Laporan Akhir Program AIPMNH KABUPATEN MANGGARAI BARAT

dokumen-dokumen yang mirip
PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

WALIKOTA SINGKAWANG PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN WALIKOTA SINGKAWANG NOMOR 35 TAHUN 2015 TENTANG PERSALINAN AMAN

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kabupaten Kebumen Tahun 2014 BAB IV PENUTUP

AIPMNH INOVASI DALAM PERENCANAAN DAN MANAJEMEN

BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT

Tabel 4.1 Keterkaitan Sasaran Strategi dan Arah Kebijakan dalam Pencapaian Misi Renstra Dinas Kesehatan

BERITA DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI GARUT P E R A T U R A N B U P A T I G A R U T NOMOR 505 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

DESAIN PROGRAM KOMUNIKASI PERUBAHAN PERILAKU DI NTT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURWAKARTA

PEDOMAN DAN TATA CARA PENGUATAN SISTEM RUJUKAN KEGAWATDARURATAN KIBBLA PENANGGUNG JAWAB. Kepala. Ruangan

BAB I PENDAHULUAN. masih cukup tinggi dengan negara ASEAN lainnya. Menurut data Survei

KEMITRAAN BIDAN DAN DUKUN BAYI DI KAB TRENGGALEK

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 4 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR, BAYI DAN ANAK BALITA

PEMERINTAH KABUPATEN MADIUN SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MADIUN NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

suplemen Informasi Jampersal

BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan

BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN LALU

PEMERINTAH KABUPATEN SANGGAU DINAS KESEHATAN PUSKESMAS ENTIKONG KEPALA PUSKESMAS ENTIKONG,

QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 17 TAHUN 2011 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR DAN ANAK BALITA

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 24

Pemerintah Kota Tangerang

Pedoman Teknis Pokja

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

TENTANG BUPATI SERANG,

BAB. III AKUNTABILITAS KINERJA

EVALUASI PERSIAPAN PUSKESMAS PELAYANAN OBSTETRI NEONATAL EMERGENSI DASAR (PONED) DI KABUPATEN BREBES TAHUN 2012

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 99 TAHUN : 2009 SERI : D PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 4 TAHUN 2009

BUPATI ALOR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG REVOLUSI KESEHATAN IBU DAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR,

BUPATI SERANG PERATURAN BUPATI SERANG NOMOR 5 TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan Sistem Kesehatan adalah meningkatkan derajat kesehatan, ketanggapan, dan keadilan dalam pembiayaan

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR : 9 TAHUN 2017 TENTANG

KerangkaAcuanKegiatan Program Perencanaan, Persalinan Dan PencegahanKomplikasi( P4K )

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

QANUN KABUPATEN BIREUEN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG KESEHATAN IBU, BAYI BARU LAHIR DAN ANAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

WALIKOTA BENGKULU PROVINSI BENGKULU

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA MATARAM TAHUN 2016

Hasil Assesment PP LKNU. Program Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Poskesdes Supported By: Perdesaan Sehat-KPDT

PengalamanJabardalam PeningkatanKompetensiBidan. Alma lucyati

BUPATI MALUKU TENGGARA PERATURAN BUPATI MALUKU TENGGARA NOMOR 7.K TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI HULU SUNGAI TENGAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

VI. KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka ditarik kesimpulan sebagai

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG,

Standar Pelayanan Minimal Puskesmas. Indira Probo Handini

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

6. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Tahun 2011 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara

Kepemimpinan Kadinkes Dalam Upaya Penurunan Kematian Ibu dan Neonatus

BAB II EVALUASI PELAKSANAAN RENJA SKPK TAHUN LALU 2.1. EVALUASI PELAKSANAAN RENJA SKPK TAHUN LALU DAN CAPAIAN RENSTRA SKPK

Filosofi. Mendekatkan Akses pelayanan kesehatan yg bermutu kepada masyarakat. UKM_Maret

BAB I PENDAHULUAN. 58,9/ kelahiran hidup, angka ini mengalami peningkatan dibandingkan AKI

BAB VII PENUTUP. Kementrian Kesehatan dan Dinas Kesehatan Kota Pariaman Standar Pelayanan

KATA PENGANTAR. Alhamdulillaah,

BUPATI SAMBAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SAMBAS,

RENCANA KERJA TAHUN 2017 BAGIAN PEMBANGUNAN SEKRETARIAT DAERAH KOTA PADANG

WALIKOTA MATARAM PERATURAN WALIKOTA MATARAM NOMOR 14 TAHUN 2014 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA MATARAM TAHUN 2015

PROVINSI JAMBI PERATURAN WALIKOTA JAMBI

Program Pelayanan Komprehensif Peduli Ibu dan Anak ( Pelayanan Peduli Bunda )

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 27 TAHUN 2008

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih merupakan masalah

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG PEMBAGIAN JASA PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI NGAWI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 17 TAHUN TENTANG PENYELENGGARAAN KESEHATAN IBU DAN ANAK DI PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Tingginya AKI di suatu negara menunjukkan bahwa negara tersebut

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG

Surveilans Respons dalam Program KIA Penyusun: dr. Sitti Noor Zaenab, M.Kes

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN

BUPATI TANAH DATAR PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN BUPATI TANAH DATAR NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

KAJIAN IMPLEMENTASI PROGRAM JAMINAN PERSALINAN DI PUSKESMAS PERTIWI DAN PUSKESMAS JUMPANDANG BARU KOTA MAKASSAR TAHUN 2012

HASIL ANALISIS APBD PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 1

PERUBAHAN RENCANA KERJA Tahun 2015

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

BAB IV VISI MISI, TUJUAN, SASARAN STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. tersebut perlu dilakukan secara bersama-sama dan berkesinambungan oleh para

DINAS PETERNAKAN DAN PERIKANAN KABUPATEN MUSI RAWAS. Mesin Pemotong Rumput. iii RENCANA KERJA 2015

PEMERINTAH KOTA SOLOK LAPORAN KINERJA TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih menjadi masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dikatakan ibu hamil risiko tinggi bila pada pemeriksaan ditemukan satu atau lebih

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 36 TAHUN 2012 STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG KESEHATAN DI KABUPATEN BELITUNG

PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG TATA LAKSANA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

RANGKUMAN KESEPAKATAN DALAM KEBERLANGSUNGAN PROGRAM PENYELAMATAN IBU DAN BAYI BARU LAHIR DI KABUPATEN BOGOR PASCA PENDAMPINGAN PROGRAM EMAS.

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR

TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

BAB VI MONITORING DAN EVALUASI SANITASI

INDIKATOR DAN TARGET SPM. 1. Indikator dan Target Pelayanan Upaya Kesehatan Masyarakat Esensial dan Keperawatan Kesehatan Masyarakat

RENCANA STRATEGIS BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN

Transkripsi:

Australia Indonesia Partnership for Maternal and Neonatal Health (AIPMNH) Laporan Akhir Program AIPMNH KABUPATEN MANGGARAI BARAT 2009-2014 AIPMNH is managed by Coffey on behalf of the Australian Department of Foreign Affairs and Trade Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA)

LAPORAN AKHIR PROGRAM AIPMNH KABUPATEN MANGGARAI BARAT TAHUN 2009-2014 AUSTRALIA-INDONESIA PARTNERSHIP FOR MATERNAL AND NEONATAL HEALTH (AIPMNH) KABUPATEN MANGGARAI BARAT TAHUN 2009-2014

KATA PENGANTAR Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas perkenannya Laporan Akhir Program AIPMNH di Kabupaten Manggarai Barat Periode 2009-2014 dapat diselesaikan. Tujuan dari pembuatan laporan ini adalah untuk memberikan gambaran mengenai pelaksanaan program kesehatan ibu dan neonatal yang dilaksanakan oleh AIPMNH bersama mitra SKPD dan 7 puskesmas selaku pelaksana program sejak tahun 2009 hingga 2014. Program kemitraan yang telah berlangsung selama lima tahun ini telah memberikan daya ungkit positif bagi peningkatan kesehatan masyarakat. Berbagai bentuk advokasi, pelatihan, dan bentuk-bentuk dukungan lainnya telah banyak membantu kami dalam meningkatkan kesehatan ibu dan neonatal di Kabupaten Manggarai Barat. Oleh karena itu, mewakili pemerintah dan masyarakat Manggarai Barat, saya menyampaikan terima kasih kepada AIPMNH, UPK Bappeda, para mentor, SKPD mitra, puskesmas, organisasi profesi (IBI,IDI), PMI, BPKD, PKK serta semua pihak yang dengan caranya masing-masing mendukung kelancaran program AIPMNH. Pada akhirnya, semoga laporan ini dapat menjadi bahan evaluasi dan tolok ukur dalam pelaksanaan program dan kegiatan kesehatan ibu dan anak di Kabupaten Manggarai Barat pada masa yang akan datang, khususnya pasca program AIPMNH. Labuan Bajo, Juli 2015 Kepala Bappeda Kabupaten Manggarai Barat, DPC AIPMNH Kabupaten Manggarai Barat Drs. Aleksius Sariyono, M.Si Pembina Utama Muda Nip. 19600718 199202 1 001 Saprijal, SKM i

