BAB I LATAR BELAKANG PEMILIHAN KASUS. yang maju dan demokratis berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KASUS POSISI, FAKTA HUKUM, DAN IDENTIFIKASI FAKTA HUKUM. pengadaan sarana Pengadaan sarana Peningkatan mutu Pendidikan di

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

Pengantar Hukum Persaingan Usaha. Oleh: Ditha Wiradiputra Pelatihan Hukum Kontrak Konstruksi 11 Juni 2007

BAB I PENDAHULUAN. Pelindo II (Persero) yang mana PT Pelindo II (Persero) sendiri merupakan

PERSAINGAN USAHA dan JASA KONSTRUKSI

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG LARANGAN PRAKTIK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

1. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang, hal ini mendorong

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG LARANGAN PRAKTIK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG LARANGAN PRAKTIK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG LARANGAN PRAKTIK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

KEWIRAUSAHAAN, ETIKA PROFESI dan HUKUM BISNIS

TINJAUAN PUSTAKA. Persaingan dalam dunia bisnis merupakan salah satu bentuk perbuatan yang dapat

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

UU 5/1999, LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

Adapun...

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

BPK DAN KPPU MENYEPAKATI KERJASAMA DALAM PENANGANAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999

Pedoman Pasal 47 Tentang. Tindakan. Administratif

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai tujuan bernegara yang dituangkan dalam alinea ke

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

Terobosan Peningkatan Kapasitas Nasional dalam Industri Hulu Migas ditinjau dari Perspektif Persaingan Usaha

BUPATI KOTABARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 15 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PERLINDUNGAN KOPERASI

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian dan Dasar Hukum Persaingan Usaha. unggul dari orang lain dengan tujuan yang sama (Kamus Besar Bahasa Indonesia.

I. PENDAHULUAN. segala aspek yang berkaitan dengan persaingan usaha yaitu mencakup hal-hal

I. PENDAHULUAN. suatu ancaman bagi para pengusaha nasional dan para pengusaha asing yang lebih

STUDI KELAYAKAN (Feasibility Study) Pengadaan Gudang Barang Pemerintah Kota Tarakan

Ethics in Market Competition. Mery Citra.S,SE.,MSi Business Ethics #7

KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA

HUKUM MONOPOLI & PERSAINGAN USAHA

Direktori Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia

I. PENDAHULUAN. lahirnya perusahaan yang menjalani berbagai kegiatan usaha untuk memajukan

Pedoman Larangan Persekongkolan Dalam Tender. Berdasarkan UU No. 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

HUKUM PERSAINGAN USAHA

ASPEK HUKUM DALAM SISTEM MANAJEMEN MUTU KONSTRUKSI

I. PENDAHULUAN. dimana manusia cenderung untuk saling mengungguli dalam banyak hal. Dari banyaknya

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hukum Persaingan Usaha pada dasarnya mengatur mengenai perilaku,

HUKUM PERJANJIAN & PERIKATAN HUBUNGAN BISNIS ANDRI HELMI M, SE., MM.

I. PENDAHULUAN. di segala bidang. Persaingan usaha yang sangat tajam ini merupakan sebuah

TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia, untuk tujuan memperoleh keuntungan dan atau laba (Pasal 1 Undang-Undang No. 3

BAB II PEMBERIAN KUASA DIREKTUR PADA PROYEK PEMBANGUNAN JALAN

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Perubahan Perilaku merupakan suatu bagian dari tahap dalam tata cara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 menjadi langkah baru bagi

UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT [LN 1999/33, TLN 3817]

NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

V. KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV KETENTUAN PENGECUALIAN PASAL 50 HURUF a UU NOMOR 5 TAHUN 1999 DALAM KAITANNYA DENGAN MONOPOLI ATAS ESSENTIAL FACILITY

LEMBAGA JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN

LARANGAN PERSEKONGKOLAN DALAM TENDER PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NOMOR 5 TAHUN 1999 TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

LAPORAN AKHIR KERJASAMA. Lembaga Pengabdian, Pendidikan, Pelatihan Dan Pengembangan Masyarakat Universitas Airlangga (LP4M UA)

