Perinatologi. I Made Kardana Bagian Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, RSUP Sanglah, Denpasar.

dokumen-dokumen yang mirip
Sepsis neonatorum merupakan penyebab

Sensitivitas Bakteri Penyebab Sepsis Neonatorum terhadap Meropenem di Neonatal Intensive Care Unit

BAB 1 PENDAHULUAN. neonatus dan 50% terjadi pada minggu pertama kehidupan (Sianturi, 2011). Menurut data dari

(Juniatiningsih, 2008). Sedangkan di RSUP Sanglah Denpasar periode Januari - Desember 2010 angka kejadian sepsis neonatorum 5% dengan angka kematian

Sepsis neonatus sampai saat ini masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Profil Mikroorganisme Penyebab Sepsis Neonatorum di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi neonatus khususnya sepsis neonatorum sampai saat ini masih

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap penyakit dan kondisi hidup yang tidak sehat. Oleh sebab itu,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut perkiraan World Health Organization (WHO) pada tahun 2013,

PENDAHULUAN. kejadian VAP di Indonesia, namun berdasarkan kepustakaan luar negeri

POLA RESISTENSI Staphylococcus

BAB 1 PENDAHULUAN. mikroba yang terbukti atau dicurigai (Putri, 2014). Sepsis neonatorum adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh masuk dan berkembang biaknya

UKDW. % dan kelahiran 23% (asfiksia) (WHO, 2013). oleh lembaga kesehatan dunia yaitu WHO serta Centers for Disease

BAB I PENDAHULUAN. Bayi (AKB). Angka kematian bayi merupakan salah satu target dari Millennium

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. bermakna (Lutter, 2005). Infeksi saluran kemih merupakan salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut perkiraan World Health Oraganization (WHO) ada sekitar 5 juta

Sepsis pada neonatus merupakan suatu sindrom

POLA RESISTENSI BAKTERI TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PENDERITA SEPSIS BAYI DI RUANG PICU DAN NICU RUMAH SAKIT X PERIODE AGUSTUS 2013-AGUSTUS 2015

Perbandingan Efektifitas Kombinasi Ampisilin dan Gentamisin dengan seftazidim Pada Pengobatan Sepsis Neonatorum

BAB 1 PENDAHULUAN. yang resisten terhadap minimal 3 kelas antibiotik. 1 Dari penelitian yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Sepsis adalah terjadinya SIRS ( Systemic Inflamatory Respon Syndrome)

Pola Kuman dan Uji Kepekaan Antibiotik pada Pasien Unit Perawatan Intensif Anak di Rumah Sakit Umum Daerah Koja Jakarta

Demam neutropenia adalah apabila suhu

BAB 1 PENDAHULUAN adalah 32 per 1000 kelahiran hidup, sedangkan target Millenium

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Infeksi nosokomial atau Hospital-Acquired Infection. (HAI) memiliki kontribusi yang besar terhadap tingkat

BAB I PENDAHULUAN. dengan imunitas pejamu, respon inflamasi, dan respon koagulasi (Hack CE,

POLA KEPEKAAN BAKTERI PENYEBAB VENTILATOR-ASSOCIATED PNEUMONIA (VAP) DI ICU RSUP H. ADAM MALIK PERIODE JULI-DESEMBER Oleh :

Evaluasi Terapi Obat pada Pasien Sepsis Neonatal Di Ruang Perinatologi RSUP Fatmawati Januari Februari Tahun 2016

Jurnal Ilmu Kesehatan Anak

POLA KUMAN PENYEBAB BAKTEREMIA PADA NEONATUS DAN SENSITIVITASNYA TERHADAP ANTIBIOTIK DI RSUP H

BAB 1 PENDAHULUAN. jamur, dan parasit (Kemenkes RI, 2012; PDPI, 2014). Sedangkan infeksi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit paru obstruktif kronik atau yang biasa disebut PPOK merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Mikroorganisme penyebab penyakit infeksi disebut juga patogen

BAB I PENDAHULUAN. Sepsis merupakan salah satu masalah kesehatan utama penyebab kesakitan

