Kajian logam berat di udara ambien-th2013

dokumen-dokumen yang mirip
Konsep Penelitian Kualitas Lingkungan (Udara) dalam Membangun IKLH

MATERI PEMANTAUAN KUALITAS UDARA AMBIEN AQMS DI 45 KOTA

KANDUNGAN LOGAM BERAT DALAM UDARA AMBIEN PADA BEBERAPA KOTA DI INDONESIA

Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 45 Tahun 1997 Tentang : Indeks Standar Pencemar Udara

Pemetaan Tingkat Polusi Udara di Kota Surabaya Berbasis Android

Laboratorium Teknik Analisis Radiometri Dan Spektrometri Serapan Atom Pusat Teknologi Nuklir Bahan Dan Radiometri

Penilaian Kualitas Udara, dan Indeks Kualitas Udara Perkotaan

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR : KEP- 45/MENLH/10/1997 TENTANG INDEKS STANDAR PENCEMAR UDARA LINGKUNGAN HIDUP

B A P E D A L Badan Pengendalian Dampak Lingkungan

PEMANTAUAN KUALITAS UDARA AMBIEN DENGAN METODE PASSIVE SAMPLER TAHUN 2016

DAMPAK PEMANFAATAN BRIKET BATUBARA TERHADAP KUALITAS UDARA AMBIEN

BAB I PENDAHULUAN. Udara mempunyai arti yang sangat penting di dalam kehidupan manusia dan

LAPORAN KEGIATAN TAHUN ANGGARAN 2012

Kata Pengantar. Jakarta, Juni 2010 Deputi MENLH Bidang Pembinaan Sarana Teknis dan Peningkatan Kapasitas. Sudariyono

PENCEMARAN PUSARPEDAL, DEPUTI VII KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP

STUDI TINGKAT KUALITAS UDARA PADA KAWASAN RS. Dr. WAHIDIN SUDIROHUSODO DI MAKASSAR

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Laporan Tahunan (Januari-Desember 2012)

TJ TUGAS AKHIR I - 3 SKS

Kusumawati, PS.,Tang, UM.,Nurhidayah, T 2013:7 (1)

Session 2B: Tinjauan Metode sampling udara ambien

1. Indek Standar Pencemar Udara (ISPU)

BAB I PENDAHULUAN. hidup terutama manusia. Di dalam udara terdapat gas oksigen (O 2 ) untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENENTUAN POLUTAN LOGAM BERAT DALAM SEDIMEN DAS CIUJUNG MENGGUNAKAN TEKNIK NUKLIR ANALISIS AKTIVASI NEUTRON

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188 / 336 / KPTS / 013 / 2007 TENTANG

PEDOMAN TEKNIS PENETAPAN BAKU MUTU UDARA AMBIEN DAERAH

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR : 153 TAHUN 2002

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI JAMBI TAHUN

Rita Muktar, Esrom Hamonangan...: Komponen Kimia PM 2,5 DAN PM 10. (Diterima tanggal ; Disetujui tanggal )

Kegiatan Sub. Bid. Pelestarian dan Pemulihan Lingk. 2012

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Hal ini disebabkan karena manusia memerlukan daya dukung unsur unsur

Bab IV Metodologi Penelitian

STUDI PENYEBARAN Pb, debu dan CO KEBISINGAN DI KOTA JAKARTA

Analisa Aplikasi Komunikasi Data Pada Laboratorium Kualitas Udara Bergerak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGKAJIAN BRIKET LAPORAN

3. METODE PENELITIAN

ANALISIS KUALITAS UDARA

BAB I PENDAHULUAN. Pollution Monitoring Network (BAPMoN) tahun 1960, Global Atmosphere Watch

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/331/KPTS/013/2012 TENTANG

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. KATA PENGANTAR... iii. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. DAFTAR ISI... viii. DAFTAR TABEL...

