Pertemuan ke 4 HUKUM ADAT DALAM HUKUM TANAH NASIONAL. Dosen: Dr. Suryanti T. Arief SH.MKn.MBA

dokumen-dokumen yang mirip
Pertemuan ke-2 GARIS-GARIS BESAR PERKEMBANGAN HUKUM TANAH DI INDONESIA. Dosen : Dr. Suryanti T. Arief SH.,MBA.,MKn

Segi formil : dibuat pembentuk uu Indonesia, dibuat di Indonesia, disusun dalam bahasa Indonesia, berlaku di seluruh wilayah Indonesia

BAB II. ASAS- ASAS PERLINDUNGAN MASYARAKAT dan MASYARAKAT ADAT

HUKUM AGRARIA NASIONAL

1. Hak individual diliputi juga oleh hak persekutuan.

BAB II PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN YANG MENGATUR TENTANG PENGUASAAN HAK ATAS TANAH DI INDONESIA BAGI WARGA NEGARA ASING

Pertemuan ke-5 HAK-HAK PENGUASAAN ATAS TANAH. Dosen: Dr. Suryanti T. Arief, SH., MKn., MBA

1. Menghapuskan dualisme hukum tanah yang lama dan menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Suatu Negara dikatakan sebagai Negara berdaulat jika memiliki

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERLINDUNGAN HUKUM DAN HAK PENGUASAAN ATAS TANAH

HUKUM AGRARIA. Seperangkat hukum yang mengatur Hak Penguasaan atas Sumber Alam. mengatur Hak Penguasaan atas Tanah. Hak Penguasaan Atas Tanah

A. Keabsahan Kepemilikan Hak Atas Tanah Berdasarkan Asas Perlekatan. Vertikal Dihubungkan Dengan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia

HAK ATAS TANAH UNTUK WARGA NEGARA ASING

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. ayat (2) UU No.5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria yang merupakan

JAWABAN SOAL RESPONSI UTS HUKUM AGRARIA 2015

Pertemuan ke-3 Pembentukkan UUPA dan Pembangunan Hukum Tanah Nasional. Dr. Suryanti T. Arief SH.,MKn.,MBA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Hukum Tanah dan Hak Penguasaan

BAB I PENDAHULUAN. (pendukung mata pencaharian) di berbagai bidang seperti pertanian, perkeb unan,

SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dan Syarat Untuk Menyelesaikan Program Strata Satu (S1) Ilmu Hukum. Oleh:

BAB II TINJAUN PUSTAKA. Di dalam UUPA terdapat jiwa dan ketentuan-ketentuan yang harus dipergunakan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Peranan notaris..., Oki Triastuti, FH UI, 2009

Tanah merupakan salah satu faktor yang terpenting dalam kehidupan. manusia, hewan, dan juga tumbuh-tumbuhan. Fungsi tanah begitu penting dan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria

Mengenai Hak Tanggungan. Sebagai Satu-Satunya Lembaga Hak Jaminan atas Tanah

BAB I PENDAHULUAN. bagian dari negara Indonesia. Baik tanah maupun sumber-sumber daya alam

BAB I PENDAHULUAN. Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya begitu pula

BEBERAPA CATATAN TENTANG NASKAH AKADEMIK RUU HAK ATAS TANAH DAN RUU PENGADILAN AGRARIA

HAK TANGGUNGAN TANAH & BANGUNAN SEBAGAI JAMINAN PELUNASAN UTANG

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan: Bumi air dan kekayaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMPURNAAN UUPA SEBAGAI PERATURAN POKOK AGRARIA

BAB II TEORI DASAR 2.1 Konsep Hubungan Manusia Dengan Tanah

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PENDAFTARAN TANAH. A. Pengertian dan dasar hukum pendaftaran tanah

BAB V. PENUTUP. (dua) permasalahan yang menjadi fokus penelitian ini, yaitu:

