BAB I PENAHULUAN. A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. tergolong makanan jika diminum, diisap, dihirup, ditelan, atau disuntikkan,

BAB 1 : PENDAHULUAN. remaja. Perubahan yang dialami remaja terkait pertumbuhan dan perkembangannya harus

BAB 1 : PENDAHULUAN. jangka panjang terutama terhadap kesehatan, salah satunya perilaku berisiko NAPZA

BAB I PENDAHULUAN. mengancam hampir semua sendi kehidupan masyarakat, bangsa dan Negara. Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa yang kritis, yaitu saat untuk berjuang

I. PENDAHULUAN. Permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (narkotika,

BAB 1 PENDAHULUAN. NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lain) adalah bahan/zat/obat

BAB I PENDAHULUAN. penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya. juga dianggap sebagai pelanggaran hukum.

BAB I PENDAHULUAN. Dan Zat Adiktif (Abdul & Mahdi, 2006). Permasalahan penyalahgunaan

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia. Acquired Immunodeficiency Syndrome atau AIDS. tubuh yang disebabkan infeksi oleh HIV (Kemenkes RI, 2014).

PERSEPSI REMAJA TENTANG PENYALAHGUNAAN NAPZA. Muju Siti Samak¹, Eni Hidayati². Abstrak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan narkotika di Indonesia menunjukkan gejala yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. Narkoba(Narkotika dan obat/bahan berbahaya) sebagai kelompok obat, bahan, atau zat

BAB 1 PENDAHULUAN. konsekuen dan konsisten. Menurut NIDA (National Institute on Drug Abuse), badan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. atau kesulitan lainnya dan sampai kepada kematian tahun). Data ini menyatakan bahwa penduduk dunia menggunakan

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, remaja, dan generasi muda pada umumnya (Waluyo, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. pada pembinaan kesehatan (Shaping the health of the nation), yaitu upaya kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Disisi lain, apabila disalahgunakan narkoba dapat menimbulkan ketergantungan dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. bahan aktif lainya, dimana dalam arti luas adalah obat, bahan atau zat. Bila zat ini masuk

BAB I PENDAHULUAN. oleh pemerintah Indonesia, bahkan negara-negara lainnya. Istilah NARKOBA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. sosialisasi, transisi agama, transisi hubungan keluarga dan transisi moralitas.

BAB 1 PENDAHULUAN. lainnya) bukan merupakan hal yang baru, baik di negara-negara maju maupun di

BAB 1 PENDAHULUAN. ditemukan dan dibeli baik secara langsung di tempat-tempat perbelanjaan maupun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Narkotika di satu sisi merupakan obat atau bahan yang bermanfaat di bidang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. (NAPZA) atau yang lebih sering dikenal masyarakat dengan NARKOBA

HUBUNGAN ANTARA INTERAKSI SOSIAL SISWA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN SISWA TENTANG NAPZA DI SMK BATIK 1 SURAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia sesuai Visi Indonesia Sehat 2010 ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. jika masuk kedalam tubuh manusia akan mempengaruhi tubuh terutama otak/susunan

BAB 1 : PENDAHULUAN. United Nation, New York, telah menerbitkan World Drugs Report 2015 yang

BAB I PENDAHULUAN. kanak-kanak menuju masa dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO (2007) adalah

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP PENYALAHGUNAAN NARKOBA PADA REMAJA DI SMK NEGERI 2 SRAGEN KABUPATEN SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. generasi baik secara kualitas maupun kuantitas. sesuatu yang mengarah pada aktivitas positif dalam pencapaian suatu prestasi.

efek stupor atau bingung yang lama dalam keadaan yang masih sadar serta menimbulkan adiksi atau kecanduan (Fransiska, 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN. menunjukkan gejala yang semakin memprihatinkan. 1

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN. melakukan penelitian tentang Hubungan Pola Asuh Orang Tua dengan Sikap Remaja

BAB I PENDAHULUAN. Nations Office Drugs and Crime pada tahun 2009 melaporkan ada 149

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Hubungan Pengetahuan Dengan Sikap Siswa Kelas XI Tentang Penyalahgunaan Zat Adiktif di SMA Swadaya Bandung

Pengaruh Pelatihan Asertif Untuk Meningkatkan Asertivitas Terhadap Penyalahgunaan Narkoba

BAB 1 PENDAHULUAN. Masyarakat dunia khususnya bangsa Indonesia, saat ini sedang dihadapkan

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja seseorang akan mengalami tugas-tugas perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif. Semua istilah ini baik narkoba atau napza

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG NAPZA TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA KELAS III SMK MUHAMMADIYAH KARTASURA