TUGAS AKHIR. Analisis Tingkat Pencemaran Udara Pada Kawasan Pemukiman Kota Makassar

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/331/KPTS/013/2012 TENTANG

FORMAT PELAPORAN PEMANTAUAN EMISI DAN KONDISI DARURAT PENCEMARAN UDARA KEGIATAN DAN/ATAU USAHA MINYAK DAN GAS BUMI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan antara..., Dian Eka Sutra, FKM UI, Universitas Indonesia

ESTIMASI SEBARAN KERUANGAN EMISI GAS BUANG KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA SEMARANG LAPORAN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Perubahan lingkungan udara pada umumnya disebabkan oleh pencemaran,

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA PRESI DEN REPUBLIK INDONESIA

PROFIL VOLUME LALU LINTAS DAN KUALITAS UDARA AMBIEN PADA RUAS JALAN IR. SOEKARNO SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TARIF LAYANAN JASA TEKNIS BADAN PENGKAJIAN KEBIJAKAN, IKLIM DAN MUTU INDUSTRI BALAI RISET DAN STANDARDISASI INDUSTRI SAMARINDA

BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. ini dalam mendukung perkembangan kemajuan kota-kota besar di dunia, namun

Bab I Pendahuluan. Gambar I.1 Bagan alir sederhana sistem pencemaran udara (Seinfield, 1986)

Keputusan Kepala Bapedal No. 107 Tahun 1997 Tentang : Perhitungan Dan Pelaporan Serta Informasi Indeks Standar Pencemar Udara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 LatarBelakang

KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP. Kementerian Lingkungan Hidup Salatiga, 31 Mei 2012

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Page 1 KEPALA BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN NOMOR: KEP- 107/KABAPEDAL/11/1997 TENTANG

MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

Desa Hijau. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

BAB I PENDAHULUAN.

DAN PM 2.5 AND PM 2.5

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 289/MENKES/SK/III/2003 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa, negara, dan pemerintah menuju modernitas dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan yang berkembang pesat, khususnya dalam bidang teknologi,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PERBANDINGAN PENGUKURAN KONSENTRASI PARTIKULAT DI UDARA AMBIEN MENGGUNAKAN ALAT HIGH VOLUME AIR SAMPLER DAN GENT STACKED FILTER UNIT SAMPLER

KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 289/MENKES/SK/III/2003 TENTANG

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pengaruhnya terhadap ekosistem secara global. Udara yang kita pakai untuk

GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 21/ KPTS/013/2005 TENTANG

TARIF LINGKUP AKREDITASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di era persaingan pasar bebas saat ini, produk suatu industri

RPPI-10 KUALITAS LINGKUNGAN UNTUK IKLH DAN ISTM

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Analisis Karaterisasi Konsentrasi dan Komposisi Partikulat Udara (Studi Case : Surabaya)

KUESIONER PENELITIAN. SISTEM PENGOLAHAN LIMBAH CAIR, PADAT dan GAS di BAGIAN EKSPLORASI PRODUKSI (EP)-I PERTAMINA PANGKALAN SUSU TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Semarang, 13 Mei 2008

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I. PENDAHULUAN. Yogyakarta merupakan kota dengan kepadatan penduduk tertinggi di

KATA PENGANTAR. Serpong, Januari Penyusun

PENGUKURAN KINERJA PEMBANGUNAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN UNTUK RPJMN PENDEKATAN DUKUNGAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN

INF. Jurnal llmiah Bidang Teknologi lnformasi dan Komunikasi VOLUME 1 SURABAYA JANUARI-JUNI ISSN

ANALISIS PENERAPAN KEBIJAKAN PENGENDALIAN PENCEMARAN UDARA DARI KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN ESTIMASI BEBAN EMISI (Studi Kasus : DKI JAKARTA)

KERANGKA KERJA RPPI PENGEMBANGAN PUSLITBANG KUALABLING

LAPORAN KEGIATAN PEMANTAUAN DAN PENGENDALIAN KUALITAS UDARA AMBIEN TAHUN 2017

BAB 1 : PENDAHULUAN. kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor mengeluarkan zat-zat berbahaya yang

BAB I PENDAHULUAN. udara terbesar mencapai 60-70%, dibanding dengan industri yang hanya

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN GUBERNUR PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR : 169 TAHUN 2003

Analisis Kualitas Udara Ambien Kota Padang akibat Pencemar Particulate Matter 10 m (PM 10 )

BAB I PENDAHULUAN. Aplikasi Arima Dan Arfima Pada Data Kondentrasi Balck Carbon Partikulat Udara Halus PM2,5 Di Daerah Lembang Bandung