Undang Undang No. 16 Tahun 1985 Tentang : Rumah Susun

BAB I PENDAHULUAN. ini jasa perbankan melalui kredit sangat membantu. jarang mengandung risiko yang sangat tinggi, karena itu bank dalam memberikannya

BAB I PENDAHULUAN. mencapai sebesar-besarnya kemakmuran rakyat yang terbagi secara adil dan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 Tahun 1985 TENTANG RUMAH SUSUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. masih bercorak agraris. Seluruh bumi, air dan ruang angkasa, termasuk kekayaan

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 56 TAHUN 1960 TENTANG PENETAPAN LUAS TANAH PERTANIAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1996 TENTANG HAK TANGGUNGAN ATAS TANAH BESERTA BENDA-BENDA YANG BERKAITAN DENGAN TANAH

REFORMA AGRARIA DAN REFLEKSI HAM

BAB II LAHIRNYA HAK KEBENDAAN PADA HAK TANGGUNGAN SEBAGAI OBYEK JAMINAN DALAM PERJANJIAN KREDIT

BAB I PENDAHULUAN. masih tetap berlaku sebagai sumber utama. Unifikasi hak-hak perorangan atas

BAB I PENDAHULUAN. yang diintrodusir oleh Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang. Perdata. Dalam Pasal 51 UUPA ditentukan bahwa Hak Tanggungan dapat

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1996 TENTANG HAK TANGGUNGAN ATAS TANAH BESERTA BENDA-BENDA YANG BERKAITAN DENGAN TANAH

BAB I PENDAHULUAN. begitu besar meliputi bumi, air, ruang angkasa dan kekayaan alam yang

BAB II KEDUDUKAN AKTA PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT) DALAM KEPUTUSAN PENGADILAN TATA USAHA NEGARA PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendaftaran tanah menurut PP No. 24 Tahun 1997 Pasal 1 ayat 1. Pendaftaran tanah adalah

BAB I PENDAHULUAN. pada satu pihak tertentu, akibatnya ada masyarakat atau pihak lain yang sama

BAB I PENDAHULUAN. mereka pergi. Dalam sejarah peradaban umat manusia, tanah merupakan faktor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tanah merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa mempunyai fungsi yang

SAP Asas-Asas Hukum Perdata Tahun Akademik 2014/2015 (sampai UTS) 1. Mampu menerangkan pengertian seluruh bidang Ilmu Hukum (perdata dan publik)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1996 TENTANG HAK TANGGUNGAN ATAS TANAH BESERTA BENDA-BENDA YANG BERKAITAN DENGAN TANAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1.PENDAHULUAN. masih memerlukan tanah ( K. Wantjik Saleh, 1977:50). sumber penghidupan maupun sebagai tempat berpijak

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1974 TENTANG PENGAIRAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN DALAM UU.NO.4 TAHUN 1996 TENTANG HAK TANGGUNGAN ATAS TANAH BESERTA BENDA- BENDA YANG BERKAITAN DENGAN TANAH

BAB I PENDAHULUAN. Tanah adalah sumber daya alam terpenting bagi bangsa Indonesia untuk

BAB I PENDAHULUAN. tanah ini dengan sendirinya menimbulkan pergesekan- pergesekan. kepentingan yang dapat menimbulkan permasalahan tanah.

BAB IV ANALISIS A. Perbedaan Antara Masyarakat dan Masyarakat Adat

BAB 2 ISI 2.1. Hukum Tanah Nasional

PELAKSANAN PERALIHAN HAK MILIK ATAS TANAH PERTANIAN KARENA JUAL BELI DI KECAMATAN GEMOLONG KABUPATEN SRAGEN

BAB II KEDUDUKAN PARA PIHAK DALAM PENGALIHAN HAK ATAS BANGUNAN

I. PENDAHULUAN. suatu sistem pemerintahan sangat ditentukan oleh baik buruknya penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Di dalam Negara Republik Indonesia, yang susunan kehidupan rakyatnya,

BAB I PENDAHULUAN. tanah.tanah sendiri merupakan modal utama bagi pelaksanaan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara agraris yang penduduknya