Executive Summary Program Kemitraan Australia-Indonesia untuk kesehatan ibu dan anak (AIPMNH) adalah program percepatan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) atas dukungan pemerintah Australia melalui Departement of Foreign Affairs and Trade (DFAT). Program AIPMNH difokuskan kepada : 1). Peningkatan pelayanan kesehatan ibu dan anak dan peran serta masyarakat, 2). Penguatan sistem kesehatan dan 3). Peningkatan akuntabilitas dan kinerja. Pelaksana kegiatan adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terdiri dari BAPPEDA, Dinas Kesehatan, BPMPD, BPPA&KB dan 7 puskesmas intervensi dari 15 puskesmas (47%). Pencapaian (achievement) Program AIPMNH sudah memberikan beberapa hasil dan dampak terhadap program kesehatan ibu dan anak di Kabupaten Manggarai Barat. Pada periode tahun 2009-2014 program AIPMNH telah berkontribusi menurunkan kasus kematian ibu di Puskesmas intervensi sebanyak 37.5% dan menurunkan kematian Neonatal sebanyak 29.7 %. Angka ini cukup signifikan namun masih dibawah angka rata-rata penurunan kasus kematian ibu di 14 wilayah kabupaten intervensi AIPMNH sebesar 41 %. Penanganan komplikasi kebidanan dan persalinan di fasilitas kesehatan mengalami perubahan secara signifikan masing-masing meningkat 45.2% dan 62.4%. Sedangkan indikator penanganan komplikasi neonatus mengalami penurunan yang cukup signifikan sebanyak 68.6%, hal ini menjadi cerminan bahwa kualitas penanganan neonatal masih perlu peningkatan lagi. Sejak tahun 2009-2014 Program AIPMNH sudah mengalokasikan anggaran sebesar Rp. 13.547.558.408,- dan berhasil diserap sebesar Rp.10.777.040.103,- oleh SKPD pelaksana, Puskesmas dan badan pelaksana lainnya. Mitra pelaksana (SKPD) telah menghasilkan beberapa keluaran diantaranya pembangunan penyediaan air bersih di 2 puskesmas (Labuan Bajo dan Golowelu) dan renovasi ruang bersalin di 1 puskesmas (Golowelu). Total anggaran bantuan infrastruktur tersebut sebesar 1.411.494.104,-. AIPMNH mendukung dinas kesehatan memberikan pelatihan klinis (PONED, APN, PPGDON, BBLR/Asfiksia, MTBS/MTBM) kepada 10 dokter, 96 bidan, 27 perawat dan 3 tenaga analis. Mendukung revitalisasi pelayanan Puskesmas melalui program Puskesmas Reformasi dan Akreditasi Puskesmas di 2 puskesmas (Labuan Bajo dan Waenakeng). Membentuk 28 desa dan melakukan penguatan kepada 43 desa siaga dan mendukung terbentuknya 26 peraturan desa (PERDES) tentang Kesehatan Ibu Bayi Baru Lahir dan Anak (KIBBLA). Mendukung BAPPEDA dan Dinas Kesehatan dalam memperkuat perencanaan dan penganggaran melalui penyusunan dokumen rancangan awal RPJMD dan Renstra, dokumen DHA, DTPS KIBBLA dan IHPB. Mendukung pemerintah daerah menyusun PERDA tentang KIBBLA yang disahkan tahun 2010, Peraturan Bupati (PERBUP) tentang KIBBLA dan menginisiasi lahirnya kebijakan terkait dana operasional tentang KIBBLA melalui dana ADD sebesar Rp.2.000.000,-/desa yang akan digunakan untuk kegiatan desa siaga/posyandu. ii

Dinas Kesehatan telah menyelesaikan Manual Sistem Rujukan Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir dan Anak (KIBBLA). Manual rujukan tersebut sudah disahkan melalui SK Bupati dan diterapkan ke seluruh puskesmas. AIPMNH memperkuat kegiatan audit maternal dan perinatal (AMP) di tingkat kabupaten sampai ke puskesmas dengan mendukung dinas kesehatan membentuk Tim AMP kabupaten dan 15 Tim AMP puskesmas. AIPMNH mendukung pelaksanaan program BOK puskesmas melalui mentor BOK untuk memperkuat akuntabilitas laporan kegiatan dan pertangungjawaban keuangan di 15 puskesmas. Dukungan ini meningkatkan akuntabilitas dan transparansi keuangan puskesmas. Rekomendasi Untuk meningkatkan hasil dan dampak program secara signifikan terhadap penurunan kasus kematian ibu dan bayi, maka perlu dilakukan upaya-upaya sebagai berikut : a. Meningkatkan Kualitas penanganan kegawatdaruratan kebidanan dan neonatal dipuskesmas dan jejaringnya. Strategi kegiatan antara lain : 1. Meningkatkan Pelayanan Kegawatdaruratan kebidanan yang berhubungan dengan penyebab langsung kematian ibu dan bayi seperti penanganan retencio placenta, perdarahan, asfiksia, dll. 2. Menguatkan tata kelola pelayanan klinis (strong clinical governance) di puskesmas dan jaringannya termasuk pelayanan ANC dan PNC terintegrasi. 3. Menguatkan pelaksanaan AMP di Puskesmas/kecamatan dan menerapkan prinsip-prinsip quality improvement di Puskesmas dan jaringannya. b. Meningkatkan efisiensi dan efektifitas system rujukan ibu dan bayi dengan mendorong Pemerintah Daerah untuk melanjutkan pembangunan rumah sakit dan meningkatkan penerapan manual rujukan di puskesmas dan jejaringnya. c. Meningkatkan peran desa siaga, P4K, 7H2, kemitraan bidan, dukun dan posyandu serta multipihak dalam penerapan manual rujukan. Meningkatkan akses masyarakat ke fasiltas pelayanan dengan membangun dan mengelola rumah tunggu bersalin. d. Memperkuat sistem kesehatan melalui upaya advokasi, kegiatan perencanaan tingkat puskesmas, penyusunan dokumen DHA/DTPS KIBBLA. Merevitalisasi sistem kesehatan dengan puskesmas reformasi dan akreditasi puskesmas. iii

Tabel 1 DAFTAR TABEL : Analisis Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman Pelaksanaan Kemitraan AIPMNH Tahun 2009-2014. 3 Tabel 2 : Lokasi Puskesmas Intervensi Program AIPMNH Periode Tahun 2009-2014 4 Tabel 3 : Lokasi Desa Intervensi Program AIPMNH Kabupaten Manggarai Barat Periode Tahun 2009-2014 4 Tabel 4 : Realisasi Target Indikator Program AIPMNH Kabupaten Manggarai Barat di Puskesmas Intervensi Tahun 2009-2014 21 Tabel 5 : Data Kematian Ibu dan Neonatal Kabupaten Manggarai Barat Tahun 2009-2014. 24 Tabel 6 : Penyerapan Anggaran Program AIPMNH Tahun 2009-2014.. 25 Tabel 7 : Kegiatan Replikasi Program AIPMNH oleh SKPD Pelaksana Tahun 2014-2015.. 33 DAFTAR GRAFIK Grafik 1 : Kasus Kematian Ibu dan Bayi di Kabupaten Manggarai Barat Tahun 2009-2014.. 22 Grafik 2 : Kasus Kematian Ibu dan Bayi di Puskesmas Intervensi AIPMNH Tahun 2009-2014. 22 Grafik 3 : Penyebab Kematian Ibu Di Kabupaten Manggarai Barat Tahun 2013-2014 23 Grafik 4 : Penyebab Kematian Neonatal Di Kabupaten Manggarai Barat Tahun 2013-2014. 23 iv

