Cetakan I, Agustus 2014 Diterbitkan oleh: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pattimura

dokumen-dokumen yang mirip
Pengukuran kadar debu total di udara tempat kerja

Pemantauan dan Analisis Kualitas Udara. Eko Hartini

Pemantauan dan Analisis Kualitas Udara

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 12: Penentuan total partikel secara isokinetik

Metoda pengukuran kadar debu respirabel di udara tempat kerja secara perseorangan

Amonia adalah senyawa kimia dengan rumus NH 3. Biasanya senyawa ini didapati

Udara ambien Bagian 4: Cara uji kadar timbal (Pb) dengan metoda dekstruksi basah menggunakan spektrofotometer serapan atom

Udara ambien Bagian 1: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metoda indofenol menggunakan spektrofotometer

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 8: Cara uji kadar hidrogen klorida (HCl) dengan metoda merkuri tiosianat menggunakan spektrofotometer

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 6: Cara uji kadar amoniak (NH 3 ) dengan metode indofenol menggunakan spektrofotometer

PEMANTAUAN RADIOAKTIVITAS UDARA BUANG IEBE TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN. Kimia: Meliputi Kimia Organik, Seperti : Minyak, lemak, protein. Besaran yang biasa di

BAB III METODE PENELITIAN

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 3: Oksida-oksida sulfur (SO X ) Seksi 2: Cara uji dengan metoda netralisasi titrimetri

DAFTAR ISI. Halaman Judul... Halaman Pengesahan... Kata Pengantar Dan Persembahan... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

karena corong plastik yang digunakan tidak tahan terhadap benturan pada saat transportasi di lapangan. Model kedua yang digunakan terbuat dari bahan

Cara uji kelarutan aspal

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya dukung unsur unsur

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. POLUSI UDARA

I. PENDAHULUAN. dilepaskan bebas ke atmosfir akan bercampur dengan udara segar. Dalam gas

I. PENDAHULUAN. Kota Bandar Lampung merupakan sebuah pusat kota, sekaligus ibu kota Provinsi

SNI Standar Nasional Indonesia. Air dan air limbah Bagian 27: Cara uji kadar padatan terlarut total secara gravimetri

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 4: Cara uji kadar uap air dengan metoda gravimetri

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Gorontalo dibagi menjadi 9 kecamatan, terdiri dari 50 kelurahan. Secara

Analisis Zat Padat (TDS,TSS,FDS,VDS,VSS,FSS)

Penyehatan Udara. A. Sound Level Meter

Air dan air limbah- Bagian 3: Cara uji padatan tersuspensi total (Total Suspended Solid, TSS) secara gravimetri

SNI Standar Nasional Indonesia

Cara uji kelarutan aspal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

LAPORAN PRAKTIKUM PENGUKURAN DEBU MENGGUNAKAN PERSONAL DUST SAMPLER (PDS)

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran udara merupakan satu atau lebih substansi fisik, kimia,

Cara uji berat isi, volume produksi campuran dan kadar udara beton

STUDI IDENTIFIKASI PENCEMARAN UDARA OLEH TIMBAL (Pb) PADA AREA PARKIR (STUDI KASUS KAMPUS UNIVERSITAS PASUNDAN BANDUNG)

BAB 1 : PENDAHULUAN. Udara tersebut berbentuk gas dan terdapat dimana-mana, sehingga akibatnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan oleh pencemaran,

BAB I PENDAHULUAN. dalam usaha di bidang kesehatan seperti di jelaskan dalam Undang-Undang Nomor

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 7: Cara uji kadar hidrogen sulfida (H 2 S) dengan metoda biru metilen menggunakan spektrofotometer

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

4.1 Konsentrasi NO 2 Tahun 2011

LAPORAN PRAKTIKUM LABORATORIUM LINGKUNGAN 2 Jurusan Teknik Lingkungan FALTL Universitas Trisakti Gasal 2015/2016

PEMANTAUAN UDARA AMBIEN DENGAN METODE PASSIVE SAMPLER

ANALISIS KUALITAS UDARA JAKARTA TANGGAL JUNI 2017

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2011 sampai dengan Maret 2012 di

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan unsur lingkungan hidup lainnya (SNI ).