PENTINGNYA PERAN ORANGTUA DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA

BAB I PENDAHULUAN. kecakapan untuk menghindari penyalahgunaan narkoba. Informasi mengenai

Kasus penyalahgunaan narkoba

BAB I PENDAHULUAN. disebut dengan istilah alcoholism (ketagihan alkohol), istilah ini pertama kali

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini menguraikan teori teori yang berkaitan dengan pola asuh orang tua, remaja, narkoba, kerangka berpikir dan hipotesis

BAB I PENDAHULUAN. Psikotropika, dan Zat adiktif lainnya) adalah sejenis zat (substance) yang

BAB I PENDAHULUAN. pasar narkoba terbesar di level Asean. Menurut United Nation Office on Drugs and

BAB VII ZAT ADIKTIF DAN PSIKOTROPIKA

BAB I PENDAHULUAN. Psikotropika, dan Zat Aditif lainnya) semakin marak terdengar dari usia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menjadi masalah baru di negara kita. Melalui The World Program of Action for

2015 PUSAT REHABILITASI KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA PRIA

BAB 1 PENDAHULUAN. dilihat atau dirasakan sebelumnya (Meliono, 2007). Budiningsih (2005) juga

BAB I PENDAHULUAN. dan diduga akan berkepanjangan karena masih terdapat faktor-faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

Survei Nasional Penyalah-Gunaan dan Peredaran Gelap Narkoba pada Kelompok Rumah Tangga di Indonesia Latar Belakang Tujuan Lokasi survei

UPAYA PENCEGAHAN TERHADAP PENYEBARAN NARKOBA DI KALANGAN PELAJAR

KECERDASAN EMOSI DAN PENERIMAAN DIRI PADA KORBAN NARKOBA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN

BAB I PENDAHULUAN. coba-coba (bereksperimen) untuk mendapatkan rasa senang. Hal ini terjadi karena

BAB I PENDAHULUAN. Adiktif lainnya. Kata lain yang sering dipakai adalah Narkoba (Narkotika,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif Lainnya (NAPZA) atau dikenal

BAB I PENDAHULUAN. ke masa dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO (Word Health

Anak Yang Berhadapan Dengan Hukum

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan penyalangunaan narkoba di Indonesia telah menjadi ancaman

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. lainya. Banyak jenis NAPZA yang besar manfaatnya untuk kesembuhan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkoba adalah zat kimia yang dapat mengubah keadaan psikologi seperti

BAB I PENDAHULUAN. merupakan akronim dari NARkotika, psikotropika, dan Bahan Adiktif lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyalahgunaan NAPZA merupakan suatu pemakaian obat yang bukan

BAB I PENDAHULUAN. Remaja atau adolesense adalah periode perkembangan selama individu

PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI KALANGAN REMAJA Oleh: Bintara Sura Priambada, S.Sos, M.H Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan peredaraan dan penyalahgunaan obat-obatan. mengkhawatirkan. Badan Narkotika Nasional (2008) sendiri setidaknya

BAB 1 : PENDAHULUAN. karena membunuh 6 juta orang setiap tahunnya (1). Sekitar 21% dari populasi dunia

BAB I PENDAHULUAN. pada program pengalihan narkoba, yaitu program yang mengganti heroin yang. dipakai oleh pecandu dengan obat lain yang lebih aman.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan masa dewasa. Perkembangan seseorang dalam masa anak-anak dan remaja

BAB I PENDAHULUAN. lainnya, ketiga hal tersebut dapat mempengaruhi kehidupan manusia baik secara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kelompok umur tahun dengan total jiwa, jenis kelamin

BAB I PENDAHULUAN. anastesi yang dapat mengakibatkan tidak sadar karena pengaruh system saraf

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

DATA TINDAK PIDANA NARKOBA TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN. maka kesegaran jasmani akan semakin baik pula. Berdasarkan undang-undang yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah remaja usia tahun di Indonesia menurut data SUPAS 2005 yang

ANCAMAN NARKOBA BAGI GENERASI PENERUS BANGSA oleh Ashinta Sekar Bidari S.H., M.H

BAB I PENDAHULUAN. yang luar biasa (Extra Ordinary Crime). Permasalahan ini tidak hanya menjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. medis merupakan suatu bentuk penyalahgunaan yang dapat berakibat fatal di

JURNAL DATA TERKAIT NARKOTIKA TAHUN 2014

Faktor-Faktor Penyebab Penyalahgunaan Narkotika Oleh Frans simangunsong, S.H., M.H

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan tahap kehidupan seseorang mencapai proses