DAFTAR SINGKATAN AIPMNH ADD AMP ANC APBD AWP BAPPEDA BCC BOK BPMPD BPKM BPKD BPKK DFAT DHA DPC DTPS-KIBBLA JAMPERSAL JAMKESMAS KB MDSR PBJ PERBUP PERDA PTP PERDES-KIBBLA PONED PNC P4K RKA SKPD SOP TOR TAPD UPK Australia Indonesia Partnership for Maternal and Neonatal Alokasi Dana Desa Audit Maternal dan Perinatal Antenatal Care Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Annual Work Plan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Behaviour Change Communication Biaya Opareasional Kesehatan Badan Pemeberdayaan Masyarakat dan Pemerintahan Desa Badan Peduli Kesehatan Masyarakat Badan Pertimbangan Kesehatan Daerah Badan Pertimbangan Kesehatan Kecamatan Departement of Foreign Affairs and Trade District Health Account District Program Coordinator Ditrsict Team Problem Solving-Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir dan Anak Jaminan Persalinan Jaminan Kesehatan Masyarakat Keluarga Berencana Maternal Death Surveillance and Respons Pengadaan Barang dan Jasa Peraturan Bupati Peraturan Daerah Perencanaan Tingkat Psukesmas Peraturan Desa Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir dan Anak Pelayanan Obstetric Neonatal Ddasar Postnatal Care Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi Rencana Kerja Anggaran Satuak Kerja Perangkat Daerah Standart Operasional Prosedur Term of Referance Tim Anggaran Pemerintah Daerah Unit Pengelola Kemitraan v

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR.. i RINGKASAN EXECUTIVE.. ii DAFTAR TABEL iv DAFTAR GRAFIK iv DAFTAR SINGKATAN.. v DAFTAR ISI... vi A. PENDAHULUAN.. 1 1. Latar Belakang 1 2. Tujuan Umum & Khusus. 1 3. Dasar Hukum. 2 4. Target/Indikator 2 5. Analisa Situasi Kesehatan Ibu dan Bayi.. 2 B. RUANG LINGKUP PROGRAM 3 1. Lokasi Intervensi.. 4 2. Biaya. 5 3. Waktu Pelaksanaan 5 4. Mekanisme/Tahapan 5 C. PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN. 6 1. PENCAPAIAN KUNCI PROGRAM DAN KEGIATAN 6 1.1. PENINGKATAN PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN ANAK DAN PERAN SERTA MASYARAKAT 6 1.1.1. Pelatihan dan Peningkatan Kapasitas Tenaga Kesehatan.... 6 1.1.2. Puskesmas Mampu PONED 7 1.1.3. Audit Maternal dan Perinatal (AMP) 7 1.1.4. ANC dan PNC Terpadu 8 1.1.5. Promosi dan Pelayanan KB. 8 1.1.6. Komunikasi Perubahan Perilaku. 9 1.1.7. Revitalisasi Posyandu.. 9 1.1.8. Kemitraan Bidan dan Dukun.. 9 1.1.9. Desa Siaga dan PERDES KIBBLA 10 1.1.10. Puskesmas Reformasi 12 1.2. PENGUATAN SISTEM KESEHATAN 12 1.2.1. Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP).. 13 1.2.2. Perencanaan Terpadu KIA/DTPS-KIBBLA.. 13 1.2.3. Integrated Health Planning and Budgeting (IHPB). 14 1.2.4. District Health Account (DHA).. 14 1.2.5. SIKDA.. 15 vi

1.2.6. Manual Rujukan KIA. 15 1.2.7. Supervisi Fasilitatif KIA.. 17 1.2.8. Akreditasi Puskesmas. 17 1.2.9. PERDA dan PERBUP KIBBLA 18 1.2.10. Pengadaan Peralatan PONED dan Renovasi Ruang Bersalin/Penyediaan Air Bersih 19 1.3. PENINGKATAN AKUNTABILITAS DAN KINERJA.. 19 1.3.1. Pemanfaatan Dana BOK 19 1.3.2. Pengadaan Barang dan Jasa (PBJ).. 20 1.3.3. Unit Pengelola Kemitraan (UPK). 20 1.3.4. District Coordinating Committe (DCC) 21 2. REALISASI TARGET INDIKATOR KINERJA TAHUN 2009-2014.. 21 2.1. Pencapaian Indikator Kunci Pelayanan.. 21 2.2. Indikator Kematian Ibu dan Bayi 23 2.3. Analisis Penyebab Kematian Ibu dan Bayi.. 24 2.4. Tantangan dan Peluang Dalam Upaya Penurunan Kematian Ibu dan Bayi.. 25 3. REALISASI ANGGARAN & KEGIATAN. 25 4. PENERIMA MANFAAT (BENEFICIARIES).. 26 5. PROGRAM ISSUE. 26 4.1. Gender.. 26 4.2. Public Private Partnership 27 4.3. Penanganan Terhadap Kecurangan (Fraud Control).. 27 6 KENDALA & SOLUSI 28 D. KEGIATAN INOVASI DAN DUKUNGAN DANA APBD (REPLIKASI).. 29 1. KEGIATAN INOVASI UNTUK UPAYA PENURUNAN AKI DAN AKB 29 1.1. 7H2.. 29 1.2. BPKD dan Rumah Tunggu. 29 1.3. AMP vs MDSR.. 30 1.4. Simulasi Kasus Kegawatdaruratan. 31 1.5. Dana Operasional KIBBLA melalui ADD... 31 2. KEGIATAN DUKUNGAN DANA APBD (REPLIKASI)... 32 E. PENUTUP. 33 1. Kesimpulan.. 33 2. Rekomendasi.. 34 F DAFTAR PUSTAKA 34 vii

A. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kabupaten Manggarai Barat merupakan kabupaten dengan jumlah kematian ibu dan bayi yang masih cukup tinggi. Terlihat dari data dimana jumlah kematian ibu pada tahun 2008 (9 kasus) dan pada tahun 2007 (10 kasus). Begitu juga dengan kasus kematian neonatal (0-28 hari) dimana pada tahun 2006 sebanyak 38 orang meningkat menjadi 42 kasus tahun 2007 dan 53 kasus tahun 2008. Kasus kematian ibu dan neonatal ini terbilang sangat tinggi sehingga diperlukan upaya yang terus menerus untuk penurunan kasus kematian ibu dan bayi dimasa yang akan datang. Melihat masih tingginya kasus kematian ibu dan bayi tersebut maka Pemerintah Daerah Kabupaten Manggarai Barat menjalin kerjasama dan menyampaikan minatnya kepada program Kemitraan-Australia untuk kesehatan ibu dan anak (AIPMNH). Berdasarkan surat minat bupati Manggarai Barat No.BU.910/194/VI/08, kerjasama kemitraan AIPMNH dimulai pada tahun 2009 dan berakhir pada tahun 2014 dengan penambahan masa transisi sampai Juni 2015. Program AIPMNH adalah program percepatan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) atas dukungan Pemerintah Australia melalui Departement of Foreign Affairs and Trade (DFAT). Kegiatan AIPMNH difokuskan kepada peningkatan pelayanan kesehatan ibu dan anak dan peran serta masyarakat. Penguatan sistem kesehatan dan peningkatan akuntabilitas dan kinerja. Pelaksana kegiatan adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) terdiri dari BAPPEDA, Dinas Kesehatan, BPMPD, BPPA&KB dan 7 puskesmas intervensi dari 15 puskesmas, lokasi intervensi mencapai 47% dari total puskesmas. Selain berupaya menurunkan kasus kematian ibu dan bayi, program AIPMNH juga melakukan kemitraan strategis dengan pemerintah daerah dalam mensukseskan program Revolusi KIA dimana persalinan didorong melahirkan difasilitas yang memadai. Melalui program ini diupayakan indikator persalinan difasilitas kesehatan meningkat dan kasus kematian ibu dan bayi menurun. Melalui program AIPMNH Pemerintah Daerah telah menetapkan strategi penurunan AKI dan AKB menjadi isu strategis dan prioritas pembangunan kesehatan selama tahun 2009-2014. Sinkronisasi program pemerintah daerah dengan program AIPMNH merupakan hal yang penting untuk dilakukan sehingga kepemilikian program dapat terwujud. 2. Tujuan Umum Dan Tujuan Khusus Tujuan Umum Tujuan umum dari program AIPMNH adalah menurunkan kematian ibu dan neonatal (bayi 0-28) hari di Puskesmas intervensi sebanyak 10 % dari tahun 2009 sampai 2014. Sedangkan tujuan jangka menengah program AIPMNH adalah : a) meningkatkan cakupan penanganan komplikasi kebidanan sampai 70 % dari tahun 2009 sampai 2014 dan, 1

