BAB I PENDAHULUAN. daerah merupakan tujuan penting dalam reformasi akuntansi dan administrasi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan tuntutan masyarakat terhadap terselenggaranya

BAB I PENDAHULUAN. Mardiasmo (2004) mengatakan, instansi pemerintah wajib melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Keuangan Negara dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dapat diraih melalui adanya otonomi daerah.indonesia memasuki era otonomi

BAB I PENDAHULUAN. daerah dan penyelenggaraan operasional pemerintahan. Bentuk laporan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia mulai menerapkan otonomi daerah setelah berlakunya Undang-

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan tugas dan fungsi yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dalam rangka mendukung terwujudnya tata kelola yang baik

BAB I PENDAHULUAN. krisis ekonomi yang melanda Indonesia. Krisis ekonomi yang terjadi pada awal

BAB I PENDAHULUAN. Dinamika perkembangan sektor publik di Indonesia saat ini adalah semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pengelolaan keuangan dengan mengeluarkan Undang-Undang Nomor 17

BAB 1 PENDAHULUAN. kelola kepemerintahan yang baik (good governance government), yaitu

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah mengeluarkan Undang Undang No.32 tahun 2004 tentang Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 pasal 32 ayat 1 dan 2 tentang keuangan

BAB I PENDAHULUAN. yang mensyaratkan bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. governance) ditandai dengan diterbitkannya Undang undang Nomor 28 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Hal tersebut seiring dengan fenomena yang terjadi dalam perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi sektor publik adalah organisasi yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia namun juga di negara-negara lain (Indra Bastian, 2010:5).

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara periodik (Mardiasmo, 2006, hal 17). Pemerintah harus mampu untuk

BAB I PENDAHULUAN. keuangan pemerintah masih menemukan fenomena penyimpangan informasi laporan

BAB I PENDAHULUAN. berupa laporan keuangan. Fenomena yang terjadi di Indonesia adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan adanya pelaksanaan otonomi daerah menuntut pemerintah harus memberikan

BAB I PENDAHULUAN. yang baik (good governance government), telah mendorong pemerintah pusat dan

I. PENDAHULUAN. melakukan pengelolaan keuangan serta mempertanggungjawabkan pelaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. Konsep good governance memiliki arti yang luas dan sering dipahami

BAB I PENDAHULUAN. kolusi, nepotisme, inefisiensi dan sumber pemborosan negara. Keluhan birokrat

BAB I PENDAHULUAN. telah membawa perubahan terhadap sistem politik, sosial, kemasyarakatan serta

BAB I PENDAHULUAN. akuntansi pemerintahan yang telah diterima secara umum. Kualitas informasi dalam laporan

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan Daerah yaitu dengan menyampaikan laporan

BAB I PENDAHULUAN. dalam satu periode. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP) No.1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Akuntanbilitas publik merupakan kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk

BAB I PENDAHULUAN. Penyajian laporan keuangan di daerah-daerah khususnya di SKPD (Satuan

BAB I PENDAHULUAN. bersih dan berwibawa. Paradigma baru tersebut mewajibkan setiap satuan kerja

BAB I PENDAHULUAN. Good Government Governance di Indonesia semakin meningkat.

BAB I PENDAHULUAN. Keinginan untuk mewujudkan good governance merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. organisasi, baik organisasi privat maupun organisasi publik. Governance) yang berbasis pada aspek akuntabilitas, value for money,

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah daerah selaku penyelenggara urusan pemerintahan daerah

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah daerah diberi kewenangan untuk penyelenggaraan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ghia Giovani, 2015

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good governance government). Good governance. yang sejalan dengan prinsip demokrasi dan pasar yang efisien.

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara periodik yang disebut. dengan laporan keuangan (Mardiasmo, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang

BAB 1 PENDAHULUAN. mandiriurusan pemerintahannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB I PENDAHULUAN. Good governace merupakan function of governing, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan dan pertanggungjawaban, maka dalam era otonomi daerah sekarang ini

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi pengelolaan negara diawali dengan bergulirnya Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. Tata kelola pemerintahan yang baik (Good Government Governance)

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good government governance), telah mendorong

BAB I PENDAHULUAN. mengeluarkan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. melalui UU No. 22 Tahun Otonomi daerah memberikan Pemerintah Daerah

BAB I PENDAHULUAN. Pada sistem pemerintahan yang ada di Indonesia, setiap pemerintah daerah