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2

PEMUTUSAN KONTRAK OLEH PEJABAT PEMBUAT KOMITMEN Oleh : Abu Sopian (Widyaiswara Balai Diklat Keuangan Palembang)

BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT. 2.1 Pengertian Persaingan Usaha dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

PENJELASAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 10 TAHUN 2010 TENTANG PEMBERDAYAAN DAN PENGEMBANGAN KOPERASI, USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

PENGHARMONISASIAN, PEMBULATAN, DAN PEMANTAPAN KONSEPSI ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG LARANGAN PRAKTIK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

JURNAL ILMIAH PERJANJIAN PINJAM NAMA PERUSAHAAN DALAM PROYEK PEMBANGUNAN

Prosedur dan Kebijakan Hukum Persaingan Usaha

TRANSKRIP HASIL WAWANCARA

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pengadaan Barang/Jasa harus sesuai dengan kebutuhan dan sasaran yang telah ditetapkan serta memberikan manfaat yang sebesarbesarnya.

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan bidang ekonomi Indonesia diarahkan kepada. dengan amanat dan cita-cita Pancasila dan Pasal 33 ayat (2) dan ayat (3)

BAB III TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KARTU KREDIT BANK MANDIRI, CITIBANK DAN STANDARD CHARTERED BANK

Lex Privatum, Vol. III/No. 4/Okt/2015

Berdasarkan Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat

BAB V PENUTUP. 1. Perlindungan Hukum Terhadap Pasien Miskin Menurut Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan jo.

MAKALAH. Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Aspek Hukum. Dosen Pengampu : Ahmad Munir, SH., MH. Disusun oleh : Kelompok VII

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4/PMK.06/2013 TENTANG

BAB V PENUTUP. kajian dalam penelitian ini dan telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat

Pedoman Pasal 50 huruf d Tentang Pengecualian terhadap Perjanjian dalam Rangka Keagenan

Rancangan Undang-undang tentang Akuntan Publik

Hukum Persaingan Usaha

MATRIKS HARMONISASI RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG LARANGAN PRAKTEK MONOPOLI DAN PERSAINGAN USAHA TIDAK SEHAT

Tanggung Jawab Penjual/ Pelaku Usaha Dalam Transaksi Jual Beli Terhadap Kelebihan Pembayaran Menurut Peraturan Perundang Undangan Di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan kegiatan usahanya agar tidak melakukan praktik monopoli dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Tentang Hukum Persaingan Usaha di Indonesia. 1. Pengertian dan arti penting hukum persaingan usaha

BAB I PENDAHULUAN. Aspek-aspek dunia usaha selalu menarik untuk diamati dan diteliti karena

DAFTAR ISI. Halaman Sampul... Lembar Pengesahan... Pernyataan... Kata Pengantar... Daftar Isi... Intisari... Abstract... BAB I PENDAHULUAN...

PEMERINTAH KABUPATEN BENGKAYANG SEKRETARIAT DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. manusia menjadi hal yang tidak terelakkan, terutama dalam memenuhi kebutuhan

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 1999 TENTANG KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB IV. Surabaya ini termasuk pada bab ija>rah karena merupakan akad yang objeknya. Menurut bapak A. Djohan Hidayat selaku PJS Penyelia Umum & SDM,

PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 17 TAHUN 2001 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH KOTA DENGAN BADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DEPOK,

pada umumnya dapat mempergunakan bentuk perjanjian baku ( standard contract)

B A B II TINJAUAN PUSTAKA. Secara khusus badan usaha Perseroan Terbatas diatur dalam Undang-Undang No. 40 Tahun 2007

KONTRAK KERJA KONSTRUKSI DI INDONESIA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

KEPUTUSAN KOMISI NO. 89/2009. Tentang Pengaturan Monopoli Badan Usaha Milik Negara

KEPUTUSAN KOMISI NO. 57/2009. Tentang Pengecualian Penerapan UU No. 5 Tahun 1999 terhadap Perjanjian yang Berkaitan dengan Waralaba

BAB II KONTRAK PENGADAAN BARANG. A. Pengertian Kontrak Menurut KUHPerdata Didalam perundang-undangan tidak disebutkan secara tegas pengertian

