Kebutuhan Area Transisi bagi Pejalan Kakidi Kawasan Pusat Kota Bandung

dokumen-dokumen yang mirip
Identifikasi Faktor Kebutuhan Area Transisi :

Lingkungan Rumah Ideal

Definisi Kebetahan dalam Ranah Arsitektur dan Lingkungan- Perilaku

Pentingnya Ruang Terbuka di dalam Kota

Tingkat Kenyamanan Taman Kota sebagai Ruang Interaksi- Masyarakat Perkotaan

Tingkat Kenyamanan Jalur Pejalan Kaki Jalan Asia Afrika, Bandung

Kepentingan Ruang Terbuka di dalam Kota

Analisis Faktor-faktor Penyebab Membeli Apartemen

Preferensi Masyarakat dalam Memilih Karakteristik Taman Kota Berdasarkan Motivasi Kegiatan

Persepsi Penilaian dan Keinginan Pengunjung terhadap Pasar Dadakan Sunday Morning (Sunmor) di Kawasan Kampus Universitas Gadjah Mada, D.

Persepsi Pengguna terhadap Kualitas Pencahayaan di Meja Kerja

Kriteria Ruang Publik untuk Masyarakat Usia Dewasa Awal

Korespondensi antara Faktor Penyebab Kemacetan dan Solusinya

Identifikasi Ragam Aktivitas Outdoor : Karakteristik Pedestrian Mall di Jalan Dalem Kaum, Bandung

Penilaian Jalur Pedestrian oleh Masyarakat Urban dan Kriteria Jalur Pedestrian yang Ideal Menurut Masyarakat

Kegiatan Joging dan Tempat-Tempat Aktivitas Joging di Lingkungan Kota

Alternatif Pemilihan Kawasan Pusat Olahraga di Kota Bandung

Persepsi dan Harapan Masyarakat Kota terhadap Keberadaan Permukiman Padat

Kriteria Fasilitas Olahraga Ideal bagi Masyarakat Perkotaan

Ruang Hobi Ideal. Dimas Nurhariyadi. Abstrak

Persepsi Kriteria Kenyamanan Rumah Tinggal

Persepsi Masyarakat terhadap Konsep Bangunan Pintar sebagai Usaha Penghematan Energi

Kafe Ideal. Devi J. Tania. Abstrak

Korespondensi antara Kriteria Tempat Kerja Alternatif Impian terhadap Profesi Pekerja

Ekspektasi Wisatawan dalam Memilih Penginapan sesuai Anggaran

Persepsi Masyarakat terhadap Permukiman Bantaran Sungai

Respon Masyarakat terhadap Konsep Perumahan Berbasis Agama: Perumahan Islami

Faktor Faktor yang Mempengaruhi Suatu Kota Menurut Tanggapan Masyarakat Studi Kasus : Kota Bandung, Jawa Barat

Kajian Angkutan Umum yang Baik terkait Korespondensi Lokasi Tempat Tinggal dan Profesi Komuter

Persepsi Masyarakat dalam Penerapan Rumah Hemat Energi

Peran Panca Indra dalam Pengalaman Ruang

Citra Kota Bandung: Persepsi Mahasiswa Arsitektur terhadap Elemen Kota

Studi Preferensi dalam Pemilihan Apartemen Ideal

Rumah Impian Mahasiswa

Preferensi Pejalan Kaki terkait Kondisi Lingkungan untuk Menciptakan Kenyamanan Termal di Jalan Rajawali Surabaya

Prospek Analisis Kualitas Lingkungan Faktual untuk Meninjau Kualitas Lingkungan Permukiman Kumuh

Korespondensi Permasalahan dan Pemilihan Tempat di Alunalun sebagai Ruang Terbuka Publik

BAB VI KESIMPULAN DAN ARAHAN

Kriteria Ruang yang Mendukung Motivasi Membaca

Kota Impian: Perspektif Keinginan Masyarakat

Kuesioner Karakteristik Pejalan Kaki Di Koridor Jalan Pasar Ruteng

Pertimbangan Pemilihan Titik-Titik Temu Transportasi Publik

Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang

Penilaian Masyarakat terhadap Penggunaan Material Bambu pada Bangunan

Persepsi Pengguna terhadap Kualitas Pencahayaan Ideal Kantor

korespondensi antara kerusakan ekologi dan penyebabnya.

