KAJIAN SISTEM JARINGAN JALAN DI WILAYAH KOTA PEKANBARU Arif Manotar Panjaitan 1 dan Zulkarnain A.Muis 2

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Studi Daya Guna dan Hasil Guna Jaringan Jalan Kabupaten

ANALISIS KEMAMPUAN PELAYANAN JARINGAN JALAN LINTAS TIMUR PROVINSI ACEH BERDASARKAN INDIKATOR INDEKS PRASARANA JALAN (IPJ)

LAMPIRAN. Variabel IPJ yang telah ditentukan memiliki dimensi dan tingkat kepentingan yang berbeda sehingga diperlukan adanya:

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Umum. Sistem jaringan jalan terdiri dari sistem jaringan jalan primer dan sistem

BAB III METODOLOGI. III. 2 Tahapan Penelitian Metodologi penelitian untuk studi ini diperlihatkan melalui bagan alir pada Gambar III.1.

DAFTAR PUSTAKA. 1. Anonim, (2003), Rencana Umum Jaringan Transportasi Jalan di Kab. Serang (2003), Dinas Perhubungan Kabupaten Serang, Banten

STUDI KINERJA JARINGAN JALAN DI WILAYAH KABUPATEN LABUHAN BATU

BAB V ANALISA KINERJA JARINGAN JALAN

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

EVALUASI KINERJA JARINGAN JALAN KABUPATEN DI WILAYAH KABUPATEN SERANG

ANALISIS KEBUTUHAN JALAN DI KAWASAN KOTA BARU TEGALLUAR KABUPATEN BANDUNG

KAJIAN PENERAPAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL (SPM) BIDANG JALAN DI JAWA BARAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

KINERJA OPERASI TRANS METRO BANDUNG KORIDOR III CICAHEUM-SARIJADI DITINJAU DARI WAKTU PERJALANAN DAN FAKTOR MUAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PENGGUNAKAN SISTEM DINAMIK DALAM MANAJEMEN TRANSPORTASI UNTUK MENGATASI KEMACETAN DI DAERAH PERKOTAAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sebuah perusahaan kereta api merupakan suatu organisasi yang

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

2016, No Rakyat tentang Kriteria Tipologi Unit Pelaksana Teknis di Bidang Pelaksanaan Jalan Nasional di Direktorat Jenderal Bina Marga; Menging

BAB I PENDAHULUAN. hidup masyarakat secara keseluruhan (Munawar, 2004). Untuk tujuan tersebut, maka

TERMINAL BUS TIPE A DI SURAKARTA

KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JALAN DI INDONESIA TAHUN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peraturan Perundangan di Bidang LLAJ. Pasal 3 yang berisi menyataan transportasi jalan diselenggarakan

LAPORAN AKHIR B. Uji Instrumen Pengukuran Outcome Pembangunan Infrastruktur Jalan

II. TINJAUAN PUSTAKA. berupa jalan aspal hotmix dengan panjang 1490 m. Dengan pangkal ruas

KAJIAN KINERJA JALAN ARTERI PRIMER DI SIMPUL JALAN TOL JATINGALEH KOTA SEMARANG (Studi Kasus : Penggal Ruas Jalan Setia Budi)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan

Prioritas Pengembangan Jaringan Jalan Pendukung Kawasan Strategis Di Pulau Sumbawa

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Perkotaan yang mengalami perkembangan selalu menghadapi permasalahan

BAB II TINJAUAN TEORI

DRAFT RANCANGAN KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR: TAHUN TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENILAIAN KELAIKAN OPERASI JEMBATAN TIMBANG

BAB I PENDAHULUAN. Dengan meningkatnya pembangunan suatu daerah maka semakin ramai pula lalu

Bab I Pendahuluan I-1 BAB I PENDAHULUAN I.1 TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. infrastruktur merupakan public service obligation, yaitu sesuatu yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Umum. Transportasi memegang peranan penting dalam perkotaan dapat salah satu

ANALISA ALINYEMEN HORIZONTAL PADA JALAN LINGKAR PASIR PENGARAIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota Semarang merupakan ibu kota propinsi Jawa Tengah. Kota

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IDENTIFIKASI KINERJA JARINGAN JALAN ARTERI PRIMER DI KOTA SRAGEN TUGAS AKHIR. Oleh : S u y a d i L2D

EVALUASI KECEPATAN TRANSAKSI DI GERBANG TOL PASTEUR BANDUNG

Penggunaan Angka Keterkaitan untuk Penentuan Tingkat Aksesibilitas Kota/Kabupaten di Wilayah Propinsi Kalimantan Barat

ANALISIS KEBUTUHAN PENANGANAN JARINGAN JALAN DI WILAYAH KABUPATEN PRINGSEWU BERBASIS TINGKAT PELAYANAN. Andytia Pratiwi 1)

