PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA



dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA KUASA BUPATI PANDEGLANG,

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN UNIT LAYANAN PENGADAAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TEGAL

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT

TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 54 TAHUN 2010 TENTANG PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH

MATRIKS PERBANDINGAN PERUBAHAN

PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 60 TAHUN 2013 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH PROVINSI JAMBI

KEPUTUSAN DIREKSI PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA BALI (PERSERO) NO. Kep/Dir/PT.PPB/61/X/2012. Tentang

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PROSES PENGADAAN BARANG/JASA DENGAN METODE PENGADAAN LANGSUNG

GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Prosedur Mutu Pengadaan Barang/Jasa PM-SARPRAS-01

PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 9 TAHUN 2014

PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KABUPATEN BLITAR TAHUN ANGGARAN 2017 BAB I PENDAHULUAN

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

PERATURAN KEPALA BADAN SAR NASIONAL NOMOR: PK. 20 TAHUN 2013 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN (ULP) BARANG/ JASA BADAN SAR NASIONAL

WALIKOTA PROBOLINGGO

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2013 NOMOR 14 SERI E

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

PROVINSI BANTEN BUPATI TANGERANG PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 72 TAHUN 2015 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2012 NOMOR : 37 PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT

2016, No Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Le

E:\PERBUP ULP_2013\PerbupULP2013.doc

PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS,

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 27 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TEGAL

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

2 Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor 4355); 3. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembara

PERATURAN BUPATI SIAK NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KABUPATEN SIAK

WALIKOTA BEKASI PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG UNIT PELAKSANA TEKNIS LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KOTA BEKASI

MENTERI DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL, DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 48 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA

BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2012 NOMOR : 36 PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 36 TAHUN 2012 TENTANG

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 32 TAHUN 2012 TENTANG

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

2 2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok- Pokok Kepegawaian Timur ( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 55, Tambahan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA KEMENTERIAN SOSIAL

- 1 - GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG

2 Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 3. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Kedudukan,

BUPATI MADIUN S A L SALINANN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 40 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BADUNG,

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 54 TAHUN 2013 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KABUPATEN TANGERANG BUPATI TANGERANG,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Walikota Tasikmalaya

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 36 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 30 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, SUSUNAN ORGANISASI DAN TATAKERJA UNIT LAYANAN PENGADAAN KOTA YOGYAKARTA

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA. NOMOR: P.35/Menlhk-Setjen/2015 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR PER- 05 /MBU/2008 TENTANG

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 38 TAHUN 2013 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KABUPATEN TAPIN

GUBERNUR JAWA TENGAH

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK BARAT DAN KOTA MATARAM PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM GIRI MENANG PERATURAN DIREKSI PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM GIRI MENANG

BERITA NEGARA. No.1412, 2013 KEMENTERIAN TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI. ULP. Barang/Jasa. Pemerintah. PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

- 1 - BUPATI KUTAI BARAT PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI KUTAI BARAT NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG

GUBERNUR SULAWESI BARAT PERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARAT NOMOR 03 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN PEMERINTAH PROVINSI BANTEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Tugas dan Kewenangan PA/KPA, PPK, ULP, dan PPHP dalam Pengadaan Barang/Jasa

Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perhubungan tent

BUPATI SEMARANG PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG / JASA PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1893/MENKES/PER/IX/2011 TENTANG

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 39 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI SINJAI PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KABUPATEN SINJAI

PERATURAN MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08 TAHUN 2011 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA KEMENTERIAN LUAR NEGERI

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PEMBANGUNAN KABUPATEN PANDEGLANG TAHUN ANGGARAN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PROSEDUR MUTU PENGADAAN BARANG / JASA MELALUI PENYEDIA

INSTRUKSI KEPADA PESERTA (IKP)

PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

BUPATI SINJAI PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KABUPATEN SINJAI

BERITA NEGARA PERATURAN MENTERI PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA

PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM GIRI MENANG

- 1 - B U P A T I K A R O PERATURAN BUPATI KARO NOMOR 292 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.01/MEN/2012 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA NOMOR : KEP.01 TAHUN 2011

1 JDIH Kementerian PUPR

BERITA NEGARA KEPALA BADAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN KEPALA BADAN EKONOMI KREATIF REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR LAMPUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI LAMPUNG NOMOR 5 TAHUN 2014

GUBERNUR SULAWESI BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI BARAT NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR I -E TAHUN 2017 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : SERI : D

SALINAN PERATURAN BUPATI PEKALONGAN NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG UNIT LAYANAN PENGADAAN BARANG/JASA PEMERINTAH KABUPATEN PEKALONGAN

Transkripsi:

PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA BALI (PERSERO) BALI TOURISM DEVELOPMENT CORPORATION (BTDC) KEPUTUSAN DIREKSI PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA BALI (PERSERO) NO : KEP/DIR/PT.PPB/36./IV/2013 PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA Kantor Pusat P.O. Box 3, Nusa Dua 80363, Bali Indonesia Tel. (0361) 771010 (5 lines) Fax. (0361)771014 E-mail : btdcnd@indosat.net.id

PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA BALI (PERSERO) BALI TOURISM DEVELOPMENT CORPORATION (BTDC) KEPUTUSAN DIREKSI PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA BALI (PERSERO) NO : KEP/DIR/PT.PPB/36./IV/2013 LAMPIRAN LAMPIRAN PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA Kantor Pusat P.O. Box 3, Nusa Dua 80363, Bali Indonesia Tel. (0361) 771010 (5 lines) Fax. (0361)771014 E-mail : btdcnd@indosat.net.id