Evaluasi Purna Huni pada Ruang Terbuka Publik di

Faktor-Faktor yang Berpengaruh pada Persepsi Publik terhadap Kawasan Bersejarah

Keluhan dan Harapan Masyarakat terhadap Karakteristik Toilet Umum di Indonesia

Karakteristik Fisik-Sosial dan Kriteria Kamar yang Membuat Betah

Studi Persepsi Masyarakat tentang Museum Ideal

Daya Tarik dan Karakteristik Taman Idaman pada Rumah

Moda Transportasi yang Efektif dan Efisien bagi Mahasiswa ITB

Pemahaman Masyarakat Mengenai Dampak Pembangunan HunianTerkait Global Warming dan Penerapan Green Building

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Kesimpulan dari penelitian dinamika aktifitas di ruang pejalan kaki di Jalan

Pengaruh Penggunaan Skylight & Sidelight pada Shopping Mall terhadap Perilaku Manusia

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebetahan di Kafe: Perbedaan Preferensi Gender dan Motivasi


PERANCANGAN KOTA BAB IV ANALISA ALUN ALUN KABUPATEN WONOGIRI MENURUT 8 ELEMEN KOTA HAMID SHIRVANI. 4.1 Analisa Tata Guna Lahan Alun alun Wonogiri

Konsep Pengembangan Ruang Terbuka Publik Pantai Bahari, Kabupaten Polewali Mandar, Provinsi Sulawesi Barat

Preferensi Masyarakat tentang Tipologi Sekolah yang Meningkatkan Semangat dan Minat Belajar Siswa

Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2)

Kajian Karakteristik Fisik Kawasan Komersial Pusat Kota

Persepsi Masyarakat terhadap Transportasi Umum di Jababodetabek

Preferensi Masyarakat dalam Menikmati Streetscape Perkotaan yang Ideal

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB IV PENGAMATAN PERILAKU

KAJIAN ASPEK KENYAMANAN PADA JALUR PEDESTRIAN PENGGAL JALAN PROF. SOEDHARTO, SEMARANG (NGESREP (PATUNG DIPONEGORO) - GERBANG UNDIP)

Persepsi Masyarakat terhadap Suasana pada Bangunan Kolonial yang Berfungsi sebagai Fasilitas Publik

Potret Kualitas Wajah Kota Bandung

Ruang Favorit dalam Rumah

Kriteria Kota Ideal berdasarkan Persepsi Masyarakat

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. masyarakat dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

Kriteria Ruang Terbuka menurut Persepsi Masyarakat di Kota Palembang

Karakteristik Pengunjung dan Aktivitasnya Terhadap Penggunaan Taman Kota Sebagai Ruang Sosial di Taman Keplaksari Kabupaten Jombang


Evaluasi Pasca Huni (Post Occupancy Evaluation) pada Taman Lansia di Kota Bandung

Hasil Observasi Karakter Gang di Kawasan Kampung Kota Bantaran Sungai di Babakan Ciamis, Bandung

BAB 2 LANDASAN TEORI. merupakan Upaya penataan kembali suatu kawasan kota dengan terlebih dulu

Hubungan Karakteristik Penduduk dengan Pemilihan Ruang Publik di Kampung Luar Batang, Jakarta Utara

Karakteristik Pengunjung dan Aktivitasnya Terhadap Penggunaan Taman Kota Sebagai Ruang Sosial di Taman Keplaksari Kabupaten Jombang

IDENTIFIKASI KENYAMANAN PEJALAN KAKI DI CITY WALK JALAN SLAMET RIYADI SURAKARTA

BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA)

Kecenderungan Penggunaan Software Pemodelan dalam Proses Desain Terkait Alasan dan Usia Pengguna

Kriteria Ruang Terbuka menurut Persepsi Masyarakat di Kota Palembang

Threshold Space sebagai Pendekatan Desain Ruang Terbuka di Kawasan Kota Tua Jakarta

Identifikasi Pola Perumahan Rumah Sangat Sederhana di Kawasan Sematang Borang Kota Palembang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Preferensi Hunian yang Ideal Bagi Pekerja dan Mahasiswa pada Kelompok Umur Dewasa Awal / Early Adulthood

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV ANALISIS PERSEPSI DAN PREFERENSI MASYARAKAT TENTANG ASPEK PERANCANGAN KOTA

