bahan dengan teliti, peralatan ini dilengkapi dengan goniometer empat lingkaran. Alat ini dapat juga menentukan tekstur bahan. P ada umumnya, bahan bakar suatu reaktor atom adalah uranium. Dalam uranium terdapat 2 isotop utama 235 U dan 238 U. Inti 235 U apabila menyerap neutron akan mengalami pembelahan menjadi 2 inti baru sambil melepas 2 atau 3 neutron. Dengan demikian jelas bahwa reaktor atom dapat berfungsi sebagai sumber neutron. Neutron yang dihasilkan langsung dari pembelahan uranium mempunyai tenaga yang sangat tinggi, disebut neutron cepat. Ditinjau dari tenaga yang dimilikinya, neutron dapat digolongkan menjadi [2] neutron cepat yang mempunyai tenaga diatas 0,1 MeV, neutron epitermal mempunyai tenaga antara 0,2 ev - 0,1 MeV dan neutron termal mempunyai tenaga di bawah 0,2 ev. Tenaga neutron yang dihasilkan dari pembelahan 235 U berkisar antara > 0,1 sampai dengan 20 Mev. Spektrum tenaga neutron tersebut dinamakan spektrum tenaga neutron pembelahan. Besaran yang menyatakan cacah neutron yang melalui satu luasan sebesar 1 cm 2 tiap detik disebut fluks neutron. Pada umumnya reaktor riset mempunyai fluks neutron 10 11 10 13 neutron cm 2.s 1. NRF CORE TAS RSM XHR FCD/TD NG2 TUNNEL NG1 MVS HRSANS SAMPLE PREPARATION COMMON LAB ROOM NGH HRPD SMARter MECHANICAL WORKSHOP Gambar 1: Tata letak peralatan hamburan neutron [1]. CENTRAL AC Dalam suatu cuplikan, nuklida yang satu dengan yang lain mempunyai kemampuan yang berbeda-beda dalam hal menangkap neutron. Ukuran kemampuan penangkapan neutron ini dinyatakan dalam suatu besaran yang disebut tampang serapan neutron (neutron absorption cross section) dan biasa diberi lambang σ. Untuk tenaga neutron yang berbeda, suatu nuklida juga mempunyai tampang serapan yang berbeda pula. Satuan tampang serapan neutron adalah barn yaitu sama dengan 10 24 cm 2. Analisis pengaktifan neutron mengunakan reaktor atom sebagai sumber neutron tidak dapat dipakai untuk menganalisis unsur-unsur dengan berat atom ringan seperti nitrogen, oksigen dan sebagainya. Teknik analisis pengaktifan neutron dapat dipakai untuk menganalisis kadar unsur-unsur dalam cuplikan tanpa merusak cuplikan tersebut. Penanganan cuplikan perlu dilakukan dengan sangat hati-hati karena, sentuhan tangan misalnya, dapat memberikan cukup kotoran yang dapat mengganggu interprestasi spectrum cuplikan. Setelah cuplikan ditimbang dan disiapkan dengan baik, maka cuplikan dapat diiradiasi menggunakan sumber neutron yang sesuai. Atom-atom dalam cuplikan akan menangkap neutron dan berubah menjadi radioaktif yang disebut radioaktivitas imbas (induced radioactivity). Setelah iradiasi dilakukan selama t detik, maka besarnya radioaktivitas imbas nuklida tertentu dalam cuplikan dapat dihitung secara teoritis dari 21