DAFTAR ISI KEPUTUSAN DIREKSI PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA BALI (PERSERO) NOMOR : KEP/DIR/PT.PPB/36./IV/2013 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA DI LINGKUNGAN PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA BALI (PERSERO) BAB I KETENTUAN UMUM 4 Bagian Pertama : Pengertian Istilah 4 Bagian Kedua : Maksud dan Tujuan 10 Bagian Ketiga : Prinsip Dasar 10 Bagian Keempat : Kebijakan Umum 11 Bagian Kelima : Etika Pengadaan Barang/Jasa 12 Bagian Keenam : Pelaksanaan Atas Pengadaan Barang/Jasa 13 Bagian Ketujuh : Ruang Lingkup 13 Bagian Kedelapan : Pembiayaan Pengadaan Barang/Jasa 13 Bagian Kesembilan : Pengguna Barang/Jasa 14 Bagian Kesepuluh : Organisasi Pengadaan 15 Bagian Kesebelas : Tim/Pejabat Penerima Hasil Pengadaan Barang/Jasa 16 BAB II KETENTUAN PENGADAAN BARANG/JASA 18 Bagian Pertama : Persiapan Pengadaan Barang/Jasa 18 Bagian Kedua : Kualifikasi Penyedia Barang/Jasa 24 Bagian Ketiga : Penggolongan Penyedia Barang/Jasa 30 Bagian Keempat : Dokumen Pengadaan 30 Bagian Kelima : Dokumen Penawaran 32 Bagian Keenam : Jaminan Pengadaan 33 Bagian Ketujuh : Harga Perkiraan Sendiri (HPS) 36 Bagian Kedelapan : Prinsip Penetapan Sistem Pengadaan 38 Bagian Kesembilan : Metode Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya 39 Bagian Kesepuluh : Penetapan Metode Pemilihan Penyedia Jasa Konsultasi 44 Bagian Kesebelas : Metode Penyampaian Dokumen Penawaran 48 Bagian Keduabelas : Metode Evaluasi Penawaran 56 Bagian Ketigabelas : Sanggahan 64

Bagian Keempatbelas : Pengadaan Gagal dan Pengadaan Ulang 65 BAB III PROSES PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA 69 Bagian Pertama : Pelaksanaan Pengadaan Barang/ Jasa Konstruksi/Jasa Lainnya 69 Bagian Kedua : Pelaksanaan Pengadaan Jasa Konsultasi 83 Bagian Ketiga : Pelaksanaan Pengadaan Jasa Lainnya 96 Bagian Keempat : Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa untuk Pekerjaan Penanggulangan Bencana Alam dan Bantuan Korban Bencana Alam 96 BAB IV PENGADAAN KHUSUS 98 Bagian Pertama : Sewa Menyewa/Sewa Beli 98 Bagian Kedua : Sewa Guna Usaha/Leasing 98 Bagian Ketiga : Outsourcing 100 Bagian Keempat : Pengadaan Asuransi 100 BAB V PENGADAAN BARANG/JASA MELALUI MEDIA ELEKTRONIK 103 Bagian Pertama : Cara Pengadaan Barang/Jasa dengan Menggunakan Sarana e-procurement 103 BAB VI SWAKELOLA 104 Bagian Pertama : Ketentuan Umum Swakelola 104 Bagian Kedua : Pengadaan Melalui Swakelola 105 BAB VII PENDAYAGUNAAN PRODUKSI DALAM NEGERI 106 Bagian Pertama : Pendayagunaan Produksi Dalam Negeri 106 BAB VIII PERJANJIAN/KONTRAK 108 Bagian Pertama : Perjanjian/Kontrak 108 BAB IX PELAKSANAAN KONTRAK 124 Bagian Pertama : Pelaksanaan Kontrak 124

BAB X PEMBINAAN DAN PENGAWASAN 131 Bagian Pertama : Pembinaan 131 Bagian Kedua : Pengawasan 131 Bagian Ketiga : Tindak Lanjut Pengawasan 132 BAB XI KETENTUAN PENUTUP 133 Bagian Pertama : Ketentuan Penutup 133

DAFTAR ISI LAMPIRAN KEPUTUSAN DIREKSI PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA BALI (PERSERO) NOMOR : KEP/DIR/PT.PPB/36./IV/2013 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGADAAN BARANG/JASA DI LINGKUNGAN PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA BALI (PERSERO) LAMPIRAN 1 CONTOH PAKTA INTEGRITAS 1 Lampiran 1.a : Contoh PAKTA INTEGRITAS untuk Staf/Pejabat/PokJa BLP 1 Lampiran 1.b : Contoh PAKTA INTEGRITAS untuk Penyedia Barang/Jasa 3 Lampiran 1.c : Contoh PAKTA INTEGRITAS Dalam Rangka Usulan Pemenang 4 LAMPIRAN 2 CONTOH FORMULIR PENILAIAN KUALIFIKASI PENGADAAN BARANG/JASA KONSTRUKSI/JASA LAINNYA 6 Lampiran 2.a : Contoh Formulir Penilaian Kualifikasi Pekerjaan Pengadaan Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya 7 Lampiran 2.b : Formulir Isian Penilaian Kualifikasi 8 LAMPIRAN 3 CONTOH SURAT PERINTAH KERJA 15 Lampiran 3.a : Contoh Surat Perintah Kerja (PK) 15 Lampiran 3.b : Contoh Surat Perjanjian Kerja (SPK) 17 LAMPIRAN 4 CONTOH FORMULIR PENILAIAN KUALIFIKASI PEKERJAAN JASA KONSTRUKSI 27 Lampiran 4.a : Contoh Formulir Penilaian Kualifikasi Pekerjaan Jasa Konsultasi 28 Lampiran 4.b : Contoh Formulir Penilaian Kualifikasi Pekerjaan Jasa Konsultasi 29