Awareness dan Pemanfaatan BIM : Studi Eksplorasi

DAFTAR ISI. Daftar Isi...1. Daftar Gambar...4. Daftar tabel...7. Kata Pengantar...8. Bab I: Pendahuluan...9

PENATAAN JALUR PEJALAN KAKI PADA KORIDOR JALAN MALIOBORO BERDASARKAN PERSEPSI DAN PREFERENSI PENGUNJUNG LAPORAN TUGAS AKHIR

BAB VI KESIMPULAN. kemudian didapatkan temuan penelitian. Temuan-temuan penelitian ini

V. KONSEP Konsep Dasar Pengembangan Konsep

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung

KUESIONER KENYAMANAN PENGGUNA

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Transkripsi:

TEMU ILMIAH IPLBI 05 Kebutuhan Area Transisi bagi Pejalan Kakidi Kawasan Pusat Kota Bandung Witanti N. Utami Program Studi Magister Rancang Kota, Sekolah Arsitektur, Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan (SAPPK),ITB. Abstrak Kebiasaan berjalan kaki di lingkungan perkotaan dapat menjadi kesenangan tersendiri bagi pejalan kaki, tentunya apabila didukung oleh fasilitas-fasilitas pejalan kaki. Jarak mempengaruhi kelelahan dalam berjalan kaki. Saat lelah, dibutuhkan area transisi yang merupakan area peralihan dalam walkable area, yang dapat digunakan sebagai tempat beristirahat (berhenti sejenak) dari rasa lelah. Artikel ini berusaha memahami kriteria ataupun konsep perancangan yang tepat untuk dijadikan area transisi bagi pejalan kaki. Untuk itu dilakukan penelitian yang bersifat eksploratif, yang dilaksanakan dengan pengumpulan data survey online dan analisis data teks. Dari hasil analisis, dapat diketahui bahwa kebutuhan pejalan kaki terhadap area transisi dipengaruhi oleh faktor jarak, semakin jauh jarak yang ditempuh oleh pejalan kaki, maka tuntutan kebutuhan area transisinya semakin tinggi, hal tersebut dilihat dari kategori kata kunci yang dihasilkan dimana pada jarak lebih dari 00 m, kriteria perancangan ruang, karakter ruang, lokasi, serta kebutuhan mendasar menjadi kebutuhan yang penting bagi pejalan kaki. Kata-kunci: area transisi, berjalan kaki,fasilitas, pejalan kaki, perancangan Pengantar Pada kehidupan perkotaan, berjalan kaki merupakan alternatif moda yang sangat low-cost dalam mencapai pusat-pusat kegiatan, terutama dengan kondisi mix-used di kawasan pusat kota. Area transisi dipandang sebagai suatu kebutuhan para pejalan kaki dalam melakukan pergerakannya, adapun pergerakan dapat dilakukan dilakukan dengan jarak dekat (00 00 m), jarak sedang (00 00 m), dan jarak jauh(lebih dari 00 m). Area transisi diharapkan menjadi fasilitas fisik bagi pejalan kaki dimana setelah mereka beristirahat, mereka dapat m- neruskan perjalanannya kembali dengan berjalan kaki(irawati & Utami, 0). Jarakyang dilalui pejalan kaki bergantung terhadap kemampuan individu masing-masing, yang terkait dengan faktor kelelahan seseorang dalam menempuh jarak tersebut. Kelelahan dalam berjalan kaki dipengaruhi oleh kondisi jalur pedestrian, dan kondisi penggunaan lahan. Jalur pedestrian yang terputus dan material paving yang rusak akan mengakibatkan pejalan kaki merasa terganggu dan lelah dalam melakukan perjalanan (Hasil Survei Online, 05), selain itu dilihat dari kondisi penggunaan lahan, penggunaan lahan yang mixed use di pusat kota membuat seseorang lebih senang mencapai tempat tujuan dengan cara berjalan kaki karena kondisi antar fungsinya yang saling berdekatan(surprenant, 006) Merancang area transisi bagi pejalan kaki perlu memperhatikan fasilitas fisik seperti apa yang diinginkan oleh pejalan kaki dalam mendukung pergerakan mereka dari tempat yang satu ke tempat lainnya. Untermann (98),pada bukunya Accomodating The Pedestrian menyatakan bahwa fasilitas yang dapat mengurangi perasaan lelah dalam berjalan kaki adalah tempat duduk, kios/kafetaria, dan lain sebagai-nya. Berkaitan dengan hal tersebut, penelitian dilakukan untuk mengungkap preferensi pejalan kaki terhadap area transisi berdasarkan jarak Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 05 A 0