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG KETERTIBAN LALU LINTAS DI KOTA TEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pada dasarnya merupakan suatu proses rangkaian kegiatan yang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

BAB I Pendahuluan I-1

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari lima Kota Besar di Indonesia adalah Kota Medan dengan

ANALISIS DAERAH RAWAN KECELAKAAN LALU LINTAS (STUDI KASUS RUAS JALAN TIMOR RAYA KOTA KUPANG)

EVALUASI KINERJA JALAN PROPINSI DENGAN MEMPERTIMBANGKAN KETERBATASAN DANA PENANGANAN JALAN (STUDI KASUS PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR) TESIS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TUGAS AKHIR. Oleh : BENI ANGGID LAKSONO L2D

EVALUASI PEMENUHAN INDIKATOR STANDAR PELAYANAN MINIMAL JALAN TOL DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi memainkan peranan penting dalam membantu perkembangan

ANALISIS PELAYANAN ANGKUTAN UMUM DALAM KOTA PURWOKERTO BERDASARKAN METODA IMPORTANCE PERFORMANCE ANALYSIS DAN CUSTOMER SATISFACTION INDEX

Analisis Kebutuhan Parkir dan Kajian Dampak Lalu Lintas Gedung Pusat Perbelanjaan Ramayana Makassar

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. di sisi jalan. hal ini seringkali mengakibatkan terjadinya penumpukan kendaraan

EVALUASI KINERJA GERBANG TOL ( STUDI KASUS GERBANG TOL KARANG TENGAH JALAN TOL JAKARTA TANGERANG ) TESIS

EVALUASI DAN UPAYA PENINGKATAN KINERJA BUNDARAN KALIBANTENG PASCA TERBANGUNNYA FLYOVER

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. transportasi darat memiliki fungsi sangat mendasar yaitu : 1. membantu pertumbuhan ekonomi nasional,

BAB I PENDAHULUAN. pertahanan keamanan. Pertumbuhan sektor ini akan mencerminkan pertumbuhan

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

PERSEPSI PENUMPANG KERETA API TERHADAP TINGKAT PELAYANAN STASIUN TUGU YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. lokasi yang paling efisien dan efektif untuk kegiatan-kegiatan produktif sehubungan dengan ketersediaan sarana dan prasarana.

KAJIAN PERGERAKAN BANGKITAN PERUMAHAN TERHADAP LALU LINTAS. Juanita 1*

operasi simpang yang umum diterapkan adalah dengan menggunakan sinyal lalu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Jaringan jalan raya merupakan prasarana transportasi darat yang. memegang peranan penting dalam sektor perhubungan terutama guna

BAB I PENDAHULUAN. Bertambahnya penduduk seiring dengan berjalannya waktu, berdampak

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada bab ini akan dibahas tentang pendahuluan yang merupakan bagian

PERENCANAAN JEMBATAN LAYANG PERLINTASAN KERETA API KALIGAWE DENGAN U GIRDER

BAB I PENDAHULUAN. Kota kota di Indonesia berkembang dengan pesat dalam pengertian

BAB I PENDAHULUAN. A. JUDUL Terminal Bus Tipe A di Surakarta, dengan penekanan pada tampilan arsitektur modern.

Laporan Tugas Akhir BAB I PENDAHULUAN

LEMBARAN DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terbaru (2008), Evaluasi adalah penilaian. pelayanan adalah kemampuan ruas jalan dan/atau persimpangan untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Jakarta sebagai ibukota negara dan sebagai tempat perputaran ekonomi terbesar

BAB I PENDAHULUAN. berpenduduk di atas 1-2 juta jiwa sehingga permasalahan transportasi tidak bisa

BAB I PENDAHULUAN. kompleks dibanding daerah sekitarnya (Bintarto, 1977). perekonomian, atau sebagai pusat pemerintahan (Darmendra, 2011).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tersebut. Pejalan kaki yang tertabrak kendaraan pada kecepatan 60 km/jam hampir

BAB III METODOLOGI 3.1 PENDEKATAN MASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendapatan yang rendah, terbatasnya sumber daya, khususnya dana, kualitas dan

Scaffolding 4 (1) (2015) Scaffolding.

BAB III METODOLOGI. 3.1 Metodologi Pemecahan Masalah B A. Studi Pustaka MULAI. Permasalahan. Observasi Lapangan. Pengumpulan Data

KECEPATAN BUS TRANS METRO BANDUNG KORIDOR ELANG - CIBIRU ABSTRAK

BAB. I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

Transkripsi:

KAJIAN SISTEM JARINGAN JALAN DI WILAYAH KOTA PEKANBARU Arif Manotar Panjaitan 1 dan Zulkarnain A.Muis 1 Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara, Jl.Perpustakaan No.1 Kampus USU Medan Email: Arifmanotar_civil@yahoo.co.id Staf Pengajar Departemen Teknik Sipil, Universitas Sumatera Utara, Jl.Perpustakaan No.1 Kampus USU Medan Email: Mjrayazam@yahoo.com ABSTRAK Jalan merupakan prasarana transportasi yang penting buat pendukung kehidupan ekonomi, sosial budaya, politik dan pertahanan keamanan. Evaluasi sistem jaringan jalan dilakukan guna menyelaraskan pertumbuhan penduduk dengan prasarana yang ada sehingga tidak menimbulkan konflik lalulintas dan bisa membentuk jaringan jalan yang berstandar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kinerja jaringan jalan di Kota Pekanbaru yang dilakukan dengan cara yaitu menggunakan Indeks Prasarana Jalan (IPJ) dan Standar Pelayanan Minimal (SPM). Indeks prasarana jalan menggunakan empat variabel yang juga merupakan indikator penilaian yaitu Ketersediaan Prasarana Jalan (Ktj), Kinerja Jaringan Jalan (Knj), Beban Lalulintas (Bln) dan Pelayanan Prasarana Jalan (Pyp). Sedangkan SPM ditinjau dari Indeks Aksesibilitas dan Indeks Mobilitas. Hasil nilai (skor) IPJ dan SPM akan dibandingkan dengan beberapa wilayah. Hasil penelitian menunjukkan skor IPJ Kota Pekanbaru tahun 010 (,) dikatakan baik berdasarkan nilai minimum nasional (,00) dan nilai rata-rata nasional (,8). Sistem jaringan jalan Kota Pekanbaru lebih baik dibandingkan Kota Padangsidimpuan, Kabupaten Serang, Kabupaten Pandeglang. SPM Kota Pekanbaru untuk indeks aksesbilitas sudah memenuhi syarat (,08>1,0) dan indeks mobilitas masih dibawah syarat yang ada (,87<,00). Kata Kunci : Sistem Jaringan Jalan, Indeks Prasarana Jalan (IPJ), Standar Pelayanan Minimal (SPM). ABSTRACT Road is an important transportation facilities for human life, especially for economy, social culture, political and maintain the safety. The evaluation system of road was done to balance human life by the facilities so it can not conflict on traffic and will form the network of road standardization. This research aims to know the road network performances in Pekanbaru city by use two ways called Road Facilities Index (IPJ) and Minimum Service Standard (SPM). Road facilities index is use four variables and also indicator called Road Facilities Available (Ktj), Road Network Performance (Knj), Traffic Load (Bln) and Road Serviceability (Pyp). The SPM reviewed from Accessibility Index and Mobility Index. The result (scores) of IPJ and SPM will compare with several regions. This research result showed the IPJ score for Pekanbaru city on 010 equals to, (good category) based on national minimum score is.00 and national average score is.8. The road system of Pekanbaru city is better than Padangsidimpuan city, Serang city and Pandegelang city. For index accessibility, SPM in Pekanbaru city already qualify (,08>1,0) and mobility index still below of requirement (,87<,00). Keywords : Road network system, Road Facilities Index (IPJ), Minimum Service Standard (SPM) 1. PENDAHULUAN Pertambahan penduduk mempengaruhi perkembangan suatu kota. Hal ini mempengaruhi terjadinya perubahan fisik dari kota tersebut dan penggunaan lahan. Pertambahan penduduk juga berakibat terhadap bertambahnya jumlah pergerakan. Salah satu faktor penting untuk mencukupi kebutuhan penduduk dalam suatu kota adalah adanya sistem transportasi yang baik. Untuk menunjang sistem transportasi yang baik terutama transportasi darat, diperlukan sebuah jaringan jalan yang baik. Menurut UU No.8 Tahun 00 jalan sebagai prasarana transportasi mempunyai peranan penting dalam bidang ekonomi, sosial budaya, lingkungan hidup, politik, pertahanan dan keamanan, serta dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. Kemudahan dalam melakukan perjalanan tergantung dari kualitas pelayanan sistem transportasi yang tersedia pada suatu kota (Wibowo, 008). Kota Pekanbaru memiliki luas daerah, km dan jumlah penduduk 897.77 jiwa dengan jumlah kepadatan penduduk 1.19,9 jiwa/km². Pekanbaru memiliki 1 kecamatan dan 8 kelurahan. Pekanbaru memiliki jaringan jalan yang menghubungkan satu tempat ketempat lain. Jaringan jalan yang ada pada saat ini tidak lagi mencukupi kalau dilihat secara langsung terutama pada saat jam-jam sibuk. Berbagai hal telah dilakukan oleh instansi