KEPUTUSAN DIREKSI PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA BALI (PERSERO) NO. Kep/Dir/PT.PPB/36./IV/2013 Tentang PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA BALI (PERSERO) DIREKSI PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA BALI (PERSERO) Menimbang : a. bahwa mengacu Peraturan Menteri BUMN Nomor PER-05/MBU/2008 tersebut di atas, Direksi PT. Pengembangan Pariwisata Bali (Persero) telah menetapkan Pedoman Pengadaan Barang/Jasa berdasarkan Keputusan Direksi Nomor : Kep/Dir/73/XII/ 2008, tanggal 15 Desember 2008 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang/ Jasa. b. bahwa dalam rangka mendorong sinergi BUMN, sinergi Anak Perusahaan, sinergi BUMN dan Anak Perusahaan, guna menambah nilai perusahaan dengan berpedoman pada peningkatan efisiensi dan perekonomian, serta menciptakan kesetaraan dalam dunia usaha bagi BUMN dan memberi kesempatan bagi usaha kecil/mikro, maka dipandang perlu oleh Menteri Negara BUMN untuk menyempurnakan ketentuan pelaksanaan pengadaan barang dan jasa BUMN PER- 05/MBU/2008. Oleh karena itu, dikeluarkan Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor PER-15/MBU/2012 tanggal 25 September 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor PER-05/MBU/2008 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa Badan Usaha Milik Negara. c. bahwa dengan adanya Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor PER-15/MBU/2012 tanggal 25 September 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor PER-05/MBU/2008 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa Badan Usaha Milik Negara, maka Pedoman Pengadaan Barang/Jasa PT. Pengembangan Pariwisata Bali (Persero) yang diatur berdasarkan Keputusan Direksi Nomor : Kep/Dir/73/XII/ 2008, tanggal 15 Desember 2008, dipandang perlu disempurnakan agar tetap tercipta efisien, efektif, bersaing, transparan, adil/tidak diskriminatif, jujur, akuntabel, sehingga dapat diperoleh hasil pengadaan barang/jasa yang tepat mutu, tepat waktu, dan tepat biaya serta adanya kepastian hukum dan tidak kehilangan momentum bisnis namun juga dapat menciptakan sinergi antar BUMN maupun anak perusahaan BUMN. Pedoman Pengadaan Barang/Jasa BTDC 1

d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, b, c dan d di atas, perlu ditetapkan Keputusan Direksi PT. Pengembangan Pariwisata Bali (Persero) tentang Pedoman Pengadaan Barang/Jasa di lingkungan PT. Pengembangan Pariwisata Bali (Persero). Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2003 Nomor 70, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4297); 2. Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 106, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4756); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2005 tentang Pendirian, Pengurusan, Pengawasan, dan Pembubaran, Badan Usaha Milik Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 117, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4556); 4. Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor PER- 05/MBU/2008 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Badan Usaha Milik Negara; 5. Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara No PER- 01/MBU/2011 tanggal 01 Agustus 2011 tentang Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik (Good Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN); 6. Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor PER- 15/MBU/2012 tanggal 25 September 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor PER- 05/MBU/2008 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa Badan Usaha Milik Negara; 7. Keputusan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara selaku Rapat Umum Pemegang Saham Perusahaan Perseroan (Persero) PT Pengembangan Pariwisata Bali No : KEP-75/MBU/2011 tanggal 21 Maret 2011 tentang Pemberhentian dan Pengangkatan anggota-anggota Direksi Perusahaan Perseroan (Persero) PT Pengembangan Pariwisata Bali; 8. Keputusan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara selaku Rapat Umum Pemegang Saham Perusahaan Perseroan (Persero) PT Pengembangan Pariwisata Bali Nomor : KEP-169/MBU/2011 tanggal 20 Juli 2011 tentang Pemberhentian dan Pengangkatan Anggota- Anggota Dewan Komisaris Perusahaan Perseroan (Persero) PT Pengembangan Pariwisata Bali; Pedoman Pengadaan Barang/Jasa BTDC 2

9. Perubahan Anggaran Dasar Perusahaan Perseroaan (Persero) Pengembangan Pariwisata Bali tanggal 14 Agustus 2008 pasal 11 tentang Tugas, Wewenang, dan Kewajiban Direksi; 10. Surat Persetujuan dari Dewan Komisaris PT. Pengembangan Pariwisata Bali (Persero) No. S-05/DEKOM.BTDC/IV/2013 tanggal 5 April 2013 tentang Tanggapan atas Permohonan Persetujuan Batasan Nilai Penunjukan Langsung. MEMUTUSKAN Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKSI TENTANG PEDOMAN PENGADAAN BARANG/JASA DI LINGKUNGAN PT. PENGEMBANGAN PARIWISATA BALI (PERSERO). Pedoman Pengadaan Barang/Jasa BTDC 3