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG

AKTA PEMBERIAN HAK TANGGUNGAN

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HAK TANGGUNGAN. Seiring dengan berlakunya Undang-Undang Pokok Agraria Nomor 5

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tanah merupakan bagian yang paling penting dan sangat erat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum Kekuatan Eksekutorial Hak Tanggungan dalam lelang

BAB I PENDAHULUAN. tanah terdapat hubungan yang erat. Hubungan tersebut dikarenakan. pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Berdasarkan prinsip

BAB I. Pendahuluan. dan makmur dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. pembangunan di bidang ekonomi. Berbagai usaha dilakukan dalam kegiatan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 1997 TENTANG PENDAFTARAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,


BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI HUKUM JAMINAN KREDIT. Istilah hukum jaminan berasal dari terjemahan zakerheidesstelling,

BAB I PENDAHULUAN. kepemilikan hak atas tanah oleh individu atau perorangan. Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria

KUMPULAN SOAL-SOAL UTS HUKUM ADAT

PERUBAHAN KEDUA UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945


PELAKSANAAN PENDAFTARAN HAK TANGGUNGAN ATAS TANAH HAK MILIK SEBAGAI JAMINAN KREDIT DI KABUPATEN BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. orang lain baik dalam ranah kebendaan, kebudayaan, ekonomi dan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dimuat dalam BAB IV, maka

BAB I PENDAHULUAN. yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhan Yang Maha Esa. 5 Dalam perspektif

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN

BAB I PENDAHULUAN. untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur. Dalam rangka. merata di segala bidang, salah satunya adalah bidang ekonomi.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 42 TAHUN 1999 (42/1999) TENTANG JAMINAN FIDUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

SUMBER-SUMBER HUKUM dalam TATA HUKUM INDONESIA

PEMANDANGAN UMUM. UUPA mulai berlaku pada tanggal 24 September Undang-undang ini

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

Bab II HAK HAK ATAS TANAH. A. Dasar Hukum Hak-Hak Atas Tanah menurut UUPA. I. Pasal pasal UUPA yang menyebutkan adanya dan macamnya hak hak atas

BAB I PENDAHULUAN. Pinjam meminjam merupakan salah satu bagian dari perjanjian pada

Transkripsi:

Pertemuan ke 4 HUKUM ADAT DALAM HUKUM TANAH NASIONAL Dosen: Dr. Suryanti T. Arief SH.MKn.MBA

HUKUM TANAH NASIONAL YANG BERDASARKAN HUKUM ADAT Hukum Tanah Nasional disusun berdasarkan pada Hukum Adat tentang tanah. berdasarkan berarti bahwa Hukum Tanah Nasional bersumber pada Hukum Adat.

dinyatakan dalam: Konsiderans/Berpendapat huruf a UUPA Penjelasan Umum angka III (1) Pasal 5 UUPA Penjelasan Pasal 5 UUPA Penjelasan Pasal 16 UUPA Pasal 56 UUPA Secara tidak langsung dalam Pasal 58 UUPA

Hukum Adat yang mana? Hukum Adat tidak selalu dipakai dalam pengertian yang sama. adanya Hukum Adat golongan pribumi dan hukum adat golongan timur asing (C. van Vollenhoven) Hukum Adat sebagai keseluruhan aturan hukum tidak tertulis (Kusumadi Pudjosewojo)

PENGERTIAN HUKUM ADAT Hukum aslinya golongan rakyat pribumi, yang merupakan hukum yang hidup dalam bentuk tidak tertulis dan mengandung unsur-unsur nasional yang asli, yaitu sifat kemasyarakatan dan kekeluargaan, yang berasaskan keseimbangan serta diliputi oleh suasana keagamaan

UNSUR-UNSUR DAN PENGEJAWANTAHAN HUKUM ADAT Hukum Adat hanya sebagai hukum positif, yaitu: hukum yang merupakan suatu rangkaian norma-norma hukum, yang menjadi pegangan bersama dalam kehidupan bermasyarakat. Norma-norma Hukum Adat sebagai Hukum Tidak Tertulis, adalah: rumusan-rumusan para ahli (hukum) dan hakim, yang bersumber pada rangkaian kenyataan mengenai sikap dan tingkah laku para anggota masyarakat hukum adat dalam menerapkan konsepsi dan asas-asas hukum, yang merupakan perwujudan kesadaran hukum warga masyarakat hukum adat tsb dalam menyelesaikan kasuskasus konkret yang dihadapi.

