BAB I PENDAHULUAN. mayoritas beragama Islam terbesar di dunia. Sebanyak 87,18 % dari

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. hukum syara yang saling berseberangan. Setiap muslim diperintahkan hanya untuk

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dengan jumlah penduduk lebih dari 200 juta dan sekitar 87%

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah yang baik agar masyarakat dapat merasa lebih aman dan terjamin dalam

BAB I. Semakin maraknya persaingan bisnis global, pasar menjadi semakin ramai. dengan barang-barang produksi yang dihasilkan. Bangsa Indonesia dengan

BAB I PENDAHULUAN. Populasi umat Muslim di seluruh dunia saat ini semakin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, teknologi dan informasi, maka semakin luas alur keluar dan

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan pesatnya perkembangan media dewasa ini, arus informasi

BAB I PENDAHULUAN. informasi tentang produk yang akan digunakan, informasi dapat didefenisikan

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran Agama Islam sebagai raḥmatallil ālamīn sesungguhnya telah

BAB I PENDAHULUAN. perubahan perilaku konsumen, kebijakan pemerintah, persaingan bisnis, hanya mengikuti perkembangan penduduk namun juga mengikuti

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar dalam membantu perekonomian rakyat. UKM Menurut UU No. 20 tahun 2008 Usaha Kecil dan Menengah adalah usaha

BAB I PENDAHULUAN. dilirik pengusaha karena potensinya cukup besar. Ketatnya persaingan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dewasa ini konsumen semakin kritis dalam mencari dan menggali

populasi konsumen Muslim di Indonesia telah mencapai 90% dari jumlah total penduduk (BPS,2013). Sebagai negara dengan populasi kaum Muslim terbesar,

BAB I PENDAHULUAN. yang semakin ketat dan berbentuk sangat kompleks. Menghadapi persaingan

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang beragama muslim, ada hal yang menjadi aturan-aturan dan

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan primer bagi setiap manusia. Sebagai kebutuhan primer, maka

BAB I PENDAHULUAN. alam, yang dapat menyebabkan perasaan daya tarik dan ketentraman. emosional, karena hal itu merupakan pengalaman subyektif.

BAB I PENDAHULUAN. yang sekarang merupakan negara mayoritas muslim terbesar di dunia. Pada

SERTIFIKASI HALAL DALAM PRODUK KULINER UMKM

BAB I PENDAHULUAN. pelanggan, karena kepuasan pelanggan merupakan hal terpenting yang. satu faktor dalam memenangkan persaingan.

BAB I: PENDAHULUAN BAB I. Pada bab ini dijelaskan mengenai latar belakang masalah, LATAR BELAKANG. rumusan masalah, tujuan penelitian dan kegunaan

syarat penting untuk kemajuan produk-produk pangan lokal di Indonesia khususnya agar dapat bersaing dengan produk lain baik di dalam maupun di

BAB I PENDAHULUAN. Kosmetik Oleh Mahasiswi Jurusan Ekonomi Islam Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Airlangga, Jurnal EKonomi, 2016, hal. 1.

KIAT MEMILIH PRODUK HALAL

BAB I PENDAHULUAN. produk daging. Di Indonesia sendiri, daging yang paling banyak digemari

BAB I PENDAHULUAN. yang halal, karena setiap makanan yang kita konsumsi akan mendarah. daging dalam tubuh dan menjadi sumber energi yang penting untuk

Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) MEA

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan khususnya di bidang perindustrian dan perdagangan nasional telah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut ketentuan Pasal 1 Angka (1) Undang-undang No.7 Tahun 1996 tentang

BAB I PENDAHULUAN. atau yang biasa disebut bodycare juga digunakan para wanita untuk merawat tubuh.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan, budaya serta teknologi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB IV. A. Analisis Terhadap Bentuk-Bentuk Perlindungan Konsumen Dalam Mas}lahah

BAB I PENDAHULUAN. 1

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan manusia merupakan suatu keadaan akan sebagian dari pemuasan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Kuesioner Pengaruh Labelisasi Halal Terhadap Keputusan Masyarakat. Kecamatan Perbaungan Dalam Pembelian Produk Makanan Dalam Kemasan.

BAB III USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) DAN SERTIFIKASI HALAL

BAB IV PENUTUP. 1. Bahwa setiap produk makanan dalam kemasan yang beredar di Kota. Bengkulu wajib mencatumkan label Halal, karena setiap orang yang

BAB I PENDAHULUAN. Usaha kecil dan menengah (UKM) pada umumnya membuka usahanya di

Sejauh mana penanganan label halal yang dilakukan oleh MUI (LPPOM) sekarang?