BAB I KETENTUAN UMUM Bagian Pertama Pengertian dan Istilah Pasal 1 Dalam Keputusan Direksi ini yang dimaksud dengan: 1.1. Anggaran Perusahaan adalah anggaran PT. Pengembangan Pariwisata Bali (Persero) yang ditetapkan dalam Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) dan telah disahkan oleh RUPS, termasuk anggaran untuk pekerjaan mendesak atau Keadaan Darurat (emergency) yang belum ditetapkan di dalam RKAP; 1.2. Perusahaan adalah PT. Pengembangan Pariwisata Bali (Persero) atau Bali Tourism Development Corporation selanjutnya disebut BTDC; 1.3. Anak Perusahaan adalah: 1.3.1. Anak perusahaan BTDC yang sahamnya minimum 90% dimiliki oleh BTDC; 1.3.2. Perusahaan yang sahamnya minimum 90% dimiliki oleh BUMN lain; 1.3.3. Perusahaan patungan dengan jumlah gabungan kepemilikan saham BUMN minimum 90%. 1.4. Perusahaan Terafiliasi BUMN adalah perusahaan yang sahamnya minimum 90% dimiliki oleh Anak Perusahaan BUMN, gabungan Anak Perusahaan BUMN, atau gabungan Anak Perusahaan BUMN dengan BUMN; 1.5. Direksi adalah Direksi PT. Pengembangan Pariwisata Bali (Persero) yang merupakan organ perseroan yang bertanggungjawab penuh atas pengurusan perusahaan untuk kepentingan, tujuan dan mewakili kepentingan perusahaan; 1.6. Dewan Komisaris/Dekom adalah Dewan Komisaris PT. Pengembangan Pariwisata Bali (Persero) yang merupakan organ perseroan yang bertugas melakukan pengawasan serta memberi nasehat kepada Direksi; 1.7. RUPS adalah Rapat Umum Pemegang Saham PT. Pengembangan Pariwsata Bali (Persero) yang merupakan organ perseroan dan mempunyai wewenang yang tidak dimiliki Direksi dan Dekom; 1.8. Direksi Pekerjaan (Pengawas pekerjaan) adalah pejabat maupun pegawai di BTDC serta pihak lain yang ditunjuk oleh Direksi BTDC untuk melakukan pengawasan pelaksanaan pekerjaan Pengadaan Barang dan /atau Jasa; Pedoman Pengadaan Barang/Jasa BTDC 4

1.9. Pengguna Barang dan/atau Jasa adalah Direktur Utama PT. Pengembangan Pariwisata Bali (Persero) atau Direktur bidang yang bertanggung jawab atas pelaksanaan Pengadaan Barang dan/atau Jasa dalam lingkungan kerja perusahaan; 1.10. Pengguna Anggaran yang selanjutnya disebut PA adalah Direktur Utama atau Direktur Bidang PT. Pengembangan Pariwisata Bali (Persero) yang bertanggung jawab atas penggunaan anggaran dalam lingkungan kerja perusahaan; 1.11. Kuasa Pengguna Anggaran yang selanjutnya disebut KPA adalah Pejabat atau pegawai BTDC maupun orang lain yang diberi kuasa oleh Direktur Utama atau Direktur Bidang yang bertanggung jawab atas penggunaan anggaran dalam lingkungan kerja perusahaan; 1.12. Tahun Anggaran adalah kurun waktu 1 (satu) takwin terhitung sejak tanggal 1 (satu) Januari sampai dengan tanggal 31 (tiga puluh satu) Desember; 1.13. Bagian Layanan Pengadaan selanjutnya disebut BLP adalah Bagian/Unit organisasi perusahaan yang berfungsi untuk melaksanakan pengadaan barang dan/atau jasa; 1.14. Pejabat Pengadaan adalah Pejabat BLP yang bertugas melaksanakan pemilihan Penyedia Barang/Jasa melalui pengadaan/pembelian langsung, penunjukan langsung dan pemilihan langsung; 1.15. Penyedia Barang/Jasa adalah badan usaha, termasuk BUMN, Badan Hukum, atau orang perseorangan/subyek hukum yang kegiatan usahanya menyediakan Barang/Jasa; 1.16. Pengadaan Barang dan/atau Jasa adalah kegiatan pengadaan barang, pengadaan jasa konstruksi, pengadaan jasa konsultansi, pengadaan khusus dan pengadaan jasa lainnya yang dilakukan oleh PT. Pengembangan Pariwisata Bali (Persero) yang pembiayaannya menggunakan dana dari anggaran perusahaan (RKAP), atau tidak menggunakan dana langsung dari APBN/APBD, atau yang dibiayai dengan sumber dana dari pinjaman/hibah luar negeri dan/atau pinjaman dalam negeri (sepanjang tidak diatur dalam naskah pemberi pinjaman/guide lines), baik yang dilaksanakan secara swakelola maupun oleh penyedia barang dan jasa; 1.17. Barang dan/atau Jasa adalah semua bentuk produk dan/atau layanan yang dibutuhkan oleh pengguna barang dan/atau jasa; 1.18. Barang adalah setiap benda baik berwujud maupun tidak berwujud, bergerak maupun tidak bergerak, yang dapat diperdagangkan, dipakai, dipergunakan atau dimanfaatkan oleh pengguna barang; 1.19. Jasa Konstruksi adalah seluruh pekerjaan yang berhubungan dengan pelaksanaan konstruksi bangunan atau pembuatan wujud fisik lainnya; Pedoman Pengadaan Barang/Jasa BTDC 5

