Bab 21. Bahan Tambahan Makanan (BTM), Keamanan Pangan dan Perlindungan Konsumen

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 722/MENKES/PER/IX/88 TENTANG BAHAN TAMBAHAN MAKANAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

Alasan Penggunaan BTM : (Food Food Protection Committee in Publication) BAB 4 BAHAN TAMBAHAN MAKANAN (BTM)

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 722/MENKES/PER/IX/88 TENTANG BAHAN TAMBAHAN MAKANAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

(3) KENALI DENGAN BAIK MANFAAT BAH AN TAMBAHAN PANGAN Ardiansyah PATPI Cabang Jakarta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Saus cabai atau yang biasa juga disebut saus sambal adalah saus yang

Kuesiner Penelitian PENGETAHUAN, DAN SIKAP PEDAGANG ES KRIM TENTANG PENGGUNAAN PEMANIS BUATAN DI BEBERAPA PASAR KOTA MEDAN TAHUN 2010

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bakso adalah jenis makanan yang dibuat dari bahan pokok daging dengan

SEMINAR SAFETY DAN HALAL Kamis, 2 Juni 2016 Di Hotel Gracia Semarang

I. PENDAHULUAN. additive dalam produknya. Zat tambahan makanan adalah suatu senyawa. memperbaiki karakter pangan agar mutunya meningkat.

UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1996 TENTANG PANGAN [LN 1996/99, TLN 3656]

BAB I PENDAHULUAN. teknologi pangan dan bahan kimia yang dibutuhkan agar mutunya baik.

BERITA NEGARA. Batas Maksimum. Batas Tambahan. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

STANDAR PEDOMAN REKOMENDASI INTERNASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya sasaran pembangunan pangan adalah menyediakan pangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Assalamu alaikum Wr. Wb. BAHAN TAMBAHAN PANGAN (BTP) Disusun oleh : Devi Diyas Sari ( )

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2004 TENTANG KEAMANAN, MUTU DAN GIZI PANGAN

I. PENDAHULUAN. secara tradisional (Suryadarma, 2008). Cotton (1996) menyatakan bahwa, kajian

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

PENDAHULUAN. Es lilin merupakan salah satu jajanan pasar yang telah lama dikenal oleh

Kuesioner Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bahan tambahan pangan adalah bahan yang biasanya tidak digunakan

I. PENDAHULUAN. Makanan tradisional Indonesia mempunyai kekayaan ragam yang luar. biasa. Baik macam, bentuk, warna, serta aroma sesuai dengan budaya

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

MATERI III : ANALISIS BAHAYA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut WHO, makanan adalah : Food include all substances, whether in a

I. PENDAHULUAN. Bubur buah (puree) mangga adalah bahan setengah jadi yang digunakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 1999 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wulan Novia Tresnaati, 2013

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 85 TAHUN 1999 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik

BAB 1 PENDAHULUAN. pewarna sintesis yang digunakan dalam makanan adalah aman. bahan yang diwarnai berwarna merah. Penyalahgunaan Rhodamine B pada

B T M = ZAT BERACUN? Oleh : Estien Yazid, M.Si Dosen Biokimia Akademi Analis Kesehatan Delima Husada Gresik

BAB I PENDAHULUAN. Ubi jalar atau ketela rambat ( Ipomoea batatas ) adalah sejenis tanaman

memerlukan makanan yang harus dikonsumsi setiap hari, karena makanan merupakan sumber energi dan berbagai zat bergizi untuk mendukung hidup

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. produsen makanan sering menambahkan pewarna dalam produknya. penambahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENERAPAN PENGETAHUAN BAHAN TAMBAHAN PANGAN PADA PEMILIHAN MAKANAN JAJANAN MAHASISWA PENDIDIKAN TATA BOGA UPI

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak memenuhi syarat, dan terhadap kerugian sebagai akibat produksi,

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan bahan kimia sebagai bahan tambahan pada makanan (food

BERITA NEGARA. BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN. Bahan Tambahan Pangan. Sekuestran. Batas Maksimum. PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN

BAB 1. Di Indonesia, sebagian besar masyarakatnya mempunyai tingkat pendidikan

RINGKASAN Herlina Gita Astuti.