SUMMARY. ANALISIS KADAR NITROGEN DIOKSIDA (NO₂) dan KARBONMONOKSIDA (CO) DI UDARA AMBIEN KOTA GORONTALO

BAB 1 PENDAHULUAN. A World Health Organization Expert Committee (WHO) menyatakan bahwa

S - 9 ANALISIS REGRESI LINIER SEDERHANA UNTUK MENGUJI KETERKAITAN ANTARA KONSENTRASI PM 10 DENGAN CO DI DERAH TRANSPORTASI

Penyusunan Rencana Aksi Inventarisasi Emisi Kabupaten/Kota Secara Online

Transkripsi:

1

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Salah satu aspek penting dalam konsep pengelolaan kualitas udara dan pengendalian pencemaran udara adalah pelaksanaan pemantauan secara kontinu. Karena polusi udara merupakan masalah yang serius dibeberapa kota besar di Indonesia pada saat ini. Berbagai usaha telah dilakukan oleh Pusarpedal-Kementerian Lingkungan Hidup, diantaranya adanya sistem pemantauan kualitas udara ambien di Indonesia yang dimulai tahun 1997, sejak dibangunnya stasiun pemantauan kualitas udara (PM 10 ) di Jambi dan Pontianak terkait dengan kebakaran hutan. Tahun 1999-2002, dibangun jaringan pemantauan kualitas udara ambien di 10 kota besar di Indonesia, terdiri dari 33 stasiun permanen (fixed stasiun) dan 9 stasiun bergerak (mobile stasiun). Sistem pemantauan Air Quality Monitoring System (AQMS) di 10 kota besar di Indonesia yaitu Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Denpasar, Medan, Pekanbaru, Jambi, Pontianak dan Palangkaraya. Paramater yang dipantau oleh AQMS adalah partikulat (PM 10 ), karbon monoksida (CO), sulfur dioksida (SO 2 ), nitrogen dioksida (NO 2 ) dan ozon (O 3 ). Data pemantauan dari stasiun dikirim ke Regional Center (RC) yang ada di masing-masing kota dan ditampilkan pada Regional data display dalam bentuk ISPU. Data dari RC juga dikirim ke Main Center KLH dan ditampilkan dalam bentuk Indeks Standar Pencemar Udara (ISPU) pada National Data Display. Namun karena keterbatasan biaya untuk operasional dan perawatan, tidak ada satu kotapun yang dapat mengoperasikan AQMS selama setahun penuh. Sementara pengukuran kualitas udara dengan menggunakan peralatan otomatis memerlukan biaya yang tinggi. Usaha lain yang dilakukan oleh Pusarpedal-KLH dalam melakukan pemantauan kualitas udara ambien adalah; sejak tahun 2011-sekarang Pusarpedal telah melakukan pemantauan udara dengan menggunakan metode passive sampler, mulai dari 33 provinsi, dan sekarang berkembang menjadi ± 300 Kabupaten/Kota di Indonesia, pemantauan dengan metode passive sampler merupakan salah satu metode pemantauan kualitas udara yang sampai saat ini masih digunakan oleh negara-negara berkembang, pemantauan dengan harga yang relatif murah, cara 2