BAB I PENDAHULUAN. bahan partikulat debu dan tetesan cairan, yang semuanya mengandung. rumah sakit yang bisa menyebabkan terjadinya infeksi nosokomial

Profil anak dengan sepsis dan syok sepsis yang dilakukan kultur darah periode Januari 2010 Juni 2015 di RSUP Prof. Dr. R. D.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. saat menghadapi berbagai ancaman bagi kelangsungan hidupnya seperti kesakitan. dan kematian akibat berbagai masalah kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi pada saluran napas merupakan penyakit yang umum terjadi pada

I. PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang didapat selama pasien dirawat di

Prevalensi Kuman Multi Drug Resistance (MDR) di Laboratorium Mikrobiologi RSUP Dr. M. Djamil Padang Periode Januari Desember 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut, patogen yang umum dijumpai adalah Streptococcus pneumoniae dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kateter uretra merupakan alat yang digunakan untuk. keperawatan dengan cara memasukkan kateter ke dalam kandung kemih melalui

BAB I PENDAHULUAN. satunya bakteri. Untuk menanggulangi penyakit infeksi ini maka digunakan

Penggunaan antibiotik dengan justifikasi

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan bidang kesehatan menjadi perhatian penting dalam

Sepsis neonatus didefinisikan sebagai suatu sindrom

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) menurut Global Initiative of

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. penting bagi kelangsungan hidup, modal dasar dan fungsi utama pembangunan

Infeksi nosokomial (IN) pada bayi baru lahir

Kata kunci : ICU, pola kepekaan, pola mikroba, pola kuman, antibiotik

Pola Resistensi Bakteri Penyebab Sepsis Neonatorum di Instalasi Perawatan Neonatus RSUD Arifin Achmad Riau

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadi di Indonesia, termasuk dalam daftar jenis 10 penyakit. Departemen Kesehatan pada tahun 2005, penyakit sistem nafas

PROFIL PNEUMONIA NEONATAL DI SUB BAGIAN NEONATOLOGI BLU RSU PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI 2009-JULI 2011

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. pelayanan kesehatan umum seperti rumah sakit dan panti jompo. Multidrugs

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Enterobacter sp. merupakan bakteri gram negatif. berbentuk batang. Enterobacter sp.

BAB I PENDAHULUAN. (Saifudin, 2008). Infeksi Luka Operasi (ILO) memberikan dampak medik berupa

Pola bakteri aerob dan kepekaan antibiotik pada otitis media supuratif kronik yang dilakukan mastoidektomi

Infeksi neonatal merupakan salah satu penyebab

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Artikel Penelitian. Abstrak. Abstract PENDAHULUAN. Jaka Kurniawan 1, Erly 2, Rima Semiarty 3

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan masyarakat untuk melindungi bayi sebelum, selama dan sesudah

IDENTIFIKASI INFEKSI MULTIDRUG-RESISTANT ORGANISMS (MDRO) PADA PASIEN YANG DIRAWAT DI BANGSAL NEONATAL INTENSIVE CARE UNIT (NICU) RUMAH SAKIT

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian yang berjudul Evaluasi Ketepatan Penggunaan Antibiotik

Profil Anak Dengan Sepsis dan Syok Sepsis yang dilakukan Kultur Darah Periode Januari 2010-Juni 2015 DI RSUP Prof. Dr. R. D.

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Penyakit infeksi masih merupakan penyebab utama. morbiditas dan mortalitas di dunia.

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN SEPSIS PADA NEONATORUM DI RUMAH SAKIT MOEHAMMAD HOESIN PALEMBANG. Enderia Sari 1), Mardalena 2)

BAB 1 PENDAHULUAN. kemajuan kesehatan suatu negara. Menurunkan angka kematian bayi dari 34

HUBUNGAN JENIS PERSALINAN DENGAN KEJADIAN SEPSIS NEONATORUM DI RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO

ARTIKEL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat dalam Menempuh Program Pendidikan Sarjana Fakultas Kedokteran

POLA BAKTERI AEROB YANG BERPOTENSI MENYEBABKAN INFEKSI NOSOKOMIAL DI RUANG ICU BLU RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. salah satu strategi dalam upaya peningkatan status kesehatan di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. infeksi bakteri. Resistensi antibiotik terjadi ketika bakteri berubah dalam

BAB I PENDAHULUAN. kematian di negara-negara berkembang termasuk Indonesia, sebagai akibatnya

BAB 1 PENDAHULUAN. yang selalu bertambah setiap tahunnya. Salah satu jenis infeksi tersebut adalah

Sepsis neonatorum biasa diartikan sebagai

BAB IV METODE PENELITIAN. Perinatologi RSUP Dr. Kariadi / FK Undip Semarang.