1.20. Jasa Konsultansi adalah jasa layanan profesional yang membutuhkan keahlian tertentu diberbagai bidang keilmuan yang mengutamakan adanya olah pikir (brainware); 1.21. Pengadaan Khusus meliputi segala pekerjaan dan/atau penyediaan jasa selain Jasa Konstruksi, Jasa Konsultansi dan Jasa Lainnya, antara lain: sewa-menyewa/sewa beli, sewa guna usaha (leasing), outsourcing, dan pengadaan asuransi; 1.22. Jasa lainnya adalah jasa yang membutuhkan kemampuan tertentu yang mengutamakan keterampilan (skillware) dalam suatu sistem tata kelola yang telah dikenal luas di dunia usaha untuk menyelesaikan suatu pekerjaan atau segala pekerjaan dan/atau penyediaaan jasa selain Jasa Konsultansi, Jasa Konstruksi dan Pengadaan Barang; 1.23. Proses Pengadaan Barang dan/atau Jasa adalah kegiatan Pengadaan Barang dan/atau Jasa mencakup sejak tahap proses memilih Penyedia Barang/Jasa sampai dengan tahap penyelesaian pelaksanaan pekerjaan; 1.24. Jadwal Pengadaan adalah rincian waktu proses Pengadaan Barang/Jasa yang dimulai dari pengumuman sampai dengan penandatanganan Kontrak; 1.25. Kontrak Pengadaan Barang/Jasa yang selanjutnya disebut Kontrak adalah perjanjian tertulis antara Penggunan Barang dan/atau Jasa dengan Penyedia Barang/Jasa atau pelaksana Swakelola. 1.26. Masa Pelaksanaan Kontrak adalah masa sejak ditandatanganinya kontrak sampai dengan berakhirnya jangka waktu yang ditentukan dalam kontrak; 1.27. Dokumen Pengadaan/Pelelangan adalah dokumen yang disiapkan oleh Pejabat BLP atau Kelompok Kerja (PokJa) BLP dan Pengguna Barang/Jasa sebagai pedoman yang memuat informasi dan ketentuan yang harus ditaati oleh para pihak dalam proses Pengadaan Barang/Jasa; 1.28. Dokumen Kualifikasi adalah dokumen yang disiapkan oleh Pejabat BLP atau Kelompok Kerja (PokJa) BLP sebagai pedoman dalam Penilaian Kualifikasi Penyedia Barang/Jasa yang digunakan pada prakualifikasi maupun pascakualifikasi; 1.29. Dokumen Penawaran adalah surat penawaran beserta seluruh dokumen lampirannya yang disiapkan oleh Penyedia Barang/Jasa; 1.30. Harga Perkiraan Sendiri/HPS (Owner s Estimate/OE) adalah perhitungan perkiraan biaya pekerjaan yang dihitung secara profesional oleh Bagian/Unit terkait yang disahkan oleh Pengguna Barang/Jasa; 1.31. Berita Acara Serah Terima Pertama adalah berita acara yang dibuat setelah fisik pekerjaan mencapai 100% (seratus persen); Pedoman Pengadaan Barang/Jasa BTDC 6

1.32. Berita Acara Serah Terima Kedua adalah berita acara yang dibuat setelah masa pemeliharaan selesai; 1.33. Tim Pengawas Pekerjaan adalah Tim yang ditunjuk dan ditetapkan oleh Direksi yang bertugas memeriksa pekerjaan; 1.34. Tim Penerima Hasil Pekerjaan adalah Tim yang ditunjuk dan ditetapkan oleh Direksi yang bertugas menerima hasil pekerjaan; 1.35. Pemilihan Penyedia Barang/Jasa adalah kegiatan untuk menetapkan Penyedia Barang/Jasa yang akan ditunjuk untuk melaksanakan pekerjaan; 1.36. Kualifikasi adalah bagian kegiatan untuk menetapkan tingkat/kedalaman kompetensi dan kemampuan usaha Penyedia Barang/Jasa; 1.37. Klarifikasi adalah kegiatan meminta penjelasan oleh BLP atau Kelompok Kerja (PokJa) BLP kepada Penyedia Barang/Jasa atas substansi penawaran yang kurang jelas dalam rangka evaluasi penawaran; 1.38. Negosiasi adalah kegiatan untuk pembahasan aspek teknis, harga dan waktu pelaksanaan antara Pejabat BLP dengan Penyedia Barang/Jasa; 1.39. Prakualifikasi adalah proses penilaian kompetensi dan kemampuan usaha serta pemenuhan persyaratan tertentu lainnya dari Penyedia Barang/Jasa sebelum memasukkan penawaran; 1.40. Pascakualifikasi adalah proses penilaian kompetensi dan kemampuan usaha serta pemenuhan persyaratan tertentu lainnya dari Penyedia Barang/Jasa setelah memasukkan penawaran; 1.41. Penilaian Kualifikasi adalah kegiatan yang dilakukan BLP atau Kelompok Kerja (PokJa) BLP untuk menilai kompetensi dan kemampuan usaha Penyedia Barang/Jasa pada saat mengikuti proses Pengadaan Barang/Jasa; 1.42. Pelelangan Umum adalah metode pemilihan Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi /Jasa Lainnya untuk semua pekerjaan yang dapat diikuti oleh semua Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi/Jasa Lainnya yang memenuhi syarat; 1.43. Pelelangan Terbatas adalah metode pemilihan Penyedia Barang/Pekerjaan Konstruksi dengan jumlah Penyedia yang mampu melaksanakan diyakini terbatas dan untuk pekerjaan yang kompleks; 1.44. Pelelangan Sederhana adalah metode pemilihan Penyedia Barang/Jasa Lainnya untuk pekerjaan yang bernilai paling tinggi Rp.500.000.000,- (Lima Ratus Juta Rupiah); Pedoman Pengadaan Barang/Jasa BTDC 7