b) meningkatkan cakupan penanganan komplikasi neonatal sampai 70 % dari tahun 2009 sampai 2014. Tujuan Khusus Tujuan khusus program AIPMNH sebagai berikut : a) meningkatkan kualitas pelayanan kasus kegawatdaruratan ibu hamil/melahirkan. b) meningkatkan kualitas pelayanan kasus kegawatdaruratan neonatal. c) meningkatkan persalinaan difasilitas kesehatan yang memadai sampai 40 % dari tahun 2009 sampai 2014. d) meningkatkan anggaran kesehatan ibu, bayi baru lahir dan anak sampai 10 % dari 2008 sampai 2014. e) meningkatkan kompetensi dan transparansi pengelolaan dana BOK di akhir tahun 2013. f) Meningkatkan cakupan desa siaga aktif sebesar 15 % di Tahun 2014. 3. Dasar Hukum Dasar pelaksanaan program AIPMNH adalah 1. Surat kerjasama (subsidiary arrangment) Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Australia untuk program kesehatan ibu dan anak tanggal 14 juli 2008. 2. Surat pernyataan minat Bupati Manggarai Barat No.BU.910/194/VI/08 tahun 2008 untuk berpartisipasi dalam Program AIPMNH. 4. Target/Indikator Program. Indikator kunci pelaksanaan program sebagai berikut: 1. Penanganan komplikasi kebidanan naik 35 % dari tahun 2009-2014. 2. Penanganan komplikasi neonatus naik 25 % tahun 2009-2014. 3. Cakupan persalinan di fasilitas kesehatan naik 40 % tahun 2009-201.4 4. Cakupan Kunjungan ke 4 (K4) ibu hamil naik 10 % tahun 2009-2014. 5. Penanganan komplikasi kebidanan meningkat 50 % di puskesmas PONED. 6. Presentasi Desa Siaga Aktif sebesar 15 % tahun 2014. 7. Peningkatan pengeluaran anggaran MNH dinas kesehatan sebesar 10 % tahun 2014. 5. Analisa Situasi Kesehatan Ibu dan Bayi Di Kabupaten Manggarai Barat. Trend kasus kematian ibu dan bayi (neonatal) periode 2009-2014 terjadi fluktuatif, namun demikian ada penurun pada tahun 2014. Tercatat kematian ibu pada tahun 2010 sebanyak 13 kasus, naik pada tahun 2013 (62 kasus) dan turun pada tahun 2014 (10 kasus). Trend kasus kematian bayi umur 0-28 hari meningkat dari 45 kasus tahun 2010 menjadi 62 kasus tahun 2013 dan kembali turun menjadi 48 kasus ditahun 2014. Tidak konsistennya trend kematian ibu dan bayi tersebut menjadi tantangan tersendiri atas upaya penurunan kasus kematian ibu dan bayi di Kabupaten Manggarai Barat. Analisa situasi terkait kekuatan, kelemahan, ancaman dan peluang selama program berjalan dapat dilihat pada tabel dibawah ini. 2

Tabel 1 : Analisis Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman Kemitraan AIPMNH 2009-2014. Kekuatan Peluang Dukungan pemerintah daerah terkait dana operasional program KIBBLA sebesar 328,000,000,- melalui anggaran ADD untuk 164 desa tahun 2014. Anggaran ini terus dilanjutkan tahun 2015. Adanya PERDA, PERBUP dan PERDES KIBBLA sebagai dasar dan pedoman hukum dalam strategi penurunan AKI dan AKB pada setiap tingkatan. Meningkatnya anggaran APBD untuk replikasi kegiatan program yang didukung AIPMNH. Meningkatnya anggaran BOK untuk mendukung program KIBBLA dipuskesmas. Kelemahan Rumah sakit daerah belum tersedia sehingga waktu tempuh kasus rujukan ratarata 2 jam lebih. Kualitas penanganan kasus-kasus kegawatdaruratan kebidanan dan neonatal masih dirasa kurang, terutama pada SOP penanganan awal kasus pada puskesmas jejaring PONED. Sebagian tenaga terlatih sudah berpindah tugas, mutasi keluar daerah sehingga sedikit banyak mengganggu kualitas pelayanan. Belum maksimalnya partisipasi masyarakat di setiap puskesmas (desa siaga, P4K, kemitraan bidan dan dukun). Menguatnya peran lintas sektor dengan terbentuknya Badan pertimbangan kesehatan daerah (BPKD). Meningkatnya peran multipihak seperti PNPM, PKK, LSM dan mitra SKPD terkait dalam mendukung program KIBBLA seperti membangun rumah tunggu bersalin dan fasilitas pendukung puskesmas. Meningkatnya dana ADD sehingga program pratisipasi masyarakat dapat ditingkatkan. Akan dibangunnya rumah sakit swasta untuk mendukung pelayanan kesehatan di Kabuaten Manggarai Barat. Ancaman Adanya kebiasaan masyarakat dalam pengambilan keputusan terkait dengan kesiapan kasus rujukan ke fasilitas kesehatan yang memperlambat proses rujukan. Belum semua ibu hamil menjadi kepesertaan BPJS sehingga ada potensi penurunan persalinan difasilitas kesehatan. B. RUANG LINGKUP PROGRAM Ruang lingkup kegiatan meliputi komponen 1 : peningkatan palayanan kesehatan ibu dan anak dan peran serta masyarakat, komponen 2 : penguatan sistem kesehatan dan komponen 3 : peningkatan akuntabilitas dan kinerja. Kegiatan untuk mendukung peningkatan palayanan kesehatan ibu dan anak dan peran serta masyarakat meliputi kegiatan penguatan penanganan kegawatdaruratan ibu dan bayi seperti 3

pelayanan PONED, asfiksia/bblr, PPGDON, APN. Kegiatan untuk mendukung program partisipasi masyarakat adalah dukungan desa siaga, puskesmas reformasi kemitraan bidan dan dukun, P4K, program posyandu dan kegiatan strategi perubahan perilaku atau Behavior Change Communication (BCC) melalui pengembangan media promosi kesehatan. Kegiatan untuk mendukung penguatan system kesehatan adalah penguatan perencanaan dan penganggaran (perencanaan puskesmas, DHA dan DTPS KIBBLA dan rencana strategis kesehatan), penguatan system rujukan dan supervisi fasilitatif. Kegiatan untuk peningkatan akuntabilitas dan kinerja diantaranya pendampingan dana BOK, dukungan untuk Unit Pengelola Kemitraan (UPK) dan DCC. Selain itu tersedianya dukungan untuk penguatan sistem pengadaan barang/jasa dan perbaikan sarana ruang bersalin dan fasilitas penyediaan air bersih puskesmas. 1. Lokasi Intervensi Selama periode 2009 sampai 2011 program AIPMNH dilaksanakan pada 4 puskesmas PONED yaitu Puskesmas Labuan Bajo, Waenakeng, Pacar dan Golowelu. Sedangkan periode 2012 sampai 2014 program AIPMNH pada 7 puskesmas. Lokasi intervensi AIPMNH berdasarkan puskesmas dan kecamatan dapat dilihat dibawah ini. Tabel 2 : Lokasi Puskesmas Intervensi Program AIPMNH Periode Tahun 2009-2014 No Kecamatan Puskesmas Intervensi 2009 2010 2011 2012 2013 2014 1 Komodo Labuan Bajo Labuan Bajo Labuan Bajo Labuan Bajo Labuan Bajo Labuan Bajo 2 Kuwus Golowelu Golowelu Golowelu Golowelu Golowelu Golowelu 3 Macang Pacar Pacar Pacar Pacar Pacar Pacar Pacar 4 Lembor Waenakeng Waenakeng Waenakeng Waenakeng Waenakeng Waenakeng 5 Mbeliling Rekas Rekas Rekas 6 Welak Orong Orong Orong 7 Boleng Terang Terang Terang Total Jumlah desa yang diintervensi mencapai 88 desa (53 %) dari total 164 desa dengan jumlah bidan sebanyak 60 bidan (36 %) dari total bidan di Kabupaten Manggarai Barat. Berikut informasi jumlah desa dan bidan desa intervensi. Tabel 3 : Lokasi Desa Intervensi Program AIPMNH Kabupaten Manggarai Barat Tahun 2014 No Kecamatan Puskesmas Jumlah Desa Jumlah Bidan didesa 1 Komodo Labuan Bajo 12 12 2 Kuwus Golowelu 11 10 3 Macang Pacar Pacar 15 12 4 Lembor Waenakeng 15 8 5 Mbeliling Rekas 9 4 6 Welak Orong 14 7 7 Boleng Terang 12 7 Total 88 (53% total desa) 60 (36% total bidan) 4