Norma-norma Hukum Tertulis yang dituangkan dengan sengaja secara tegas oleh Penguasa Legislatif dalam bentuk peraturan perundang-undangan

KONSEPSI DAN SISTEM HUKUM ADAT Konsepsi Hukum Adat dapat dirumuskan sebagai konsepsi yang Komunalistik Religius : yang memungkinkan penguasaan tanah secara individual, dengan hak-hak atas tanah yang bersifat pribadi, sekaligus mengandung unsur kebersamaan.

SIFAT KOMUNALISTIK dan RELIGIUS adanya hak-bersama para anggota masyarakat hukum adat atas tanah (Hak Ulayat) Tanah Ulayat merupakan tanah kepunyaan bersama, yang diyakini sebagai karunia suatu Kekuatan Gaib atau peninggalan Nenek Moyang kepada kelompok yang merupakan masyarakat hukum adat, sebagai unsur pendukung utama bagi kehidupan dan penghidupan kelompok tsb sepanjang masa. tampak sifat Religius (unsur keagamaan) dalam hubungan hukum antara para warga masyarakat hukum adat dan Tanah Ulayatnya.

Hak Ulayat Hak Ulayat masyarakat hukum adat mengandung: 1. Hak kepunyaan bersama atas tanah-bersama para anggota atau warganya. bidang Hukum Perdata 2. Tugas kewajiban mengelola, mengatur dan memimpin penguasaan, pemeliharaan, peruntukkan dan penggunaannya bidang Hukum Publik

Sistem hak-hak penguasaan atas tanah dalam Hukum Adat Hak penguasaan atas tanah tertinggi adalah: Hak Ulayat Dibawah Hak Ulayat adalah: Hak Kepala Adat dan para Tetua Adat sebagai petugas masyarakat hukum adat, berwenang mengelola, mengatur dan memimpin peruntukkan, penguasaan, penggunaan dan pemeliharaan tanagbersama. Kemudian ada berbagai Hak atas tanah yang dikuasai oleh warga masyarakat hukum adat.

Tata susunan dan Hierarkhi hak-hak penguasaan atas tanah dalam Hukum Adat 1. Hak Ulayat Masyarakat hukum Adat, sebagai hak penguasaan yang tertinggi, beraspek hukum keperdataan dan hukum publik. 2. Hak Kepala Adat dan para Tetua Adat, yang bersumber pada Hak Ulayat dan beraspek hukum publik semata. 3. Hak-hak atas Tanah, sebagai hak-hak individual, yang secara langsung ataupun tidak langsung bersumber pada Hak Ulayat dan beraspek hukum keperdataan.

Lembaga Jonggolan Dalam Hukum Tanah Adat tidak dikenal Lembaga Hak Jaminan atas tanah dalam pengertian modern, yaitu: Hak yang diberikan kepada kreditur untuk (jika debitur ingkar janji) menjual lelang tanah yang ditunjuk sebagai jaminan, dan mengambil seluruh atau sebagian dari hasil penjualan tsb bagi pelunasan piutangnya, dengan hak mendahulu daripada kreditor-kreditor yang lain. Dalam Hukum Adat dikenal lembaga Jonggolan

Hak Ulayat dalam UUPA Hak Ulayat diakui oleh UUPA, dengan 2 syarat: 1. Mengenai eksistensinya 2. Mengenai pelaksanaannya (Pasal 3 UUPA) Hak Ulayat diakui eksistensinya sepanjang menurut kenyataannya masih ada di daerah-daerah dimana hak itu tidak ada lagi, tidak akan dihidupkan kembali. di daerah-daerah dimana tidak pernah ada, tidak akan dilahirkan Hak Ulayat baru.