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PELABELAN. informasi verbal tentang produk atau penjualnya. 17

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Fokus Pagi Edisi Rabu, 29 Juli 2009 Tema : Kebijakan Topik : Nasib Rancangan Undang-Undang Jaminan Produk Halal

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi makanan seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor. Faktor-faktor

MAKANAN DAN MINUMAN DALAM ISLAM OLEH : SAEPUL ANWAR

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

-1- QANUN ACEH NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM JAMINAN PRODUK HALAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. manusia saja hewan serta tumbuhanpun juga memerlukan makanan, sebab makanan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian negara yang mendapat perhatian yang lebih besar. Pada saat ini

BAB I PENDAHULUAN. mengeni suatu produk tertentu yang ingin digunakannya. tentang produk yang tercetak pada kemasan. Dalam label, konsumen dapat

BAB II KERANGKA TEORI. penyampai informasi produk kepada konsumen. Sebuah label biasanya berupa

BAB I PENDAHULUAN. Bukan hanya umat Islam di pedesaan, tetapi lebih-lebih di perkotaan. Banyaknya

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Keputusan Menteri Agama R.I. Nomor 518 Tahun 2001 Tanggal 30 Nevember 2001 TENTANG PEDOMAN DAN TATA CARA PEMERIKSAAN DAN PENETAPAN PANGAN HALAL

BAB I PENDAHULUAN. Agroindustri semakin berkembang pesat. Seiring dengan berkembangnya

SERTIFIKASI HALAL SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PRODUK OLAHAN KOMODITAS PERTANIAN UNGGULAN DAERAH

LAPORAN AKHIR PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA HALAL DETECTOR : APLIKASI CERDAS PENDETEKSI KEHALALAN PRODUK DI HANDPHONE BERBASIS ANDROID

SERTIFIKASI HALAL OLEH LPPOM DAN MUI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika (LPPOM) adalah

BAB I PENDAHULUAN. energi. Makanan dan minuman yang dikonsumsi manusia haruslah makanan. dalam Al-Qur an surat Al-Baqarah ayat 172:

BAB III TINJAUAN TEORITIS PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN. digunakan dalam proses penyiapan, pengolahan dan atau pembuatan makanan atau

SISTEM JAMINAN HALAL (S J H)

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR TAHUN... TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk diperhatikan, diminta, dicari, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi pasar

BAB I PENDAHULUAN. terkait dengan daging babi dan lemak babi yang dicampur dalam produk

BAB I PENDAHULUAN. pemenuhan kebutuhan. Dimana kebutuhan-kebutuhan tersebut semakin bervariasi

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS KEPUTUSAN KONSUMEN DALAM PEMBELIAN PRODUK KOSMETIK TANPA LABEL HALAL DI ANEKA JAYA NGALIYAN SEMARANG

BAB VI HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN, TINGKAT KEPEDULIAN DAN EKUITAS MEREK

2. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal

BAB I PENDAHULUAN. informasi produk yang ditawarkan perusahaan, akan cepat sampai kepada

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 5/PUU-XV/2017 Produk Halal

KERANGKA PENDEKATAN TEORI. 1. Makanan olahan cepat saji sosis dan nugget. Daging restrukturisasi (restructured meat) merupakan salah satu bentuk

BAB I PENDAHULUAN. manajemen dan pemilik modal (investor dan kreditor) tetapi juga karyawan,

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi serta

BAB IV ANALISIS STANDAR SERTIFIKASI PENYEMBELIHAN HALAL DAN URGENSINYA. A. Analisis Terhadap Standar dan Prosedur Sertifikasi Penyembelihan Halal

I. PENDAHULUAN. sebagai bahan utamanya dan bumbu pelengkap seperti terasi, garam, asam jawa.

Lex Administratum, Vol. V/No. 1/Jan-Feb/2017

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang cukup pesat melalui cara-cara yang damai. Selama ini banyak

Sertifikasi dan Sistem Jaminan Halal

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 14 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Islam agama yang sempurna, yang diturunkan oleh Allah SWT kepada. Nabi Muhammad SAW yang memiliki sekumpulan aturan.

DAFTAR GAMBAR. Gambar 1

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidup lainnya, seperti kebutuhan sandang dan papan. Secara etimologi

BAB I PENDAHULUAN I.1.

