BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, karena pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perpajakan pasal 1 ayat 1, definisi pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari sektor pajak. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

DAFTARISI HALAMAN PENGESAHAN/PERSETUJUAN SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pajak hingga saat ini merupakan aspek ekonomi dan aspek keuangan yang paling penting dalam dunia

BAB I PENDAHULUAN. Pajak memiliki peranan penting dalam perekonomian negara kita. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan umum (Siti Resmi, 2011:1). Fungsi pajak ada 2 yaitu fungsi

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang Undang Ketetapan Umum dan Tata Cara Perpajakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pembayaran pajak merupakan kontribusi wajib kepada negara yang

BAB I PENDAHULUAN. Laba perusahaan dalam perpajakan digunakan sebagai dasar. perhitungan pajak. Dalam UU KUP No. 28 Tahun 2007, pajak merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapat timbal balik secara langsung

BAB I PENDAHULUAN. untuk keperluan negara diatur dengan undang undang. Hal ini. tarif pajak yang tertuang pada Undang-Undang No.36 tahun 2008 pasal 17

BAB I PENDAHULUAN. hanya 520 ribu badan usaha dengan rasio SPT sekitar 10,4 persen (Surya : 2013).

BAB I PENDAHULUAN. tindakan yang dapat mengurangi beban pajak perusahaan. Pajak. terutang berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan timbal

BAB I PENDAHULUAN. dapat memberikan kontribusi positif bagi pelaksanaan pembangunan. Pajak

BAB I PENDAHULUAN. dari sektor pajak. Lebih dari 70 % pengeluaran Negara dibiayai oleh pajak

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. program-program pembangunan yang dapat dinikmati rakyat. Sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. negeri tertarik untuk mendirikan perusahaan guna memanfaatkan sumber daya yang

BAB I PENDAHULUAN. Pajak memegang peranan penting dalam perekonomian negara kita. Hal ini dikarenakan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pajak di Indonesia pada tahun 2010 mencapai Rp milyar dan terus

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan berkembang untuk kelangsungan negara dan kesejahtraan dari masyarakat. pendapatan negara melalui sektor penerimaan pajak.

BAB I PENDAHULUAN. Berikut ini adalah data perbandingan target dan realisasi penerimaan pajak tahun

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Dasar 1945 Amandemen III yang berbunyi Pajak dan pungutan lain yang bersifat

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini sebagai sumber penerimaan terbesar negara. yang terlihat dalam Tabel 1.1 berikut.

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa dekade lalu, pajak hanya dianggap sebagai pelengkap

BAB I PENDAHULUAN. Pajak menurut undang-undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

BAB 1 PENDAHULUAN. bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan undang-undang. Pajak

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber pendanaan penting bagi perekonomian Indonesia. Dari

1. BAB I PENDAHULUAN

ABSTRAK. Kata Kunci : Agresivitas Pajak, CSR, Kualitas Audit, Kepemilikan Institusional

BAB I PENDAHULUAN. Undang Republik Indonesia No 28 Tahun 2009 yaitu kontribusi wajib kepada negara

BAB I PENDAHULUAN. badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapat

BAB I PENDAHULUAN. Konsep Corporate Social Responsibility (CSR) muncul sebagai respons terhadap

@UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini, masyarakat sedang dihebohkan dengan adanya penerapan

BAB I PENDAHULUAN. subjek pajak badan. Penjelasan Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 pasal 2

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universitas Bhayangkara Jaya

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Negara yang paling

BAB 1 PENDAHULUAN. persentase terbesar dari total penerimaan negara secara keseluruhan ( Tiaras dan

BAB I PENDAHULUAN. pengeluaran termasuk pengeluaran pembangunan. Menurut Prof. Dr.

BAB I PENDAHULUAN. Pengungkapan Corporate Social Responsibility merupakan suatu kewajiban

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. Pajak memiliki peranan penting dalam proses pembangunan suatu bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. negara yang utama. Lebih kurang 70% APBN bersumber dari pajak. Oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak hingga saat ini masih menjadi primadona dalam penerimaan negara dan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Gambar 1.1 Sumber Pendapatan Negara. Berdasarkan Gambar 1.1 menujukkan bahwa di Negara Indonesia, sumber

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang banyak disebutkan dalam akuntansi sosial dan lingkungan (Tilling, masyarakat (Kuznetsov dan Kuznetsova, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang paling besar

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Definisi pajak menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 pasal 1 ayat 1,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan perpajakan (