1.45. Joint Procurement adalah Pelelangan yang diselenggarakan oleh satu Pengguna Barang/Jasa yang mewakili beberapa Pengguna Barang/Jasa lainnya; 1.46. Seleksi Umum adalah metode pemilihan Penyedia Jasa Konsultansi untuk pekerjaan yang dapat diikuti oleh semua Penyedia Jasa Konsultansi yang memenuhi syarat; 1.47. Seleksi Sederhana adalah metode pemilihan Penyedia Jasa Konsultansi untuk Jasa Konsultansi yang bernilai paling tinggi Rp.500.000.000,- (Lima Ratus Juta Rupiah). 1.48. Pemilihan Langsung, adalah metode pemilihan Penyedia Pekerjaan Konstruksi untuk pekerjaan yang bernilai paling tinggi Rp.500.000.000,- (Lima Ratus Juta Rupiah), yang ditawarkan kepada beberapa pihak sekurang-kurangnya 3 (tiga) penawaran; 1.49. Penunjukan Langsung adalah metode pemilihan Penyedia Barang/Jasa yang dilakukan secara langsung dengan menunjuk 1 (satu) Penyedia Barang/Jasa yang ditawarkan kepada sekurang-kurangnya 2 (dua) Penyedia Barang/Jasa atau melalui beauty contest; 1.50. Pengadaan Langsung adalah Pengadaan Barang/Jasa langsung kepada Penyedia Barang/Jasa, tanpa melalui Pelelangan/Seleksi/Penunjukan Langsung. 1.51. Pembelian langsung, yaitu pembelian terhadap barang yang terdapat di pasar, dengan demikian nilainya berdasarkan harga pasar; 1.52. Sayembara adalah metode pemilihan Penyedia Jasa yang memperlombakan gagasan orisinal, kreativitas dan inovasi tertentu yang harga/biayanya tidak dapat ditetapkan berdasarkan Harga Satuan; 1.53. Kontes adalah metode pemilihan Penyedia Barang yang memperlombakan Barang/benda tertentu yang tidak mempunyai harga pasar dan yang harga/biayanya tidak dapat ditetapkan berdasarkan Harga Satuan; 1.54. Pekerjaan Keadaan Darurat (emergency) adalah pekerjaan yang kebutuhannya sangat mendesak dan tidak dapat ditunda-tunda lagi berhubung terjadinya gangguan yang dapat mengancam jiwa manusia dan/atau dapat merusak citra perusahaan. Keadaan/kondisi seperti ini harus dinyatakan secara tertulis oleh Direksi; 1.55. Pekerjaan Kompleks adalah pekerjaan yang memerlukan teknologi tinggi, mempunyai risiko tinggi, menggunakan peralatan yang didesain khusus dan/atau pekerjaan yang bernilai diatas Rp.100.000.000.000,- (Seratus Miliar Rupiah); 1.56. Pekerjaan Tidak Kompleks adalah pekerjaan yang menurut penilaian Pengguna Barang/Jasa dianggap tidak memerlukan teknologi tinggi dan/atau mempunyai risiko rendah dan/atau dinilai tidak memerlukan peralatan dengan spesifikasi khusus; Pedoman Pengadaan Barang/Jasa BTDC 8

1.57. Pakta Integritas adalah surat pernyataan yang berisi ikrar untuk mencegah dan tidak melakukan kolusi, korupsi, dan nepotisme dalam Pengadaan Barang/Jasa; 1.58. Industri Kreatif adalah industri yang berasal dari pemanfaatan kreatifitas, gagasan orisinal, keterampilan, dan bakat individu untuk menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan melalui penciptaan dan pemanfaatan daya kreasi dan daya cipta; 1.59. Produksi dalam negeri adalah berbagai jenis barang dan jasa yang dibuat dan atau dihasilkan di dalam negeri; 1.60. Perusahaan Asuransi Kerugian adalah suatu Badan Usaha yang bergerak dalam bidang Asuransi Kerugian Umum (bukan Asuransi Jiwa) antara lain asuransi property, asuransi kerusakan mesin, asuransi gangguan usaha, asuransi mobil, asuransi kebakaran, asuransi pengangkutan yang ijin usahanya adalah dalam bidang asuransi kerugian yang dikeluarkan oleh Departemen Keuangan; 1.61. Sertifikasi Keahlian Pengadaan Barang/Jasa adalah tanda bukti pengakuan atas kompetensi dan kemampuan profesi di bidang Pengadaan Barang/Jasa yang diperoleh melalui ujian sertifikasi keahlian Pengadaan Barang/Jasa; 1.62. Surat Jaminan yang selanjutnya disebut Jaminan adalah jaminan tertulis yang bersifat mudah dicairkan dan tidak bersyarat (unconditional), yang dikeluarkan oleh Bank Umum/Perusahaan Penjaminan/Perusahaan Asuransi/ Lembaga Keuangan lainnya yang diserahkan oleh Penyedia Barang/Jasa kepada Pengguna Barang/Jasa untuk menjamin terpenuhinya persyaratan/kewajiban Penyedia Barang/Jasa; 1.63. Surat Kabar Nasional adalah surat kabar yang beroplah besar dan memiliki peredaran luas secara nasional, yang tercantum dalam daftar surat kabar nasional yang ditetapkan oleh Menteri Komunikasi & Informatika; 1.64. Surat Kabar Provinsi adalah surat kabar yang beroplah besar dan memiliki peredaran luas didaerah provinsi, yang tercantum dalam daftar surat kabar yang ditetapkan oleh Gubernur; 1.65. Swakelola adalah Pengadaan Barang/Jasa dimana pekerjaannya direncanakan, dikerjakan dan/atau diawasi sendiri oleh Direktur Bidang sebagai Kuasa Pengguna Anggaran perusahaan; 1.66. Tenaga Ahli adalah orang yang dianggap ahli untuk melaksanakan pekerjaan Jasa Konsultansi baik selaku Konsultan Perorangan maupun konsultan yang bekerja pada suatu badan atau organisasi; 1.67. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perseorangan dan/atau badan usaha yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana dimaksud dalam undang-undang yang mengatur mengenai Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Pedoman Pengadaan Barang/Jasa BTDC 9