Kebutuhan Area Transisi Bagi Pejalan Kaki di Kawasan Pusat Kota Bandung pejalan kaki dalam mencapai pusat-pusat kegiatan di Kawasan Pusat Kota Bandung yang mengacu pada data kuesioner online. coding(creswell, 007). Mengenai tahapan tersebut, dapat dijelaskan lebih lanjut, yakni sebagai berikut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana sebenarnya kebutuhan area transisi yang seharusnya ada dengan melihat kriteria dan konsep perancangan yang mempengaruhi ruang tersebut untuk menjadi area transisi yang nyaman bagi para pejalan kaki. Metode Meode Pengumpulan Data Metode dalam penulisan ini menggunakan pendekatan Grounded Therory(Creswell, 007), dimana data dikumpulkan dengan cara survei kuesioner yang berisi pertanyaan bersifat terbuka (open-ended) dan disusun dengan tujuan untuk mengeksplorasi lebih dalam terhadap apa yang dirasakan dan dipikirkan oleh responden mengenai area transisi sebagai tempat berisitirahat sementara. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode non probabilistic sampling yaitu dengan teknik accidental sampling(lin, 976). Pengumpulan data diambil dengan cara penyebaran kuesioner online yang ditujukan kepada 68 responden. Adapun pengumpulan data dilakukan secara online atas dasar pertimbangan bahwa yang akan menjadi responden adalah yang berusia remaja hingga dewasa, yang sudah dianggap mempunyai pola pemikiran yang matang dan mampu untuk menjawab kuesioner melalui akses internet sehingga diharapkan jawaban yang diberikan dapat memberikan kejelasan mengenai apa yang menjadi tujuan penulisan ini. Metode Analisis Data Metode analisis yang yang digunakan adalah analisis data teks (content analysis). Analisis tersebut bertujuan untuk mengetahui semua hasil jawaban yang diberikan oleh responden mengenai kebutuhan area transisi di Kawasan Pusat Kota Bandung.. Tahap Open Coding, merupakan tahapan yang dilakukan dengan cara identifikasi katakata kunci dari keseluruhan jawaban yang telah diberikan oleh responden terkait kebutuhan area transisi seperti apa yang sebaiknya ada di area pejalan kaki. Tahap Axial Coding, merupakan tahapan membuat kategori-kategori dari kata kunci yang didapat pada saat tahap pertama (open coding).. Tahap Selective Coding, merupakan pembuatan propositions (or hypotheses) yang dibuat berdasarkan hubungan antar kategori. Adapun hubungan antar kategori dilakukan dengan distribusi frekuensi dan analisis korespondensi. Karakteristik Responden Secara keseluruhan responden berjumlah 68 responden, terdiri dari 5 orang pria dan wanita dengan berbagai variasi usia dan jenis pekerjaan. Responden paling banyak berada di rentang umur 7-5 tahun ( orang). 5-60 -50-0 6-0 7-5 Wanita Pria 5 0 0 0 60 Diagram Histogram Karaktersitik Jenis Kelamin 5 8 0 0 0 0 0 Diagram. Histogram Karakteristik Usia Responden Tahapan analisis ini dilakukan dengan tiga tahap yaitu open coding, axial coding, dan selective A 0 Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 05