BAB I PENDAHULUAN. sakit, dan lain lain. Karena dari pajak yang dilunasi oleh masyarakat pemerintah. mempunyai dana untuk membangun hal tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan suatu iuran yang dikenakan kepada wajib pajak atas penghasilan

BAB 5 SIMPULAN, KETERBATASAN, SARAN

BAB I PENDAHULUAN. anggarannya. Indonesia merupakan salah satu negara yang mengandalkan

Kata Kunci: Pengungkapan CSR, Profitabilitas, Inventory Intensity, Capital Intensity, Leverage, Agresivitas Pajak

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Negara yang digunakan untuk infrastruktur, pendidikan, kesehatan dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. tersebut membuat banyak perusahaan akhirnya memakai berbagai cara untuk

BAB I PENDAHULUAN. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW. tersebut melakukan penggelapan pajak (tax evasion). Penggelapan pajak merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penerimaan negara dalam arti penerimaan Pemerintah Pusat

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi pajak secara umum terdiri atas dua fungsi, yaitu fungsi budgetair

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu aspek yang memberikan kontribusi yang besar bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. selama hidupnya, yaitu kematian dan pajak. Secara umum, hampir seluruh

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan nasional serta menjadi unsur utama untuk

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi melalui pembangunan infrastruktur, aset-aset publik, dan fasilitas umum

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menjalankan pemerintahannya, negara membutuhkan. pendapatan atau penghasilan. Negara menetapkan dua kelompok utama

BAB I PENDAHULUAN. dalam Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2014

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, namun bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. Ketentuan Umum Perpajakan Pasal 1, pengertian Pajak adalah kontribusi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Abstrak. Kata kunci: penghindaran pajak, corporate governance, koneksi politik, leverage, dan return on asset

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak merupakan sektor pemasukan tersebesar kas negara. Penerimaan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. jelas. Berdasarkan pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, salah satu tujuan

BAB I PENDAHULUAN. penting sehingga setiap tahun target penerimaan pajak semakin ditingkatkan.

BAB 1 PENDAHULUAN. pasangan hidup yang saling memberi dan membutuhkan. Kontribusi dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat terus menerus dilakukan secara

BAB 1 PENDAHULUAN. Oleh karena itu, pemerintah sangat berusaha untuk mengamankan dan

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan negara. Pemerintah negara-negara di dunia menaruh perhatian yang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan perdagangan dan jasa semakin banyak bermunculan dimana-mana.

BAB I PENDAHULUAN. Widyawati, 2016). Bahkan secara persentase, setidaknya pajak memenuhi kurang

BAB I PENDAHULUAN. dan Tata Cara Perpajakan pada pasal 1 ayat 1, pajak merupakan kontribusi wajib kepada

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. internal maupun eksternal. Salah satu sumber penerimaan negara dari

BAB I PENDAHULUAN. Negara dalam Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN)

BAB II LANDASAN TEORITIS. dari Wajib Pajak untuk menutupi pengeluaran rutin negara dan biaya. memberikan pengertian tentang pajak antara lain:

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendapatan negara maupun pembiayaan.ibarat sebuah bahtera, berlayar hingga akhirnya mampu berlabuh. APBN menjadi motor

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak memiliki peranan yang penting dalam perekonomian negara Indonesia, karena pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara yang terbesar. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undangundang dengan tidak mendapat jasa timbal balik yang langsung dapat ditunjukkan, dan yang digunakan untuk membiayai pengeluaran umum (Soemitro dalam Waluyo, 2013: 3). Berdasarkan definisi tersebut, pajak digunakan oleh pemerintah untuk melaksanakan pembangunan di berbagai sektor untuk mencapai kesejahteraan umum. Pajak juga merupakan wujud pengabdian dan peran serta rakyat sebagai Wajib Pajak untuk ikut berkontribusi dalam pembangunan nasional. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (2014), terlihat bahwa pada 5 (lima) tahun terakhir penerimaan dari pajak yang berasal dari dua sumber yaitu pajak dalam negeri dan pajak perdagangan internasional, telah mencapai 70% dari total penerimaan dalam APBN. Pemerintah berhasil meningkatkan penerimaan negara melalui penerimaan pajak sebesar Rp 723.307 milyar pada tahun 2010 menjadi sebesar Rp 1.310.219 milyar pada tahun 2014. Jumlah tersebut mencapai 78,8% dari total penerimaan dalam APBN. Penerimaan pajak memang meningkat selama 5 (lima) tahun terakhir, tetapi bukan berarti penerimaan pajak mencapai target yang telah ditetapkan. 1