PROFIL VOLUME LALU LINTAS DAN KUALITAS UDARA AMBIEN PADA RUAS JALAN IR. SOEKARNO SURABAYA

Udara ambien Bagian 2: Cara uji kadar nitrogen dioksida (NO 2 ) dengan metoda Griess Saltzman menggunakan spektrofotometer

Cara uji kelarutan aspal modifikasi dalam toluen dengan alat sentrifus

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2011 sampai Maret 2012 di laboratorium

SUMMARY. ANALISIS KADAR NITROGEN DIOKSIDA (NO₂) dan KARBONMONOKSIDA (CO) DI UDARA AMBIEN KOTA GORONTALO

II. Tinjauan Pustaka. A. State of the Art Review

PENGAMBILAN SAMPEL ANALISA KUALITAS UDARA

SAMPLING DAN PREPARASI SAMPEL POLUTAN UDARA DI LINGKUNGAN PLTU BATUBARA CILACAP

Air dan air limbah Bagian 54 : Cara uji kadar arsen (As) dengan Spektrofotometer Serapan Atom (SSA) secara tungku karbon

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era persaingan pasar bebas saat ini, produk suatu industri

BAB I PENDAHULUAN. memberikan dampak negatif bagi kesehatan. Hal ini disebabkan oleh potensi

BAB III METODE PENELITIAN. elektrokoagulasi sistem batch dan sistem flow (alir) dengan aluminium sebagai

STUDI TINGKAT KUALITAS UDARA PADA KAWASAN RS. Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO DI MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya jumlah kendaraan bermotor merupakan konsumsi terbesar pemakaian

Udara ambien Bagian 6: Penentuan lokasi pengambilan contoh uji pemantauan kualitas udara ambien

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. Yogyakarta merupakan kota dengan kepadatan penduduk tertinggi di

Emisi gas buang Sumber tidak bergerak Bagian 17: Penentuan kadar partikulat secara isokinetis

HASIL DAN PEMBAHASAN. standar, dilanjutkan pengukuran kadar Pb dalam contoh sebelum dan setelah koagulasi (SNI ).

3. METODOLOGI ALAT DAN BAHAN Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: Tabel 5. Daftar alat yang digunakan pada penelitian

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISA MESIN DUST COLLECTOR TIPE FABRIC FILTER/BAGHOUSE AMANO VNA 45 PADA RUANG MIXING ROOM.

PENGECATAN. Oleh: Riswan Dwi Djatmiko

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

RANCANG BANGUN ALAT UKUR POLLUTANT STANDARD INDEX YANG TERINTEGRASI DENGAN PENGUKURAN FAKTOR-FAKTOR CUACA SECARA REAL TIME

BAB II TEKNOLOGI PENINGKATAN KUALITAS BATUBARA

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Cara uji sifat kekekalan agregat dengan cara perendaman menggunakan larutan natrium sulfat atau magnesium sulfat

III. METODOLOGI PENELITIAN di Laboratorium Kimia Analitik dan Kimia Anorganik Jurusan Kimia

PENCEMARAN UDARA AKIBAT KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN P. H. H. MUSTOFA, BANDUNG. Grace Wibisana NRP : NIRM :

PEMETAAN KONSENTRASI PARTIKULAT DI KAWASAN RSU Dr. SOETOMO SURABAYA

Air dan air limbah Bagian 26 : Cara uji kadar padatan total secara gravimetri

METODOLOGI PENELITIAN. langkah 110 cc, dengan merk Yamaha Jupiter Z. Adapun spesifikasi mesin uji

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia terutama masalah lingkungan, Pencemaran udara yang paling

METODOLOGI PENELITIAN. 1. Spesifikasi motor bensin 4-langkah 135 cc. mesin uji yang digunakan adalah sebagai berikut. : 4 langkah, SOHC, 4 klep