Witanti N. Utami Lainnya Ibu Rumah Tangga Wirausaha Karyawan Swasta PNS Pelajar/Mahasiswa 0 7 0 0 0 0 0 0 Diagram.Histogram Karakteristik Pekerjaan Berdasarkan diagram diatas, karakteristik responden yang didapatkan yaitu berasal dari kalangan remaja dan dewasa dengan pekerjaan sebagai pelajar hingga karyawan maupun wirausaha. Analisis dan Interpretasi Analisis dan interpretasi dilakukan dari kata kunci yang muncul pada tahap open coding, kemudian kategori kata kunci pada tahap axial coding, dan analisis korespondensi pada tahap selective coding. Berdasarkan hasil analisis open coding, terdapat kata kunci dengan total frekuensi 79 kata kunci. Kata kunci yang paling banyak muncul adalah bangku (5 kata kunci), nyaman (7 kata kunci), peneduh ( kata kunci), dan pohon ( kata kunci). Selain itu terdapat juga kata-kata kunci yang beberapa kali muncul, diantaranya seperti bersih (9 kata kunci), teduh (9 kata kunci), halte (8 kata kunci), sarana air minum (8 kata kunci), mini café ( kata kunci) (lihat Diagram ). Contoh tanggapan responden terhadap kebutuhan area transisi dapat dilihat dalam kutipan hasil kuesioner berikut. Responden ke-5: Untuk jarak dekat cukup disediakan kursi yang ada peneduhnya, agar saat beristirahat disiang hari tidak kepanasan. Untuk jarak jauh disediakantaman kecil untuk tempat transisi dapat menjadi pilihan yang dapat dipertimbangkan. Akan lebih baik jika ditambahkan unsur air di dalamnya (Pria, Mahasiswa) Desain Menarik Unsur Air Peneduh Pohon Dekat Pos Polisi Ada Barrier Tidak Terhalang Apapun Dekat Tempat Sampah Tidak Dekat Trotoar Menjorok Bebas PKL Bebas Asap/Debu Bersih Aman Nyaman Tidak Untuk Nongkrong Luas Sejuk Teduh Ada Pedagang Ada Peta Petunjuk Arah Tempat Sampah Lighting Sarana Air Minum Pijat Refleksi Selasar Peneduh Ada Area Bermain Anak Taman Pondok Kecil Plaza mini Mini café Halte Bangku 9 6 7 9 8 8 Diagram.Frekuensi Kata Kunci Kebutuhan Area Transisi Seperti Apa yang Seharusnya Ada di Area Pejalan Kaki Diagram diatas menunjukkan beberapa kata kunci yang dapat diwakili oleh kalimat penjelasan, adapun kata kunci tersebut yaitu bangku, nyaman, peneduh, dan pohon. Masing-masing kata kunci tersebut dapat mewakili beberapa kalimat salah satunya yaitu bangku, bangku mewakili kalimat sebagai tempat istirahat dan pejalan kaki dapat duduk-duduk untuk mengurangi rasa lelah (lihat Tabel ). 5 0 0 0 0 0 50 60 Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 05 A 05

Kebutuhan Area Transisi Bagi Pejalan Kaki di Kawasan Pusat Kota Bandung Tabel.Representasi dari Kata Kunci Kebutuhan Area Transisi dengan Jumlah Terbanyak Kata Kunci Bangku Nyaman Peneduh Pohon Kalimat yang diwakili - Bangku sebagai tempat beristirahat, orang dapat duduk-duduk untuk mengurangi rasa lelah - Bangku sebagai fasilitas fisik area transisi pada jalur pejalan kaki - Bangku dengan dilengkapi fasilitas pendukung di sekitarnya - Nyaman dengan berada pada lokasi yang rindang - Nyaman dengan didukung oleh fasilitas-fasilitas - Nyaman dengan lokasi bebas dari asap kendaraan/rokok - Peneduh berupa atap - Peneduh berupa kanopi - Peneduh berupa shading umbrella - Pohon sebagai vegetasi peneduh - Pohon dengan tajuk daun yang lebat Selanjutnya, berdasarkan hasil identifikasi kata kunci yang dilakukan sebelumnya, maka berikutnya dilakukan pengkategorian kata kunci dengan tahapan axial coding(creswell, 007). Pengkategorian dilakukan dengan cara melakukan filterisasi pengelompokan kata kunci yang memiliki kedekatan makna atau sifat, kemudian diberikan penamaan kategori sesuai kata-kata kunci yang memiliki kedekatan makna tersebut. Berdasarkan hasil analisis, ditemukan 6 kategori kata kunci yang selanjutnya masing-masing ketegori tersebut dapat mewakili kata-kata kuncinya. Adapun 6 kategori kata kunci tersebut adalah fasilitas fisik, fasilitas pendukung, karakter ruang, kebutuhan mendasar, lokasi, dan kriteria perancangan ruang. Mengacu pada hasil analisis pada diagram 5, kebutuhan area transisi yang dipahami kemudian diminati oleh orang-orang adalah area transisi dalam kategori fasilitas fisik dimana dapat berupa bangku, halte, mini café, plaza mini, pondok kecil, taman, area bermain anak, dan selasar peneduh, lalu kemudian area ter-sebut harus bisa mengakomodir kebutuhan mendasar mereka terkait keamanan, kenyamanan, kebersihan, dan lain sebagainya, disamping itu, keberadaan area transisi pun tidak terlepas dari bagaimana kriteria perancangannya serta lokasinya yang mana ikut diperhatikan dari mulai desain visualnya, ke-beradaan vegetasi (pohon), peneduh,dan unsur air, (lihat tabel ). Tabel. Kategori Kata Kunci Kebutuhan Area Transisi Kategori Fasilitas Fisik Fasilitas Pendukung Karakter Ruang Kebutuhan Mendasar Katakunci - Bangku (5) - Halte (8) - Mini Café () - Plaza Mini () - Pondok Kecil () - Taman () - Area Bermain Anak () - Selasar Peneduh () - Pijat Refleksi () - Sarana Air minum (8) - Lighting () - Tempat Sampah () - Petunjuk Arah () - Peta () - Pedagang Minuman/Makanan () - Teduh (9) - Sejuk () - Luas () - Tidak untuk Dipakai Nongkrong Lama () - Nyaman (7) - Aman (6) - Bersih (9) - Bebas Asap/Debu () - Bebas PKL () Berdasarkan hasil distribusi frekuensi, diketahui bahwa kategori kata kunci yang paling banyak muncul adalah terdapat dari kategori fasilitas fisik (7 responden), kebutuhan mendasar (8 responden), (lihat Diagram5 ). Kriteria Perancangan Ruang - Menjorok () - Tidak Dekat Trotoar () - Dekat Tempat Sampah () - Tidak Terhalang Apapun - Ada Barrier () - Dekat dengan Pos Polisi() - Pohon () - Peneduh () - Unsur Air () - Desain Menarik () A 06 Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 05