2. Biaya Total anggaran yang dialokasikan selama program AIPMNH adalah sebesar Rp. 13.547.558.408,- dan berhasil diserap sebesar Rp.10.777.040.103,- oleh SKPD pelaksana, Puskesmas dan lembaga pelaksana lainnya. Berikut penyerapan anggaran periode 2009-2014. Penyerapan Anggaran Program AIPMNH Kabupaten Manggarai Barat Periode 2009-2014 16,000,000,000 14,000,000,000 12,000,000,000 10,000,000,000 8,000,000,000 6,000,000,000 4,000,000,000 2,000,000,000-13,547,558,408 Alokasi Anggaran 10,777,040,103 Penyerapan Anggaran 3. Waktu Pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan mulai pada Januari 2009 sampai dengan Juni 2015. Program AIPMNH dilaksanakan berdasarkan beberapa fase dan masa transisi, berikut informasi tahapan kegiatan AIPMNH. Fase Interm (Persiapan) Pelaksanaan Program Masa Transisi Face Out Fase 1 Fase 2 Transisi Tahap 1 Transisi Tahap 2 Juli-Desember 2008 Januari 2009- Juni 2011 Juli 2011-Juli 2013 Juli 2013-Juni 2014 Juli 2014-Juni 2015 Juni 2015 4. Mekanisme dan Tahapan Kegiatan Rencana kerja program AIPMNH disusun berdasarkan usulan dari SKPD atau Implementor Agency (IA) berdasarkan paket kegiatan yang sudah dirancang oleh adviser AIPMNH. Kegiatan-kegiatan yang diusulkan harus terbukti (evidence based) mampu menurunkan kematian ibu dan bayi. Rencangan rencana kerja disusun bersama SKPD atas pendampingan DPC dan mendapat persetujuan kepala SKPD dan adviser AIPMNH. SKPD mitra diberikan ruang untuk mengusulkan kegiatan inovatif yang terbukti secara erat menurunkan kasus kematian ibu dan bayi. Setelah rencana kerja disetujui, mitra SKPD menyusun kerangka acuan (TOR) dan RKA setiap kegiatan untuk diverifikasi oleh TAPD/BAPPEDA dan adviser terkait untuk disetujui. Unit pengelola kemitraan (UPK) 5

melakukan proses pengawalan dan pengendalian pada setiap proses perencanaan, pelaksanaan kegiatan dan evaluasi. C. PELAKSANAAN PROGRAM KEGIATAN. 1. PENCAPAIAN KUNCI PROGRAM DAN KEGIATAN. Pencapaian kunci program dan kegiatan meliputi beberapa bidang pelayanan dan kegiatan. Pencapaian dari sisi penyedia pelayanan dapat dilihat pada peningkatan pelayanan puskesmas PONED, implementasi strategi KPP, implementasi PERDA-PERDES KIBBLA, peningkatan anggaran KIBBLA, implementasi Audit Maternal dan Neonatal, renovasi ruang bersalin dan penyediaan air bersih. Pencapaian dari sisi penerima layanan dapat dilihat pada program Puskesmas Reformasi, program kemitraan bidan dan dukun, desa siaga dan dari sisi pengelolaan program kemitraan melalui pelaksanaan UPK. Berikut rincian pencapaian kunci berdasarkan program dan kegiatan. 1.1. PENINGKATAN PELAYANAN KESEHATAN IBU DAN ANAK DAN PERAN SERTA MASYARAKAT. Program AIPMNH bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kesehatan ibu dan anak dan meningkatkan peran serta masyarakat baik itu di level kabupaten maupun kecamatan/puskesmas dan desa. Dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan bayi, diperlukan dukungan terhadap kapasitas (skill) tenaga kesehatan, layanan kegawatdaruratan kebidanan dan bayi, pelaksanaan AMP, pelayanan ANC dan PNC terpadu dan promosi pelayana KB. Upaya ini diharapkan mampu meningkat akses ibu hamil dan masyarakat dalam mendapatkan pelayanan yang berkualitas dan adekuat. Upaya peningkatan peran serta masyarakat dijabarkan dalam program desa siaga, revitalisasi posyandu, kemitraan bidan dan dukun dan puskesmas reformasi. Upaya ini diharapkan akan mampu meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak. Indikator kunci dari kegiatan ini adalah meningkatnya persalinan difasilitas kesehatan dan persalinan oleh tenaga kesehatan. 1.1.1. Pelatihan dan Peningkatan Kapasitas Tenaga Kesehatan. Kompentensi tenaga kesehatan merupakan tolak ukur kualitas pelayanan kebidanan dan neonatal. Peningkatan kompentensi tenaga kesehatan kebidanan dilakukan dengan berbagai macam salah satunya pelatihan dan bimbingan tekhnis tenaga kesehatan yang bersentuhan langsung kepada pelayanan kebidanan dan perawatan bayi baru lahir seperti dokter, bidan dan perawat. Kegiatan ini meliputi pelatihan klinis (APN, PONED, BBLR/Asfiksia, PPGDON dan CI), pelatihan non klinis (konseling ASI, KIP/KB, AMP dan interpersonal konseling), Evaluasi Pasca Pelatihan (EPP), magang dan bimbingan tekhnis klinis. Penguatan kapasitas tenaga kesehatan ini diperlukan karena masih kurang memadainya kualitas pelayanan kegawatdaruratan kebidanan dan bayi. Dilihat dari data tahun 2009 6

cakupan komplikasi kebidanan (53%) dan Neonatus ditangani (67%) masih dibawah standart pelayanan minimal (SPM) kesehatan yaitu sebesar 80 %. Upaya ini diharapkan dapat mendukung tujuan program dalam meningkatkan cakupan penanganan komplikasi kebidanan dan bayi. Dinas Kesehatan melalui dukungan AIPMNH telah melakukan pelatihan klinis (PONED, APN, PPGDON, BBLR/Asfiksia, MTBS/MTBM) kepada 10 dokter, 96 bidan, 27 perawat dan 3 tenaga analis. Kegiatan ini sudah menghasilkan beberapa output kegiatan diantaranya terdapat 385 tenaga kesehatan yang sudah mengikuti pelatihan klinis/non klinis dan peningkatan kapasitas pelayanan kesehatan ibu dan anak. Dampak dari kegiatan ini mampu meningkatkan cakupan penanganan komplikasi kebidanan dari tahun 2009 (55.7 %) sampai 2014 (81.9 %). Namun upaya ini belum mampu menurunkan meningkatkan cakupan penanganan komplikasi bayi. 1.1.2. Puskesmas Mampu PONED. Puskesmas mampu PONED adalah Puskesmas rawat inap yang mampu menyelenggarakan pelayanan obstetri dan neonatal emergensi/komplikasi tingkat dasar dalam 24 jam sehari dan 7 hari seminggu. Puskesmas mampu PONED merupakan salah satu simpul dari system penyelenggaraan pelayanan kesehatan emergensi maternal neonatal yang dapat memberikan kontribusi pada upaya penurunan kematian ibu dan bayi. Dukungan AIPMNH untuk meningkatkan Puskesmas mampu PONED ini adalah dengan melatih dan membentuk 2 Tim PONED, yaitu di Puskesmas Labuan Bajo dan Waenakeng. Bimbingan Tekhnis PONED dari dokter spesialis kandungan dan anak secara rutin dilakukan setaun sekali. Hasil dari kegiatan ini adalah adanya peningkatan penanganan kasus kegawat daruratan ibu dan bayi di puskesmas PONED. Penanganan komplikasi kebidanan meningkat dari 47.3 % tahun 2009 menjadi 76,8 % tahun 2014 sedangkan penanganan komplikasi neonatal menurun dari 67.2 % tahun 2009 menjadi 28,2 % ditahun 2014. Penanganan kasus komplikasi kebidanan meningkat di 7 puskesmas intervensi dari 55.6 % tahun 2009 meningkat menjadi 80,8 % tahun 2014. Selain itu juga terdapat peningkatan peralatan alat kesehatan terkait PONED melalui dan AIPMNH maupun dana APBD. Tantangan dimasa yang akan datang terhadap pencapaian diantaranya adalah mutasi dan perpindahan staff membuat tim PONED tidak lengkap seperti pada Puskesmas Labuan Bajo. Begitu juga dengan peralatan kesehatan terkait kasus kegawatdaruratan masih belum lengkap sehingga diperlukan alokasi anggaran dari APBD untuk pembelian peralatan PONED. 1.1.3. Audit Maternal dan Perinatal (AMP). Audit maternal perinatal/neonatal adalah serangkaian kegiatan penelusuran sebab kematian atau kesakitan ibu, perinatal dan neonatal guna mencegah kesakitan atau kematian serupa dimasa yang akan datang. Kegiatan AMP dilakukan sebagai upaya strategis dalam penurunan kasus kematian ibu dan bayi. Program AIPMNH bekerjasama dengan PKMK-UGM melakukan pendampingan intensif terhadap pelaksanaan AMP tersebut. Hasil dari pendampingan tersebut adalah kegiatan AMP yang dilakukan sudah mengacu pedoman pelakasanaan AMP terbaru. Sudah terbentuk 7