FATWA MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA ACEH NOMOR 06 TAHUN 2013 TENTANG STUNNING, MERACUNI, MENEMBAK HEWAN DENGAN SENJATA API DAN KAITANNYA DENGAN HALAL,

BAB I PENDAHULUAN. setiap orang. Dalam hal ini yang dimaksud makanan adalah segala sesuatu. pembuatan makanan atau minuman. 1

URGENSI DAN STRATEGI PENINGKATAN SERTFIKASI HALAL BAGI UMKM DI KOTA SEMARANG. Dewi Sulistianingsih ABSTRAK

BAB I. PENDAHULUAN. tahun Sedangkan dalam Undang-undang Republik Indonesia No. 18 tahun

BAB IV. A. Legitimasi Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan. Sebagai bagian dari perundang-undangan, Undang-Undang Nomor 18

BAB I PENDAHULUAN. Bisnis kuliner di kota-kota besar seperti Jakarta, Surabaya, Jogjakarta dan

BAB I PENDAHULUAN. Populasi muslim di Indonesia yang terus bertambah, ditambah dengan

BAB I PENDAHULUAN. yang melindungi kepentingan konsumen 1. Adapun hukum konsumen diartikan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. CV. Semar yang merupakan salah satu produsen pembuat bakso di Bandung

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki penduduk dengan mayoritas beragama Islam terbesar di dunia. Sebanyak 87,18 % dari 237.641.326 penduduk Indonesia adalah pemeluk agama Islam (sensus penduduk, 2012). Sebagaimana kenyataannya bahwa mayoritas penduduk Indonesia adalah Muslim, maka agama Islam sangat berpengaruh terhadap kultur yang berkembang. Termasuk pola konsumerisasi dikalangan masyarakat Indonesia sangat dipengaruhi oleh agama Islam. Pola konsumerisasi mencakup banyak hal. Salah satunya adalah pola konsumsi masyarakat terhadap bahan makanan. Fenomena yang terjadi berkaitan dengan hal tersebut adalah masyarakat paham akan pentingnya konsumsi produk halal, namun tidak mempunyai landasan yang akurat untuk dijadikan acuan kehalalan suatu produk. Kebanyakan dari masyarakat mempercayai produk halal hanya dari ucapan penjual atau logo halal yang dibuat oleh perusahaan produk makanan (Setyorini, 2013). Konsumen kini disuguhi banyak pilihan produk, salah satunya adalah produk pangan dalam kemasan. Sejumlah langkah bisa ditempuh konsumen saat mempertimbangkan untuk mengkonsumsi sebuah produk dalam kemasan. Misalnya, dengan memperhatikan label produk kemasan. Ini untuk memastikan kelayakan produk dan status kehalalannya (Fetra, 2011).

Di zaman sekarang ini masyarakat dalam mengkonsumsi produk pangan lebih memperhatikan tanggal kadaluarsa dari pada label halal. Kondisi masyarakat Indonesia yang awam tentang produk halal dan haram, sebagian besar masyarakat bersikap masa bodoh dalam mengkonsumsi berbagai macam produk yang ada di pasaran. Terlebih lagi sosialisasi tentang produk berlabel halal masih sangat kurang. Artinya masih sebagian orang saja yang sadar akan pentingnya label halal tersebut yang akan mencari tahu status kehalalan produk yang dikonsumsinya (Aprizawarman, 2014). Label merupakan alat penyampaian informasi tentang produk yang tercantum pada kemasan. Sedangkan kehalalan adalah sebagai parameter utama dalam proses pemilihan produk. Ketentuan membuat keterbatasan pada suatu produk untuk memasuki pasar umut Muslim. Memastikan makanan yang dikonsumsi halal menjadi tanggung jawab bagi setiap muslim. Untuk mempermudah mengetahui produk yang dikonsumsi halal dalam kemasan maka dapat dilihat dari label halal yang tercantum pada kemasan produk tersebut. Label pada produk terutama produk pangan merupakan hal yang sangat penting diperhatikan (Aprizawarman, 2014). Suatu makanan dikatakan halal jika berdasarkan sifat dan bagaimana cara memperolehnya. Menentukan kehalalan bukan hanya dalam pengkonsumsian terhadap makanan dan minuman saja, namun produk kesehatan dan kosmetik juga. Menganalisis kehalalan memiliki kompleksitas tersendiri, mulai dari proses

