BAB I PENDAHULUAN. merupakan hal yang penting dalam perawatan luka. Prinsip dasar dalam memilih

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. percampuran natrium alginat-kitosan-kurkumin dengan magnetic stirrer sampai

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. lembab karena sejatinya kulit normal manusia adalah dalam suasana moist atau

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. makroskopis (in vivo), hasil FTIR dan hasil uji kemampuan absorbsi tentang

BAB I PENDAHULUAN. Kitosan dihasilkan dari kitin dan mempunyai struktur kimia yang sama

BAB I PENDAHULUAN. Kitosan merupakan kitin yang dihilangkan gugus asetilnya dan termasuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. bagi mikroorganisme dan menghilangkan kelebihan eksudat.

BAB I PENDAHULUAN. Kitin dan kitosan merupakan biopolimer yang secara komersial potensial

BAB I PENDAHULUAN. Sistem penghantaran obat tinggal di lambung sangat menguntungkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. ditemukan sangat banyak dalam kehidupan sehari-hari, sehingga banyak orang

Absorbent Dressing Sponge Berbasis Alginat-Kitosan Berkurkumin Untuk Luka Derajat Eksudat Sedang-Besar. Universitas Airlangga. Universitas Airlangga

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari lautan yang menghasilkan berbagai macam hasil perikanan yang terus

BAB I PENDAHULUAN. terdapat pada tepung adalah kapang, khamir, dan bakteri. Bakteri yang biasa

PEMBUATAN KHITOSAN DARI KULIT UDANG UNTUK MENGADSORBSI LOGAM KROM (Cr 6+ ) DAN TEMBAGA (Cu)

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi cedera luka bakar di Indonesia sebesar 2,2% dimana prevalensi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Udang dan kepiting merupakan komoditas andal dan bernilai ekonomis

BAB I PENDAHULUAN. tubuh mengalami kerusakan dan terbuka sehingga menyebabkan sistem pembuluh

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. digunakan sebagai flokulan alami yang ramah lingkungan dalam pengolahan

PEMBUATAN KITOSAN DARI KULIT UDANG PUTIH (Penaeus merguiensis) DAN APLIKASINYA SEBAGAI PENGAWET ALAMI UNTUK UDANG SEGAR

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pada bidang industri di Indonesia saat ini mengalami kemajuan

BAB III METODE PENELITIAN Tempat penelitian dilakukan di Laboratorium Fisika Material Fakultas

BAB III METODE PENELITIAN. Laboratorium Fisika Material Fakultas Sains dan Teknologi Universitas

DAFTAR ISI. Halaman PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI PENGESAHAN DEDIKASI RIWAYAT HIDUP PENULIS ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. dan kebutuhan bahan baku juga semakin memadai. Kemajuan tersebut memberikan

I. PENDAHULUAN. ekosistem di dalamnya. Perkembangan industri yang sangat pesat seperti

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dan perubahan lingkungan tidak menghambat perkembangan industri. Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Limbah adalah kotoran atau buangan yang merupakan komponen penyebab

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan lemaknya atau 4 kg jika tanpa lemak (Tranggono, 2007). Kulit terbagi atas

1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULAN

I. PENDAHULUAN. tulang dan gigi diharapkan dapat meningkatkan pertumbuhan sel-sel yang akan

I. PENDAHULUAN. Luka bakar derajat II (partial thickness) merupakan kerusakan pada kulit yang

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, peran nanoteknologi begitu penting dalam perkembangan ilmu

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. fosfat dan kalsium hidroksida (Narasaruju and Phebe, 1996) dan biasa dikenal

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang perindustrian. Penggunaan logam krombiasanya terdapat pada industri

BAB I Pendahuluan I.1 Deskripsi Penelitian dan Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. industri tapioka, yaitu : BOD : 150 mg/l; COD : 300 mg/l; TSS : 100 mg/l; CN - :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. polimer struktural pada ganggang laut sama seperti selulosa pada tanaman

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. bahan baku industri terus meningkat jumlahnya, akan tetapi rata-rata pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap tahun permintaan untuk Drug Delivery System atau sistem