Hak Ulayat dalam UUPA (lanjutan) Jika ternyata Hak Ulayat itu masih ada, pelaksanaannya harus sedemikian rupa sehingga sesuai dengan kepentingan nasional dan Negara, yang berdasar atas persatuan bangsa. Pelaksanaannya tidak boleh bertentangan dengan undang-undang dan peraturanperaturan yang lebih tinggi.

Ada kalanya pelaksanaan Hak Ulayat oleh para Penguasa/Kepala Adat menghambat, bahkan merintangi usaha-usaha besar Pemerintah. Kesukaran yang harus diatasi Pemerintah untuk mendapatkan tanah guna pelaksanaan usaha proyek pertanian modern di Waytuba (Sumatera Selatan) menjelang tahun 1960. Masyarakat hukum adat ybs hanya bersedia menyerahkan tanahnya dengan syarat yang bukan-bukan, dimana tanah yang diberikan juga berupa tanah alang-alang yang tidak mungkin dapat diusahakan sendiri oleh anggota-anggota masyarakat hukum itu.

Ada kalanya pelaksanaan Hak Ulayat merupakan penghambat pembangunan daerah itu sendiri. Seakan-akan masyarakat hukum adat itu terlepas dari masyarakat hukum dan daerah-daerah lainnya, di dalam lingkungan Negara sebagai kesatuan. Seakan-akan anggota-anggota masyarakat hukum itu sendiri lah yang berhak atas tanah wilayahnya itu. Seakan-akan tanah wilayahnya itu hanya diperuntukkan bagi anggota-anggota masyarakat hukum adat itu sendiri. Tidak dibenarkan jika dalam alam bernegara dewasa ini suatu masyarakat hukum adat masih mempertahankan isi dan pelaksanaan Hak Ulayatnya secara mutlak.

HUBUNGAN FUNGSIONAL ANTARA HUKUM ADAT DAN HUKUM TANAH NASIONAL Arti Hubungan Fungsional Dalam bagian Konsiderans (Berpendapat) UUPA dinyatakan:..perlu adanya hukum agraria nasional, yang berdasarkan atas hukum adat tentang tanah.. Pasal 5 UUPA menyatakan:..hukum agrarian yang berlaku atas bumi, air dan ruang angkasa ialah hukum adat.. Kata berdasarkan dan ialah tersebut menunjukkan adanya hubungan fungsional antara Hukum Adat dan Hukum Tanah Nasional.

FUNGSI HUKUM ADAT A. Sebagai Sumber Utama bagi pembangunan Hukum Tanah Nasional B. Sebagai Pelengkap Hukum Tanah Nasional Positif yang tertulis

Hukum Adat sebagai Sumber Utama bagi pembangunan Hukum Tanah Nasional Hukum Adat merupakan sumber utama untuk memperoleh bahan-bahannya, berupa: Konsepsi Asas-asas Lembaga-lembaga Hukumnya untuk dirumuskan menjadi norma-norma hukum yang tertulis, yang disusun menurut sistem Hukum Adat

KONSEPSI HUKUM TANAH NASIONAL Konsepsi yang mendasari Hukum Tanah Nasional adalah konsepsinya Hukum Adat, yaitu: Komunalistik Religius yang memungkinkan penguasaan tanah secara individual, dengan hak-hak atas tanah yang bersifat pribadi, sekaligus mengandung unsur kebersamaan. (Pasal 1 ayat 2 UUPA)