Ringkasan Uji Toksisitas Akut. e-assignment

BAB I PENDAHULUAN. gula oleh bakteri pembentuk nata yaitu Acetobacter xylinum. Bakteri nata dalam

BAB I PENDAHULUAN. setiap rakyat Indonesia dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan, hewan, mineral, sediaan sarian (galenika) atau campuran dari bahanbahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

SAP DAN SILABI KEAMANAN PANGAN PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PANGAN UNIVERSITAS PASUNDAN

BAB II DESKRIPSI INDUSTRI

BAB 1 PENDAHULUAN. jus sayuran. Sehingga masyarakat lebih banyak mengkonsumsi minuman

Makalah Program Pengabdian kepada Masyarakat BAHAN ADITIF DALAM MAKANAN

3. Peserta didik dapat mengidentifikasi bahan tambahan pangan yang berjenis

BAB I PENDAHULUAN. Bahan pangan adalah bahan yang memungkinkan manusia tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh Balai Besar Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM)

I. PENDAHULUAN. Produk pangan fungsional (fungtional food) pada beberapa tahun ini telah

MAKANAN SEHAT DAN MAKANAN TIDAK SEHAT BAHAN AJAR MATA KULIAH KESEHATAN DAN GIZI I

Zat Kimia Berbahaya Pada Makanan

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

Pengawetan pangan dengan pengeringan

BAB 1 PENDAHULUAN. Makanan adalah salah satu kebutuhan manusia.dalam kehidupan sehari-hari.

Bahan Tambahan Pangan (Food Additive)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lipid adalah senyawa berisi karbon dan hidrogen yang tidak larut dalam air tetapi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Makanan merupakan komponen penting bagi kehidupan manusia, karena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lawan kata dari minuman keras. Minuman ini banyak disukai karena rasanya yang

BAB I PENDAHULUAN. penjual makanan di tempat penjualan dan disajikan sebagai makanan siap santap untuk

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia banyak sekali masyarakat yang mengkonsumsi produk

Analisis Hayati UJI TOKSISITAS. Oleh : Dr. Harmita

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KERUSAKAN BAHAN PANGAN TITIS SARI

BAB I PENDAHULUAN. melakukan berbagai upaya sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang

BAB 1 PENDAHULUAN. baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

TOKSIKOMETRIK. Studi yang mempelajari dosis dan respon yang dihasilkan. Efek toksik. lethal dosis 50

BAB I PENDAHULUAN. sebanyak 22%, industri horeka (hotel, restoran dan katering) 27%, dan UKM

AMANKAH PANGAN ANDA???

BAB I PENDAHULUAN. diperuntukkan sebagai makanan dan minuman yang dikonsumsi manusia,

Prinsip-prinsip Penanganan dan Pengolahan Bahan Agroindustri

BERITA NEGARA PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

Teknologi pangan adalah teknologi yang mendukung pengembangan industri pangan dan mempunyai peran yang sangat penting dalam upaya mengimplementasikan

IX. PERMASALAHAN KEAMANAN PANGAN ASAL TERNAK DI INDONESIA

Pengolahan, Pengemasan dan Penyimpanan Hasil Pertanian

PENERAPAN CARA BUDIDAYA IKAN YANG BAIK (CBIB) PADA UNIT USAHA BUDIDAYA

BAB I PENDAHULUAN. Makanan atau minuman adalah salah satu kebutuhan dasar manusia.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB I PENDAHULUAN. memilih bahan makanan maka kita perlu memperhatikan kebersihan dan mutunya

2016, No Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang Label dan Iklan Pangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 131,

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : T22IMENKES/PERiIX/88 TENTANG BAHAN TAMBAHAN MAKANAN

KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Toksisitas yang berhubungan dengan pemberian obat akut atau kronis Kerusakan genetik Pertumbuhan tumor Kejadian cacat waktu lahir.