pemerintahan. Diantaranya dengan adanya angkutan transportasi massal yang diberi nama trans metro. Angkutan ini melayani beberapa rute yang menghubungkan satu tempat atau kecamatan ke tempat atau kecamatan yang lain. Penyediaan trans metro ini bertujuan untuk menghindari kemacetan dibeberapa ruas jalan ataupun persimpangan yang sudah sering mengalami kemacetan. Peningkatan jumlah kendaraan juga meningkat di Kota Pekanbaru seiring bertambahnya jumlah penduduk dan tingginya taraf ekonomi masyarakat di Kota Pekanbaru. Hal ini tidak seiring dengan bertambahnya ruas jalan atau meningkatnya ruas jalan di Kota Pekanbaru. Karena tidak adanya keseimbangan ini, maka terjadilah masalah lalu lintas. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja jaringan jalan di Kota Pekanbaru sesuai dengan indikator-indikator berdasarkan Indeks Prasarana Jalan (IPJ) dan Standar Pelayanan Minimal (SPM) dalam mengidentifikasi efisiensi dan efektifitas jaringan jalan di Kota Pekanbaru. Definisi Jalan Berdasarkan UU No. 8 Tahun 00 tentang jalan yang dimuat dalam pasal 1 ayat (), jalan sebagai bagian prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel. Sistem Jaringan Jalan Berdasarkan UU No. 8 Tahun 00 tentang jalan pasal 1 ayat (18), sistem jaringan jalan adalah satu kesatuan ruas jalan yang saling menghubungkan dan mengikat pusat-pusat pertumbuhan dengan wilayah yang berada dalam pengaruh pelayanannya dalam satu hubungan hierarkis. Sistem jaringan jalan merupakan abstraksi dari fasilitas transportasi yang memiliki kedudukan penting, terutama jika dihubungkan dengan penggunaan lahan akan dapat membentuk suatu pola tata guna lahan yang pada gilirannya dapat mempengaruhi rencana fisik ruang kota, serta peranannya sebagai suatu sistem transportasi yaitu untuk menampung pergerakan manusia dan kendaraan (Mujihartono, 199). Kinerja Jaringan Jalan Dalam usaha untuk pelayanan perkembangan kebutuhan ekonomi masyarakat perlu diakomodasi oleh sistem infrastruktur yang tepat bagi masing masing tingkat perkembangan maupun potensi yang dimiliki disetiap satuan wilayah. Pemahaman mengenai kebutuhan dan efektivitas pelaksanaan program pembangunan infrastrukutur bidang Kimpraswil tersebut mutlak diperlukan agar lebih menghasilkan manfaat bukan sebaliknya. Terutama prasarana jalan yang memainkan peran penting sebagai prasarana distribusi lalulintas barang dan manusia maupun sebagai salah satu prasarana pembentuk struktur ruang wilayah (Maulina, 007). Evaluasi kinerja jalan membutuhkan pengukuran yang mewakili kondisi jalan. Indeks ini adalah representatif tentang kinerja jaringan jalan sesuai dengan kinerja lain. Indikator jalan tersebut adalah (Santosa dan Joewono, 00): 1. Ketersediaan jalan (Ktj) Merupakan rasio antara total panjang jalan dengan luas area. Ketersediaan jalan memiliki satuan km/km².. Kinerja jalan (knj) Merupakan rasio antara panjang jalan dalam kondisi stabil dengan total panjang jalan. Kinerja jalan tidak memiliki satuan km/km.. Beban lalu lintas (Bln) Merupakan rasio antara total panjang jalan dengan jumlah kendaraan (smp). Indikator ini memiliki satuan km/smp.. Pelayanan jalan (Pyp) Merupakan rasio antara total panjang jalan dengan jumlah penduduk di wilayah itu. Satuan indeks ini km/orang.. Indeks jalan (IPJ) Merupakan kombinasi empat rasio, yang dapat dihitung dalam beberapa kondisi sesuai dengan bobot rasio masing-masing. Indeks Prasarana Jalan (IPJ) IPJ merupakan alat/instrumen dalam kebijakan penanganan jalan dalam studi ini. Hasil dari IPJ tersebut adalah kebijakan penanganan jalan (identifikasi kebutuhan penanganan dan input bagi kebijakan alokasi dana) dimana sasarannya adalah ketersediaan prasarana jalan dan kemantapan prasarana jalan. Evaluasi kinerja jaringan jalan