tim AMP yang sudah dilembagakan melalui SK bupati No 168/KEP/HK/2011 dan ada 14 Tim AMP puskesmas yang sudah dilembagakan dengan SK kecamatan. Tim AMP sudah mampu menyusun rekomendasi yang evidence based untuk menurunkan kasus kematian ibu dan bayi. Sampai akhir tahun 2014 sudah ada 25 kasus kematian ibu dan 110 kematian neonatal yang diaudit. Melalui upaya ini terlihat ada penurunan kasus kematian ibu dan neonatal selama 2 tahun implementasi AMP dilakukan. Diantaranya ada 15 kematian ibu di 2013 menurun menjadi 10 kematian di 2014 dan 62 kasus kematian neonatal tahun 2013 turun menjadi 48 kasus tahun 2014. Selain program AIPMNH ada anggaran APBD secara rutin setiap tahun mengalokasikan pembiayaan untuk kegiatan AMP. Sebagian rekomendasi disosialisasikan melalui bulletin dan diberbagai event pertemuan dan rekomendasi sebagian besar sudah dilaksanakan 1.1.4. ANC dan PNC Terpadu. ANC dan PNC terpadu merupakan pelayanan terpadu bagi ibu hamil dan bayi yang meliputi pemantauan dan perkembangan kehamilan, nutrisi dan suplementasi esensial, deteksi dini penyakit atau komplikasi gangguan kesehatan ibu dan bayi. Untuk meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan bayi tersebut maka program AIPMNH memperkuat kualitas pelayanan Antenatal Care (ANC) dan Post Natal Care (PNC). Penguatan pelayanan ANC dan PNC ini salah satunya dengan mengupdate dan merevisi Standart Operasional Prosedur (SOP) terpadu dengan mengikuti 10 langkah (10 T). Saat ini SOP tersebut sudah dicetak dan diperbanyak. Terdapat 14 dari 18 Puskesmas di Manggarai Barat sudah mempublikasikan (display) SOP ini dipuskesmas. Bidan yang sudah mengikuti orientasi ANC dan PNC sudah 178 orang. Dari hasil dukungan ini, bidan di puskesmas sudah menerapkan SOP ANC dan PNC terpadu. Namun pada level PUSTU/poskesdes/polindes belum semua bidan menerapkan SOP tersebut karena keterbatasan sarana dan prasarana. Dampak dari dukungan ini adanya peningkatan yang cukup signifikan prosentase cakupan pelayanan K4 dari tahun 2009 (57.7 %) dan tahun 2014 (76.8 %). 1.1.5. Promosi dan Pelayanan KB. Program AIPMNH bekerjasama dengan Badan KB dan Pemberdayaan Perempuan dan Anak (BPPA&KB) melaksanakan kegiatan promosi dan pelayanan KB guna mendukung cakupan KB aktif. Dukungan ini berupa pelayanan KB keliling, radio spot KB, promosi pelayanan keluarga kecil bahagia sejahtera dan pertemuan koordinasi terkait pencatatan dan pelaporan KB. Pertemuan koordinasi pencatatan dan pelaporan KB sudah mengurangi disparitas perbedaan data KB yang dikeluarkan dinas kesehatan maupun badan KB, terutama antara bidan koordinator dan PLKB kecamatan. Dampak dari kegiatan ini mampu meningkatkan kesadaran masyarakat dalam ber KB, hal ini dapat dilihat dari cakupan KB aktif tahun 2010 (69,6%) naik pada tahun 2014 (78,0%). Sedangkan Total Fertility Rate (TFR) dari tahun 2010 (4,4) menurun pada tahun 2014 (3,4). 8

1.1.6. Komunikasi Perubahan Perilaku (KPP). Salah satu strategi penurunana AKI dan AKB yang didorong oleh program AIPMNH adalah meningkatnya partisipasi masyarakat dan perubahan perilaku dalam memilih fasilitas tempat persalinan. Dukungan ini sejalan dengan promosi pesan-pesan revolusi KIA (semua persalinan difasilitas kesehatan, ibu selamat bayi sehat). Melalui dukungan ini dinas kesehatan sudah menghasilkan dokumen rencana komunikasi perubahan perilaku (KPP), terbentuknya Tim KPP dan melaksanakan berbagai kegiatan promosi dengan menggunakan berbagai media. Upaya promosi ini sudah dilakukan di 15 puskesmas, 52 desa dengan estimasi penerima pesan sebanyak 15 000 orang. Upaya ini dalam rangka meningkatkan cakupan persalinan di fasilitas kesehatan. Selain itu AIPMNH mendukung mitra SKPD dalam memproduksi media tradisional perubahan perilaku untuk kesehatan ibu dan anak. Media yang sudah dihasilkan adalah film pendek Harapan Sabina tentang persalinan difasilitas kesehatan, iklan spot radio terkait salin faskes dan dasolin/tubulin, poster bidan sahabat, stiker suami siaga dan lagu daerah terkait persalinan di faskes. Tanggapan dari masyarakat secara khusus tentang film Harapan Sabina dan film Inerie adalah mereka terharu dan memahami pesan yang disampaikan lewat film ini, memotivasi mereka untuk melahirkan difasilitas kesehatan dan mendorong mereka untuk mengadakan tabulindasolin. 1.1.7. Revitalisasi Posyandu. Salah satu tujuan penting dalam program AIPMNH adalah menggerakkan masyarakat untuk berpartisipasi dalam sektor kesehatan khususnya kesehatan ibu dan anak. Salah satu dukungan kegiatan ini adalah merevitalisasi posyandu dengan memfungsikan kembali 5 meja dalam pelayanan posyandu. Dukungan untuk kegiatan ini berupa pelatihan kader posyandu, pembentukan POKJALAN posyandu tingkat kabupaten, kecamatan dan desa. Kegiatan ini dalam pelaksanaannya berkolaborasi dengan program desa siaga untuk meningkatkan akses masyarakat dan keluarga dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak khususnya cakupan persalinan di fasilitas kesehatan, cakupan strata posyandu dan program P4K di wilayah puskesmas intervensi. Selain program AIPMNH terdapat dukungan dana APBD dalam pelaksanaan revitaliasasi posyandu diantaranya dukungan terhadap peningkatan kapasitas Kader Posyandu oleh BPMPD dan BOK oleh Puskesmas. Adanya dukungan dana operasional Posyandu (Insentif Kader) dari BPMPD melalui dana APBD II dan adanya Sistem Monev Posyandu Secara Berjenjang yang melibatkan Puskesmas dan Kecamatan. 1.1.8. Kemitraan Bidan dan Dukun. Kemitraan bidan dan dukun merupakan kegiatan penting untuk meningkatkan akses ibu hamil untuk mendapatkan pelayanan persalinan yang berkualitas. Kemitraan bidan dan dukun adalah salah satu bentuk kolaborasi peran antara bidan dan dukun dalam melakukan 9