Faktanya penerimaan pajak dalam 5 (lima) tahun tersebut tidak mencapai target, dan penerimaan pajak di tahun 2014 merupakan yang terendah selama 5 (lima) tahun ini, seperti yang ditunjukkan dalam Tabel 1.1 berikut. Tabel 1.1 Target dan Realisasi Penerimaan Pajak Tahun 2010-2014 (dalam Triliun Rupiah) Penerimaan Pajak % Pencapaian Tahun Target Realisasi Target 2010 743,33 723,31 97,31% 2011 878,70 873,87 99,45% 2012 1.032,57 980,32 94,96% 2013 1.224,28 1.148,37 93,80% 2014 1.428,41 1.310,22 91,70% Sumber: Badan Pusat Statistik, 2014 Seperti yang ditunjukkan dalam Tabel 1.1, pada tahun 2010 pemerintah menetapkan target penerimaan pajak sebesar Rp 743,33 triliun, tetapi sampai akhir tahun 2010 realisasi penerimaan pajak hanya mencapai Rp 723,31 triliun atau hanya 97,31% dari target tersebut. Pada tahun 2011 pemerintah menetapkan target sebesar Rp 878,70 triliun, tetapi sampai akhir tahun 2011 realisasi penerimaan hanya mencapai Rp 873,87 triliun atau 99,45% dari target. Pada tahun 2012 dan 2013 realisasi penerimaan pajak juga tidak mencapai target yaitu hanya mencapai 94,96% dan 93,80%. Dalam APBN tahun 2014 pemerintah menetapkan target sebesar Rp 1.428,41 triliun, tetapi sampai akhir tahun 2014 penerimaan hanya mencapai Rp 1.310,22 triliun atau 91,70% dari target tersebut. Persentase pencapaian ini merupakan yang terendah selama 5 (lima) tahun terakhir. Ketidakmampuan otoritas pajak dalam mengejar target dapat disebabkan oleh 2

banyak faktor. Sikap agresif perusahaan terhadap pajak bisa menjadi salah satu dari faktor-faktor tersebut. Perusahaan sebagai Wajib Pajak Badan mempunyai kewajiban untuk membayar Pajak Penghasilan yang besarnya dihitung dari penghasilan kena pajak yang diperoleh. Ketika perusahaan memiliki penghasilan kena pajak yang tinggi, maka besarnya pajak yang dibayar oleh perusahaan juga akan meningkat. Hal ini menyebabkan perusahaan menganggap pajak sebagai biaya yang akan mengurangi keuntungan perusahaan. Kondisi itulah yang menyebabkan banyak perusahaan berusaha mencari cara untuk mengurangi biaya pajak yang dibayar, dan tidak menutup kemungkinan perusahaan akan menjadi agresif dalam perpajakan (Chen, et al. 2010). Tindakan agresif terhadap pajak, atau yang selanjutnya sering disebut sebagai agresivitas pajak perusahaan, adalah suatu tindakan mengurangi penghasilan kena pajak yang dirancang melalui tindakan perencanaan pajak (tax planning) baik itu menggunakan cara yang tergolong legal yaitu dengan penghindaran pajak (tax avoidance), atau secara ilegal yaitu dengan penggelapan pajak (tax evasion) (Frank, et al. 2009). Tindakan agresivitas pajak dapat terbagi dalam dua cara yaitu legal dan illegal. Cara yang tergolong legal yaitu tax avoidance merupakan upaya penghindaran pajak yang dilakukan Wajib Pajak tanpa bertentangan dengan ketentuan perpajakan yang berlaku. Cara yang tergolong ilegal yaitu tax evasion merupakan upaya penghindaran pajak yang dilakukan dengan cara menyembunyikan keadaan yang sebenarnya, dimana metode dan teknik yang 3