1.68. Usaha Kecil termasuk Koperasi Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri dan dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar, yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam undang-undang yang mengatur mengenai Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah; 1.69. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha, yang memenuhi kriteria yang ditetapkan dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah; 1.70. Usaha Besar adalah usaha ekonomi produktif yang dilakukan oleh badan usaha dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan lebih besar dari usaha menengah, yang meliputi usaha nasional milik negara atau swasta, usaha patungan, dan usaha asing yang melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia; Bagian Kedua Maksud dan Tujuan Pasal 2 2.1. Maksud diberlakukannya Keputusan Direksi ini adalah untuk mengatur dan memberikan pedoman yang jelas guna pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa dilingkungan BTDC yang dibiayai dari RKAP ; 2.2. Pengadaan Barang/Jasa dilakukan secara efisien, efektif, bersaing, transparan, adil/tidak diskriminatif, jujur, akuntabel, sehingga dapat diperoleh hasil pengadaan barang/jasa yang tepat mutu, tepat waktu, dan tepat biaya serta tercipta sinergi antar BUMN dan atau Anak Perusahaan BUMN maupun yang terafiliasi. Bagian Ketiga Prinsip Dasar Pasal 3 Pengadaan Barang/Jasa di lingkungan perusahaan wajib menerapkan prinsip-prinsip: 3.1. Efisien, berarti Pengadaan Barang/Jasa harus diusahakan untuk mendapatkan hasil yang optimal dan terbaik dalam waktu yang cepat dengan menggunakan dana dan kemampuan seminimal mungkin secara wajar dan bukan hanya didasarkan pada harga terendah; Pedoman Pengadaan Barang/Jasa BTDC 10

3.2. Efektif, berarti Pengadaan Barang/Jasa harus sesuai dengan kebutuhan yang telah ditetapkan dan dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya sesuai dengan sasaran yang ditetapkan; 3.3. Kompetitif (terbuka dan bersaing), berarti Pengadaan Barang/Jasa harus terbuka bagi Penyedia Barang/Jasa yang memenuhi persyaratan dan dilakukan melalui persaingan yang sehat diantara Penyedia Barang/Jasa yang setara dan memenuhi syarat/kriteria tertentu berdasarkan ketentuan dan prosedur yang jelas dan transparan; 3.4. Transparan, berarti semua ketentuan dan informasi mengenai Pengadaan Barang/Jasa, termasuk syarat teknis administrasi pengadaan, tata cara evaluasi, hasil evaluasi, penetapan calon Penyedia Barang/Jasa, sifatnya terbuka bagi peserta Penyedia Barang/Jasa yang berminat; 3.5. Adil (tidak diskriminatif) dan wajar, berarti memberikan perlakuan yang sama bagi semua calon Penyedia Barang/Jasa yang memenuhi syarat, dan tidak mengarah untuk memberi keuntungan kepada pihak tertentu, dengan cara dan atau alasan apapun; 3.6. Akuntabel, berarti harus mencapai sasaran (baik fisik, keuangan maupun azas manfaat sesuai dengan prinsip-prinsip serta ketentuan yang berlaku dalam Pengadaan Barang/Jasa) dan dapat dipertanggungjawabkan sehingga menjauhkan dari potensi penyalahgunaan dan penyimpangan. Bagian Keempat Kebijakan Umum Pasal 4 4.1. Mengutamakan penggunaan produksi dalam negeri, rancang bangun dan perekayasaan nasional yang sasarannya adalah memperluas lapangan kerja dan mengembangkan industri dalam negeri dalam rangka meningkatkan daya saing barang dan jasa produksi dalam negeri pada perdagangan internasional; 4.2. Meningkatkan peran serta usaha kecil termasuk koperasi kecil dan kelompok masyarakat dalam Pengadaan Barang/Jasa serta perluasan kesempatan bagi usaha kecil, sepanjang kualitas, harga, dan tujuannya dapat dipertanggung jawabkan; 4.3. Dalam rangka mendorong pertumbuhan industri dalam negeri, Pengguna Barang/Jasa dapat memberikan preferensi penggunaan penggunaan produksi dalam negeri dengan tetap mengindahkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku; 4.4. Menyederhanakan ketentuan tata cara pengadaan untuk meningkatkan profesionalisme, kemandirian dan tanggung jawab Pengguna Barang/Jasa, Pejabat BLP; Pedoman Pengadaan Barang/Jasa BTDC 11

4.5. Meningkatkan transparasi, persaingan usaha yang sehat dan kompetitif dengan melakukan pengadaan secara terbuka; 4.6. Mengutamakan sinergi antar BUMN, Anak Perusahaan BUMN, dan/atau Perusahaan Terafiliasi BUMN atau antar Anak Perusahaan BUMN dan/atau antar Perusahaan Terafiliasi BUMN, dalam rangka meningkatkan efisiensi usaha atau perekonomian. Bagian Kelima Etika Pengadaan Barang/Jasa Pasal 5 Pengguna Barang/Jasa, Penyedia Barang/Jasa, dan para pihak yang terkait dalam pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa harus mematuhi etika sebagai berikut: 5.1. Melaksanakan tugas secara tertib, disertai rasa tanggungjawab untuk mencapai sasaran kelancaran dan ketepatan tercapainya tujuan Pengadaan Barang/Jasa; 5.2. Bekerja secara profesional dan mandiri atas dasar kejujuran, serta menjaga kerahasiaan dokumen Pengadaan Barang/Jasa yang seharusnya dirahasiakan untuk mencegah terjadinya penyimpangan dalam Pengadaan Barang/Jasa; 5.3. Tidak saling mempengaruhi baik secara langsung maupun tidak langsung, untuk mencegah dan menghindari terjadinya persaingan tidak sehat; 5.4. Menerima dan bertanggung jawab atas segala keputusan yang ditetapkan sesuai dengan kesepakatan para pihak; 5.5. Menghindari dan mencegah terjadinya pertentangan kepentingan para pihak yang terkait, langsung maupun tidak langsung dalam proses Pengadaan Barang/Jasa (conflict of interest); 5.6. Menghindari dan mencegah terjadinya pemborosan dan kebocoran keuangan perusahaan dalam Pengadaan Barang/Jasa; 5.7. Menghindari dan mencegah penyalahgunaan wewenang dan/atau kolusi dengan tujuan untuk keuntungan pribadi, golongan atau pihak lain yang secara langsung atau tidak langsung merugikan perusahaan; 5.8. Tidak menerima, tidak menawarkan atau tidak menjanjikan untuk memberi atau menerima hadiah, imbalan berupa apa saja kepada siapapun yang diketahui atau patut dapat diduga berkaitan dengan Pengadaan Barang/Jasa. Pedoman Pengadaan Barang/Jasa BTDC 12