Unsur Kebersamaan ditunjukkan dengan pernyataan bahwa semua tanah dalam wilayah negara Indonesia adalah tanah-bersama rakyat Indonesia. Unsur Religius ditunjukkan oleh pernyataan bahwa bumi, air dan ruang angkasa Indonesia, termasuk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya, merupakan Karunia Tuhan Yang Maha Esa kepada Bangsa Indonesia Dalam rangka Hukum Tanah Nasional, dimungkinkan para warga negara Indonesia masing-masing menguasai bagian-bagian dari tanah-bersama tsb secara individual, dengan hak-hak atas tanah yang bersifat pribadi, sekaligus mengandung unsur kebersamaan. Lihat juga Pasal 6 UUPA Semua hak atas tanah mempunyai fungsi sosial

ASAS-ASAS HUKUM ADAT DALAM HUKUM TANAH NASIONAL Asas-asas Hukum Adat yang digunakan dalam Hukum Tanah Nasional antara lain: Asas Religius (Pasal 1 UUPA) Asas Kebangsaan (Pasal 1, 2, 9 UUPA) Asas Demokrasi (Pasal 9 UUPA) Asas Kemasyarakatan, Pemerataan, dan Keadilan Sosial (Pasal 6, 7, 10, 11 dan 13 UUPA) Asas Penggunaan dan Pemeliharaan tanah secara berencana (Pasal 14, 15 UUPA) Asas Pemisahan Horizontal tanah dengan bangunan dan tanaman yang ada di atasnya

ad. Asas Religius Pasal 1 UUPA Hal ini ditunjukkan oleh pernyataan bahwa bumi, air dan ruang angkasa Indonesia termasuk kekayaan alam yang terkandung di dalamnya, merupakan Karunia Tuhan Yang Maha Esa kepada Bangsa Indonesia

Pengertian BUMI, AIR DAN RUANG ANGKASA Pengertian Bumi: Selain Permukaan Bumi, termasuk pula tubuh bumi di bawahnya serta yang berada di bawah air Pasal 1 (4) UUPA Permukaan bumi biasa disebut dengan tanah. Pengertian Air: Termasuk baik perairan pedalaman maupun laut wilayah Indonesia Pasal 1 (5) UUPA Ruang Angkasa adalah: Ruang di atas bumi dan air sebagaimana dimaksud di atas

ad. Asas Kebangsaan Pasal 1, 2, 9 UUPA Asas Kebangsaan dalam Hukum Tanah Nasional berarti hukum tanah nasional memperhatikan semangat kebangsaan atas kenasionalan. Hal tersebut terlihat dalam ketentuan Pasal 1 ayat 1 UUPA yang menentukan bahwa Seluruh Wilayah Indonesia adalah kesatuan tanah air dari seluruh rakyat Indonesia, yang bersatu sebagai Bangsa Indonesia

ad. Asas Demokrasi Pasal 9 ayat 2 UUPA menyatakan Tiap-tiap warganegara, baik lakilaki maupun wanita, mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh sesuatu ha katas tanah serta untuk mendapat manfaat dan hasilnya, baik bagi diri sendiri maupun keluarganya

ad. Asas Pemisahan Horizontal Menurut asas ini bangunan dan tanaman bukan merupakan bagian dari tanah. Maka hak atas tanah tidak dengan sendirinya meliputi pemilikan bangunan dan tanaman yang ada di atasnya.

Pemilikan tanah terpisah dari pemilikan bangunan. Oleh karena itu jangan lupa untuk menyebutkan juga yang ada diatas tanah-tanah dalam Akta Jual Beli atau Hak Tanggungan. Untuk Akta Jual Beli: Jangan disebutkan..berikut bangunan dan tanaman yang ada di atasnya atau yang akan ada dikemudian hari Untuk Hak Tanggungan: boleh disebutkan demikian terutama biasanya untuk kredit konstruksi.

LEMBAGA-LEMBAGA HUKUM HUKUM ADAT DALAM HUKUM TANAH NASIONAL Lembaga-lembaga hukum yang dikenal dalam Hukum Adat umumnya adalah lembaga-lembaga yang diperlukan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat yang masih sederhana. Maka, lembaga-lembaga yang diambil dalam membangun Hukum Tanah Nasional kalau perlu disempurnakan dan disesuaikan dengan kebutuhan zaman dan perubahan masyarakat yang akan dilayaninya.