Pola Kuman Terbanyak Sebagai Agen Penyebab Infeksi di Intensive Care Unit pada Beberapa Rumah Sakit di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. menggambarkan kolonisasi kuman penyebab infeksi dalam urin dan. ureter, kandung kemih dan uretra merupakan organ-organ yang

BAB I PENDAHULUAN. kelompok penyakit yang berhubungan dengan infeksi. Penyakit ini banyak ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR) memiliki banyak risiko

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI BAKTERI AEROB YANG BERPOTENSI MENYEBABKAN INFEKSI NOSOKOMIAL DI IRINA E RSUP PROF. DR. R. D.

LAPORAN HASIL PENELITIAN. Oleh : VINISIA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

SENSITIVITAS ANTIBIOTIK PADA PASIEN SEPSIS DI INTENSIVE CARE UNIT RUMAH SAKIT DR. KARIADI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Diabetes melitus (DM) terutama DM tipe 2 merupakan masalah kesehatan

Ketuban Pecah Dini dan Demam Intrapartum Sebagai Faktor Risiko Sepsis Neonatorum Onset Dini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. berkontribusi terhadap terjadinya resistensi akibat pemakaian yang irasional

Transkripsi:

Artikel Asli Perinatologi I Made Kardana Bagian Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, RSUP Sanglah, Denpasar Latar belakang. Penggunaan antibiotik pada sepsis neonatorum seharusnya didasarkan pada kuman penyebab infeksi yang diperoleh dari biakan darah dan hasil uji sensitifitas. Pola kuman dan hasil uji sensitifitas dapat dipakai sebagai dasar pemberian antibiotik secara empiris. Tujuan. Mengetahui profil mikroorganisme penyebab sepsis neonatorum di Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUP Sanglah Denpasar serta sensitifitasnya terhadap antibiotik. Metode. Penelitian retrospektif dilakukan dari Januari 008-Desember 009. Kriteria inklusi adalah neonatus tersangka sepsis dan didiagnosis akhir sebagai sepsis neonatorum berdasarkan biakan darah positif. Kriteria eksklusi apabila data tidak lengkap. Hasil. Terdapat 458 kasus tersangka sepsis. Biakan darah positif 0 (48%). Bakteri penyebab terbanyak adalah Serratia marcescens. Bakteri penyebab sepsis mempunyai sensitifitas rendah terhadap antibiotik lini pertama (ampisilin dan gentamisin), kecuali Acinetobacter baumannii mempunyai sensitifitas tinggi terhadap antibiotik tersebut. Sensitifitas bakteri penyebab sepsis umumnya masih tinggi terhadap meropenem, cefoperason-sulbactam, dan piperasilin-tazobactam. Kesimpulan. Penyebab sepsis neonatorum terbanyak adalah Serratia marsescens. Sebagian besar bakteri penyebab sepsis mempunyai sensitifitas rendah terhadap ampisilin dan gentamisin, kecuali Acinetobacter baumannii. Terhadap meropenem, cefoperazon-sulbactam dan piperasilin-tazobactam sensitifitas masih tinggi. Sari Pediatri 011;1(6):381-5. Kata kunci: pola kuman, sensitifitas, antibiotik Alamat korespondensi: Dr. I Made Kardana, Sp.A. Bagian Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, RSUP Sanglah Denpasar. Jl. Pulau Nias 80114. Telp/Fax. (0361) 44038 atau (0361) 57387, E-mail: made_kardana@yahoo.com orld Health Organization (WHO) memperkirakan setiap tahun terdapat 130 juta bayi baru lahir di seluruh dunia, dan diperkirakan 4 juta bayi meninggal pada usia empat minggu pertama kehidupan. Penyebab kematian neonatal adalah kelahiran kurang bulan (8%), infeksi (6%), asfiksia 381