dihitung dengan suatu perhitungan yang mewakili kondisi suatu jalan. Evaluasi ini memunculkan suatu nilai kinerja yang disebut Indeks Prasarana Jalan (IPJ) yang merupakan hasil pembobotan nilai setiap variabel indikator berikut ini (PT. Reka Desindo Mandiri, 00): 1. Ketersediaan jalan : panjang total jaringan jalan perluas wilayah (km/km) dengan notasi Ktj.. Kinerja jaringan jalan : panjang jalan mantap pertotal panjang jaringan jalan (%) dengan notasi Knj.. Beban lalulintas : panjang total jaringan jalan per jumlah kendaraan (km/smp) dengan notasi Bln.. Pelayanan prasarana jalan : panjang total jaringan jalan per jumlah penduduk (km/orang) dengan notasi Pyp. Dalam studi ini terdapat beberapa metode/teknik yang ditelaah, yakni : 1. Metoda kualifikasi variabel / indikator. Metoda pembobotan variabel / indikator Rumusan indikator Indeks Prasarana Jalan (PT. Reka Desindo Mandiri, 00) yang digunakan dalam studi ini adalah sebagai berikut : IPJ = a*skor (Ktj) + b*skor (Knj) + c*skor (Bln) +d*skor (Pyp) (1) Dimana : Skor : sebuah fungsi dari model kualifikasi variabel / indikator Ktj : variabel / indikator ketersediaan prasarana jalan Knj : variabel / indikator kinerja jaringan jalan Bln : variabel / indikator beban lalulintas jalan Pyp : variabel / indikator pelayanan prasarana jalan a : bobot tingkat kepentingan dari variabel Ktj b : bobot tingkat kepentingan dari variabel Knj c : bobot tingkat kepentingan dari variabel Bln d : bobot tingkat kepentingan dari variabel Pyp Dimensi dari setiap variabel Indeks Prasarana Jalan (IPJ) berbeda beda, sehingga untuk menghitung IPJ dengan memakai rumusan di atas dilakukan kualifikasi terlebih dahulu terhadap nilai variabel tersebut (scoring). Dari hasil scoring diperoleh plaform penilaian yang sama diantara setiap variabel Indeks Prasarana Jalan (IPJ), sehingga akan dapat dilakukan proses pembobotan (weighting) terhadap variabel IPJ tersebut. Konteks indikator dalam studi ini merupakan rumusan susunan variabel yang dapat digunakan untuk mengindikasi kondisi dan kinerja penyelenggaraan prasarana jalan sehingga dapat dijadikan sebagai arahan dalam penyusunan kebijakan dan program penyelenggaraan jalan dimasa datang. Rata-rata skor IPJ Nasional=,8 masih berada di bawah ambang nilai cukup secara psikologis, yakni rata-rata IPJ=,00. Hasil interpretasi skor IPJ diaplikasikan dalam analisis kebijakan penanganan jalan (PT. Reka Desindo Mandiri, 00): a. Indikasi kebutuhan program penanganan jalan dari skor IPJ yang ditunjukkan suatu wilayah dilakukan dengan kaidah: - Jika skor IPJ rendah (dibawah rata-rata pulau atau nasional), maka secara umum wilayah tersebut membutuhkan program penanganan jalan yang lebih ekstensif. - Jenis kebutuhan penangan jalan untuk suatu wilayah ditentukan oleh skor dari setiap variabel: skor Knj (% mantap) digunakan untuk mengidentifikasi kebutuhan pemeliharaan/peningkatan jalan, sedangkan skor Ktj, Bln, Pyp untuk mengidentifikasi kebutuhan pembangunan jalan. Standar Pelayanan Minimal (SPM) SPM jalan didefinisikan sebagai ukuran teknis fisik jalan yang sesuai dengan kriteria teknis yang ditetapkan, yang harus dicapai oleh setiap jaringan jalan dan ruas-ruas jalan yang ada didalamnya, dalam kurun waktu yang ditentukan, melalui penyediaan prasarana jalan (Iskandar, 011). Ada (tiga) indikator sebagai kriteria SPM jaringan jalan: 1. Aksesbilitas Aksesbilitas adalah suatu ukuran kemudahan bagi pengguna jalan untuk mencapai suatu pusat kegiatan (PK) atau simpul-simpul kegiatan di dalam wilayah yang dilayani jalan. Dievaluasi dari keterhubungan antar pusat kegiatan oleh jalan dalam wilayah yang dilayani jalan dan diperhitungkan nilainya terhadap luas wilayah yang dilayani.. Mobilitas Mobilitas adalah ukuran kualitas pelayanan jalan yang diukur oleh kemudahan per individu masyarakat melakukan perjalanan melalui jalan untuk mencapai tujuannya. Ukuran mobilitas adalah panjang jalan dibagi oleh jumlah orang yang dilayaninya.