Juliyani persamaan [2]: ( ) A = Nφσ 1 e 0,693t/T (1) di mana φ adalah fluks neutron (n cm 2 s 1 ), σ adalah tampang serapan neutron (cm 2 ), t adalah waktu iradiasi (detik), dan T adalah waktu paro nuklida radioaktif hasil iradiasi. Dari persamaan (1) dapat diketahui bahwa untuk suatu cuplikan/radionuklida tertentu yang diiradiasi dengan fluks neutron konstan, besarnya radioaktivitas hanya ditentukan oleh waktu iradiasi. Ternyata bahwa untuk waktu iradiasi t > T, besarnya radioaktivitas imbas tidak berubah banyak atau dapat dikatakan bahwa radioaktivitas imbas telah mencapai kejenuhan. Tentu saja besarnya radioaktivitas imbas jenuh dapat dinaikkan jika fluks neutron dinaikkan. Harga N dalam persamaan (1) dapat dihitung jika berat unsur dalam cuplikan diketahui [2] N = 6,023 1023 WQ (2) BA dimana N adalah cacah atom isotop yang diperhatikan dalam cuplikan, W adalah berat unsur dari isotop yang diperhatikan (gram), Q adalah kelimpahan isotop, dan BA adalah berat atom isotop tersebut. Setelah waktu iradiasi cukup atau setelah waktu iradiasi 5 T, iradiasi dihentikan dan cuplikan dikeluarkan dari tempat iradiasi. Radionuklida hasil pengaktifan yang berumur pendek harus segera dicacah. Pencacahan dilakukan dengan menggunakan perangkat spectrometer γ yang telah trerkalibrasi dengan baik. Setelah pencacahan dihentikan dicatat nomor salur puncak dan juga luas puncak dari nuklida-nuklida yang diinginkan [2] Cadmium rasio merupakan faktor besaran yang menyatakan kekuatan dari spektrum energi berkas neutron untuk menembus sebuah obyek. Semakin besar nilai Cadmium rasio maka kemampuan neutron untuk menembus bahan akan semakin kuat, karena jumlah neutron termal semakin besar [3]. Nilai Cadmium rasio merupakan perbandingan antara aktivitas total terhadap aktivasi neutron, cadmium ratio didefinisikan oleh [4]: R = A sp A + sp/f cd (3) dimana A sp, A + sp adalah aktivitas spesifik yang diperoleh setelah terebuka dan Cd tertutup foil irradiasi, masingmasing, F cd adalah cadmium penyaring faktor transmisi epithermal neutron, yang merupakan koreksi untuk penyerapan laju epithermal fluence di kadmium penutup. Secara umum faktor F cd ini kebanyakan 1 untuk elemen. 22 2.1 Tata Kerja Pengukuran fluks neutron peralatan FCD/TD di posisi monokromator dan posisi cuplikan dilakukan pada daya reaktor 15MW. Tahapan kerja yang dilakukan, sebagai berikut [5] : Gambar 2: cuplikan (a) (b) (a) Posisi di monokromator, (b) posisi di tempat 1. Penyiapan foil Au : (a) Foil Au yang digunakan sebanyak 10 buah untuk masing-masing posisi, seluruh foil Au tersebut ditimbang satu persatu dengan menggunakan timbangan elektronik merk ER- 180A, kemudian didistribusikan pada pelat Alumunium seperti gambar 1. (b) Pada posisi di monokromator (Gambar 2a) nomor foil 5 dan pada posisi di tempat cuplikan (Gambar 2b) nomor foil 7 ditutup Cadmium untuk mengukur fluks epithermal, sedangkan nomor lainnya untuk mengukur fluks neutron. (c) Dengan membandingkan foil Au yang ditutup dan yang tidak ditutup kadmium didapat nilai kadmium ratio. 2. Iradiasi dengan neutron [5]: (a) Pelat Alumunium (A) yang telah dipasang foil Au nya diletakkan pada posisi monokromator, kemudian diiradiasi selama ±17 jam pada daya 15 MW.