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyalahgunaan zat psiko aktif merupakan masalah yang sering terjadi di

Transkripsi:

1 BAB I PENAHULUAN A. Latar Belakang Penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika merupakan permasalahan global yang sudah menjadi ancaman serius dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Saat ini, penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba di Indonesia telah menyebar di seluruh Indonesia (Firmansyah, 2011). Penyalahgunaan NAPZA tidak hanya pada usia dewasa tetapi juga pada anak sekolah, hal ini dapat terjadi karena mereka melakukan interaksi sosial kepada lingkungannya dengan kurang baik. Pada umumnya lingkungan memberikan pengaruh yang kuat pada diri siswa terutama lingkungan di luar rumah, karena hampir sebagian besar aktivitas mereka dilakukan di luar rumah. Selain alasan tersebut, suasana lingkungan dalam rumah yang tidak mendukung atau kurang sehat bagi siswa dikarenakan kesibukan orang tua dan keluarga sehingga anak merasa kurang diperhatikan. Hal ini menjadi salah satu penyebab anak lebih suka berinteraksi dengan lingkungan luar rumah dibandingkan berinteraksi dengan keluarga di rumah (Hartadi, 2008). Masa remaja merupakan masa yang kritis, yaitu saat untuk berjuang untuk melepaskan ketergantungan kepada orang tua dan berusaha mencapai kemandirian sehingga dapat diterima dan diakui sebagai orang dewasa. Keberhasilan remaja melalui masa transisi ini dipengaruhi oleh faktor individu (biologik, kognitif dan psikologis) dan lingkungan (keluarga, teman sebaya dan masyarakat). Keinginannya cenderung melakukan jalan pintas dalam menghadapi masalah, tidak memiliki keyakinan diri yang mantap, menjadi pengikut yang tidak berdaya, mengelak dari tugas dan tanggung jawab dan hanya menuntut hak. Penyalahgunaan NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya) adalah satu dari perilaku resiko tinggi tersebut. Penyalahgunaan NAPZA 1

2 menimbulkan perasaan enak, nikmat, senang, bahagia, tenang dan nyaman, tetapi ketergantungan pada NAPZA dapat juga mengakibatkan dampak negatif dan berbahaya, baik secara fisik, psikologis, dan sosial (Saputro, 2011). NAPZA adalah zat-zat kimiawi yang dimasukkan ke dalam tubuh manusia, baik ditelan melalui mulut, dihirup melalui hidung maupun disuntikkan melalui urat darah. Zat-zat kimia itu dapat mengubah pikiran, suasana hati atau perasaan, dan perilaku seseorang. Pemakaian terus menerus akan mengakibatkan ketergantungan fisik dan/atau psikologis. Risiko yang pasti terjadi adalah kerusakan pada sistem syaraf dan organ organ penting lainnya seperti jantung, paru-paru, dan hati (http://www.unicef.org). Menurut estimasi Badan Dunia bidang Narkoba (United Nations Office on Drugs and Crime UNODC) pada World Drug Report (2006), angka prevalensi setahun terakhir penyalahguna narkoba di dunia sebesar 5% dari populasi dunia (kurang lebih 200 juta jiwa) dengan perinciannya yaitu : penyalahguna Ganja 162,4 juta jiwa, ampetamine-type stimulants (ATS) 35 juta jiwa (terdiri dari : Shabu 25 juta jiwa dan Ecstasy 10 juta jiwa), Kokain 13,4 juta jiwa, Opiat 15,9 juta jiwa (dimana heroin sebesar 11,3 juta jiwa). World Drugs Report 2010, melaporkan bahwa Setiap tahun, sekitar 100 ribu orang tewas, atau setiap hari 300 orang tewas, karena mengkonsumsi Opium. Setiap tahun negara-negara di seluruh dunia dibanjiri 1000 ton heroin, 1000 ton kokain, sejumlah besar ganja dan ATS (BNN, 2011) Di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir penyalahgunaan narkoba meningkat pesat, baik dari jumlah sitaan barang bukti maupun jumlah tersangka. Hasil sitaan barang bukti, misalkan ekstasi meningkat dari 90.523 butir (2001) menjadi 1,3 juta butir (2006), Sabu dari 48,8 kg (2001) menjadi 1.241,2 kg (2006). Jumlah tersangka meningkat dari 4.924 orang tahun 2001 menjadi 31.635 orang tahun 2006 (Mabes Polri, 2007). Angka-angka yang dilaporkan ini hanya puncak gunung es dari masalah narkoba yang jauh lebih besar (BNN, 2008). Hasil Penelitian yang dilakukan oleh BNN pada tahun 2010 di Indonesia Menyatakan