awal pembuatan, bahan yang digunakan dalam pembuatan hingga akhir produk, setelah itu baru diresmikan sebagai produk halal atau haram. Persoalan halal dan haramnya suatu produk merupakan persoalan yang serius bagi masyarakat Indonesia yang mayoritas beragama Islam, karena menyangkut persoalan iman dan kepercayaan masyarakat. Wajar bila di Indonesia kasus ketidakhalalan produk dapat menimbulkan reaksi keras dan sensitif bagi negara yang mayoritasnya beragama Islam ini. Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya mengkonsumsi dan menggunakan produk halal semakin membuat masyarakat selektif dalam memilih produk yang akan dikonsumsi dan ini merupakan tantangan yang harus direspon oleh pemerintah dan pelaku usaha di Indonesia. Adanya labelisasi halal pada produk-produk pangan, kosmetika dan obatobatan akan memudahkan konsumen untuk mengidentifikasi suatu produk sehingga meskipun tanpa pengetahuan yang mendalam tentang bahan tambahan pada produk tersebut yang memungkinkan menggunakan bahan haram, masyarakat akan merasa aman ketika mengkonsumsi suatu produk yang telah berlabel halal. Selain itu dengan adanya label halal pada suatu produk dapat melindungi pengusaha dari tuntutan masyarakat dikemudian hari, dan juga dapat memperkuat dan meningkatkan image produk. Untuk memberikan kepastian hukum dan melindungi hak-hak konsumen muslim yang menjadi konsumen utama dan terbesar dinegeri ini, maka keberadaan UU jaminan produk halal sangat penting dan mendasar. Untuk itu

ijma Ulama meminta pemerintah dan DPR-RI untuk segera menuntaskan pembahasan RUU tersebut dan mengesahkan menjadi UU. Keinginan masyarakat mengkonsumsi makanan halal dan thoyyib merupakan suatu keyakinan yang membudaya dalam kehidupan masyarakat muslim. Gejala-gejala tersebut telah dirasakan oleh banyak produsen makanan olahan di Indonesia. Mereka menyadari bahwa produk makanan olahan yang halal dan thoyyib mempunyai keunggulan tersendiri, baik dari segi keamanan maupun potensi pasar. Indikasi kesadaran ini dibuktikan oleh banyaknya produsen makanan olahan yang mengajukan permohonan sertifikasi halal ke LPPOM MUI (Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-Obatan dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia) untuk mendapatkan labelisasi halal, disamping juga untuk alasan ekspor. Menurut LPPOM-MUI, dari 1.209.172 jumlah produk pangan yang beredar dipasaran, hanya 874 produk yang memiliki sertifikat halal atau hanya sekitar 0,070 persen. Tidak jauh beda dengan data pangan, data PERKOMSI (Persatuan Perusahaan Kosmetika Indonesia) dari 744 perusahaan kosmetika di Indonesia, hanya sekitar 3 persen yang telah memiliki sertifikat halal dari LPPOM-MUI (Fetra, 2011). Dengan adanya label halal, konsumen muslim dapat memastikan produk mana saja yang boleh mereka konsumsi, yaitu produk yang memiliki dan mencantumkan label halal pada kemasannya. Dalam hal ini terdapat pada pasal 2 dalam fatwa MUI yang berbunyi produsen harus mencantumkan tulisan halal

pada lebel/penandaan makanan produknya bertanggung jawab terhadap makanan tersebut bagi pemeluk islam. Bukittinggi merupakan kota terbesar kedua di provinsi Sumatera Barat yang memiliki jumlah penduduk yang padat dan beraneka ragam, yaitu terdiri dari lapisan masyarakat, agama serta terdiri dari berbagai suku adat. Hal ini menyebabkan muncul produsen dan konsumen yang beraneka ragam pula. Sehingga produk yang tersedia di pasaran beraneka ragam, baik jenis maupun jumlahnya. Kota Bukittinggi adalah kota bersejarah bagi Majelis Ulama, kota tempat pertama lahirnya Majelis Ulama ditahun 60 an, cikal bakal terbentuknya Majelis Ulama Indonesia oleh Buya Hamka. Saat ini Kota Bukittinggi telah mempunyai RPH bersertifikat halal dan telah lebih dari 60 produk makanan berlabel halal MUI. Bukittinggi juga merupakan pusat perdagangan terbesar di Sumatera Barat dan banyaknya industry rumah tangga. Akibatnya masyarakat banyak suguhi oleh berbagai macam jenis produk yang ada di pasaran terutama produk dalam kemasan baik produk pangan, kosmetik maupun obat-obatan. Kurang lebih sekitar 60% produk di pasaran yang telah memiliki label halal. Apakah masyarakat memperhatikan label halal tersebut dalam mengkonsumsi sebuah produk. Seberapa besar respon masyarakat terhadap produk yang berlabel halal. Oleh karena itu penelitian ini dirasa penting karena masih banyaknya produk yang belum memiliki sertifikasi label halal.