PENGARUH PERENDAMAN DALAM LARUTAN GULA TERHADAP PERSENTASE OLIGOSAKARIDA DAN SIFAT SENSORIK TEPUNG KACANG KEDELAI (Glycine max)

Transkripsi:

Bab 21. Bahan Tambahan Makanan (BTM), Keamanan Pangan dan Perlindungan Konsumen

21. 1. Pendahuluan Pangan Masyarakat - Aman untuk Kesehatan -Murni (halal komposisi sesuai label) - Nilai Ekonomi Wajar VS Perlindungan Konsumen - Konsumen Masyarakat Modern Tak Mampu Melindungi Diri - Penjamin Harus : a) Industri Pangan b) Pemerintah

Standar Industri Kualitas Pangan Keamanan Pangan Komposisi pangan > Standar Minimum Pemerintah Melindungi Konsumen Melindungi Industri dari Persaingan Tak Sehat Mengapa??? Supaya Mampu Berkompetisi Supaya Dapat Survive Melindungi Brand -Name

20.2. Bahan Tambahan Makanan (BTM) Suplai Makanan Kita Aman???? Isu Sangat Sensitif adalah : BTM yang dipakai dengan sengaja : *) pengawet, pemanis, dll *) penyalahgunaan BTM BTM yang masuk tak sengaja : *) Residu pestisida pada tanaman/ternak *) Serpihan bahan kemasan *) Pelumas mesin pengolah

Manusia Purba Sudah Mengenal BTM : Pengasapan daging, ikan (asap, garam) Fermentasi sayur, buah, susu (asam, alcohol, dsb) Rempah-rempah (citarasa, pengawet) Manusia Modern Mengenal Banyak Jenis BTM : Sangat bermanfaat bila pemakaian tepat Perlu penelitian, interpretasi data, undang-undang pemakaian

20. 3. Alasan Perlunya BTM Daerah Pertanian Daerah Produksi Pangan Penyimpanan + Transportasi Perlu BTM untuk : Mengawetkan Sifat Fungsional - Sifat inderawi baik (warna, citarasa, tekstur) - Sebagai Processing Aid Produksi Makanan Siap Saji (Convenience Food) Daerah Urban Konsentrasi Penduduk/Konsumen

Masalah BTM : Makanan Awet 1. BTM sangat menguntungkan Makanan Kualitas Tinggi Siap Saji 2. Penyalah-Gunaan BTM harus dikendalikan Tujuan Penggunaan Jumlah Penggunaan Batas Keamanan Berlaku untuk Produk Lokal dan Impor 3. Perlu : Peraturan dan Pemantauan

Contoh Penyalah-Gunaan BTM 1. Penggunaan tidak sesuai fungsi 2. Menutupi kerusakan/pembusukan 3. Mengelabui konsumen 4. Bila dapat mengurangi zat gizi penting 5. Bila dampak yang sama dapat juga dengan GMP (Good Manufacturing Practice) 6. Konsentrasi pemakaian berlebihan

20.4. Definisi /Pengertian BTM/BTK/Food Additive Komisi Codex Alimentarius (Eropa) Bahan yang tidak lazim dikonsumsi sebagai makanan atau biasanya tidak dipakai sebagai campuran khusus makanan, dapat bergizi atau tidak, dan penambahannya mempunyai tujuan untuk membantu proses pembuatan, pengolahan, penyiapan, perlakuan, pengemasan, pengangkutan dan penyimpanan produk makanan olahan dengan hasil yang mempunyai dampak pada karakteristik makanan tersebut. USA Setiap bahan yang pemakaiannya secara langsung atau tidak langsung mengakibatkan bahan tersebut menjadi komponen makanan tersebut atau mempengaruhi sifat-sifat makanan tersebut. Menteri Kesehatan RI No. 329/Menkes/PER/XII/76 Bahan yang ditambahkan dan dicampurkan sewaktu pengolahan makanan untuk meningkatkan mutu, antara lain, pewarna, penyedap rasa dan aroma, pemantap, antioksidan, pengawet, pengemulsi, antigumpal, pemucat dan pengental.

20. 5. Klasifikasi BTM 1. Umum 1. BTM yang sengaja ditambahkan Komposisi diketahui Tujuan pemakaian : a. Memperbaiki nilai gizi b. Mengawetkan c. Menciptakan sifat inderawi tertentu d. Mempermudah proses pengolahan Sub pengelompokan menurut fungsi spesifik (pengawet, pewarna, pengemulsi, dsb. Konsentrasi pemakaian : menurut peraturan. 2. BTM yang tidak sengaja ditambahkan Residu atau Kontaminan pestisida, logam berat, hormon, antibiotika, PCB (dari kemasan), dll. Tidak mempunyai fungsi Asal : Proses budidaya, produksi pengolahan, pengemasan.