BAB I PENDAHULUAN. ini bukan hanya orang-orang dari bidang akuntansi yang dapat memahami laporan

BAB I PENDAHULUAN. akuntabilitas sesuai dengan prinsip-prinsip dasar good governance pada sektor

BAB I PENDAHULUAN. Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah, dan seiring

BAB I PENDAHULUAN. atau memproduksi barang-barang publik. Organisasi sektor publik di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik (good governance). Untuk mewujudkan tata. kelola tersebut perlunya sistem pengelolaan keuangan yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban keuangan pemerintah. Pemerintah daerah diwajibkan

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan sejak tahun 1981 sudah tidak dapat lagi mendukung kebutuhan Pemda

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian. Dalam rangka pelaksanaan kewenangan Pemerintah Daerah sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Pertimbangan yang

BAB I PENDAHULUAN. mengemuka dalam pengelolaan administrasi publik dewasa ini. Pola-pola lama

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan tuntutan transparansi dan akuntabilitas sebagai

BAB 1 PENDAHULUAN. disebut dengan Good Governance. Pemerintahan yang baik merupakan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Seiring dengan adanya perubahan masa dari orde baru ke era

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka reformasi di bidang keuangan, pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Laporan keuangan sektor publik merupakan posisi keuangan penting

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia ini adalah menguatnya tuntutan akuntabilitas atas lembagalembaga

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan pemerintahan yang bersih dan berwibawa

BAB I PENDAHULUAN. dengan Good Government Governance (GGG). Mekanisme. penyelenggaraan pemerintah berasaskan otonomi daerah tertuang dalam

BAB I PENDAHULUAN. satu dasar penting dalam pengambilan keputusan. Steccolini (2002;24) mengungkapkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan tata kelola yang baik (good governance),

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pengelolaan keuangan, pemerintah melakukan reformasi dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Reformasi birokrasi bertujuan untuk menciptakan birokrasi pemerintah

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. arah dan tujuan yang jelas. Hak dan wewenang yang diberikan kepada daerah,

BAB I PENDAHULUAN. keuangan yang tepat, jelas, dan terukur sesuai dengan prinsip transparansi dan

I. PENDAHULUAN. Perubahan paradigma pengelolaan keuangan baik pemerintah pusat maupun

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. kebijakan yang telah ditetapkan, dan ketentuan. Selain itu, pengawasan intern atas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam rangka meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Badan Pemeriksa Keuangan ialah lembaga yang dimaksudkan. Selain

BAB 1 PENDAHULUAN. berlangsung secara terus menerus. Untuk bisa memenuhi ketentuan Pasal 3. Undang-Undang No.17 tahun 2003 tentang keuangan, negara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pengelolaan keuangan, pemerintah melakukan reformasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Nasution (2007) menyatakan beberapa kelemahan yang ditemukan pada

BAB I PENDAHULUAN. menjadi isu yang sangat penting di pemerintahan Indonesia. Salah satu kunci

BAB I PENDAHULUAN. (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah) berupa Laporan Keuangan. Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini masyarakat Indonesia semakin menuntut pemerintahan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memberikan informasi yang jelas tentang aktivitas suatu entitas ekonomi dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. Pergantian Pemerintahan dari orde baru ke orde reformasi yang. dimulai pertengahan tahun 1998 menuntut pelaksanaan otonomi daerah

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. yang dapat dijadikan milik Negara (UU no 17 pasal1 ayat1). Undang undang

BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI. Setelah penulis menggali dan mengganalisis data temuan BPK RI Perwakilan

dalam pelaksanaan kebijakan otonomi daerah. Sejak diberlakukannya otonomi desantralisasi mendorong perlunya perbaikan dalam pengelolaan dan

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan pemerintah merupakan komponen penting dalam

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Akuntabilitas merupakan bentuk kewajiban pertanggungjawaban keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya, melalui suatu media pertanggungjawaban yang dilaksanakan secara periodik (Mardiasmo, 2006). Akuntabilitas dan transparansi pengelolaan keuangan pemerintah pusat maupun daerah merupakan tujuan penting dalam reformasi akuntansi dan administrasi sektor publik. Salah satu pilar utama perekonomian suatu daerah adalah adanya akuntabilitas dari para pemangku kekuasaan yang terpercaya dan bertanggungjawab dalam mengelola sumber daya publik yang diberikan masyarakat dalam membiayai pembangunan dan berjalannya roda pemerintahan. Pemerintah Daerah bertanggung jawab untuk mempublikasikan informasi keuangan dalam bentuk laporan keuangan dalam satu periode kepada para pemangku kepentingan. Banyak pihak yang membutuhkan informasi dalam laporan keuangan yang dipublikasikan oleh pemerintah daerah sebagai dasar untuk pengambilan keputusan. Oleh karena itu, informasi tersebut harus bermanfaat bagi para pemakai. Informasi akan bermanfaat kalau informasi tersebut dipahami dan digunakan oleh pemakai dan juga bermanfaat kalau pemakai mempercayai informasi tersebut.