BAB I PENDAHULUAN. hidup terutama manusia. Di dalam udara terdapat gas oksigen (O 2 ) untuk

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. alat pengolahan bahan-bahan makanan. Minyak goreng berfungsi sebagai media

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

FAKTOR-FAKTOR FISIS YANG MEMPENGARUHI AKUMULASI NITROGEN MONOKSIDA DAN NITROGEN DIOKSIDA DI UDARA PEKANBARU

BAHAN DAN METODE. = data pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ = nilai tengah data τ i ε ij

II. TINJAUAN PUSTAKA. padatan atau liquid berupa asap, debu, atau uap yang akan menetap di atmosfir dalam waktu

METODE PENGUJIAN KEPADATAN BERAT ISI TANAH DI LAPANGAN DENGAN BALON KARET

Metodologi Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. formula menggunakan HPLC Hitachi D-7000 dilaksanakan di Laboratorium

Transkripsi:

Hak cipta dilindungi Undang-Undang Cetakan I, Agustus 2014 Diterbitkan oleh: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pattimura ISBN: 978-602-97552-1-2 Deskripsi halaman sampul : Gambar yang ada pada cover adalah kumpulan benda-benda langit dengan berbagai fenomena

ALAT RAKITAN SEDERHANA UNTUK SAMPLING PARTIKULAT UDARA VOLUME KECIL Sulfikar, Marwansyah 1 1 Jurusan Kimia Universitas Negeri Makassar ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk menentukan kinerja alat rakitan sederhana (Alat Rakitan). Alat ini didisain untuk pengambilan conto partikulat udara ambien secara aktif pada volume kecil. Alat ini dirakit menggunakan peralatan sederhana: filter holder, pompa penghisap udara vakum, dan alat pengukur laju alir (flowmeter). Kinerja alat ini kami bandingkan efisiensinya menarik partikulat udara dengan alat sampling udara volume kecil (Low Volume Sampler, LVS) komersial dalam. Untuk perbandingan ini, kami mengoperasikan kedua alat ini pada waktu dan lokasi yang sama. Pengambilan conto partikulat udara dilakukan di depan kampus Universitas Negeri Makassar di Parang Tambung pada waktu lalu-lintas sibuk di pagi hingga sore hari. Conto diambil setiap 15, 30, 45, 60, and 120 menit. Setiap interval sampling kami lakukan sebanyak tiga kali. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa untuk interval sampling kurang dari 45 menit, alat sampling udara komersial menunjukkan efisiensi yang lebih baik (dalam hal presisi dan/atau jumlah partikulat udara yang terperangkap per luas area filter) daripada Alat Rakitan. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh diameter inlet filter holder pada alat komersial yang lebih besar daripada Alat Rakitan. Kemungkinan lain adalah filter selulosa yang digunakan pada alat komersial lebih baik dalam menahan partikulat udara dibandingkan dengan filter serat kaca yang digunakan pada Alat Rakitan. Namun, pada lama sampling 45 menit ke atas, kinerja Alat Rakitan sebanding dengan Alat Komersial komersial. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa kedua alat memiliki kinerja optimal pada lama sampling 60 menit. Kata kunci: alat sampling udara rakitan, partikulat udara, low volume sampler, active sampler. PENDAHULUAN Salah satu faktor penyebab polusi di udara adalah asap kendaraan. Asap kendaraan tersebut mengandung gas dan partikulat hasil pembakaran tidak sempurna pada mesin. Partikulat adalah partikel yang sangat kecil baik berupa padatan atau cairan yang tersuspensi di udara. Partikulat yang diameternya <2,5 µm disebut partikulat halus, sedangkan yang >2,5 µm disebut partikulat kasar (Baird, 1995). Partikulat tunggal biasanya tidak tampak oleh mata telanjang. Tetapi dalam jumlah banyak partikel-partikel kecil ini terlihat seperti kabut yang dapat menghalangi pandangan. Partikulat-partikulat ini banyak terdapat dalam lapisan atmosfer dan merupakan bahan pencemar udara yang sangat berbahaya. Partikulat debu akan berada di udara dalam waktu yang relatif lama dan dapat masuk ke tubuh manusia melalui saluran pernafasan (Dockery dan Pope, 1994). Selain dapat berpengaruh negatif terhadap kesehatan, partikel debu juga dapat mengganggu daya tembus pandang mata dan mengalami berbagai reaksi kimia di udara. Pengambilan conto udara, baik gas maupun partikulat dapat dilakukan langsung pada sumbernya, seperti pada saluran pembuang asap kendaraan bermotor dan cerobong asap pabrik. Teknik ini disebut teknik sampling udara emisi. Pengambilan conto udara pada media penerima polutan udara, misalnya di atmosfer disebut teknik sampling udara ambien. P R OSI DI NG 299