Kriteria Perancangan Kebutuhan Mendasar Karakter Ruang Fasilitas Pendukung Fasilitas Fisik Tahap selanjutnya adalah tahapan analisis selective coding(creswell, 007). Pada tahap ini dijelaskan bagaimana hubungan-hubungan antar kategori kata kunci yang telah dianalisis Dendrogram sebelumnya. Fasilitas Fisik 00-00 m Fasilitas Pendukung 00-00 m Karakter Ruang Kebutuhan Mendasar Kriteria Perancangan Ruang > 00 m 6 5 0 9 8 7 0 0 0 60 80 Diagram 5.Frekuensi Kategori Kata Kunci Kebutuhan Area Transisi Diagram 6.Dendrogram Hubungan Kategori dengan Variabel Jarak Berdasarkan dendrogram di atas, jika dilihat korespondensinya maka variabel jarak pencapaian ke beberapa tempat tujuan di Kawasan Pusat Kota Bandung memiliki kedekatan antar masing-masing kategorinya, namun tidak semua variabel jarak memiliki kedekatan dengan semua kategori dilihat dari hirarkinya. Meskipun tidak semua kategori kata kunci memiliki hubungan yang dekat dengan masing-masing jarak, namun pada akhirnya tetap saling berkaitan dan saling mempengaruhi. Pada jarak berjalan kaki 00 00 m, pejalan kaki lebih menginginkan dan mementingkan area transisi dengan keberadaan fasilitas pendukung dibandingkan dengan fasilitas fisik maupun karakter ruang, kebutuhan mendasar, lokasi, serta kriteria perancangan. Witanti N. Utami yang menarik, lokasi, dan karakter ruang yang dibentuk, hal ini disebabkan oleh jarak yang begitu dekat sehingga kebutuhan-kebutuhan lain dirasa oleh pejalan kaki belum dibutuhkan. Adapun untuk jarak sedang (00 00 m), pejalan kaki memiliki kedekatan hubungan korespondensi dengan fasilitas fisik, artinya disini ditemukan bahwa pada jarak ini, berjalan kaki sudah mulai terasa lebih jauh dan berimplikasi terhadap tuntutan kebutuhan akan fasilitas fisik sebagai area transisi, baik berupa bangku, halte, mini café, plaza mini, taman, (lihat Tabel ). Fasilitas fisik tersebut merupakan fasilitas utama dan permanen yang dapat menarik pejalan kaki untuk mampir dan beristirahat di tempat tersebut agar rasa lelah-nya berkurang. Kebutuhan-kebutuhan tersebut jika dianalisis lebih lanjut dengan kondisi perjalanan yang lebih jauh lagi yaitu jarak jauh (lebih dari 00 m), maka kebutuhan area transisi tidak hanya berkutat pada persoalan fasilitas fisik dan fasilitas pendukung tetapi lebih kepada requiremen terhadap bagaimana karakter ruang yang dibentuk seperti halnya ruang yang dapat menciptakan suasana sejuk di kala cuaca sedang panas, ruang yang dapat menciptakan rasa kenyamanan, keamanan, kebersihan, serta sudah mulai ada tuntutan akan kriteria perancangan ruang seperti penciptaan ruang dengan unsur air, desain yang menarik serta visual lingkungan yang menarik sehingga diharapkan dengan lingkungan ruang yang tercipta seperti itu dapat mengurangi kelelahan dalam berjalan kaki dan menciptakan lingkungan yang menyenangkan para pejalan kaki. Pemahaman terhadap ruang sebagai area transisi bagi pejalan kaki dapat dilihat pada bubble diagram berikut ini. Berjalan kaki dengan jarak dekat (00 00 m) membuat seseorang tidak merasa mementingkan berbagai macam kebutuhan tambahan dalam hal ini contohnya peneduh, kanopi,desain Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 05 A 07