sampling yang sederhana sehingga dapat menjangkau di hampir seluruh kab/kota. Parameter yang dipantau melalui metode passive sampler adalah SO 2, NO 2, dan O 3. Pada tahun 2008 sampai sekarang, PUSARPEDAL bekerjasama dengan Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri (PTNBR)-Batan Bandung melakukan kegiatan riset bersama dalam permasalahan pencemaran logam berat (Pb) di kawasan Serpong dan telah diperoleh hasil yang komprehensif terkait sumber pencemar serta estimasi lokasi pencemar. Kerjasama ini diharapkan dapat saling melengkapi dan meningkatkan sinergisme antar kelembagaan sehingga hasil yang diperoleh dapat lebih optimal dan komprehensif. Kerjasama tersebut tertuang dalam MoU antara Kepala PTNBR dan Kepala PUSARPEDAL tentang Pemantauan dan Pengkajian Polusi Udara serta Studi Dampaknya di Indonesia melalui Karakterisasi dan Identifikasi Sumber Secara Berkelanjutan di Kawasan RCA-IAEA menggunakan teknik analisis nuklir (No01196/KS 00 01/II/2012) - (01/PS-VII/LH/02/2012). Kegiatan tersebut juga dilandasi oleh Kerjasama antara Deputi Bidang Penelitian Dasar dan Terapan BATAN dan Deputi Bidang Pembinaan Sarana teknis Lingkungan dan Peningkatan Kapasitas KLH. Tentang Pengkajian Polusi Udara dan Studi Dampaknya di Indonesia melalui Karakterisasi, Identifikasi sumber, dan Pemantauan Polusi Udara berkelanjutan di Kawasan RCA-IAEA menggunakan teknik analisis nuklir (No.09682/KS 00 01/VIII/2011)- (13/Dep.VII/2011) serta Kesepakatan Bersama antara Menteri Lingkungan Hidup dan Kepala BATAN tentang Pemanfaatan Iptek Nuklir untuk Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (No.12/MENLH/2011) - (09681/KS 00 01/VIII/2011). Pemantauan kualitas udara kerjasama dengan Batan ini meliputi parameter Black Carbon (BC), PM 2.5, PM 2,5-10, PM 10, serta jenis unsur dan jumlah kandungan unsur yang terkandung didalamnya. Pemantauan udara ambien dengan menggunakan alat Gent staked filter unit sampler melibatkan beberapa instansi di daerah diantaranya Pusat Pengelolaan Ekoregion (PPE)/BLH provinsi/blh Kab/Kota). Diharapkan data dari hasil kegiatan ini dapat digunakan untuk menyusun strategi dalam rangka pengendalian pencemaran udara, sebagai dasar pengembangan rencana aksi yang spesifik dan komprehensif. 1.2. Tujuan dan Sasaran Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memperoleh data Partikulat (PM 10 dan PM 2.5 ), logam berat yang terkandung didalamnya, Black Carbon (BC), untuk jangka panjangnya bertujuan untuk identifikasi sumber pencemar, memperoleh kualitas data dari beberapa lokasi, peningkatan kapasitas 3

daerah dalam mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang sumber polusi, melakukan studi dampak pencemaran udara ambien di beberapa kota di Indonesia. Sasarannya adalah: diperolehnya data dari kegiatan ini sehingga dapat digunakan sebagai baseline data dan referensi berbasis ilmiah dalam merumuskan, mengambil tindakan dan kebijakan yang tepat dan terarah sehingga dapat mengatasi permasalahan pencemaran udara, memberikan kontribusi, dalam upaya meningkatkan kualitas udara di Indonesia agar gangguan kesehatan dan kerugian ekonomi yang lebih besar dapat dihindari, serta bagi pengambil kebijakan dapat digunakan sebagai bahan untuk kajian baku mutu logam berat di udara ambien di Indonesia, dan memberikan early warning bagi suatu daerah yang sudah mengetahui kandungan udara di daerahnya. 1.3. Ruang Lingkup Kegiatan 1. koordinasi dan sosialisasi kegiatan dengan pejabat dan staf PPE/BLH terkait. 2. pemilihan lokasi serta pemasangan alat sampling udara ambien (Gent sampler) di PPE dan BLH terkait 3. training pemantauan udara dengan menggunakan alat Gent sampler terhadap staf yang ditunjuk bertanggungjawab dalam pengambilan contoh uji di masing-masing daerah yang dipasang alat Gent sampler. 4. pertemuan teknis dalam persiapan maupun koordinasi kegiatan dengan internal Pusarpedal dan PTNBR-Batan Bandung serta dengan instansi lainnya yang terkait dalam kegiatan ini. 5. analisis sampel yang dilakukan oleh laboratorium PTNBR-Batan Bandung 6. parameter yang di analisis adalah PM 10, PM 2.5, BC, serta beberapa unsur logam lainnya pada PM 10 dan PM 2.5. 7. pertemuan teknis pelaksanaan kegiatan serta pengolahan data hasil sampling 8. rapat kerja teknis (rakernis) dalam rangka sosialisasi hasil kegiatan 9. pengolahan data 10. pembuatan laporan 4