2016 SINTESIS DAN KARAKTERISASI HIDROGEL SUPERABSORBEN (SAP) BERBASIS POLI (VINIL ALKOHOL-KO-ETILEN GLIKOL)

BAB I PENDAHULUAN. dengan jarak ukuran nm. Obat dilarutkan, dijerat, dienkapsulasi, dan

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan informasi dari dalam Laurencin and Nair,

Pembuatan Hidrogel Kitosan Glutaraldejid Untuk Aplikasi Penutup Luka Secara In Vivo

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB III. (HCl), 40 gram NaOH, asam fosfat, 1M NH 4 OH, 5% asam asetat (CH 3 COOH),

PERAWATAN KULIT DENGAN MENGGUNAKAN MINYAK KELAPA MURNI UNTUK MELEMBABKAN KULIT PADA KLIEN DIABETES MELLITUS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang


BAB I PENDAHULUAN. atau benda-benda panas lainnya ke tubuh (Smeltzer & Bare, 2002). Luka bakar

BAB 1 PENDAHULUAN. Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar belakang

Untuk mengetahui pengaruh ph medium terhadap profil disolusi. atenolol dari matriks KPI, uji disolusi juga dilakukan dalam medium asam

BAB I PENDAHULUAN. Kolesterol adalah suatu molekul lemak di dalam sel yang terdiri atas LDL

BAB Ι PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

- Memberi rasa nyaman pada klien. - Meningkatkan proses penyembuhan luka. Perawatan luka dilakukan jika luka kotor/luka basah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Penyakit antraknosa pada tanaman cabai disebabkan oleh tiga spesies cendawan

BAB I PENDAHULUAN. Budidaya (2014), menyatakan bahwa udang vannamei (Litopenaeus vannamei) tertinggi sehingga paling berpotensi menjadi sumber limbah.

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

LIMBAH. Pengertian Baku Mutu Lingkungan Contoh Baku Mutu Pengelompokkan Limbah Berdasarkan: 1. Jenis Senyawa 2. Wujud 3. Sumber 4.

I. PENDAHULUAN. Produk yang dihasilkan oleh itik yang bernilai ekonomis antara lain: telur, daging,

4. Hasil dan Pembahasan

ADLN - Perpustakaan Universitas Airlangga DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Asia yang beriklim tropis yang memiliki beberapa khasiat sebagai obat

3 Metodologi Penelitian

PEMBUATAN MEMBRAN SELULOSA BAKTERI COATING KITOSAN - KOLAGEN UNTUK APLIKASI GTR

BAB IV. karakterisasi sampel kontrol, serta karakterisasi sampel komposit. 4.1 Sintesis Kolagen dari Tendon Sapi ( Boss sondaicus )

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ketika mendengar kata keramik, umumnya orang menghubungkannya dengan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. karies gigi (Wahyukundari, et al., 2009). Berdasarkan hasil riset dasar yang

I. PENDAHULUAN. membentuk lapisan kompleks yang menyelimuti inti. Bahan inti yang dilindungi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan berbagai macam cara, tergantung kondisi geografisnya. Sebagian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 1999 TENTANG

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang. manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan protein hewani dapat

BAB I PENDAHULUAN. Cedera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak yang

I. PENDAHULUAN. (Nurdiana dkk., 2008). Luka bakar merupakan cedera yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Preparasi selulosa bakterial dari limbah cair tahu dan sintesis kopolimer

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan daerah yang seringkali menjadi lokasi terjadinya luka bakar. Luka

BAB I PENDAHULUAN. makanan dicerna untuk diserap sebagai zat gizi, oleh sebab itu kesehatan. penyakit dalam dan kehidupan sehari-hari (Hirlan, 2009).