(3%), kelainan kongenital (7%), dan penyebab lain (7%). 1-3 Berdasarkan data WHO tersebut tampak angka mortalitas bayi yang disebabkan oleh sepsis masih tinggi. Prevalensi sepsis neonatorum di RSUP Sanglah selama tahun 004 adalah 5,3%. 4 Penyebab sepsis neonatorum berbeda antar negara maupun antar waktu, 5-6 dapat disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, dan protozoa. 7-8 Penggunaan antibiotik pada sepsis neonatorum seharusnya didasarkan pada bakteri penyebab infeksi berdasarkan hasil biakan darah dan uji sensitifitas, 5,6,8 akan tetapi sampai saat ini pemeriksaan biakan dan uji sensitifitas memerlukan waktu yang lama, sehingga pada kasus tersangka sepsis harus diberikan antibiotik secara empiris. 6,9 Tujuan penelitian untuk mengetahui profil penyebab sepsis neonatorum di Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUP Sanglah Denpasar serta sensitifitas terhadap antibiotik. Metode Telah dilakukan penelitian retrospektif, dengan mengambil data dari catatan medik pasien. Jumlah sampel adalah semua neonatus yang dirawat dengan tersangka sepsis dan terbukti biakan darah positif. Penelitian dilakukan di ruang rawat sub-bagian Perinatologi Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUP Sanglah Denpasar, dari 1 Januari 008-31 Desember 009. Kriteria inklusi (1) Neonatus tersangka sepsis dan hasil biakan darah positif. Kriteria tersangka sepsis sesuai dengan protokol sub-bagian Perinatologi Bagian IKA RSUP Sanglah, yaitu berdasarkan gejala klinis, septic marker yaitu hitung leukosit, hitung trombosit, rasio IT (rasio imatur/total neutrofil), dan CRP (C-reactive protein). Kriteria eksklusi apabila data tidak lengkap. Data diolah dengan program komputer, disajikan dalam bentuk tabel dan naratif. Penelitian telah mendapat kelayakan etik dari Komite Etik penelitian FK UNUD/RSUP Sanglah Denpasar. Hasil Terdapat 458 neonatus tersangka sepsis neonatorum dengan 0 (48%) biakan darah positif. Ditemukan 19 kasus mempunyai data tidak lengkap. Delapan biakan darah positif terhadap candida albicans, dan 193 biakan darah positif bakteri. Sebagian besar pasien adalah laki-laki (60,1%), umur kehamilan terbanyak adalah 37-4 minggu (63%). Sebagian besar (64%) lahir spontan, berat badan lahir terbanyak (55,%) 500-3999 gram, dan sebagian besar bayi lahir mengalami asfiksia. (Tabel 1) Tabel 1. Karakteristik subyek Karakteristik Jumlah (n) % Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Cara persalinan Spontan Seksio sesaria Vakum ekstraksi Forseps ekstraksi Keadaan lahir Vigerous baby Asfiksia sedang Asfiksia berat Berat badan lahir (gram) <1000 1000-1499 1500-499 500-3999 4000 Umur kehamilan (minggu) <8 8-3 33-36 37-4 >4 11 81 130 67 4 95 45 53 13 70 11 6 31 4 18 0 60,1 39,3 64 33 1 49, 3,3 7,5 1,0 6,4 34,4 55, 3,0 1,0 15,3 0,7 63 0 Bakteri penyebab sepsis didominasi oleh bakteri gram negatif (68,3%), terbanyak adalah Serratia marcescens (3,5%). Bakteri gram positif proporsinya hanya 31,7% terdiri dari Staphylococcus coagulase positive (16,4%), Staphylococcus coagulase negative (10,%), dan Streptococcus viridans (4,6%). (Tabel ) Sebagian bakteri penyebab sepsis neonatorum mempunyai sensitifitas yang rendah terhadap antibiotik lini pertama (ampisilin, gentamisin), dan antibiotik lini ke-dua (sefotaksim dan seftasidim), kecuali Acinetobacter baumannii masih mempunyai sensitifitas tinggi. Sensitifitas tinggi tampak pada antibiotik meropenem, piperasilin-tazobaktam, sefoperazon-sulbaktam, siproflosaksin, dan fosfomisin (Tabel 3). 38