Cara pengambilan conto udara ambien dapat dilakukan secara aktif maupun pasif. Metode pengambilan conto udara ambien secara pasif untuk sampling partikulat masih sedikit penggunaannya dibandingkan dengan yang pasif karena ketepatan dan ketelitiannya belum begitu baik (BPLHD, 2007, Mari dkk, 2008, Melymuk 2011). Salah satu alat sampling partikulat udara secara aktif adalah Low Volume Sampler (LVS). Berdasarkan SNI 16-7058-2004, komponen alat ini terdiri dari pompa hisap/vakum, filter holder (tempat filter penyaring udara) dan flow meter (BSN, 2004). Pompa hisap berfungsi untuk menghisap udara luar ke dalam alat tersebut. Udara yang terhisap dapat diatur lajunya oleh sebuah alat pengukur laju alir udara (flowmeter) sehingga nantinya volume udara yang dihisap dapat dihitung. Jika kita ingin mengukur jumlah partikulat di udara, udara yang dihisap dialirkan melalui filter yang disimpan di dalam tempat filter (filter holder). Jenis dan ukuran pori filter dapat dipilih sesuai tujuan dan jenis conto yang ingin diperiksa kadarnya. Penelitian mengenai kualitas udara masih jarang dilakukan di kota-kota besar seperti Makassar, padahal jumlah kendaraan bermotor di kota-kota ini semakin banyak. Mahalnya alat dan biaya pengoperasiannya mungkin menjadi salah satu penyebab penelitian mengenai kualitas udara masih jarang dilakukan. Di Makassar, hanya ada dua laboratorium yang memiliki alat ini, yaitu Laboratorium Departemen Kesehatan (Lab Depkes) dan Laboratorium Balai Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Lab K3). Kendala lain adalah proses peminjaman yang rumit. Laboratorium pemilik tidak mengizinkan orang lain mengoperasikan alat ini sehingga peminjaman alat selain bergantung pada ketersediaannya, juga kepada ketersediaan orang yang dapat mengoperasikannya. Oleh itu sangatlah perlu untuk membuat alat sampling udara alternatif dengan biaya terjangkau. Pada penelitian ini kami merakit alat sampling udara (untuk selanjutnya dalam tulisan ini, alat ini kami sebut Alat Rakitan) menggunakan beberapa peralatan yang biasa terdapat di setiap laboratorium Kimia Analitik. Peralatan yang dipakai adalah pompa penghisap udara (pompa vakum), flowmeter, filter holder, dan filter jenis glass fiber ukuran pori 0,7 µm. Alat rakitan ini kemudian kami bandingkan kinerjanya dengan alat sampling udara komersial. Alat sampling udara yang dipakai sebagai pembanding adalah alat sampling udara milik Lab K3 jenis Low Volume Active Sampler (LVS). METODE PENELITIAN Alat rakitan kami buat dengan prinsip kerja yang sama dengan alat sampling udara ambien aktif jenis LVS. Udara ambien dikumpulkan dengan menggunakan pompa penghisap udara (pompa vakum). Udara yang dihisap dilewatkan melalui suatu filter. Kecepatan laju alir udara yang dihisap diatur menggunakan flowmeter. 300 P R OSI DI NG