Agar dapat memperoleh informasi yang lebih jelas dan disertai bukti ilmiah mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat muslim dalam menggunakan produk berlabel halal, maka perlu dilakukan suatu penelitian ilmiah. Penulis memberikan batasan bahwa produk yang dimaksud adalah semua produk yang diproduksi dengan menggunakan kemasan dan menyertakan label halal pada kemasannya. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dan mengkaji masalah tersebut dengan judul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Masyarakat Muslim Dalam Menggunakan Produk Berlabel Halal di Kota Bukittinggi. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah: 1. Seberapa besar probabilitas masyarakat muslim dalam menggunakan produk berlabel halal di Kota Bukittinggi? 2. Faktor-faktor apa sajakah yang dapat mempengaruhi masyarakat muslim dalam menggunakan produk berlabel halal di Kota Bukittinggi? Dimana faktor-faktor yang diuji adalah faktor persepsi dalam manfaat produk berlabel halal, pengetahuan dalam komposisi pada produk, fatwa MUI, pendapatan, pendidikan, pekerjaan, umur, harga dan lokasi.

1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan pnelitian ini adalah: 1. Menganalisis seberapa besar probabilitas masyarakat muslim dalam menggunakan produk berlabel halal di Kota Bukittinggi. 2. Untuk menganalisis apakah faktor-faktor persepsi dalam manfaat produk berlabel halal, pengetahuan dalam komposisi pada produk, fatwa MUI, pendapatan, pendidikan, pekerjaan, umur, harga dan lokasi mempengaruhi masyarakat muslim dalam menggunakan produk berlabel halal di Kota Bukittinggi. 2.4 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini antara lain: 1. Dapat menjadi acuan dalam pengambilan keputusan terutama dalam hal produk-produk halal serta labelisasinya, tidak hanya bagi konsumen tetapi juga pihak terkait seperti pemerintah daerah, pusat dan MUI. 2. Sebagai informasi bagi perusahaan diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi perusahaan dalam usaha melabelisasikan produknya dengan label halal di masa yang akan datang. 3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dokumentasi ilmiah yang bermanfaat untuk kegiatan akademi baik bagi penulis maupun fakultas.

2.5 Ruang Lingkup Penelitian Agar penelitian ini lebih terarah maka penulis membatasi permasalahan diantaranya: 1. Lokasi yang dipilih yaitu Kota Bukittinggi. 2. Sampel responden yang dipilih merupakan masyarakat di Kota Bukittinggi. 3. Dan lebih diarahkan pada faktor-faktor yang mempengaruhi masyarakat muslim dalam menggunakan produk berlabel halal di Kota Bukittinggi. Faktor-faktor tersebut terdiri dari : faktor persepsi dalam manfaat produk berlabel halal, pengetahuan dalam komposisi pada produk, fatwa MUI, pendapatan, pendidikan, pekerjaan, umur, harga dan lokasi. 2.6 Hipotesa Diduga persepsi dalam manfaat produk berlabel halal, pengetahuan dalam komposisi pada produk, fatwa MUI, pendapatan, pendidikan, pekerjaan, umur, harga dan lokasi berpengaruh positif dan signifikan dalam memilih produk berlabel halal. 2.7 Sistematika Penulisan BAB I : PENDAHULUAN Bab ini berisi tentang latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian, hipotesa dan sistematika penulisan.

BAB II : KERANGKA TEORI Bab ini berisi tentang beberapa kajian teoritis yang menjelaskan landasan teori yang dapat mendukung penelitian ini. BAB III : METODE PENELITIAN Bab ini berisi tentang metode penelitian, metode pengumpulan data, populasi dan sampel, metode analisa data, pengujian signifikan model dan parameter, dan definisi operasional variabel. BAB IV : GAMBARAN UMUM PENELITIAN Merupakan bab yang menjelaskan tentang gambaran umum Kota Bukittinggi antara lain mengenai keadaan geografis, demografis dan perdagangan. BAB V : PEMBAHASAN Membahas tentang hasil temuan penelitian. BAB VI : KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi kesimpulan dan saran.