Pengukuran Fluks Neutron dan Penentuan Cadmium Ratio pada Difraktometer Neutron Empat Lingkaran / Difraktometer Tekstur (DN2) (b) Sedangkan pelat Alumunium (B) diletakkan pada posisi tempat cuplikan, kemudian diiradiasi selama ±16,75 jam pada daya 15 MW. 3. Pencacahan dengan detektor HPGe [5]: (a) Seluruh foil Au dicacah aktivitasnya dengan detektor HPGe (High Purity Ge), masingmasing selama ±600 detik per-foil. Sebelumnya detektor dikalibrasi terlebih dahulu menggunakan sumber γ standar Ra 226,Eu 152,Co 60, Cd 109,Cs 137 dan Ba 133. (b) Aktivitas unsur diperoleh dengan mencacah foil Au menggunakan detektor HPGe (High Purity Germanium) dengan penganalisis salur ganda/ MCA (Multi Channel Analyser) dilengkapi dengan program Genie 2000. (c) Dengan mengetahui aktivitas radiasi γ yang dihasilkan dari peluruhan Au 198, maka dapat diketahui fluks neutron total. Sedangkan fluks neutron epitermal dapat ditentukan dengan menutup foil Au dengan Cadmium (Cd) selama foil tersebut diiradiasi. Menghitung aktifitas dari foil Au, mengunakan persamaan sebagai berikut: A = c (4) ɛ I γ dimana A adalah aktivitas (Bq), C adalah data cacahan (cps), I γ adalah kelimpahan isotop Au 198 di alam (0,9550), ɛ adalah efisiensi detektor (1,389 x 10 3 ). 3 Hasil dan Pembahasan Fluks neutron yang dihasilkan dari reaktor terdiri dari fluks neutron epitermal dan termal, namun yang dimanfaatkan untuk fasilitas difraktrometer neutron hanya neutron termal. Sampel standar yang digunakan untuk mengukur fluks neutron termal adalah foil Au, karena mempunyai tampang lintang yang besar terhadap neutron dan waktu paro 2,7 hari. Untuk menghitung fluks neutron termal, sebagian foil Au ditutup dengan Cd yang mempunyai atenuasi besar terhadap neutron dan sebagian lagi dibiarkan terbuka. Sebelum menghitung fluks neutron, terlebih dahulu dihitung aktivitas masing-masing foil Au. Dimana semakin besar aktivitas foil Au, maka fluks neutron akan semakin besar juga, demikian sebaliknya. Pengukuran fluks neutron dilakukan dengan teknik analisis pengaktifan neutron, yaitu dengan menggunakan foil Au yang diiradiasi dengan neutron di tempat cuplikan. Fluks neutron ditentukan dengan mengukur aktivitas yang dihasilkan setelah foil Au diiradiasi. Aktivitas radiasi diperoleh melalui pencacahan foil Au yang dihasilkan dari peluruhan Au 298. Perhitungan : Tampang lintang Au = 9,865 10 23 cm 2. Tetapan Avogadro = 6,023 10 23. Fluks neutron thermal di posisi monokromator ratarata = (1,609 ± 0,096) 10 9 n/cm 2.detik (Tabel 1). Fluks neutron thermal di posisi cuplikan rata-rata = (3,811 ± 1,415) 10 5 n/cm 2.detik (Tabel 2) dan diperoleh dari refleksi bent monokromator Si (311). Dengan mengetahui fluks neutron di posisi monokromator dan posisi cuplikan tersebut, maka lamanya waktu pengukuran dapat diperkirakan dengan mudah. Cadmium ratio (Cd rasio) rata-rata di posisi monokromator dan posisi cuplikan, masing-masing =(6,104 ± 0,567) dan (1,309 ± 0,606). Hasil pengukuran fluks neutron peralatan FCD/TD di posisi monokromator dan di posisi cuplikan terlihat pada tabel 1 dan 2. Cadmium ratio di posisi monokromator dan posisi cuplikan dapat dilihat pada Tabel 3. Nomor foil 5 di monokromator dan foil nomor 7 di tempat cuplikan ditutup dengan Cd akan menghasilkan neutron epitermal, karena neutron termal sudah diserap oleh Cd. Nomor foil tersebut tidak diperhitungkan untuk menghitung fluks neutron thermal rata-rata di posisi monokromator dan posisi cuplikan. 