Tabel. Jenis bakteri penyebab sepsis neonatorum Jenis bakteri Awitan Sepsis Jumlah (n) Dini (n) Lambat (n) % Serratia marcescens 40 6 46 3.5 Staphylococcuss coagulase positive 6 4 3 16.4 Staphylococcuss coagulase negative 16 5 1 10.7 Enterobacter sp. 17 3 0 10. Klebsiella pneumoniae 14 16 8. Acinetobacter baumannii 11 4 15 7.6 Flavimonas oryzihabitans 1 14 7.1 Pseudomonas sp 1 1 13 6.6 Streptococcus viridans 8 1 9 4.6 Serratia liquefaciens 4 0 4.0 Pantoea sp. 1 3 1.5 Eschericia coli 1 0 1 0.5 Rautella ferrigenis 1 0 1 0.5 Hafnia alvei 1 0 1 0.5 Providencia stuartii 1 0 1 0.5 Jumlah 166 9 195 100 Tabel 3, Pola sensitifitas bakteri terhadap antibiotik Jenis kuman (%) Antibiotik Serratia marcescens Staphylococcuss coagulase positive Staphylococcuss coagulase negative Enterobacter sp, Klebsiella pneumonia Acinetobacter baumannii Flavimonas oryzihabitans Pseudomonas sp Streptococcus viridians Serratia liquefaciens Ampisilin 50 7,3 44,4 0 45, 87,5 5 50 4,9 - Gentamisin 5,9 50 57,1 46,7 7,7 9,9 46,7 33,3 5 33,3 Sefotaksim 4,9 60 50 50 30 50 60 50 75 0 Ceftasidim 45, 5,9 31,3 50 18, 81,8 63,6 45,5 14,3 0 Fosfomisin 63,6 53,3 87,5 100 75 5 14,3 33,3 100 50 Meropenem 91,7 100 87,5 66,7 100 7,7 100 66,7 100 100 Siproflosaksin 6,7 5,4 57,9 78,9 9,9 77,8 85,7 90 83,3 0 Piperasilin 80 71,4 61,5 100 100 57,1 83,3 80 - - kloramfenikol 9,6 18,8 53,8 60 91,7 0 63,6 5 5 100 Sefoperason 71,4 50 73,3 87,5 60 50 60 100-100 0 resisten 383