BAB I PENDAHULUAN UKDW. teknologi sekarang ini. Menurut catatan World Economic Review (2007), sektor

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Staphylococcus epidermidis (S. epidermidis) merupakan salah satu spesies dari genus bakteri

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan luka, sehingga pasien tidak nyaman. Luka merupakan rusaknya

PENGANTAR. Latar Belakang. sebagai salah satu sumber pemenuhan kebutuhan protein hewani masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Dressing (balutan) luka merupakan suatu material yang digunakan untuk menutupi luka. Tujuan dari penutupan luka ini adalah untuk melindungi luka dari infeksi eksternal sampai penyembuhan alami terjadi dan dari gesekan dengan pakaian (Johnson, 2004). Pemilihan dressing (balutan) yang tepat merupakan hal yang penting dalam perawatan luka. Prinsip dasar dalam memilih dressing (balutan luka) yang optimal antara lain jika luka kering maka harus dilembabkan, jika luka memiliki eksudat yang luas maka cairan harus diserap, jika luka memiliki jaringan nekrotik atau debris asing maka jaringan tersebut harus dibuang, dan jika luka mengalami infeksi maka harus diterapi dengan antibiotik (Medika Jurnal Kedokteran Indonesia, 2010). Absorbent dressing merupakan balutan untuk menyerap eksudat luka karena prinsip perawatan luka adalah menciptakan kondisi lembab bukan basah (Pangayoman, 2009). Absorbent dressing konvensional yang masih dipakai hingga sekarang adalah kasa sedangkan absorbent dressing modern antara lain yang berjenis hidrokoloid dan natrium alginat (Medika Jurnal Kedokteran Indonesia, 2010). Kasa memiliki beberapa kelemahan di antaranya mengkondisikan lingkungan luka dari basah menjadi kering. Hal ini menyebabkan epitel yang terbentuk menempel pada kasa sehingga saat kasa diambil menimbulkan rasa sakit. Penggunaan absorbent dressing modern seperti natrium alginat diharapkan dapat mengurangi ketidaknyamanan tersebut karena natrium 1

2 alginat berubah menjadi gel ketika menyerap eksudat sehingga tidak menempel pada epitel kulit. Selain itu, penggantian balutan natrium alginat dapat dilakukan selama 3-4 hari sekali karena alginat bersifat antimikroba sedangkan jika menggunakan kasa perlu penggantian setiap hari untuk menghindari timbulnya infeksi (Ovington, 2002). Balutan luka dari natrium alginat saat ini masih diimpor dari luar negeri. Harga alginat cukup tinggi sehingga menyebabkan harga balutan luka natrium alginat mahal. Bahan baku alginat berasal dari rumput laut coklat (Sargasum sp.) yang melimpah di Indonesia (Mutia, 2009). Kitosan merupakan senyawa kimia yang merupakan derivate atau turunan dari senyawa kitin. Kitin umumnya diisolasi dari kerangka hewan invertebrata misalnya cangkang Crustaceae sp, yaitu udang, lobster, kepiting, dan hewan laut yang bercangkang lainnya. Kitosan bersifat non toksik, biokompatibel, biodegradabel, dan polikationik dalam suasana asam dan dapat membentuk gel apabila kontak dengan air karena adanya ikatan silang yang terjadi dalam struktur (Sembiring, 2011). Respon tubuh setelah mengalami luka adalah terjadi proses inflamasi atau peradangan. Saat peradangan terjadi rangkaian reaksi yang memusnahkan agen yang membahayakan jaringan dan mencegah agen menyebar lebih luas. Agen yang membahayakan ini misalnya kuman, bakteri, mikroba, dan lain-lain yang dapat menghambat proses penyembuhan luka. Optimalisasi proses penyembuhan luka dapat dibantu dengan penambahan agen terapi. Agen terapi ini berupa zat atau bahan yang berfungsi menghambat pertumbuhan kuman, mikroba, jamur, bakteri, dan lain-lain. Salah satu agen terapi yang dapat digunakan adalah