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN Telah terdeteksi konsentrasi 15 unsur; Na, Mg, Al, Si, S, K, Ca, Cr, Mn, Fe, Co, Ni, Cu, Zn, Pb, pada PM 2.5 dalam udara ambien di 10 lokasi yaitu Yogyakarta, Semarang, Surabaya, Palangkaraya, Pekanbaru, Bandung, Jakarta, Tangerang (Serpong), Bali, dan Makassar. Kisaran kadar Na, Mg, Al, Si, S, K, Ca, Cr, Mn, Fe, Co, Ni, Cu, Zn, dan Pb, pada PM 2.5 tahun 2012 secara berurut (ng/m 3 ) ; 1,90 667; 1,33 786; 0,13 1020; 0,2 744; 2,54 1397; 3,7 640 ; 0,48 381;1,3 7,2 ; 0,02 22,5 ; 1,94 1561 ; 0,018 18,52 ; 0,26 13 ; 0,05 18,79 ; 2,9 913 ; 0,2 2664,2. Dari semua unsur yang dipantau, hanya unsur Pb yang baru diatur keberadaannya diudara, yaitu pada Peraturan Pemerintah No. 41 tahun 1999 tentang pengendalian pencemaran udara, dengan nilai baku mutu Pb di dalam TSP 2 µg/m 3 atau 2000 ng/m3. Jika dibandingkan dengan baku mutu negara- negara maju (USEPA) sudah menetapkan baku mutu Pb di udara ambien adalah 250 ng/m 3. Berdasarkan data PM 2.5 di beberapa daerah yang telah mendekati baku mutu PP41/1999 tentang pengendalian pencemaran udara (65 µg/m 3 ) khususnya daerah Jakarta, Surabaya, Pekanbaru dan Palangkaraya (saat kebakaran hutan) setelah mengetahui hasil pemantauan ini dapat menjadikan early warning bagi daerah tersebut. Sehingga dapat dilakukan langkahlangkah untuk pencegahan pencemaran lebih lanjut, atau tindakan untuk melindungi kesehatan masyarakat pada waktu kejadian serupa terjadi. Data hasil pemantauan terhadap unsur yang dipantau ini dapat dijadikan sebagai baseline data dan sebagai bahan dalam mengambil kebijakan untuk pemulihan kualitas lingkungan, terutama kualitas udara ambien. Data ini juga dapat digunakan sebagai data dasar dalam kajian baku mutu logam berat di udara ambien di Indonesia. Hasil penentuan PM 2.5, PM 10, Black Carbon dan unsur-unsur dalam sampel partikulat udara akan diolah lebih lanjut menggunakan reseptor modeling untuk mengidentifikasi jenis dan lokasi sumber pencemar, untuk itu dibutuhkan data dalam jangka waktu yang panjang. Namun 5

untuk melangkah ke arah tersebut dibutuhkan data tahunan untuk dapat diolah. Maka diharapkan daerah yang telah terlibat didalam kegiatan pemantauan ini terus berkomitmen untuk melaksanakan sampling dengan sebaik-baiknya. Karena data yang akan diperoleh tergantung dari cara sampling yang baik, titik sampling yang representatif, analis yang kompeten, alat yang akurasi dan presisinya dapat dipertanggungjawabkan, serta pengolahan data yang baik dan benar. Koordinasi yang baik antar instansi ini perlu diperluas, misalnya dengan melibatkan BMKG, serta pemerintah daerah setempat. Karena, baik Pusarpedal, Batan dan daerah tidak bisa melakukan kegiatan ini secara sendiri-sendiri. Semoga kegiatan ini bermanfaat dan memberi masukan bagi pengambil kebijakan, terutama bagi lingkungan yang kita cintai. UCAPAN TERIMAKASIH Penelitian ini terlaksana atas kerjasama PUSARPEDAL dengan PTNBR BATAN Bandung, Batan Yogyakarta, Pusat Pengelolaan Ekoregion (PPE) Sumatera, PPE Balinusra, PPE Sulawesi dan Maluku, BLH Provinsi Surabaya, BLH Provinsi Semarang, BPLHD Provinsi Jawa Barat, BPLHD Provinsi DKI Jakarta, dan BLH Kota Palangkaraya yang berpartisipasi dalam pengambilan contoh uji di daerah masing-masing. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada seluruh personil bidang pemantauan Pusarpedal, dan kelompok teknik analisis radiometri Batan yang terlibat dalam sampling dan analisis pada kajian logam berat ini, serta semua pihak yang telah membantu terlaksananya kegiatan ini. 6