3 angka prevalensi penyalahgunaan narkoba semakin meningkat dari angka 1,55% menjadi 1,99% dari jumlah penduduk Indonesia (3,6 Juta orang) dan pada tahun 2015 akan mengalami kenaikan menjadi 2,8% (5,1 Juta orang). Survey yang dilakukan oleh BNN Provinsi Jawa Tengah, Kasus penyalahgunaan peredaran gelap narkoba sejak 2008-2010 cenderung meningkat sampai 924 kasus. Dengan tersangka narkotika 1270 orang. Peran tersangka sebagai distribusi maupun konsumsi dan banyak dilakukan oleh siswa SLTA dengan usia 25-29 tahunh dan berjenis kelamin laki-laki. Pada kasus tersangka psikotropika 1194. Kasus peran tersangka sebagai distribusi maupun konsumsi dan banyak dilakukan oleh karyawan/pekerja swasta dengan usia >29 tahun dan berjenis kelamin lakilaki (Depkes, 2011). Dari hasil survei yang dilakukan oleh BNN bekerjasama dengan PUSLITBANG UI, di Indonesia penyalahgunaan NAPZA diketahui lebih dari separuh responden berada pada kelompok umur 20-29 tahun (68%). Sebagian besar penyalahguna adalah laki-laki, hanya 9% dari penyalahguna adalah perempuan (12%). Sebagian besar telah menyelesaikan jenjang pendidikan tinggi (80%), yaitu minimal telah tamat SLTA ke atas, terutama para pecandu suntik. Sekitar seperempat responden berstatus menikah, dimana proporsi terbesar berada di kelompok pecandu suntik. Sekitar seperempat responden tidak bekerja. Mereka yang berstatus mahasiswa/pelajar sebanyak 28%, sedangkan yang mengaku bekerja kebanyakan adalah pegawai swasta (15%) dan wiraswasta/ pedagang (12%). Pecandu suntik kebanyakan berstatus tidak bekerja (34%). Sedangkan pada teratur pakai dan pecandu bukan suntik kebanyakan mahasiswa (32% dan 24%). Lebih dari separuh responden mengaku masih tinggal bersama orangtuanya (58%) dan sekitar seperempatnya tinggal di rumah kost atau kontrakan. Pecandu suntik lebih banyak yang tinggal bersama orangtuanya (64%) dibandingkan jenis penyalahguna lainnya (BNN, 2008). Pemakai NAPZA menggunakan obat-obat yang mempunyai komplikasi mentalemosional, yaitu: Penggunaan Heroin: dapat terjadi gangguan psikotik,

4 gangguan tidur, depresi berat, cemas, gangguan fungsi seksual, dan kadang kadang percobaan bunuh diri. Penggunaan Meth-amphetamin dan MDMA: gangguan tingkah laku, gelisah, mudah tersinggung, cemas, panik, paranoid (perasaan curiga berlebihan), susah tidur, dan bunuh diri. Penggunaan kokain: gangguan manik-depresif yang berat (keadaan di mana sesorang kadang hiperaktif, tetapi kadang-kadang tampak murung, gangguan psikotik, gangguan kepribadian anti sosial dan gangguan tidur. Penggunaan ganja: dapat menderita gangguan jiwa (seperti: gangguan psikotik, ganguan cemas dan paranoid), kehilangan motivasi, acuh tak acuh, dan gangguan daya ingat. Penggunaan alkohol: dapat menderita gangguan jiwa (seperti depresi: cemas, paranoid, dan panik) serta demensia. Penggunaan Inhalansia: dapat menderita gangguan jiwa seperti: depresi, cemas, paranoid, panik serta demensia, dan. Penggunaan halusinogen: dapat menderita gangguan jiwa seperti: depresi, cemas, dan paranoid. Resiko inilah menjadikan penyalahgunaan NAPZA sebagai masalah yang serius (Nisa, 2009). Penelitian yang dilakukan oleh Anik (2009) tentang Persepsi Dan Sikap Siswa SMK Negeri Di Kota Malang Terhadap Napza menunjukkan bahwa sebagian besar (61%) siswa yang memiliki persepsi tepat terhadap NAPZA. Banyak siswa (73%) siswa yang memiliki sikap sangat positif terhadap NAPZA. Siswa yang mempunyai persepsi yang tepat terhadap NAPZA mempunyai sikap yang tepat yaitu menolak penyalahgunaan NAPZA. Penelitian yang dilakukan oleh Saputro (2011) tentang Hubungan Tingkat Pengetahuan Remaja Tentang Napza Dengan Sikap Dalam Penyalahgunaan Napza Pada Siswa Di SMA Al-Islam 3 Surakarta menunjukan bahwa tingkat pengetahuan siswa tentang NAPZA di SMA Al-Islam 3 Surakarta mayoritas mempunyai tingkat pengetahuan yang baik. Sikap siswa dalam penyalahgunaan NAPZA juga sangat baik yaitu mayoritas siswa mempunyai sikap setuju untuk tidak atau menolak menyalahgunaan NAPZA.