3 kurkumin. Kurkumin merupakan salah satu senyawa yang terkandung dalam temulawak atau kunyit. Kurkumin bersifat anti imflamatori, anti imunodefisiensi, anti virus, anti bakteri, anti jamur, anti oksidan, anti karsinogenik dan anti infeksi (Kristina, 2009). Struktur kitosan maupun alginat memiliki kecenderungan untuk membentuk muatan ionik. Alginat yang bersifat polianion (bermuatan negatif) dan kitosan yang bersifat polikation (bermuatan positif) akan membentuk polielektrolit komplek ketika dicampur. Polielektrolit komplek ini dapat mempercepat penyerapan cairan karena sisi ionik dari alginat maupun kitosan memiliki potensi besar untuk menarik molekul air dengan pembentukan ikatan hidrogen (Meng et.al., 2010). Hasil penelitian Dai, et al. (2009) yang membuat sponge alginatkitosan berkurkumin didapatkan hasil apabila komposisi alginat lebih besar daripada kitosan menghasilkan sponge yang kurang bagus daya absorbsinya dibandingkan dengan yang komposisi kitosannya lebih banyak. Pada penelitian tersebut Dai menggunakan dua jenis polimer untuk membentuk ikatan kimia yang komplek. Pada penelitian ini akan dibuat lebih banyak variasi komposisi antara alginat-kitosan serta dibuat yang hanya berkomposisi alginat dan kitosan saja. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui variasi penyerapan yang terjadi serta memilih sponge mana yang bagus antara campuran atau tidak berupa campuran alginatkitosan. Beberapa karakterisasi yang akan dilakukan untuk menguji sponge yang terbentuk antara lain dengan uji FTIR (Fourier Transform Infra Red) untuk

4 menganalisa gugus fungsional campuran alginat-kitosan-kurkumin. Kemampuan absorb sponge ditentukan dengan menginkubasi sponge pada ph 7,4 di phosphate buffer saline (PBS) dan kemudian menghitung volume cairan yang terserap dengan ditimbang. Uji sitotoksisitas dilakukan dengan menggunakan MTT Assay dan kemudian diuji HPA (Histopatologi Anatomi) dengan terlebih dahulu diujikan ke kulit mencit untuk mengetahui re-epitelisasi dan kepadatan kolagen yang terbentuk setelah luka. Selain itu diuji juga persentase kadar air yang terdapat dalam sponge. 1.2 RUMUSAN MASALAH Rumusan masalah yang diperoleh berdasarkan uraian latar belakang yaitu : 1. Apakah sponge balutan luka dapat dibuat dari alginat-kitosan berkurkumin? 2. Bagaimana karakterisasi fisik (FTIR, uji absorb, dan uji kadar air) dan karakterisasi biologi (MTT Assay dan histopatologi anatomi) sponge balutan luka dari alginat-kitosan berkurkumin? 3. Bagaimana karakteristik sponge balutan luka dari alginat-kitosan berkurkumin yang berpotensi digunakan sebagai absorbent dressing? 1.3 BATASAN MASALAH Batasan masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Karakterisasi yang dilakukan meliputi karakterisasi fisik (FTIR, uji absorb, dan uji kadar air) dan karakterisasi biologi (MTT Assay dan histopatologi anatomi).

5 1.4 TUJUAN PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Melakukan pembuatan sponge balutan luka dari bahan alginat-kitosan berkurkumin. 2. Mengetahui karakterisasi fisik (FTIR, uji absorb, dan uji kadar air) dan karakterisasi biologi (MTT Assay dan histopatologi anatomi) sponge balutan luka dari alginat-kitosan berkurkumin. 3. Mengetahui karakteristik sponge balutan luka dari alginat-kitosan berkurkumin yang berpotensi digunakan sebagai absorbent dressing. 1.5 MANFAAT PENELITIAN 1. Hasil penelitian dapat digunakan untuk referensi dalam pembuatan sponge balutan luka dari alginat-kitosan berkurkumin sebagai material medis sehingga dapat mengurangi impor balutan luka alginat dari luar negeri. 2. Memanfaatkan sumber daya asli hayati Indonesia antara lain limbah cangkang Crustaceae sp. untuk kitosan, rumput laut coklat jenis Sarggasum sp. untuk alginat, dan tanaman Zingiberaceae khususnya kuyit dan temulawak untuk pembuatan kurkumin.