Alat Komersial yang kami gunakan sebagai pembanding adalah alat milik Lab K3 (Gambar 1a). Alat tersebut memiliki pompa hisap dengan sumber tenaga listrik dari baterai 6 volt. Filter yang mereka gunakan dalam melakukan pengukuran conto udara adalah filter mixed ester selulosa berbentuk lingkaran dengan diameter 25 mm dan ukuran pori 0,7 mm. Flowmeter-nya memiliki rentang skala laju alir 0 7 liter/menit. Alat rakitan yang kami buat menggunakan pompa vakum yang menggunakan tenaga listrik PLN (Rotary vacuum pump model 2x-0,5) (Gambar 1b). Filter yang kami gunakan adalah filter serat gelas berbentuk lingkaran dengan diameter 47 mm dan ukuran pori 0,7 µm (Whatman GF/F). Kami menggunakan filter serat gelas karena jenis ini lebih tahan terhadap kelembaban udara (Kementerian Lingkungan Jepang). Flowmeter yang digunakan adalah flowmeter ex-aas Shimadzu dengan rentang skala laju alir 0 7 liter/menit. Pompa vakum dan flowmeter Pompa vakum Flowmeter Holder Holder a. Alat Komersial b. Alat Rakitan Gambar a. (a) Komponen Alat Komersial. (b) Komponen Alat Rakitan P R OSI DI NG 301

Kinerja kedua alat kami uji dengan mengoperasikan kedua alat pada tempat dan waktu pengambilan conto yang sama, serta laju alir udara yang sama. Indikator kinerja yang dibandingkan adalah (a) kelinearan (yang ditandai oleh koefisien korelasi, R 2 ) hubungan antara berat partikulat (mg) yang terkumpul pada filter dan volume udara yang dihisap; dan (b) presisi dari conto replikat yang diambil untuk setiap volume udara yang dipakai. A. Teknik Pengambilan Contoh Alat Komersial dan Alat Rakitan masing-masing kami rangkai seperti pada Gambar 2a dan 2b. Untuk Alat Rakitan, filter holder disambungkan ke flowmeter menggunakan selang silikon. Kemudian, flow meter tersebut dihubungkan ke pompa penghisap juga menggunakan selang silikon. Gambar 2. (a) Alat Komersial, dan (b) Alat Rakitan Keterangan alat: 1. Filter holder tempat menaruh filter 2. Selang silikon sebagai tempat aliran udara yang dihisap dari holder ke pompa vakum. 3. Pompa hisap berfungsi untuk mengisap udara dari luar kedalam holder. 4. Flowmeter berfungsi untuk mengukur laju aliran udara yang dihisap. Pengambilan conto dilakukan di depan Kampus FMIPA UNM, Jl. Dg Tata Raya, Parang Tambung Makassar, yang ramai dilalui kendaraan bermotor. Filter yang dipakai sebelumnya dikeringkan terlebih dahulu dalam desikator selama 24 jam. Filter tersebut kemudian ditimbang 302 P R OSI DI NG