digunakan tidak dalam koridor Undang-Undang dan Peraturan Perpajakan (Pohan, 2011: 13). Tindakan yang dilakukan dalam rangka meminimalkan pajak yang dibayar perusahaan mungkin tidak semuanya melanggar peraturan, tetapi semakin banyak celah yang digunakan ataupun semakin besar penghematan yang dilakukan, maka perusahaan tersebut dianggap semakin agresif terhadap pajak. Beberapa peneliti terdahulu mencoba menjelaskan faktor-faktor yang menyebabkan timbulnya agresivitas pajak perusahaan. Profitabilitas yang merupakan tingkat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba, adalah salah satu faktor yang dikatakan dapat mempengaruhi timbulnya agresivitas pajak. Semakin tinggi tingkat profitabilitas suatu perusahaan, maka semakin tinggi pula laba yang dapat diperoleh perusahaan. Di sisi lain, semakin besar laba yang diperoleh perusahaan, maka besarnya pajak yang dibayar perusahaan juga akan semakin besar. Hal ini dapat menjadi motivasi bagi perusahaan yang berorientasi pada laba untuk melakukan tindakan tax planning untuk mengurangi besarnya pajak yang dibayar perusahaan, sehingga membuat perusahaan tersebut agresif terhadap pajak. Hal ini dibuktikan oleh Ardyansah (2014) dalam penelitiannya yang menunjukkan bahwa perusahaan yang mempunyai tingkat keuntungan tinggi justru memiliki beban pajak yang rendah. Hal ini dapat dipengaruhi oleh pendapatan yang seharusnya dimasukkan sebagai objek pajak, tetapi perusahaan tidak memasukkannya sebagai objek pajak. Hasil penelitian tersebut bertentangan dengan hasil penelitian Mustikasari (2007) tentang kepatuhan Wajib Pajak Badan perusahaan industri pengolahan di Surabaya. Hasil penelitiannya menunjukkan 4

bahwa perusahaan dengan profitabilitas tinggi cenderung melaporkan pajaknya dengan jujur daripada perusahaan yang mempunyai profitabilitas rendah. Agresivitas pajak perusahaan di sisi lain dapat dianggap sebagai aktivitas yang tidak bertanggung jawab secara sosial (Erle dan Schon, 2008 dalam Lanis dan Richardson, 2012). Tanggung jawab sosial atau Corporate sosial responsibility adalah suatu bentuk kepedulian sosial sebuah perusahan untuk melayani kepentingan organisasi eksternal dan publik. Corporate social responsibility yang selanjutnya disebut CSR juga dapat diartikan sebagai komitmen perusahaan untuk mempertanggungjawabkan dampak operasi dalam dimensi sosial, ekonomi serta lingkungan (Heal, 2004). Menurut Watson (2011), perusahaan yang mempunyai peringkat yang rendah dalam CSR dianggap sebagai perusahaan yang tidak bertanggung jawab secara sosial sehingga dapat melakukan strategi pajak yang lebih agresif dibandingkan perusahaan yang sadar sosial. Hanlon dan Slemrod (2009) menambahkan, jika suatu perusahaan diidentifikasi sebagai perusahaan yang agresif terhadap pajak, perusahaan dapat menanggung biaya reputasi sosial dan politik akibat dicap sebagai warga korporasi yang buruk. Lanis dan Richardson (2012) menyatakan bahwa CSR dianggap sebagai faktor kunci dalam keberhasilan dan kelangsungan hidup perusahaan, tetapi tingkat keterlibatan perusahaan dalam pengungkapkan CSR adalah tidak wajib. Terdapat dua aspek penting yang harus diperhatikan agar tercipta kondisi sinergis antara perusahaan dan masyarakat sehingga keberadaan perusahaan membawa perubahan ke arah perbaikan dan peningkatan taraf hidup masyarakat 5

(Susiloadi, 2008). Secara ekonomi, perusahaan harus berorientasi mendapatkan keuntungan dan secara sosial, perusahaan harus memberikan kontribusi secara langsung kepada masyarakat yaitu meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dan lingkungannya. Perusahaan tidak hanya dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada perolehan laba perusahaan, tetapi juga harus memperhatikan tanggung jawab sosial dan lingkungannya. Hubungan antara CSR dengan agresivitas pajak telah diteliti oleh beberapa peneliti seperti Lanis dan Richardson (2012) serta Yoehana (2013). Lanis dan Richardson (2012) menyusun sejumlah analisis empirik untuk mengetahui apakah pendekatan perusahaan untuk CSR berhubungan dengan tingkat agresivitas pajak. Mereka menggunakan ETR (Effective Tax Rates) sebagai alat pengukur agresivitas pajak. Hasil regresi yang ditemukan menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pengungkapan CSR dari suatu perusahaan, semakin rendah tingkat agresivitas pajak perusahaan tersebut. Penelitian Yoehana (2013) berfokus pada pengaruh CSR terhadap agresivitas pajak, dengan menggunakan model analisis regresi berganda. Hasilnya menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat pengungkapan CSR suatu perusahaan, semakin rendah tingkat agresivitas pajaknya. Masalah perpajakan adalah fenomena yang selalu berkembang dalam kehidupan masyarakat. Pemerintah dan perusahaan mempunyai pandangan yang berbeda mengenai pajak, dimana pajak merupakan pendapatan bagi pemerintah sedangkan banyak perusahaan yang menganggap pajak sebagai beban yang mengurangi laba bersih sehingga banyak perusahaan yang melakukan tindakan 6