. Keselamatan Keselamatan dalam konteks pelayanan adalah keselamatan pengguna jalan melakukan perjalanan melalui jalan dengan segala unsur pembentuknya, yaitu pengguna jalan, kendaraan (sarana), dan jalan dengan kelengkapannya (bangunan pelengkap dan perlengkapan jalan), serta lingkungan jalan. Studi Terdahulu Penelitian kinerja jaringan jalan dengan Indeks Prasarana Jalan (IPJ) dan Standar Pelayanan Minimal (SPM) sudah pernah dilakukan dibeberapa daerah, diantaranya: 1. Maulida (007), mengevaluasi kinerja jaringan jalan di wilayah Kabupaten Serang, Hasil analisis menunjukkan skor IPJ tahun 00 untuk Kabupaten Serang adalah,7, sebagai pembanding adalah Kabupaten Pandeglang dengan skor IPJ,. Indeks aksesibilitas dan mobilitas Kabupaten Serang lebih rendah dari SPM. Sedangkan untuk Kabupaten Pandeglang masih sesuai dengan SPM.. Putri (01), mengevaluasi kinerja jaringan jalan di wilayah Kota Padangsidimpuan, Hasil analisis menunjukkan skor IPJ tahun 009 untuk Kota Padangsidimpuan adalah,7. Indeks aksesibilitas dan mobilitas Kota Padangsidimpuan lebih rendah dari SPM.. Ebby (00), mengkaji penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM) bidang jalan di Jawa Barat. Hasil kajiannya menunjukkan nilai SPM untuk indeks aksesbilitas Propinsi Jawa Barat tahun 00 adalah 0,77 lebih rendah dari syarat dan indeks mobilitas Propinsi Jawa Barat tahun 00 adalah 0,8 lebih rendah dari syarat.. METODE Alur penelitian: Obyek Penelitian Gambar 1. Diagram alur penelitian Obyek penelitian ini adalah kondisi kinerja jaringan jalan kota yang terdapat di wilayah Kota Pekanbaru. Pihak yang menjadi sumber utama dalam penelitian ini adalah Kepala Bidang dan Kepala Seksi dari tiga instansi pemerintah

Kota Pekanbaru yaitu Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Perhubungan dan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Pekanbaru. Metode Pengumpulan Data Data yang diperlukan dalam penelitian ini berupa : Data Primer Data yang dikumpulkan langsung dari obyek yang diteliti dan berasal dari pengamatan langsung dimana peristiwa terjadi. Pelaksanaan pengumpulan data primer (kunjungan, wawancara, pengisian kuisioner) penelitian ini diperoleh dari stakeholders terkait, khususnya mengenai persepsi tentang kualifikasi variabel IPJ dan bobot kepentingan antar variabel IPJ yang akan digunakan dalam estimasi IPJ di wilayah Kota Pekanbaru. Data Sekunder Data yang dikumpulkan dari pihak ketiga atau dari sumber lain yang telah tersedia sebelum penelitian ini dilakukan. Data dalam penelitian ini berupa data instansional dari sejumlah instansi terkait di wilayah Kota Pekanbaru. Data yang diperlukan antara lain: 1. Data Sosial Ekonomi: a. Data luas wilayah dan penggunaan lahan b. Data populasi penduduk dan strukturnya c. Data populasi kendaraan menurut jenis d. Data PDRB wilayah. Data Prasarana dan Operasi Jalan a. Panjang jalan menurut fungsi, status, kondisi. Data Peta a. Peta dasar kewilayahan b. Peta dasar prasarana jalan. Data Alokasi Dana a. Alokasi dana prasarana jalan. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisa Indeks Prasarana Jalan Tabel 1. Variabel Ketersediaan Prasarana Jalan Nilai Total Ktj 1 0,0 1 1 km/km² 0, km/km² 1, 8 1 km/km²,00 8 9 7 7 km/km²,00 km/km² 7 9 8 7 8 Tabel. Variabel Kinerja Jaringan Jalan Nilai Total Knj 1 % 1 1 1 0% 18 0% 7 0 7% 8 7 7 0 9% 8 9 7 9 7

Tabel. Variabel Beban Lalu Lintas Nilai Bln Total 1 10 km/1000 8 1 0 smp 0 km/1000 8 7 smp km/1000 7 7 7 smp 0 km/1000 7 9 7 7 9 smp km/1000 smp 7 9 9 8 10 7 0 Tabel. Variabel Pelayanan Prasarana Jalan Nilai Total Pyp 1 0, 8 1 1 1 1 km/1000 orang 0, 8 km/1000 orang 1,0 7 0 km/1000 orang,0 8 7 7 8 km/1000 orang,0 km/1000 orang 7 7 8 7 9 7 Tabel. Urutan tingkat kepentingan variabel IPJ Variabel IPJ 1 Ktj 1 1 1 1 1 Knj 1 Bln Pyp Tabel. Bobot kepentingan variabel IPJ Variabel Total IPJ 1 Ktj 10 7 10 7 8 1 Knj 8 9 7 1 Bln 7 7 7 7 Pyp 7 9 Total 1 Kualifikasi Variabel Ketersediaan Prasarana Jalan Tabel 7. Rata-rata skor kualifikasi responden No. Nilai Ktj (km/km ) Keterangan Skor Rata rata 1 0,0 1 km jalan melayani 0 km wilayah,7 0, 1 km jalan melayani km wilayah,8 1, 1 km jalan melayani 0,8 km wilayah,17,00 1 km jalan melayani 0, km wilayah 7,00,00 1 km jalan melayani 0, km wilayah 7,0