BAB I PENDAHULUAN. sejenis menimbulkan persaingan usaha yang semakin ketat. Perusahaan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG USAHA PERSEORANGAN DAN BADAN USAHA BUKAN BADAN HUKUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

BAB I LATAR BELAKANG PEMILIHAN KASUS Pembangunan Nasional yang dilaksanakan saat ini mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Indonesia secara adil dan merata, serta mengembangkan kehidupan masyarakat dan penyelenggaraan negara yang maju dan demokratis berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam pelaksanaan pembangunan, pemerintah membutuhkan mitra dari perusahaan-perusahaan suasta maupun keikutsertaan masyarakat dalam pengadaan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh pemerintah. Dalam rangka percepatan pelaksanaan pembangunan, perlu pendanaan yang besar dalam pelaksanaan Pengadaan Barang/Jasa oleh Pemerintah sehingga dapat memenuhi penyerapan yang di harapkan. Melihat besarnya jumlah dana Pemerintah yang memang sejak semula telah di anggarkan untuk Pengadaan Barang/Jasa, timbul perusahaan suasta berlomba-lomba untuk menguasai pasar secara monopoli. Terlebih hal ini didukung adanya globalisasi pasar bebas. Untuk mencegah tindakan monopoli tersebut maka pemerintah berinisiatif mensahkan Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, bertujuan untuk: 1 1. Menjaga kepentingan umum dan meningkatkan efisiensi ekonomi nasional sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat; 2. Mewujudkan iklim usaha yang kondusif melalui pengaturan persaingan usaha yang sehat sehingga menjamin adanya kepastian 1 Pasal 3 Undang-Undang No 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Pesaingan Usaha Tidak Sehat 1

2 kesempatan berusaha yang sama bagi pelaku usaha besar, pelaku usaha menengah, dan pelaku usaha kecil; 3. Mencegah praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat yang ditimbulkan oleh pelaku usaha; dan 4. Terciptanya efektivitas dan efisiensi dalam kegiatan usaha. Dalam melaksanakan undang undang tersebut Pemerintah membuat sebuah lembaga independen yang dinamakan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU). dibentuk untuk melarang adanya praktik monopoli persaingan usaha yang tidak sehat. Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) menjalankan tugas untuk mengawasi tiga hal pada Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 yaitu 2 : 1. Perjanjian yang dilarang, yaitu melakukan perjanjian dengan pihak lain untuk secara bersama-sama mengontrol produksi dan/atau pemasaran barang dan/atau jasa yang dapat menyebabkan praktik monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat seperti perjanjian penetapan harga, diskriminasi harga, boikot, perjanjian tertutup, oligopoli, predatory pricing, pembagian wilayah, kartel, trust (persekutuan), dan perjanjian dengan pihak luar negeri yang dapat menyebabkan persaingan usaha tidak sehat. 2. Kegiatan yang dilarang, yaitu melakukan kontrol produksi dan/atau pemasaran melalui pengaturan pasokan, pengaturan pasar yang dapat menyebabkan praktik monopoli dan/atau persaingan usaha tidak sehat. 3. Posisi dominan, pelaku usaha yang menyalahgunakan posisi dominan yang dimilikinya untuk membatasi pasar, menghalangi hak-hak konsumen, atau menghambat bisnis pelaku usaha lain. Namun dalam hal pengadaan barang dan jasa di instansi pemerintah tersebut dinilai oleh beberapa kalangan masyarakat masih rawan akan terjadinya. penyelewengan. Hal tersebut senada dengan pernyataan Ketua Umum Ikatan Ahli Pengadaan Indonesia (IAPI) Ikak G Patriastomo 3 : 2 http://www.kppu.go.id/id/tentang-kppu/tugas-dan-wewenang, diunduh pada Minggu 7 Agustus 2016,Pukul 20.00 Wib. 3 http://ikakgp.blogspot.co.id/2012/07/pengadaan-yang-sederhana.html, diunduh pada Minggu 7 Agustus 2016,Pukul 21.00 Wib.