Kebutuhan Area Transisi Bagi Pejalan Kaki di Kawasan Pusat Kota Bandung Pijat Refleksi Petunjuk Arah Pedagang Sarana Air Minum Minuman/Makana 00 m 00 m Fasilitas Pendukung Bangku Halte Plaza Mini 00 m 00 m Mini Café Taman Selasar Peneduh Pondok Kecil Kriteria Perancangan Ruang > 00 m Peta Tempat Sampah Lighting Fasilitas Fisik Area Bermain Anak Karakter Ruang Kebutuhan Mendasar Diagram 7Bubble Diagram Korespondensi Variabel Jarak Terhadap Variabel Kategori Kata Kunci Kesimpulan Kebutuhan area transisi dari segi preferensi pejalan kaki merupakan area transisi berupafasilitas fisik yaitu bangku, halte, mini café, plaza mini, pondok kecil, taman, area bermain anak, dan selasar peneduh, namun area transisi tersebut tentunya harus disertai oleh fasilitas-fasilitas pendukung yang nantinya dapat diguna-kan oleh para pejalan kaki tersebut. Tuntutan kebutuhan-kebutuhan tersebut tentunya di-dasari dari jarak pergerakan terhadap tempat tujuan sehingga semakin jauh pergerakannya maka semakin besar tuntutan dalam penciptaan kebutuhan ruang. Menciptakan kebutuhan ruang tentunya yang perlu diperhatikan yaitu mengenai kriteria dan konsep ruang yang harus dapat diciptakan untuk pejalan kaki dalam beristirahat pada area transisi, dapat berupa lokasinya, karakter ruang, desainnya, ataupun ada unsur-unsur lain yang dapat ditambahkan seperti unsur air, peneduh, vegetasi, dan lain sebagainya sehing-ga pada akhirnya kebutuhan mendasar bagi pejalan kaki terkait kenyamanan, kea-manan, kebersihan, dan bebas dari gangguan-gangguan (PKL dan asap kendaraan, asap rokok) dapat terpenuhi berkontribusi pada pengetahuan mengenai kebutuhan ruang bagi pejalan kaki. Daftar Pustaka Creswell, J. W. (007). Qualitative Inquiry & Research Design:Choosing Among Five Approaches. Thousand Oaks, California: Sage Publications, Inc. Irawati, I., & Utami, W. N. (0). Bandung City Centre Compactness Evaluation. The th International Congress of Asian Planning School Association. Bandung: Itenas Library. Lin, N. (976). Foundation of Social Research. Albany, New York: Deparment of Sociology. Surprenant, S. (006). Mixed-Use Urban Suistanable Development Through Public-Private Partnerships. Boston: Land Development East. Untermann, R. K. (98). Accomodating The Pedestrian:Adapting Towns and Neighborhoods for Walking and Bcycling. Michigan: Van Nostrand Reinhold. Penelitian terkait area transisi ini dilakukan hanya terbatas pada responden yang menggunakan internet dengan jumlah responden 68 orang sehingga hasil yang dikaji bersifat terbatas, dengan demikian sebagai pengembangan ilmu lebih lanjut, penelitian ini dapat diperdalam kembali sehingga nantinya dapat A 08 Prosiding Temu Ilmiah IPLBI 05