2 Pengelolaan keuangan sesuai Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara mensyaratkan bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) disusun dan disajikan dengan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). Standar Akuntansi Pemerintahan merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang ditetapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah yang diatur berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang SAP. Bentuk laporan pertanggungjawaban atas pengelolaan keuangan daerah selama satu tahun anggaran adalah dalam bentuk Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD), yang terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, dan Catatan atas Laporan Keuangan. LKPD harus mengikuti Standar Akuntansi Pemerintahan. Tujuan diberlakukannya hal tersebut adalah agar lebih accountable dan semakin diperlukannya peningkatan kualitas laporan keuangan. Kualitas laporan keuangan pemerintah sangat dipengaruhi oleh faktor kepatuhan terhadap standar akuntansi, kapabilitas Sumber Daya Manusia (SDM), serta dukungan sistem akuntansi yang ada. LKPD harus memenuhi kriteria karakteristik kualitatif laporan keuangan pemerintah seperti yang disyaratkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 yakni: (1) relevan, (2) andal, (3) dapat dibandingkan, dan (4) dapat dipahami, berarti pemerintah daerah mampu mewujudkan transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan daerah. Informasi yang terkandung di dalam laporan keuangan yang dihasilkan oleh Pemerintah Daerah harus sesuai

3 dengan kriteria nilai informasi yang disyaratkan oleh peraturan perundangundangan. Apabila tidak sesuai dengan perundang-undangan, maka akan mengakibatkan kerugian keuangan daerah, kekurangan penerimaan, kelemahan administrasi, ketidakhematan, ketidakefisienan, dan ketidakefektifan. LKPD setiap tahunnya mendapat penilaian berupa opini dari Badan Pengawas Keuangan (BPK). Ketika BPK memberikan opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) terhadap LKPD, artinya dapat dikatakan bahwa laporan keuangan suatu entitas Pemerintah Daerah tersebut disajikan dan diungkapkan secara wajar dan berkualitas. Terdapat empat opini yang diberikan pemeriksa yaitu : opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP), opini Wajar Dengan Pengecualian (WDP), opini Tidak Wajar (TW), dan Tidak Memberi Pendapat (TMP). Permasalahan yang terjadi selama enam tahun terakhir dari Tahun 2008-2013 dalam setiap penyajian LKPD yaitu masih terdapatnya beberapa temuan tentang ketidakpatuhan terhadap peraturan perundang-undangan dan masih lemahnya Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) yang mana keduanya merupakan kriteria dari penilaian informasi keuangan yang disajikan sehingga dapat mempengaruhi opini dan kualitas LKPD tersebut. Pemberian opini oleh BPK-RI atas LKPD kabupaten/kota di Provinsi Bali (Badan Pemeriksa Keuangan- Republik Indonesia, Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) atas LKPD di Provinsi Bali Tahun 2008-2013) terdiri dari sepuluh LKPD (provinsi/kabupaten/kota) bahwa masih banyak kabupaten/kota di Provinsi Bali belum dapat meraih opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) bahkan beberapa masih ada yang meraih opini Tidak Memberi Pendapat (TMP). Fenomena pelaporan keuangan Pemerintah