3 Penyelewengan pengadaan barang dan jasa itu antara lain adalah penggelembungan anggaran, pengadaan diarahkan, penentuan jadwal yang tidak realistis, pembentukan panitia yang tidak transparan, keberpihakan panitia lelang, dokumen administrasi tidak memenuhi syarat dan "aspal" (asli tetapi palsu), serta spesifikasi yang diarahkan. Selain kasus penyelewengan seperti yang disebutkan diatas dalam tender/pelelangan pengadaan barang dan jasa ada juga salah satu bentuk kasus yang di namakan peminjaman nama perusahaan, atau masyarakat sering mendengar hal ini dengan sebutan pinjam bendera. Maksud dari peminjaman nama perusahaan ini adalah seseorang yang menggunakan nama perusahaan orang lain untuk mengikuti proses lelang pengadaan barang dan jasa dan bertindak untuk dan atas nama perusahaan yang namanya dipinjam tersebut, hal ini dilakukan karena si peminjam tidak mempunyai perusahaan yang memenuhi syarat yang di tenderkan pemerintah. Peminjaman nama perusahaan tersebut tentunya dengan persetujuan Direksi atau pun Pengurusnya, dengan jalan membuat perjanjian kerjasama atau perjanjian pinjam nama perusahaan, selanjutnya si peminjam perusahaan akan memberikan fee keuntungan sebesar 3-5% dari nilai pekerjaan yang dimenangkan dalam tender. Apabila perusahaan tersebut ditunjuk sebagai pemenang dalam proses pengadaan barang dan jasa tersebut maka pelaksanaan pekerjaan bukan oleh perusahaan yang menjadi pemenang melainkan perorangan yang telah meminjam nama perusahaan tersebut. Dalam hukum perjajian sebagai mana tercatum dalam Pasal 1320 KUHPerdata tentang syarat-syarat sahnya suatu perjanjian, yaitu dengan syaratsyarat sebagai berikut: 4 4 Djadja. Meliala, perkembangan hukum perdata tentang denda dan hukum perikatan, Nuansa Amelia, Bandung,2007,hlm 91

4 1. Kesepakatan mereka yang mengikatkan diri; 2. Kecakapan untuk membuat perikatan; 3. Suatu hal tertentu; 4. Suatu sebab yang halal. Sebagaimana yang di sebutkan dalam Pasal 1320 KUHPerdata terdapat unsur-unsur sebagai berikut: 1. kesepakatan mereka yang mengikatkan diri artinya suatu perasaan rela atau iklas di atara pihak-pihak yang mengikatkan diri untuk memenuhi suatu perbuatan yang mereka perjanjikan.numun kesepakatan diyatakan tidak sah jika Kontrak didasarkan atas penipuan, kesalahan, paksaan dan menyalagunakan keadaan. 2. kecakapan untuk membuat Perikatan yaitu, berarti Pihak-pihak yang membuat kontrak haruslah orang-orang yang cakap hukum atau sudah dewasa. Orang dikatakan dewasa terdapat dalam pasal 330 KUH Perdata, orang dewasa adalah orang yang sudah berumur 21 tahun atau sudah pernah kawin dan bukan dalam berada pengampuan. 3. Suatu hal tertentu yaitu, bahwa para pihak-pihak yang mengikatkan dirinya melakukan suatu perjajian haruslah objek yang diperjanjikan jelas atau setidak-tidaknya dapat ditentukan, tidak boleh mengabang ataupun samar-samar. 4. Suatu sebab yang di bolehkan atau halal, berarti bahwa kesepakatan yang tertuang di dalam perjanjian tidak boleh bertentangan dengan perundang- Undangan, menganggu ketertian umum dan kesusilaan.