Skor 8 7 1 0 Gambar. Kualifikasi variabel Ktj Adapun hasil kalibrasi menghasilkan fungsi kualifikasi/skoring variabel sebagai berikut : (Skor Ktj) = 1,08 ln (nilai Ktj) +,7... (R = 0,9) () Kualifikasi Variabel Kinerja Jaringan Jalan Tabel 8. Rata-rata skor kualifikasi responden No Nilai Knj Keterangan Skor Rata rata 1 % % jalan mantap, 7 % jalan tidak mantap,00 0% 0% jalan mantap, 0 % jalan tidak mantap,00 0 % 0% jalan mantap, 0 % jalan tidak mantap,00 7% 7% jalan mantap, % jalan tidak mantap,7 9% 9% jalan mantap, % jalan tidak mantap 7,0 Gambar. Kualifikasi variabel Knj Adapun hasil kalibrasi menghasilkan dari fungsi skoring/kualifikasi Knj sebagai berikut : (Skor Knj) = 8, (nilai Knj) 0,099... (R = 0,980) () Kualifikasi Variabel Beban Lalu Lintas KUALIFIKASI VARIABEL Ktj y = 1.088ln(x) +.7 R² = 0.98 0 1 Ktj (km/km) Skor 10 8 KUALIFIKASI VARIABEL Knj y = 8.x - 0.0997 R² = 0.980 0 0% 0% 0% 0% 80% 100% Knj (%) jalan mantap Tabel 9. Rata-rata kualifikasi responden No Nilai Bln Keterangan Skor Rata rata 1 km per 1000 smp 1 km jalan melayani 00 kenderaan, 0 km per 1000 smp 1 km jalan melayani 0 kenderaan,0 km per 1000 smp 1 km jalan melayani 9 kenderaan,8 0 km per 1000 smp 1 km jalan melayani 0 kenderaan 7, km per 1000 smp 1 km jalan melayani 1 kenderaan 8,

Skor Bln (km/1000 smp) Gambar. Kualifikasi variabel Bln Adapun hasil kalibrasi menghasilkan fungsi skoring/kualifikasi variabel Bln sebagai berikut : (Skor Bln)=,7 ln (Nilai Bln),19... (R = 0,9) () Kualifikasi Variabel Pelayanan Prasarana Jalan 9 8 7 1 0 KUALIFIKASI VARIABEL Bln y =.7ln(x) -.19 R² = 0.9 0 0 0 0 80 Tabel 10. Rata-rata skor kualifikasi responden No Nilai Pyp Keterangan Skor Rata rata 1 0, km/1000 orang 1 km jalan melayani 000 orang,7 0, km/1000 orang 1 km jalan melayani 000 orang,7 1,0 km/1000 orang 1 km jalan melayani 1000 orang,00,0 km/1000 orang 1 km jalan melayani 00 orang,,0 km/1000 orang 1 km jalan melayani 00 orang 7,0 KUALIFIKASI VARIABEL Pyp Skor 8 7 1 0 y = 1.ln(x) +.0 R² = 0.9901 0 Pyp (km/1000 pddk) Gambar. Kualifikasi variabel Pyp Adapun hasil kalibrasi menghasilkan fungsi skoring/kualifikasi variabel Pyp sebagai berikut : (Skor Pyp) = 1, ln (nilai Pyp) +,0... (R = 0,990) () Bobot Kepentingan Antar Variabel IPJ Tabel 11. Bobot kepentingan antar variabel Variabel IPJ Urutan Kepentingan Bobot Kepentingan Ketersediaan Prasarana Jalan (Ktj) 1 0,8 Kinerja Jaringan Jalan (Knj) 0,7 Beban Lalulintas (Bln) 0, Pelayanan Prasarana Jalan (Pyp) 0,1 Total 1,00 Manual Perhitungan IPJ a. Menghitung Nilai Ktj

Nilai Ktj = = =,08 b. Menghitung Nilai Knj.,, Nilai Knj = =.,., = 8,1% c. Menghitung Nilai Bln. Nilai Bln = =.,.., = 9,91 d. Menghitung Nilai Pyp. Nilai Pyp = =.,.. =,87 - Menghitung skor Ktj Skor Ktj = 1,08 ln (nilai Ktj) +,7 = 1,08 ln (,08) +,7 = 7,1 - Menghitung skor Knj Skor Knj = 8, (nilai Knj) 0,099 = 8, (8,1%) 0,099 =,0 - Menghitung skor Bln Skor Bln =,7 ln (nilai Bln),19 =,7 ln (9,91),19 =,89 - Menghitung skor Pyp Skor Pyp = 1, ln (nilai Pyp) +,0 = 1, ln (,87) +,0 =,9 Menghitung IPJ IPJ = 0,8*skor (Ktj) + 0,7*skor (Knj) + 0,*skor (Bln) + 0,1*skor (Pyp) = 0,8*7,1 + 0,7*,0 + 0,*,89 + 0,1*,9 =, Analisa Standar Pelayanan Minimal - Indeks aksesbilitas Tabel 1. Analisa pencapaian SPM untuk indeks aksesbilitas Luas Wilayah Panjang Jalan (km) Indeks Aksesbilitas (km/km ) M / TM (km ) Eksist Syarat,.78,,08 >1, M Keterangan : M = memenuhi TM = tidak memenuhi - Indeks mobilitas Tabel 1. Analisa pencapaian SPM untuk indeks mobilitas Jumlah Penduduk Panjang Jalan (km) Indeks Mobilitas (km/1000 penduduk) M / TM (jiwa) Eksist Syarat 897.78.78,,87 >,0 TM Keterangan : M = memenuhi TM = tidak memenuhi