4 Daerah merupakan sesuatu hal yang menarik untuk dikaji lebih lanjut. Kenyataannya di dalam laporan keuangan pemerintah masih banyak disajikan data-data yang tidak sesuai dan masih banyak terdapat penyimpanganpenyimpangan yang berhasil ditemukan oleh BPK-RI dalam pelaksanaan audit laporan keuangan pemerintah. Permasalahan-permasalahan yang sering ditemukan diantaranya terkait 1) Pencatatan tidak/belum dilakukan secara akurat, 2) Proses penyusunan laporan tidak sesuai dengan ketentuan, 3) Terlambat menyampaikan laporan, 4) Sistem informasi akuntansi dan pelaporan tidak memadai, dan 5) SDM yang belum memadai. Berdasarkan fenomena-fenomena tersebut, dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan yang dihasilkan oleh Pemerintah Daerah masih belum memenuhi kriteria nilai informasi yang disyaratkan. Peneliti tertarik untuk meneliti faktor apa saja yang dapat mempengaruhi kualitas LKPD. Penelitian Indriasari dan Nahartyo (2008) menyatakan bahwa SDM memiliki peran penting dalam menghasilkan laporan keuangan yang andal, dan melalui penerapan Sistem Pengelolaan Keuangan Daerah (SIPKD) secara langsung akan menghasilkan keandalan pelaporan keuangan daerah. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang SAP, laporan keuangan dikatakan berkualitas apabila disusun sesuai dengan SAP dan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan tersebut dapat dipahami, memenuhi kebututuhan pemakainya sebagai bahan pengambilan keputusan, bebas dari kesalahan material serta dapat diandalkan sehingga laporan keuangan tersebut dapat dibandingkan dengan periode-periode sebelumnya. Penelitian Weygandt et all (2005) menyatakan jika suatu pengendalian internal telah ditetapkan maka

5 semua operasi, sumber daya fisik, dan data akan dimonitor serta berada di bawah kendali, tujuan akan tercapai, risiko menjadi kecil, dan informasi yang dihasilkan akan lebih berkualitas. Ditetapkannya pengendalian internal dalam sistem akuntansi, maka akan menghasilkan informasi akuntansi yang lebih berkualitas (tepat waktu, relevan, akurat, dan lengkap), dan dapat diaudit (Auditabel). Penelitian yang dilakukan oleh Nugraha dan Susanti (2010) menyatakan bahwa sistem pengendalian internal berpengaruh positif terhadap keandalan laporan keuangan. Pemilihan Pemerintah Kabupaten Tabanan sebagai obyek penelitian dalam penelitian ini adalah mengingat LKPD Kabupaten Tabanan termasuk kabupaten yang belum pernah mendapat opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP), masih adanya temuan-temuan ketidak patuhan terhadap peraturan perundang-undangan dan lemahnya SPIP dimana BPK-RI banyak memberikan Rekomendasirekomendasi untuk mengatasi permasalahan yang ditemukan. Meskipun setiap tahunnya Pemerintah Kabupaten Tabanan telah melakukan perbaikan dalam hal tata kelola keuangan tetapi di beberapa sisi masih perlu ada perbaikan lagi. Pihak BPK-RI Perwakilan Bali tetap mendorong upaya-upaya perbaikan tata kelola keuangan Pemerintah Kabupaten Tabanan supaya menjadi lebih baik kedepannya. Langkah-langkah lanjutan yang terpenting untuk memperbaiki tata kekola keuangan dengan menindaklanjuti opini yang diberikan BPK-RI dengan kinerja yang baik dan mengoptimalkan penanganan tentang kelemahan-kelemahan yang ada. Sinergitas semua pihak diharapkan untuk bekerjasama memperbaiki apa yang menjadi kelemahan dan faktor-faktor yang menentukan kualitas LKPD di

6 Pemerintah Kabupaten Tabanan serta upaya-upaya apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan atau mencapai opini yang lebih baik, untuk mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan yang bersih dan transparan (good governance) dan menjalankan pemerintahan yang akuntabel atau dapat di pertanggungjawabkan. Berdasarkan data pada Tabel 1.1 dari sembilan Kabupaten/Kota dan Provinsi di Provinsi Bali dari Tahun 2008 2013, LKPD Pemerintah Kabupaten Tabanan termasuk kabupaten yang hanya memperoleh opini WDP bahkan sempat mendapat opini TMP dan belum pernah meraih opini WTP yang merupakan opini yang terbaik atau laporan keuangan yang berkualitas baik. No Tabel 1.1 Perkembangan Opini BPK-RI terhadap LKPD Provinsi/Kabupaten/Kota di Provinsi Bali Tahun 2008-2013 Opini LKPD 2008 2009 2010 2011 2012 2013 1 Kota Denpasar WDP WDP WDP WDP WTP WTP 2 Kabupaten Badung TMP WDP WDP WTP WTP TW 3 Kabupaten Gianyar WDP WDP WDP WDP WDP WDP 4 Kabupaten Bangli WDP WDP WDP WDP WDP TMP 5 Kabupaten Kelungkung WDP WDP WDP WDP WDP WDP 6 Kabupaten Karangasem WDP WDP TMP WDP WDP WDP 7 Kabupaten Buleleng WDP WDP TMP WDP WDP WDP 8 Kabupaten Tabanan WDP WDP WDP WDP TMP WDP 9 Kabupaten Jembrana TMP TW TW WDP WDP WDP 10 Provinsi Bali TMP WDP WDP WDP WDP WTP Sumber : BPK-RI, LHP LKPD Provinsi/Kabupaten/Kota di Provinsi Bali, Tahun 2008-2013 Pada penyerahan LHP dari BPK-RI menekankan bahwa beberapa masalah yang mesti mendapat perhatian bersama adalah tentang pengendalian intern pemerintah, kepatuhan terhadap peraturan perundang- undangan dan tentang pengelolaan asset daerah. Dalam LHP dari BPK-RI banyak terdapat rekomendasi atas temuan untuk memperbaiki atau memperkuat Sistem Pengendalian Intern dan