5 Kemudian di dalam Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata menerangkan Semua perjanjian yang dibuat secara sah, berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya jadi pasal ini dapat diartikan adanya suatu ijin untuk membuat suatu perjanjian yang selain diatur oleh KUHPerdata, asalkan tidak bertentangan dengan undang-undang, ketertiban umum, dan kesusilaan. Jika dikaitkan Pasal 1338 dan 1320 KUHPerdata dimana perjanjian peminjaman nama perusahaan bahwa sipeminjam dan yang meminjamkan perusahaan telah sepakat maka perjanjian ini timbul karena salah satu asas perjanjian adalah asas kebebasan berkontrak. Asas ini mengandung pengertian bahwa setiap orang dapat mengadakan perjanjian apapun, baik yang sudah diatur undang-undang maupun yang belum diatur undang-undang, Asas ini termaktup dalam Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata jo Pasal 1320 butir (1) 1320 KUHPerdata. CV. Burung Nuri merupakan Badan Usaha Milik Suasta yang berbentuk Persekutuan Komanditer. CV. Burung Nuri sebagai pelaku usaha sering kali melakukan kerja sama untuk memajukan, berkembang dan terhindar dari resiko kerugian atau kepailitan dalam usaha. Salah satu kerja sama CV. Burung nuri adalah bersama dengan Reza Febiant yaitu dengan meminjamkan nama perusahaan CV. Burung Nuri untuk mengikuti tender Paket Pekerjaan Pengadaan sarana Peningkatan mutu Pendidikan di SD/SDLB/Pengadaan sarana TIK dan Pengadaan Media Pembelajaran Interaktif tahun anggaran 2011 Pelaksanaan 2012 di kabupaten Probolinggo. Dalam Isi perjanjian peminjaman bendera antara Moh.Nuri selaku direktur CV.Burung Nuri dengan Reza Febiant yaitu pihak Pertama Moh. Nori telah

6 menyerahklan sepenuhnya pengerjaan Proyek Paket Pekerjaan Pengadaan sarana Peningkatan mutu Pendidikan di SD/SDLB/Pengadaan sarana TIK dan Pengadaan Media Pembelajaran Interaktif tahun anggaran 2011 Pelaksanaan 2012 di kabupaten Probolinggo kepada pihak kedua yaitu Reza Febriant, dengan segala konsekwensi kerugian dan akibat hukum yang timbul akibat dari pekerjaan tersebut menjadi tanggungjawab Reza Febriant. Setelah melakukan perjanjian tersebut, Reza Febiant mulai mengikuti tender dan perusahaan yang di pinjam Reza Febiant yaitu CV. Burung Nuri telah memenangkan tender. Dalam pelaksanaannya, ternyata Reza Febiant diketahui oleh penyedia pekerjaan bahwa barang yang berbentuk CD pembelajaran tersebut yang di tawarkan oleh CV. Burung Nuri tidak sesuai dengan apa yang di janjikan di dalam persyaratan kualitas dokumen tender yang di mana barang yang di tawarkan bukan barang asli yang di keluarkan oleh PT Harmoni Edukasi melainkan barang yang di dapat dari pihak ketiga yaitu bernama Adrian. Kemudian ada laporan dari masyarakat bahwa ada kecurigaan dalam pelaksanaan tender, dimana timbulnya persengkongkolan antara panitia tender dengan Reza Febiant yang meminjam nama perusahaan CV. Burung Nuri, dan KPPU (Komisi Pengawasan Persaingan Usaha) menanggapi laporan tersebut. Sehingga Moh. Nori selaku pemilik Bendera di putus oleh KPPU (Komisi Pengawasan Persaingan Usaha) untuk membayar denda sejumlah Rp.457.733.600,00 padahal pada kenyataannya Bendera Moh. Nuri tersebut di pinjam oleh Reza Febiant.

7 Moh. Nuri kemudian mengajukan gugatan ke Pengadilan Negeri Sampang atas putusan KPPU (Komisi Pengawasan Persaingan Usaha). Kasus tersebut di periksa dan telah di Putus Pengadilan Negeri Sampang dengan Putusan No.02/Pdt.Sus/2015/PN.Spg dalam putusan nya majelis menolak gugatan Moh. Nuri dan menyatakan menguatkan putusan KPPU (Komisi Pengawasan Persaingan Usaha. Berdasarkan latar belakang pemilihan kasus tersebut maka peneliti tertarik untuk membahas perkara ini dalam sebuah studi kasus dengan judul: Studi Kasus Putusan Pengadilan Negeri Sampang No.02/Pdt.Sus/2015/PN.Spg Tentang Tanggung Jawab Perdata Atas Putusan KPPU No.16/KPPU-L/2014.