Penyempurnaan dan penyesuaian atau modernisasi lembaga-lembaga tsb dinyatakan dalam Konsiderans/Berpendapat dan Penjelasan Umum angka III (1) dengan kata-kata : disempurnakan dan disesuaikan dengan kepentingan masyarakat dan Negara yang modern dan dalam hubungannya dengan dunia international.

SISTEM HUKUM ADAT DALAM HUKUM TANAH NASIONAL Hasil pembangunan Hukum Tanah Nasional dengan menggunakan bahan-bahan dari Hukum adat merupakan norma-norma hukum tertulis yang disusun dalam tata susunan atau sistemnya Hukum Adat. UUPA merupakan produk pertamanya.

Antara lain terlihat dari Sistem hak-hak penguasaan atas tanah dalam Hukum Tanah Nasional: 1. Hak Bangsa Indonesia, sebagai hak penguasaan atas tanah yang tertinggi, beraspek hukum keperdataan dan hukum publik 2. Hak Menguasai dari Negara bersumber pada Hak Bangsa dan beraspek hukum publik semata. Pelaksanaan kewenangannya dapat dilimpahkan kepada pihak lain dalam bentuk Hak Pengelolaan. 3. Hak-hak penguasaan individual, terdiri atas: a. Hak-hak atas tanah b. Wakaf c. Hak jaminan atas tanah, yang disebut Hak Tanggungan

Hak Ulayat diakui eksistensinya sepanjang menurut kenyataannya memang masih ada. Dalam sistematika hak-hak penguasaan atas tanah, tempatnya dibawah Hak Menguasai dari Negara, yaitu sepanjang mengenai seginya yang publik. Adanya hak jaminan atas tanah (Hak Tanggungan) adalah dalam rangka memenuhi kebutuhan perkreditan modern, yang belum dijumpai dalam masyarakat tradisional yang dilayani oleh Hukum Adat.

Adanya sistem Hukum Adat juga tampak dari kenyataan bahwa: semua hak atas tanah, secara langsung ataupun tidak langsung bersumber pada Hak Bangsa. Seperti halnya dalam Hukum Adat, semua hak atas tanah juga bersumber pada Hak Ulayat, dengan Hak Milik atas tanah sebagai hak atas tanah yang terkuat dan terpenuh (Pasal 20 UUPA)

Hukum Adat sebagai Pelengkap Hukum Tanah Nasional Positif yang tertulis Pembangunan Hukum tanah Nasional yang menuju kepada tersedianya suatu perangkat hukum yang tertulis, merupakan suatu proses yang memakan waktu. Selama proses tersebut belum selesai, hukum tertulis yang sudah ada (tetapi belum lengkap), memerlukan pelengkap agar tidak terjadi kekosongan hukum. Dalam hubungannya dengan Hukum Tanah Nasional tertulis yang belum lengkap itulah, norma-norma Hukum Adat berfungsi sebagai pelengkapnya. (Pasal 56 dan 58 UUPA)

Yang dipakai sebagai Pelengkap adalah: Norma-norma Hukum Adat yang masih berlaku pada saat dibutuhkan, dengan syarat: Tidak bertentangan dengan UUPA dan peraturan perundang-undangan lainnya Tidak bertentangan dengan kepentingan nasional dan Negara (Pasal 5 UUPA) Jadi Jika suatu soal belum atau belum lengkap mendapat pengaturan dalam hukum yang tertulis, yang berlaku terhadapnya adalah ketentuan Hukum Adat yang bersangkutan (Hukum Adat yang sudah DISANEER atau disaring)

BENTUK HUKUM TANAH NASIONAL 1. Tertulis 2. Tidak Tertulis sebagai pelengkap Hukum Tanah Adat yang sudah disaneer Hukum kebiasaan lainnya, yakni: Yurisprudensi dan Doktrin