pertolongan persalinan dan perawatan bayi. Ada pembagian peran didalamnya sehingga dukun tidak lagi menolong persalinan. Program kemitraan bidan dan dukun yang didukung oleh program AIPMNH difokuskan di 3 puskesmas intervensi yaitu puskesmas Labuan Bajo, Waenaken dan Golowelu. Jumlah bidan yang terlibat dalam program kemitraan bidan dan dukun sebanyak 53 orang, dimana sebanyak 45 bidan tinggal di desa. Sedangkan jumlah dukun yang sudah bermitra sebanyak 199 orang dari 362 orang dukun yang tercatat di 3 Puskesmas Intervensi. Dampak dari kegiatan ini adalah adanya trend kenaikan yang sangat signifikan cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan pada puskesmas intervensi AIPMNH dibandingkan puskesmas yang tidak ada program kemitraan bidan dan dukun. Cakupan persalinan tahun 2009 pada puskesmas intervensi sebanyak 66,1 % meningkat setelah ada intervensi sebanyak 91,4 % di tahun 2014. Sedangkan persalinan di fasilitas kesehatan 22, 2 % tahun 2009 naik menjadi 87,8 % tahun 2014. Untuk kegiatan partisipasi masyarakat terkait kemitraan bidan dan dukun perlu ada perluasan program. Diperkirakan ada lebih dari 800 dukun di Kabuaten Manggarai Barat. Namun baru 50 % dari dukun tersebut bermitra dengan bidan. Wilayah yang sangat sulit dijangkau membuat program kemitraan menemui banyak tantangan. Perlu peningkatan alokasi anggaran APBD untuk memperluas program kemitraan ini. 1.1.9. Desa Siaga dan PERDES KIBBLA. Desa Siaga adalah desa dimana terdapat sistem kesiapsiagaan di masyarakat dalam mempersiapkan ibu hamil bersalin. Dinas Kesehatan dan BPMPD melalui AIPMNH melaksanakaan dukungan kegiatan Desa Siaga. Hal spesifik dari sistem siaga yang sudah dibangun di desa adalah SIAGA DANA dimana desa ini memiliki Dana Sosial Kesehatan yang tidak hanya membiayai persalinan tetapi kepada semua masalah kesehatan dan penggunaannya dipublikasikan di Papan Sistem Siaga. Dukungan anggaran dalam proses pembentukan dan penguatan Desa Siaga tidak hanya dari AIPMNH namun terdapat dukungan dari APBD, ADD dan BOK. Alokasi Dana ADD untuk KIBBLA ( Rp. 2.000.000 ) telah dialokasikan selama 3 tahun berturutturut dan akan tetap dilanjutkan pada tahun 2015. Dana ini telah digunakan sebagai bantuan Operasional Bagi Pengurus dan Jejaring Desa Siaga dengan item pembiayaan sesuai Juklaknya untuk ATK dan Transportasi Rapat. AIPMNH sudah membentuk 28 desa dan melakukan penguatan kepada 43 desa siaga dan mendukung terbentuknya 26 peraturan desa (PERDES) tentang Kesehatan Ibu Bayi Baru Lahir dan Anak (KIBBLA). Adapun desa siaga aktif sebanyak 65.1 % dari total desa yang sudah dibentuk. Melalui kegiatan ini terdapat peningkatan partisipasi masyarakat untuk pengembangan Sistem Siaga melalui Paroki dan ada dana rujukan untuk Ibu Hamil Rp. 1.000 per umat. Alokasi Dana APBD II dan ADD untuk kegiatan desa siaga diantaranya pelatihan desa siaga dan operasional desa siaga. Selain itu terdapat alokasi Dana BOK untuk Replikasi kegiatan AIPMNH di Puskesmas Intervensi dan non intervensi untuk Refreshing Kader Kesehatan 10

(Pengurus desa siaga dan Kader Posyandu). Pada pelaksanaannya terdapat kolaborasi Dana ADD dan BOK dalam penguatan desa siaga oleh Puskesmas dan Kecamatan. Pengembangan Sistem Siaga dimasa yang akan datang perlu diperluas mengingat banyaknya desa yang mengalami pemekaran. Saat ini jumlah desa sudah mencapai 164 desa dan 5 kelurahan sehingga pembentukan dan pendampingan desa siaga perlu diperluas oleh dinas kesehatan maupun oleh puskesmas. Hasil yang sudah dicapai dalam program Desa Siaga dapat dilihat pada aspek perencanaan dan penganggaran, aspek sumber daya manusia dan keberlanjutan dan aspek kelembagaan : Aspek perencanaan dan penganggaran desa siaga. Adanya Perencanaan dan Alokasi Anggaran dari SKPD ( Dinkes dan BPMPD ) untuk kegiatan Desa Siaga Baik Pembentukan dan Penguatan Jejaring Desa Siaga. Kebijakan Dinas Kesehatan dan Puskesmas yang mengalokasikan Anggaran untuk mendukung kegiatan Desa Siaga melalui Dana Bantuan Operasional Kesehatan ( BOK). Kebijakan BPMPD untuk mengalokasikan anggaran untuk Kibbla dari Dana ADD melalui Dana Bantuan Sosial Kibbla ( 2012 ) dan Dana Operasional Kibbla ( 2013 2015). Adanya JUKLAK Penggunaan Dana Operasional kibbla yang menjadi pedoman penggunaan dana operasional kibbla. Adanya RPJMDes, RKPDes dan APBDes yang mendukung Pelaksanaan Kibbla di Desa (Operasional Desa Siaga, Insentif Kader Posyandu, Insentif Pengurus Desa Siaga dan Pelatihan jejaring Desa Siaga di Tingkat Dusun) Aspek Sumber Daya Manusia & Keberlanjutan. Ada Pengelola Desa Siaga di Dinas Kesehatan yang menjadi koordinator dari kegiatan Desa Siaga di 18 Puskesmas dan Jejaringnya. Setiap Puskesmas memiliki 1 orang Pengelola Desa yang menjadi koordinator kegiatan Desa Siaga di wilayah Puskesmas. Dinkes dan BPMPD memiliki Staf yang dapat memfasilitasi proses pembentukan dan Penguatan Jejaring Desa Siaga. Terbangunnya sistem pendampingan, monev dan pelaporan Desa Siaga ( Laporan Desa Siaga menjadi bagian dari laporan bulanan Puskesmas ke Dinas Kesehatan sejak bulan Mei 2015 ). Pengelola Desa Siaga Puskesmas melakukan Restrukturisasi Pengurus, penguatan jejaring dan Monev Desa Siaga dengan menggunakan Dana BOK. Aspek Kelembagaan Desa Siaga : Terbentuknya Pengurus Desa Siaga di 24 Desa Siaga yang pembentukannya bersumber dari dana AIPMNH, APBD, BOK dan ADD ( 2012 2015), Terkumpulnya Dana Solidaritas Bersalin (DASOLIN) untuk menolong Persalinan dan Dana Sosial Kesehatan (DASOSKES) untuk membantu biaya rujukan masyarakat. Adanya Papan Sistem Siaga (Data dan Dana) yang menjadi pedoman kerja Pengurus dan Jejaring Desa Siaga. 11

Adanya Ibu hamil yang datanya terpublikasi, mendapat bantuan dana solidaritas dan transportasi dari warga melalui pengurus dan Jejaring desa Siaga. Ada desa siaga yang menjadi tempat belajar seperti Nantal, Wae Kanta, Ponto Ara, Papagarang, Compang Longgo, Watu Nggelek, Liang Ndara, Beo Sepang, Benteng Suru. Keterlibatan dan Peran Serta Masyarakat dalam desa siaga tercermin dari adanya Pengurus dan Jejaring Desa Siaga mau bekerja Secara Sukarela. Proses fasilitasi desa siaga dengan pendekatan budaya sangat efektif mendorong keterlibatan tokoh adat dalam pembangunan dan pengembangan Desa Siaga. 1.1.10. Puskesmas Reformasi. Puskesmas Reformasi adalah program peningkatan pelayanan kesehatan dasar puskesmas yang berorientasi kepada mutu pelayanan dan kepuasan pengguna layanan. Kegiatan perbaikan pelayanan dilakukan secara komprehensif di internal Puskesmas maupun melalui pelibatan masyarakat. Tujuan dari Puskesmas reformasi adalah agar pelayanan yang dilakukan lebih baik, efektif, efisien, komunikatif, transparan dan lebih partisipatif. Program AIPMNH telah mengembangkan 2 puskesmas reformasi yaitu di Puskesmas Labuan Bajo dan Waenakeng. Melalui program puskesmas reformasi, kemitraan antara puskesmas dengan masyarakat dan swasta dapat lebih baik sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan. Seperti pembangunan sarana pendukung puskesmas seperti rumah tunggu bersalin, lahan parkir dan pagar puskesmas. Perhatian pemerintah meningkat dengan adanya program puskesmas reformasi dibuktikan dengan adanya peningkatan alokasi anggaran terkait infrastruktur puskesmas. Melalui dana APBD DInas Kesehatan menganggarkan replikasi program puskesmas reformasi di 4 puskesmas tahun 2014 dan 2015 dengan total anggaran sebesar Rp. 305,500,000,-. Hasil kegiatan ini adanya perubahan pelayanan ditunjukkan dengan lingkungan yang selalu bersih, tertata dengan rapi, memiliki ruang tunggu yang permanen dan memiliki alur SOP yang jelas. Terdapat transparansi dan akuntabilitas pelayanan di Puskesmas. Melalui kegiatan ini terbentuk kolaborasi pembangunan dan pengelolaan Rumah Tunggu antara BPKD, puskesmas, BPKK, dan masyarakat. Ada 2 rumah tunggu yang dibangun melalui dana APBD, 3 rumah tunggu yang dibangun PNPM dan 2 rumah tunggu dibangun secara swadaya masyarakat. Semua rumah tunggu dikelola oleh BPKK kerjasama dengan puskesmas dan BPKD. 1.2. PENGUATAN SISTEM KESEHATAN. Penguatan system kesehatan yang didukung melalui program AIPMNH diantaranya penguatan perencanaan dan penganggaran terpadu mulai dari penguatan perencanaan tingkat puskesmas, perencanaan terpadu KIA/DTPS-KIBBLA, perencanaan terpadu bidang kesehatan (IHPB) dan penyusunan DHA. Upaya ini dalam rangka mendorong pemerintah daerah dalam meningkatkan kualitas perencanaan kesehatan dan meningkatkan alokasi anggaran kesehatan khususnya alokasi anggaran terkait ibu dan anak. 12