7 harus mendapat perhatian bersama sehingga dapat mencapai efisiensi, efektivitas dan mencegah terjadinya kerugian Keuangan Negara demi kepentingan masyarakat di daerah. Sistem pengendalian intern yang kuat, kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan, kompetensi SDM, dan pemanfaatan sistem informasi teknologi menjadi sangat penting untuk menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Bagaimanakah pengaruh kompetensi SDM terhadap kualitas LKPD Kabupaten Tabanan? 2) Bagaimanakah pengaruh penerapan SAP terhadap kualitas LKPD Kabupaten Tabanan? 3) Bagaimanakah pengaruh pemanfaatan SIPKD terhadap kualitas LKPD Kabupaten Tabanan? 4) Bagaimanakah pengaruh penerapan SPIP terhadap kualitas LKPD Kabupaten Tabanan? 5) Adakah pengaruh kompetensi SDM secara tidak langsung terhadap kualitas LKPD Kabupaten Tabanan melalui penerapan SPIP? 6) Adakah pengaruh penerapan SAP secara tidak langsung terhadap kualitas LKPD Kabupaten Tabanan melalui penerapan SPIP? 7) Adakah pengaruh Pemanfaatan SIPKD secara tidak langsung terhadap kualitas LKPD Kabupaten Tabanan melalui penerapan SPIP?

8 1.3 Tujuan Penelitian Bertolak dari rumusan masalah, maka yang menjadi tujuan penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1) Untuk menganalisis pengaruh kompetensi SDM terhadap kualitas LKPD Kabupaten Tabanan. 2) Untuk menganalisis pengaruh penerapan SAP terhadap kualitas LKPD Kabupaten Tabanan. 3) Untuk menganalisis pengaruh pemanfaatan SIPKD terhadap kualitas LKPD Kabupaten Tabanan. 4) Untuk menganalisis pengaruh penerapan SPIP terhadap kualitas LKPD Kabupaten Tabanan. 5) Untuk mengetahui apakah ada pengaruh tidak langsung kompetensi SDM terhadap kualitas LKPD Kabupaten Tabanan melalui penerapan SPIP. 6) Untuk mengetahui apakah ada pengaruh tidak langsung penerapan SAP terhadap kualitas LKPD Kabupaten Tabanan melalui penerapan SPIP. 7) Untuk mengetahui apakah ada pengaruh tidak langsung pemanfaatan SIPKD terhadap kualitas LKPD Kabupaten Tabanan melalui penerapan SPIP. 1.4 Manfaat Penelitian Berdasarkan atas tujuan penelitian tersebut, maka manfaat penelitian adalah. 1) Manfaat Akademik, Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi media untuk menerapkan konsep-konsep dan teori-teori tentang faktor-faktor yang mempengaruhi

9 kualitas LKPD dan meningkatkan wawasan pengetahuan tentang temuantemuan dilapangan yang belum terungkap sebelumnya serta dapat dijadikan bahan referensi atau pembanding bagi penelitian berikutnya dan diharapkan dapat memberikan landasan untuk penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan khususnya yang berkaitan dengan keuangan daerah. 2) Manfaat Praktis, Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan pertimbangan bagi Pemerintah Daerah khususnya Kabupaten Tabanan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas LKPD Kabupaten Tabanan sebagai acuan dalam pengambilan keputusan atau kebijakan pada masa yang akan datang. Kebijakan yang diambil tersebut pada akhirnya ditujukan untuk peningkatan kualitas LKPD Kabupaten Tabanan.