agresivitas pajak. Apabila manajemen perusahaan mampu menekan pajak maka perusahaan akan mendapatkan laba yang lebih besar. Hal ini karena profitabilitas yang besar merupakan tujuan utama yang ingin dicapai oleh perusahaan. Tindakan perusahaan dalam meminimalkan kewajiban perpajakan perusahaan menyebabkan adanya perbedaan antara perhitungan beban pajak yang ditetapkan dengan tarif pada undang-undang dan yang dilaporkan dalam laporan keuangan perusahaan. Tindakan tersebut merupakan tindakan yang tidak bertanggung jawab secara sosial, karena kaidah dari Corporate Social Responsibility (CSR) adalah bahwa perusahaan juga diwajibkan untuk taat dalam hal perpajakannya sebagai tanggung jawab kepada pemerintah. Tingkat kesadaran perusahaan untuk menerapkan CSR dalam operasinya berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Semakin perusahaan peduli terhadap pentingnya CSR, maka perusahaan tersebut dianggap semakin sadar akan pentingnya pajak bagi masyarakat pada umumnya. Berdasarkan uraian di atas, dapat dilihat bahwa profitabilitas dan pengungkapan CSR adalah 2 (dua) hal yang penting bagi perusahaan untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Penelitian ini bermaksud meneliti pengaruh kedua hal tersebut terhadap agresivitas pajak perusahaan, khususnya agresivitas pada Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang dilakukan Yoehana (2013) dengan menambah satu variabel independen yaitu profitabilitas. Penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2012 sampai 2014, sementara penelitian Yoehana (2013) dilakukan pada 7

perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2010 sampai 2011. Perusahaan manufaktur dipilih karena perusahaan manufaktur memiliki kegiatan operasi yang lebih kompleks dibanding jenis perusahaan lainnya sehingga dapat memberikan lebih banyak celah dalam melakukan manajemen laba terkait beban pajak perusahaan. Pengungkapan CSR juga sangat rentan bagi perusahaan manufaktur, mengingat perusahaan jenis ini harus memperhatikan bagaimana cara mereka mengolah limbah produksi agar tidak merugikan lingkungan dan masyarakat di sekitarnya. 1.2 Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut: 1) Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap agresivitas Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan? 2) Apakah pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) pengaruh terhadap agresivitas Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah penelitian diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Untuk mengetahui apakah profitabilitas pengaruh terhadap agresivitas Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan. 8

2) Untuk mengetahui apakah pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) pengaruh terhadap agresivitas Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan. 1.4 Kegunaan Penelitian Penelitian ini memberikan manfaat yang mengacu baik dari segi teoritis maupun praktis, yaitu: 1) Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan mampu menambah bahan informasi untuk melengkapi penelitian-penelitian sebelumnya tentang agresivitas pajak perusahaan, serta sebagai dasar untuk penelitian serupa di masa mendatang. 2) Manfaat praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang berguna bagi perusahaan sebagai Wajib Pajak Badan dan bagi investor mengenai pengaruh profitabilitas dan CSR terhadap agresivitas pajak perusahaan, serta kaitannya dengan image juga kelangsungan hidup perusahaan. 1.5 Sistematika Penulisan Skripsi ini terdiri dari lima bab yang merupakan satu kesatuan dan memiliki hubungan yang erat antara bab satu dengan bab yang lainnya, yang disusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut: Bab I Pendahuluan Pada bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan penelitian, serta sistematika penulisan. 9

Bab II Kajian Pustaka dan Hipotesis Penelitian Pada bab ini diuraikan mengenai landasan teori yang mendukung penelitian, penelitian sebelumnya yang relevan digunakan sebagai acuan, serta rumusan hipotesis penelitian. Bab III Metode Penelitian Pada bab ini diuraikan mengenai desain penelitian, lokasi atau ruang lingkup wilayah penelitian, obyek penelitian, identifikasi dan definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, metode penentuan sampel, metode pengumpulan data, serta teknik analisis data yang digunakan. Bab IV Pembahasan Hasil Penelitian Pada bab ini disajikan gambaran umum hasil penelitian serta diuraikan pembahasan yang berkaitan dengan hasil pengujian pengaruh profitabilitas dan corporate social responsibility terhadap agresivitas Pajak Penghasilan Wajib Pajak Badan. Bab V Simpulan dan Saran Pada bab ini dikemukakan simpulan dari uraian pembahasan yang disajikan pada bab sebelumnya, serta saran-saran yang diharapkan dapat berguna bagi perusahaan sebagai Wajib Pajak Badan, bagi investor, serta bagi penelitian selanjutnya. 10