5 Penelitian yang dilakukan oleh Pusparini (2006) menunjukkan sebagian besar penyalahgunaan NAPZA memiliki umur 18 tahun keatas (81,6%), tingkat pendidikan rendah (61,2%), tingkat pengetahuan sedang (61,2%, Jenis pekerjaan ayah sebagai buruh (44,9%), Ibu tidak bekerja (38,8%), pendapatan kurang cukup (kurang dari Rp 120.000,- /orang/bulan) (69,4%), daya tolak/kepribadian terhadap pemakaian napza tidak baik (69,4%), kondisi keluarga tidak baik(63,3%), kondisi bergaul dengan pengguna napza (77,6%), kemudahan memperoleh napza (85,7%). Pemakaian zat adiktif (53,1%), campuran atau kombinasi jenis napza (46,9%). Karakteristik yang berkaitan dengan pemakaian napza adalah umur, tingkat pendidikan, tingkat pengetahuan, jenis pekerjaan orang tua dan tingkat pendapatan. Sebagian besar memiliki daya tolak atau kepribadian pemakaian napza dan kondisi keluarga tidak baik, kondisi bergaul dengan pengguna napza dan mudah memperoleh napza. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh (Jaji, 2009) menunjukan NAPZA adalah suatu ancaman paling mengkhawatirkan bagi remaja di hampir lebih dari 100 negara di dunia. Penelitian Jaji, Indonesia diketahui dari 3,2 juta orang adalah pengguna NAPZA. Setiap tahun jumlah pengguna NAPZA bertambah 1 juta orang, dari 1 juta pengguna yang bertambah, diketahui 5,3% di antaranya adalah kalangan pelajar dan mahasiswa, dari 100 pengguna NAPZA terdapat lima pelajar atau mahasiswa sebagai penyalah guna NAPZA. Sekolah Menengah Atas Negeri 15 (SMA N 15) Semarang merupakan salah satu SMA yang terletak di Kelurahan Kedungmundu Kecamatan Tembalang Semarang. Dekat dengan beberapa Perguruan Tinggi, yang memungkinkan sekali terpengaruh dengan pergaulan bebas orang dewasa. Dari hasil wawancara dengan Tata Usaha (TU) di SMA N 15, mengatakan bahwa SMA N 15 belum pernah dilakukan penelitian tentang Persepsi Remaja tentang Penyalahgunaan NAPZA. Data dari BNN menunjukan bahwa, Jawa Tengah merupakan salah satu akses jalan masuk dalam kegiatan penyeludupan Narkotika dan peredaran gelap Narkotika yang semakin meningkat. Berkaitan dengan hal tersebut peneliti ingin

6 melakukan penilitian tentang Persepsi Remaja tentang Penyalahgunaan NAPZA di SMA Negri 15 Semarang. B. Rumusan Masalah Berdasakan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka masalah penelitian yang dapat dirumuskan adalah Bagaimana persepsi remaja tentang napza, penyalahgunaan napza, penyebaran HIV/AIDS melalui NAPZA suntik, paparan media dan pengaruh teman sebaya dalam penyalahgunaan NAPZA C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui persepsi remaja tentang penyalahgunaan NAPZA 2. Tujuan Khusus Tujuan khusus penelitian ini adalah: a. Menggambarkan persepsi remaja tentang NAPZA b. Menggambarkan persepsi remaja tentang dampak penyalahgunaan NAPZA D. Manfaan Penelitian 1. Bagi remaja Remaja memperoleh pengetahuan tentang penyalahgunaan NAPZA dan dampak buruk penyalahgunaan NAPZA. 2. Bagi peneliti Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang penyalahgunaan NAPZA dan dampak penyalahgunaan NAPZA. 3. Bagi ilmu keperawatan 4. Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan bagi mahasiswa kesehatan khususnya ilmu keperawatan dalam hal pemahaman tentang NAPZA dan perilaku penyalahgunaan NAPZA serta upaya pencegahan yang dapat meminimalisir jumlah pengguna NAPZA khususnya pada remaja.

7 E. Bidang ilmu Bidang ilmu yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah keperawatan jiwa.