pada neraca analitik sampai diperoleh berat konstan (± 0,2 mg antar penimbangan). Setelah itu, filter dimasukkan ke dalam holder dengan menggunakan pinset. Kedua alat diletakkan berdampingan dengan jarak ± 2 m dan dioperasikan bersamaan. Ketinggian filter holder diatur ±1,5 m dari permukaan tanah. Conto partikulat diambil selama 15, 30, 45, 60, dan 120 menit pada laju alir udara tetap, 7 Lpm (. Setiap interval sampling kami lakukan sebanyak tiga kali. Jika pengambilan conto tidak selesai dalam satu hari, maka kami lanjutkan di hari berikutnya. Filter yang telah berisi partikulat kemudian dipindahkan ke wadah filter (filter cassette) dengan menggunakan pinset. Setelah itu filter disimpan dalam desikator selama 24 jam dan ditimbang pada neraca analitik hingga berat konstan. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian 1. Waktu dan Kondisi Pengambilan Contoh Pengambilan conto partikulat udara dilakukan pada tanggal 3, 4 dan 14 November 2011, pukul 10.00-16.00 wita. Hujan deras terjadi dua hari sebelum pengambilan conto hari pertama dan kedua, dan satu hari sebelum pengambilan conto hari ketiga. Pada saat pengambilan conto kondisi cuaca pada hari pertama cerah, hari kedua dan ketiga mendung. Conto yang diambil pada hari pertama yaitu conto 15, 30 dan 45 menit, sedangkan pada hari kedua yaitu conto 45 dan 60 menit, dan hari ketiga adalah untuk conto 120 menit. Conto yang dikumpulkan pada lama penghisapan 15 dan 30 menit kondisi lalu lintas lebih ramai daripada pada hari kedua dan ketiga. 2. Hasil Pengukuran Berat Partikulat Hasil pengukuran presisi dan efisiensi (berat partikulat yang terkumpul per liter udara per area filter mgl -1 m -2 ) pada Alat Rakitan dan Alat Komersial dapat dilihat pada Gambar 3. Alat Rakitan menghasilkan presisi (coefficient of variation, cv) yang kurang baik pada interval pengambilan conto 15 dan 30 menit, yaitu berturut-turut 50% dan 43%. Namun mulai pada interval 45 menit, Alat Rakitan menghasilkan presisi yang setara dengan Alat Komersial, dan bahkan lebih baik pada interval 60 dan 120 menit. Sementara itu, Alat Komersial memiliki presisi yang relatif stabil (cv = 33% dan 35%). Efisiensi pengambilan conto (banyaknya partikulat yang tertangkap per banyaknya udara yang dihisap per luas filter, m 2 ) menunjukkan Alat Rakitan memiliki efisiensi yang setara dengan Alat Komersial nanti pada lama pengambilan conto di atas 45 menit. P R OSI DI NG 303

Gambar 3. Perbandingan presisi dan efisiensi (berat partikulat yang terkumpul per liter udara per luas filter, mg L -1 m -2 ) yang dikumpulkan pada Alat Rakitan dan Alat Komersial. Pembahasan Penelitian ini mengkaji kinerja alat sampling udara buatan tipe aktif (Alat Rakitan) yang dibuat dengan menggunakan rangkaian alat yang sederhana yaitu pompa hisap/vakum,, selang silikon, filter holder dan filter GFF ukuran 0,7 µm. Kinerja alat dinilai dengan membandingkannya dengan alat sampling udara Low Volume Active Air Sampler (Alat Komersial) yang juga terdiri dari pompa hisap/vakum, selang silikon, filter holder dan filter. Perbedaan utama kedua alat adalah pada diameter dan jenis bahan filter, Alat Rakitan menggunakan filter berdiameter 47 mm dari bahan serat gelas, sedangkan Alat Komersial milik Lab K3 menggunakan filter berdiameter 25 mm dari bahan serat mixed ester selulosa. US-EPA menyarankan penggunaan filter berbahan serat gelas dengan diameter 47 mm untuk low volume sampler (US-EPA, 1999; Guillot, 2011). Diameter filter yang lebih besar pada Alat Rakitan dibandingkan pada Alat Komersial menyebabkan perbedaan luas area penyaringan. Oleh karena itu, banyaknya partikulat yang dapat dikumpulkan pada Alat Rakitan lebih besar Alat Komersial pada volume udara yang sama. Meskipun begitu, efisiensi dan presisi Alat Rakitan tidak sebaik Alat Komersial pada lama penghisapan udara 45 menit ke bawah. Hal ini mungkin disebabkan Alat Rakitan memiliki diameter inlet alat penyaring yang jauh lebih kecil daripada yang dimiliki alat komersial (lihat Gambar 1). Selain itu, bahan serat gelas yang digunakan sebagai bahan penyaring pada Alat Rakitan kurang baik dalam memerangkap partikulat udara daripada bahan selulosa yang 304 P R OSI DI NG