Pembahasan Biakan darah positif terdapat pada 48% subyek, hampir sama dengan data dari RS Cipto Mangunkusumo Jakarta 41,%, 10 dan di Iran 41%. 11 Kemungkinan hasil biakan steril disebabkan oleh pemberian antibiotik profilaksis pada ibu hamil dan bayi baru lahir, pemberian antibiotik sebelum biakan darah diambil, volume pengambilan contoh darah terlalu sedikit, dan mungkin sepsis disebabkan oleh virus atau bakteri anaerob yang sulit tumbuh. 6,10 Bakteri gram negatif sebagai penyebab sepsis pada penelitian kami jauh lebih tinggi dibandingkan bakteri gram positif (68,3% versus 31,7%). Penelitian sebelumnya di rumah sakit Sanglah oleh Suarca dkk, 4 mendapatkan bakteri penyebab sepsis neonatorum didominasi oleh bakteri gram negatif yaitu Enterobacter sp, dan Klebsiella sp. Di RS Cipto Mangunkusumo seperti yang dilaporkan oleh Juniatiningsih dkk. 10 mendapatkan Acinetobacter calcoaceticus adalah isolat terbanyak (14,7%), diikuti Staphylococcus epidermidis (6,9%), Enterobacter aerogenes (4,9%). Sedangkan di RS Dr. Moewardi Surakarta bakteri penyebab sepsis terbanyak adalah Enterobacter (4,9%), 1 Mayetti dan Imilda 13 di Padang mendapatkan Staphylococcus aureus (3,6%) merupakan penyebab yang terbanyak diikuti oleh Klebsiella sp dan Enterobacter sp (masing-masing,6%). Trotman dkk, 14 di Jamaika mendapatkan kuman penyebab sepsis neonatorum berturut-turut adalah Klebsiella pnemoniae (7,6%), Eschericia coli (16,6%), dan Enterobacter (10,3%). Penelitian di Irak mendapatkan penyebab sepsis neonatorum terbanyak adalah Klebsiella pnemoniae (36,6%), E. coli (7,5%, dan E. aerugenosa (,5%). 15 Keadaan yang berlawanan didapatkan di negara maju, penyebab sepsis terutama sepsis awitan dini didominasi oleh kuman gram positif. Penelitian di Yale-New Haven Hospital (Y-NHH) mendapatkan penyebab terbanyak sepsis adalah kuman Streptococcus group B (47%). 16 Penelitian di Brighan and Women s Hospital Boston mendapatkan penyebab terbanyak sepsis adalah Streptococcus group B (41,5%, dan E. coli (0,%). 17 Perbedaan pola kuman tersebut kemungkinan disebabkan oleh berbagai hal seperti tingginya insidens kolonisasi kuman pada ibu, perbedaan pola kuman di lingkungan ibu dan bayi, perbedaan respon imun dan faktor genetik dari populasi, perbedaan cara analisis mikrobiologis, perbedaan tingkat pendidikan dan pelayanan kesehatan serta perubahan pola antibiotik dan gaya hidup. 5,6,9 Kami mendapatkan, bakteri penyebab sepsis mempunyai sensitifitas rendah terhadap antibiotik lini pertama yaitu 0%-57,1%, kecuali Acinetobacter baumannii. Sedangkan pada sebagian besar kuman penyebab sepsis mempunyai sensitifitas tinggi terhadap meropenem. Penelitian sebelumnya, Suarca dkk, 4 juga mendapatkan ampisilin tidak lagi sensitifitas terhadap kuman penyebab sepsis dan gentamisin (,%). Di RS DR Moewardi Surakarta, dilaporkan sensitifitas terhadap ampisilin adalah Enterobacter (0%), Staphylococcus (1,5%), dan Citrobacter (0%). Sedangkan terhadap gentamisin ketiga bakteri sudah resisten, dan terhadap meropenem mempunyai sensitifitas berturut-turut 73,3%, 5%, dan 100%. 1 Di RSCM Jakarta, Acinetobacter, bakteri penyebab terbanyak sepsis telah resisten terhadap ampisilin, sensitifitas gentamisin 33,3%, dan terhadap meropenem 100%. 10 Rad dkk, 11 di Iran mendapatkan Klebsiella sp. bakteri penyebab sepsis terbanyak semuanya resisten terhadap ampisilin, sedangkan dengan meropenem sensitif 100%. Pola sensitifitas antibiotik tampaknya berbeda dalam berbagai laporan penelitian dan pada waktu yang berbeda, kemungkinan disebabkan oleh karena munculnya strain resisten sebagai akibat penggunaan antibiotik yang sembarangan. Tingkat resistensi yang tinggi mungkin juga terkait dengan penggunaan antibiotik tersebut sebagai profilaksis dalam perawatan neonatus di rumah sakit. 9,0 Kesimpulan Penyebab sepsis neonatorum di Bagian Ilmu Kesehatan Anak terbanyak adalah Serratia marsescens. Sensitifitas bakteri gram negatif dan gram positif pada umumnya rendah terhadap antibiotik lini pertama yaitu ampisilin dan gentamisin, kecuali Acinetobacter baumannii. Sedangkan sensitifitas terhadap meropenem, sefoperason-sulbaktam, dan piperasilintazobaktam masih tinggi. Disarankan pemberian antibiotik empirik hendaknya memperhatikan pola kuman setempat. Surveilans bakteri dan pola resistensi harus dilakukan secara rutin untuk menetapkan kebijakan penggunaan antibiotik di masing-masing unit perawatan neonatus. Daftar pustaka 1. World Health Organization. The millennium develop- 384