Bagian Keenam Pelaksanaan Atas Pengadaan Barang/Jasa Pasal 6 6.1. Pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa perusahaan dilakukan dengan: 6.1.1. Menggunakan Penyedia Barang/Jasa; dan/atau 6.1.2. Cara Swakelola. 6.2. Direksi melaporkan kepada Dewan Komisaris mengenai proses dan hasil Pengadaan Barang/Jasa dalam jumlah dan nilai tertentu yang bersifat substansial (non rutin). 6.3. Pengadaan Barang/Jasa dalam jumlah dan nilai tertentu yang bersifat substansial sebagaimana dimaksud pada butir 6.2 tersebut diatas ditentukan oleh Direksi dengan terlebih dahulu mendapat persetujuan Dewan Komisaris. Bagian Ketujuh Ruang Lingkup Pasal 7 Pedoman Pengadaan Barang/Jasa ini berlaku untuk keperluan Perusahaan BTDC, dalam hal: 7.1. Pengadaan Barang/Jasa dengan sumber dana dari anggaran Perusahaan (RKAP); 7.2. Pengadaan Barang/Jasa dengan sumber dana dari pinjaman/hibah luar negeri baik yang dijamin maupun tidak dijamin oleh pemerintah, dan/atau pinjaman dalam negeri atau non anggaran Perusahaan (sepanjang tidak diatur dalam naskah pemberi pinjaman /guide lines) dan/atau peraturan perundang-undangan yang berlaku, kecuali Pengadaan Barang/Jasa tersebut menggunakan dana langsung dari APBN/APBD baik sebagian maupun seluruhnya; 7.3. Pengadaan Barang/Jasa dengan sumber dana yang berasal dari dana perusahaan yang tidak dianggarkan karena adanya alasan mendesak atau keadaan darurat sebagaimana diatur dalam pasal 9.4. Bagian Kedelapan Pembiayaan Pengadaan Barang/Jasa Pasal 8 Perusahaan wajib menyediakan dana Pengadaan Barang/Jasa termasuk biaya administrasi untuk mendukung pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa, yang meliputi: Pedoman Pengadaan Barang/Jasa BTDC 13

8.1. Honorarium Kelompok Kerja (PokJa); 8.2. Honorarium Tenaga Ahli; 8.3. Pengumuman Pengadaan Barang/Jasa; 8.4. Penggandaan dokumen Pengadaan Barang/Jasa dan/atau dokumen prakualifikasi; 8.5. Administrasi lainnya yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa. Bagian Kesembilan Pengguna Barang/Jasa Pasal 9 9.1. Pengguna Barang/Jasa adalah Direktur Utama PT. Pengembangan Pariwisata Bali (Persero) atau Direktur Bidang yang bertanggung jawab atas pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa dalam lingkungan kerja perusahaan; 9.2. Pengguna Barang/Jasa memiliki kewenangan untuk melakukan Pengadaan Barang/Jasa yang alokasi anggarannya telah tercantum di dalam Rencana Kerja Anggaran Perusahaan (RKAP), maupun pekerjaan yang belum dianggarkan dalam RKAP namun dianggap perlu oleh Direksi Perusahaan karena alasan mendesak atau keadaan darurat, atau pengadaan Barang/Jasa yang sumber dari dana dari pinjaman/hibah luar negeri baik yang dijamin maupun tidak dijamin oleh pemerintah, dan/atau pinjaman dalam negeri atau non anggaran Perusahaan (sepanjang tidak diatur dalam naskah pemberi pinjaman /guide lines) dan/atau peraturan perundang-undangan yang berlaku, kecuali Pengadaan Barang/Jasa tersebut menggunakan dana langsung dari APBN/APBD baik sebagian maupun seluruhnya; 9.3. Tugas Pokok Pengguna Barang/Jasa adalah: Pengguna Barang/Jasa bertugas dan wajib untuk: 9.3.1. Menetapkan Paket-paket Pengadaan Barang/Jasa; 9.3.2. Menetapkan Metode Pengadaan Barang/Jasa yang akan dilaksanakan; 9.3.3. Menyetujui Perencanaan dan Jadwal Pengadaan Barang/Jasa berdasarkan kegiatan yang tercantum dalam Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) maupun pekerjaan yang belum dianggarkan dalam RKAP namun dianggap perlu oleh Direksi Perusahaan karena alasan mendesak atau keadaan darurat, atau pengadaan Barang/Jasa yang sumber dari dana dari pinjaman/hibah luar negeri baik yang dijamin maupun tidak dijamin oleh pemerintah, dan/atau pinjaman dalam negeri atau non anggaran Perusahaan (sepanjang tidak diatur dalam naskah pemberi pinjaman /guide lines) dan/atau peraturan perundangundangan yang berlaku; 9.3.4. Menyusun dan menetapkan spesifikasi teknis untuk Pengadaan Barang/Jasa Konstruksi atau Jasa Lainnya, menetapkan Kerangka Acuan Kerja (KAK) untuk pengadaan Jasa Konsultansi; Pedoman Pengadaan Barang/Jasa BTDC 14