digunakan pada Alat Komersial pada interval-interval waktu tersebut. Bahan serat gelas tidak semudah selulosa dalam menyerap partikel air di udara (Kementerian Lingkungan Jepang, diakses pada 8 Mei 2014). Lembabnya bahan penyaring membantu penyerapan partikulat udara ke permukaan dan pori-pori penyaring. Kurang lembabnya bahan penyaring serat gelas menyebabkan partikulat yang terkumpul tidak melekat kuat. Kemungkinan partikulat yang tidak melekat kuat ini ada yang terjatuh pada saat pemindahan bahan penyaring dari filter holder ke kaset penyaring dan/atau ke desikator, serta pada saat penimbangan. Setelah interval penghisapan udara 60 menit, bahan penyaring serat gelas menjadi cukup lembab. efisiensi dan presisi Alat Rakitan menjadi menjadi lebih baik daripada Alat Komersial. Sementara itu, bahan serat selulosa menjadi terlalu lembab dan mudah sobek pada interval waktu terakhir sehingga harus hati-hati untuk memindahkan penyaring tersebut ke kaset penyaring. Gambar 3 menunjukkan bahwa Alat Rakitan dan Alat Komersial memiliki kesamaan pola data yang sama, yaitu menurun dari interval waktu 15 menit hingga 45 menit, naik pada interval 60 menit, dan kemudian turun pada interval 120 menit. Hal ini berarti udara yang dihisap oleh kedua alat memiliki kehomogenan yang kurang lebih sama. Berdasarkan Gambar 3 juga dapat disimpulkan bahwa lama pengambilan conto terbaik adalah 60 menit. Hal ini dapat dilihat dari efisiensi dan presisi masing-masing alat. Pada interval waktu di bawah 60 menit, efisiensi dan presisi kurang baik dibandingkan dengan yang dihasilkan oleh interval 60 menit. Pada interval 120 menit, meskipun presisinya sama (pada Alat Komersial) atau lebih kecil (pada Alat Rakitan) dari interval 60 menit, namun efisiensinya turun yang menandakan telah jenuhnya bahan penyaring. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian ini, kami menyimpulkan bahwa Alat Rakitan dapat dipakai sebagai alat alternatif untuk mengukur partikulat udara. Kami menyarankan untuk melakukan pengambilan conto udara pada interval 60 menit dan tidak mencapai 120 menit. DAFTAR PUSTAKA Baird C. 1995. Enviromental Chemistry (3 rd ). New York : W.H. Freman and Company. BPLHD, 2007. Passive Sampler. Bandung: P.T. Dua Ratue Satu Pangripta. BSN, 2004. SNI 16-7058-2004. Tentang Pengukuran Kadar Debu Total di Udara Tempat Kerja. Jakarta: Perpustakaan BSN. Dockery DW dan Pope CA. 1994. Acute Respiratory Effects of Particulate Air Pollution. Annual Review of Public Health. Vol. 15: 107-132. DOI: 10.1146/annurev.pu.15.050194.000543. Guillot R. 2011. Ambient Air Sampling. USEPA. Athens, Georgia. P R OSI DI NG 305

Kementerian Lingkungan Jepang. http://www.env.go.jp/earth/ coop/coop/ docu-ment/14- tbseme/14-tbseme-22.pdf. Diakses pada 8 Mei 2014. Mari M, Schuhmacher M, Feliubadalo J, Domingo JL. 2008. Air concentrations of PCDD/Fs, PCBs and PCNs using active and passive air samplers. Chemosphere. Vol. 70(2): 1637 1643. Melymuk L, Robson M, Helm PA, diamond ML. Evaluation of passive air sampler calibrations: Selection of sampling rates and implications for the measurement of persisten organic pollutants in air. Atmospheric Environment. Vol. 45(10): 1867 1875. US-EPA. 1999. Compendium of methods for the determination of inorganic compounds in ambient air. EPA/625/R-96/010a.Washington DC. 306 P R OSI DI NG