Perbandingan Hasil Penelitian Dengan Penelitian Terdahulu Tabel 1. Perbandingan hasil penelitian dengan penelitian terdahulu Pekanbaru (010) Padangsidimpuan (009) Serang (00) Pandeglang (00) Jawa Barat (00) Ktj 7,1,10,19,9 - Knj,0 0,,, - Bln,89,00,0,01 - Pyp,9,9,11,8 - IPJ,,7,7, - Indeks,08 0,0 0,0 1, 0,77 Aksesbilitas Indeks Mobilitas. KESIMPULAN (>1,),87 (>,0) (>1,) 0,18 (>,0) (>1,) 0, (>,0) (>1,) 0,9 (>1,0) (>1,) 0,8 (>0,) Berdasarkan hasil seluruh pembahasan yang telah diuraikan pada penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Skor Indeks Prasarana Jalan (IPJ) Kota Pekanbaru (,) sudah bisa dikatakan baik berdasarkan nilai minimum nasional (,00) dan nilai rata rata nasional (,8).. Pencapaian SPM jaringan jalan di Kota Pekanbaru, untuk indeks aksesibiltas sebesar,08 sudah lebih besar dari persyaratan SPM yaitu > 1,. Indeks aksesbilitas Kota Pekanbaru sudah lebih baik dari beberapa wilayah yang dijadikan perbandingan. Untuk nilai indeks mobilitas, Propinsi Jawa Barat yang merupakan penelitian pembanding memiliki nilai 0,8 dan telah memenuhi syarat (>0,) dibandingkan dari Kota Pekanbaru, Kota Padangsidimpuan, Kabupaten Serang dan Kabupaten Pandeglang.. Kota Pekanbaru memiliki nilai (skor) IPJ yang baik, akan tetapi dibeberapa kawasan di Kota Pekanbaru masih terdapat kemacetan. Beberapa wilayah yang merupakan pusat-pusat dari aktifitas warga sering mengalami kemacetan terutama pada saat jam sibuk. Hal ini menunjukkan bahwa variabel IPJ tidak sepenuhnya berhasil untuk menggambarkan situasi sebenarnya untuk jaringan jalan Kota Pekanbaru. Variabel IPJ yang didasarkan dari perhitungan panjang jalan kurang tepat digunakan sebagai acuan kinerja jaringan jalan karena kinerja jaringan jalan lebih ke arah kapasitas jalan untuk melayani dalam jaringan jalan tersebut.. Mobilitas merupakan ukuran kualitas pelayanan jalan yang diukur oleh kemudahan individu masyarakat melakukan perjalanan menuju suatu tempat. Nilai indeks mobilitas Kota Pekanbaru dalam SPM tidak memenuhi syarat. Hal ini seperti yang ada di Kota Pekanbaru. Disaat jam sibuk masih terdapat kemacetan dibeberapa jalan di Kota Pekanbaru.. DAFTAR PUSTAKA Iskandar, H. (011). Kajian Standar Pelayanan Minimal Jalan untuk Jalan Umum Non-Tol. Pusat Litbang Jalan dan Jembatan, Bandung. Maulina, F. (007). Evaluasi Kinerja Jaringan Jalan Kabupaten di Wilayah Kabupaten Serang. Tesis Program Magister Teknik Sipil Pengutamaan Rekayasa dan Manajemen Infrastruktur ITB, Bandung. Mujihartono, E. (199). Studi Sistem Jaringan Jalan Kota Semarang. Laporan Hasil Penelitian Universitas Diponegoro, Semarang. PT. Reka Desindo Mandiri. (00). Laporan Akhir Pengembangan Indikator Efektivitas Pelaksanaan Program Prasarana Wilayah. Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah Sekretariat Jenderal, Jakarta. Santosa, W. dan Joewono, TB. (00). An Evaluation Of Road Network Performance In Indonesia. Proccedings of the Eastern Asia Society for Transportation Studies, Vol., pp. 18-. Wibowo, PA. (008). Kajian Jaringan Jalan Kota Semarang. Wahana Teknik Sipil. Sekolah Tinggi Maritim dan Transpor AMNI, Semarang.