ment goals report. Geneva: World Health Organization, 008 [cited 4 Maret 010]. Didapat dari: URL: http// www.undp..or.idpubsimdg004bi IndonesiaMDG_BI_ Goal4.pdf.. Lawn JE, Cousens S, Zupan J. 4 million neonatal deaths: When? where? why? The Lancet 005;17:9-18. 3. Edmond K, Zaidi A. New approaches to preventing, diagnosing, and treating neonatal sepsis. PLoS Med 010:7:1-8. 4. Suarca IK, Kardana M, Iswari IS. Blood culture and sensitivity test pattern of early versus late onset sepsis in neonatal ward Sanglah Hospital Denpasar. Disampaikan pada 13 th National Congress of Child Health Konika XIII, Bandung, July 4-7, 005. 5. Amir I, Rundjan L. Pemberian antibiotik secara rasional pada sepsis neonatorum. Dalam: Hegar B, Trihono PP, Ifran EB, penyunting. Update in neonatal infection. Pendidikan kedokteran berkelanjutan Ilmu Kesehatan Anak XLVIII, Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK UI/RSCM Jakarta. Jakarta: Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM; 005. h.3-43. 6. Aminullah A. Masalah terkini sepsis neonatorum. Dalam Hegar B, Trihono PP, Ifran EB, penyunting. Update in neonatal infection. Pendidikan kedokteran berkelanjutan Ilmu Kesehatan Anak XLVIII, Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK UI/RSCM Jakarta. Jakarta: Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM; 005. h.1-16. 7. Stoll BJ. Infections of the neonatal infant. Dalam: Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB, penyunting. Nelson textbook of pediatrics. Edisi ke-18. Philadelphia: WB Saunders; 007.h.794-811. 8. Puopolo KM. Bacterial and fungal infections. Dalam: Cloherty JP, Eichenwald EC, Stark AR, penyunting. Manual of neonatal care. Edisi ke-6. Philadelphia: Lippincott William & Wilkins; 008.h.74-300. 9. Ayoniyi DO, Udo SJ, Oguntibeju OO. An epidemiological survey of neonatal sepsis in a hospital in Western Nigeria. African Journal of Microbiology Research. 009;3:385-9. 10. Juniatiningsih A, Aminullah A, Firmansyah A. Profil mikroorganisme penyebab sepsis neonatorum di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta. Sari Pediatri. 008;10:60-5. 11. Rad EM, Momtazmanesh. Neonatal sepsis due to klebsiella: frequency, outcome and antibiotic sensitivity. Iranian J Publ Health. 004;33:43-8. 1. Yulidar H, Martuti S, Sunyataningkamto. Pola kuman, sensitifitas antibiotik dan risiko kematian oleh kuman staphylococcus coagulase negatif pada sepsis neonatorum di RS DR Moewardi Surakarta. Sari Pediatri. 006;8:1-6. 13. Mayetti, Imilda I. Pola bakteriologis dan uji sensitivitas pada sepsis neonatorum awitan dini. Sari Pediatri. 010;11:36-9. 14. Trotman H, Bell Y, Thame M, Nicholson AM, Barton M. Predictor of poor outcome in neonates with bacterial sepsis admitted to the University Horpital of the West Indies. West Indian Med J. 006;55:80-4. 15. Jumah DS, Hassan MK. Predictor of mortality outcome in neonatal sepsis. The Medical Journal of Basrah University (MUBU). 007;5:11-8. 16. Bizzaro MJ, Raskind C, Baltimore RS, Gallagher PG. Seventy-five years of neonatal sepsis at Yale: 198-003. Pediatrics 005;116:595-60. 17. Puopolo KM, Eichenwald EC. No change in the incidence of ampicillin-resistant, neonatal, early-onset sepsis over 18 years. Pediatrics 010;15:e1031-8. 18. Vergnano S, Sharland M, Kazembe P, Mwansambo C, Heath PT. Neonatal sepsis: an international perspective. Arch. Dis. Child. Fetal Neonatal Ed. 005;90;0-4. 385