4 Kesimpulan Fluks neutron thermal rata-rata yang diperoleh dari hasil pengukuran di posisi monokromator sebesar (1,609 ± 0,096) 10 9 n/cm 2.detik. Fluks neutron termal rata-rata yang diperoleh dari hasil pengukuran di posisi cuplikan sebesar (3,811 ± 1,415) 10 5 n/cm 2.detik dan diperoleh dari refleksi bent monokromator Si (311). Dari pengukuran fluks neutron diperoleh Cadmium ratio (Cd rasio) ratarata di posisi monokromator dan posisi cuplikan, masingmasing sebesar (6,104 ± 0,567) dan (1,309 ± 0,606). 5 Ucapan Terima Kasih Penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh staf, teknisi, serta Kepala Bidang Spektroskopi Neutron PTBIN-BATAN yang telah membantu dan mendukung kelancaran dalam penyiapan penelitian dan Penulisan makalah ini. 23

Juliyani No. Tabel 1: Hasil pengukuran fluks neutron peralatan FCD/TD di posisi monokromator Berat emas/ Berat atom ( 10 4 mol) Iradiasi ( 10 4 detik) Dingin ( 10 3 detik) Aktivitas Au ( 10 6 Bq) 1 1,274 6,120 3,780 2,117 1,703 2 1,259 6,120 4,560 2,037 1,663 3 1,294 6,120 5,340 1,957 1,557 4 1,122 6,120 6,180 1,702 1,566 5 0,954 6,120 6,900 0,305 0,331 6 1,102 6,120 7,620 1,661 1,563 7 1,239 6,120 8,280 1,947 1,633 8 1,371 6,120 8,940 2,057 1,562 9 1,315 6,120 9,600 2,245 1,781 10 1,218 6,120 10,320 1,699 1,457 No. Fluks neutron ( 10 9 n /cm 2. detik) Tabel 2: Hasil pengukuran fluks neutron peralatan FCD/TD di posisi tempat cuplikan Berat emas/ Berat atom ( 10 4 mol) Iradiasi ( 10 4 detik) Dingin ( 10 3 detik) Aktivitas Au ( 10 2 Bq) Fluks netron (x 10 5 n /cm 2. detik) 1 1,365 6,030 1,800 3,456 2,614 2 1,345 6,030 2,623 5,624 4,329 3 0,995 6,030 3,300 3,707 3,866 4 1,320 6,030 3,960 3,020 2,379 5 1,244 6,030 4,659 7,638 6,398 6 1,401 6,030 5,328 7,621 5,678 7 13,350 6,030 6,012 3,874 0,304 8 1,315 6,030 6,683 3,366 2,683 9 1,107 6,030 7,346 3,281 3,113 10 1,244 6,030 8,016 3,827 3,238 Tabel 3: Hasil perhitungan Cd ratio di posisi monokromator dan posisi cuplikan Posisi Posisi cuplikan monokromator nomor Cadmium nomor Cadmium foil Ratio foil 3 dan 5 6,406 3 dan 7 Ratio 0,957 4 dan 5 5,571 4 dan 7 0,780 6 dan 5 5,437 5 dan 7 1,972 7 dan 5 6,373 6 dan 7 1,967 8 dan 5 6,733 8 dan 7 0,869 Daftar Pustaka [1] ABARUL IKRAM, Hamburan neutron di BATAN- Serpong, Prosiding seminar Nasional Hamburan Neutron dan sinar X ke 5, P3IB-BATAN, ISSN 1410-7686, Juli 2003. [2] WISNU SUSETYO, Spektrometri gamma dan penerapannya dalam analisis pengaktifan neutron, Pusat Penelitian Bahan Murni dan Instrumentasi, BATAN, Gajah Mada Press, 1988. [3] JOHN P. BARTON, PETER V.D HARDT, neutron radiography I, proceeding at the first world Conference, San Diego, California -USA, 1983. [4] HALUK Y., MUSTAFA K., Experimental determination of the -shape factor in isotopic neutron source-spectrum by dual monitor method, Elsevier, annals of nuclear energy 31 (2004) 681-695. [5] ANONIM, Pengukuran fluks neutron di fasilitas radiografi neutron, Instalasi Spektrometri neutron, PPSM-Batan, nomor dok. NDT08, revisi 1, 1999. 24