2. Menurut Sumber 1. BTM alami (lesitin dari kedelai, pectin dari albedo jeruk) 2. BTM sintetis Sintesis dari bahan kimia Sifat : - Struktur kimia mirip BTM alami - Degradasi metabolik sama seperti BTM alami Contoh : Asam Askorbat, asam nitrat Kelebihan Kerugian * Lebih pekat * Sering tidak murni (berbahaya) * Lebih stabil * Sering ada efek samping, * Lebih murah al.karsinogenik

3.Menurut Keamanan Bagi Konsumen BTM golongan GRAS (Generally Recognized As Safe) atau UDA (Umumnya Dikenal Aman) Definisi : Bahan-bahan yang didasarkan evaluasi ilmiah atau berdasarkan pengalaman dan pengamatan oleh para ahli dinyatakan pemakaiannya dalam makanan adalah aman. Penggunaannyatidak diatur oleh peraturan pemerintah. Contoh : *) Asam, garam benzoat *) K, Na, Ca-Sorbat *) K, Na, Sulfit dan Metabisulfit BTM Non-GRAS Penggunaannya diatur oleh peraturan pemerintah

Jenis /Kelompok BTM A. Pengelompokan BTM di RI (No. 235/MEN.KES/PER/VI/79) Antioksidan dan Antioksidan Sinergis Antikempal Pengasam, Penetral dan Pendapar Enzim Pemanis Buatan Pemutih dan Pematang Penambah Gizi Pengawet Pengemulsi, Pemantap dan Pengental. Pengeras Pewarna (1.alami 2.sintetik) Penyedap Rasa dan Aroma Sekuestran BTM lain B. Pengelompokan Menurut FDA-USA

20. 6. Pengujian Keamanan BTM Waktu Pengujian : 15-20 th Prosedur Pengujian A.Uji Toksisitas Akut B.Uji Toksisitas Subakut C.Uji Toksisitas Subkronis D.Uji Farmakoninetik

A. Uji Toksisitas Akut Penentuan dosis kematian /kerusakan organ parah Hewan uji : 2 species, tikus, anjing Cara : oral (melalui makanan), injeksi ke dalam pembuluh darah Hasil uji : LD 50 = Lethal Dosis 50%

B. Uji Toksisitas Subakut Penentuan dosis maksimal tanpa efek buruk Hewan uji : 2 species Cara : - Sejumlah besar hewan diberi makanan dosis sub-lethal selama 90 hari. - Pengamatan dibedakan untuk hewan jantan dan betina meliputi, Perilaku Penampilan Berat Badan Komposisi Darah Komposisi Urin Kelainan-kelainan organ dan jaringan tubuh Hasil Uji : ADI = Acceptable Daily Intake = konsentrasi maksimal (mg/kg bobot) tanpa efek buruk dibagi 100

C. Uji Toksisitas Subkronis Untuk memeriksa terjadinya tumor atau penyakit kronis Hewan Uji : tikus, pengujian 3 th. Anjing, pengujian 2 th Cara : Hewan diberi makanan seumur hidupnya dengan dosis subakut 10-100 x lebih tinggi dari dosis subakut untuk manusia. Hewan dibunuh secara periodik dan diperiksa secara fisiologis dan biokimia

D. Uji Farmakokinetik Meliputi pemeriksaan tentang adsorpsi, distribusi ke dalam jaringan dan organ tuguh, metabolisme dan eliminasi dari tubuh. Cara : - Test Kekeruhan : *) Jumlah anakan, anak jantan dan betina, Uji Teratogenik Uji Mutagenik berat anak, kemampuan bertahan hidup. *) Alasan : efek baru tampak pada generasi 2 ke atas

Konsep Risk-Benefit Masalah BTM : *) Sangat kompleks *) BTM tertentu sangat besar manfaatnya *) Ada resiko kecil Boleh BTM Dipakai????? Zero Risk sangat Mahal Keputusan ; *) Penyuluhan Konsumen tentang Hubungan Risk-Benefit *) Konsumen menentukan sendiri Contoh : Saccharin Rokok