Penguatan system kesehatan daerah (SIKDA) bagian yang tidak terpisahkan dari upaya ini, termasuk juga penguatan manual rujukan, supervisi fasilitatif, akreditasi puskesmas dan produk hukum (PERDA/PERBUP) terkait kesehatan ibu dan anak. Diharapkan dari dukungan ini mutu perencanaan dan penganggaran kesehatan ibu dana anak meningkat, pencatatan dan pelaporan kesehatan akan lebih baik dan meningkatkan kualitas pelayanan dan rujukan kesehatan ibu dan bayi. Selain itu peningkatan dukungan infrastruktur dan peralatan puskesmas diberikan dalam bentuk renovasi ruang bersalin dan rehabilitasi penyediaan air bersih. Untuk meningkatkan fasilitas puskesmas sesuai standart PONED, Program AIPMNH mengadakan peralatan PONED di Puskesmas terpilih. Berikut rincian kegiatan yang sudah dihasilkan. 1.2.1. Perencanaan Tingkat Puskesmas (PTP). Perencanaan tingkat puskesmas merupakan proses penyusunan rencana kegiatan Puskesmas pada tahun yang akan datang dilakukan secara sistematis untuk mengatasi masalah atau sebagian masalah kesehatan kesehatan masyarakat berdasarkan wilayah kerjanya. Perencanaan tingkat puskesmas mencakup semua kegiatan yang termasuk dalam Upaya Kesehatan Wajib, Upaya Kesehatan Pengembangan dan Upaya Kesehatan Penunjang. Perencanaan disusun untuk kebutuhan satu tahun agar Puskesmas mampu melaksanakannya secara efisien, efektif dan dapat dipertanggungjawabkan. Untuk memastikan perencanaan tahunan tingkat puskesmas integrasi dengan perencanaan partisipatif dari desa maka program AIPMNH mendukung kegiatan pendampingan perencanaan tingkat puskesmas disinkronkan dengan kegiatan pra musrenbang desa. Upaya ini dalam rangka mengintegrasikan perencanaan partisipatif dari desa (bottom up planning) dan top down planning dari puskesmas. Dukungan perencanaan puskesmas diberikan kepada 15 puskesmas dari total 18 puskesmas di Kabupaten Manggarai Barat. 1.2.2. Perencanaan Terpadu KIA/DTPS-KIBBLA. Perencanaan terpadu KIA (DTPS-KIBBLA) merupakan proses perencanaan dan penganggaran KIBBLA berbasis tim dan bersifat multipihak. Di Manggarai Barat sejak awal tahun 2009 telah dibentuk tim perencana yang disebut dengan tim DTPS KIBBLA. Tim ini sudah menyusun perencanaan dan penganggaran kegiatan tahun 2009, 2010, dan 2011. Tujuan DTPS KIBBLA adalah agar Dinas Kesehatan mampu meningkatkan kualitas perencanaan dan penganggaran program KIBBLA dengan melaksanakan beberapa tahapan kegiatan mulai dari analisa situasi masalah KIBBLA, manganalisis penyebab masalah, mencari solusi dan memprioritaskan kegiatan sampai pada monitoring dan evaluasi. Melalui dukungan kegiatan ini BAPPEDA dan Dinas Kesehatan dapat meningkatkan kualitas perencanaan dan penganggaran dalam menyusun Rencana Kerja (RENJA) SKPD. Dukungan yang diberikan memberikan efek yang cukup signifikan terhadap perencanaan penganggaran Kesehatan Ibu dan anak. 13

Penyusunan Rencana Kerja (RENJA) Dinas Kesehatan sudah mengakomodir usulan kegiatan yang dihasilkan pada proses perencanaan DTPS KIBBLA pada tahun anggaran 2015. Selain itu Pemerintah Daerah telah mengalokasikan anggaran APBD untuk kegiatan dukungan DTPS- KIBBLA, MONEV KIBBLA dan RAKORKESDA dengan total Rp. 112.775.000,- Berdasarkan laporan program dan keuangan dinas kesehatan terdapat peningkatan anggaran belanja langsung kesehatan dari Rp. 27.583.267.435,- pada tahun 2008 menjadi Rp. 33.741.257.900,- pada tahun 2015. Selain itu terdapat peningkatan anggaran KIBBLA yang cukup signifikan sebesar Rp.222.540.000,- (0,8 % belanja langsung) tahun 2008 menjadi Rp. 1.151.150.000,- (3,4 % belanja langusng) pada tahun anggaran 2015. 1.2.3. Integrated Health Planning and Budgeting (IHPB). IHPB adalah proses penyusunan perencanaan dan penganggaran terpadu Dinas Kesehatan mulai dari perencanaan tingkat puskesmas, rancangan awal rencana kerja (RENJA) sampai pada finalisasi anggaran. Dukungan kegiatan IHPB diarahkan kepada penguatan penyusunan rencana kerja (RENJA) terpadu bidang kesehatan yang bertujuan untuk menyelaraskan perencanaan dan penganggaran pembangunan kesehatan antar pemangku kepentingan, baik di lingkungan dinas kesehatan, lintas sektor dan antara pusat dan daerah. Dukungan kegiatan ini berupa pendampingan penyusunan awal RENJA SKPD, pendampingan perencanaan tingkat puskesmas, perumusan fokus arah pembangunan kesehatan dan rapat koordinasi daerah bidan kesehatan serta penyempurnaan RENJA SKPD. Beberapa rangkaian kegiatan IHPB sudah direplikasi oleh dinas kesehatan seperti RAKORKESDA dan penyempurnaan RENJA SKPD. Saat ini sudah ada 2 orang sebagai fasiitator IHPB yang mampu memfasilitasi perencanaan terpadu dan terintegrasi. Penyusunan RENJA dinas kesehatan sudah megintegrasikan renja dengan RUK puskesmas. Namun masih banyak puskesmas yang belum mengakomodir perencanaan dari bawah/desa (buttom up planning). Beberapa kendala dalam perencanaan terntegrasi ini adalah kemampuan dan beban kerja staf perencanaan yang cukup berat dan kurangnya motivasi dalam membuat perencanaan yang berkualitas. Masih banyak usulan yang tidak diakomodir karena keterbatasan anggaran. 1.2.4. District Health Account (DHA). DHA adalah proses untuk memperoleh gambaran situasi pembiayaan kesehatan mulai dari sumber biaya, pengelola, pemberi pelayanan, fungsi kesehatan, mata anggaran, program, jenjang kegiatan, dan penerima manfaat dari suatu pembangunan kesehatan. Hasil dari kegiatan ini adalah diketahuinya proporsi anggaran berdasarkan sumber pembiayaan, pengelola anggaran, penyedia pelayanan, jenis kegiatan, mata anggaran, program, jenjang kegiatan, dan penerima manfaat. Hasil DHA dapat menjadi salah satu referensi untuk perecanaan kesehatan setiap tahunnya. Hasil ini juga dapat dimanfaatkan untu kegiatan advokasi anggaran kesehatan sesuai amanah undang-undang kesehatan. Berikut ini adalah beberapa informasi yang didapat dari kegiatan DHA tahun 2010 yang didukung AIPMNH. 14

Grafik 1 Sumber Pembiayaan Kesehatan Kabupaten Manggarai Barat tahun 2010 Hasil DHA yang sudah diterbitkan setiap tahunnya dilakukan advokasi kepada pengambil kebijakan seperti tim anggaran pemerintah daerah (TAPD), BAPPEDA, dinas PPKAD dan DPRD. Hasil advokasi tersebut menunjukkan ada peningkatan anggaran kesehatan yang cukup signifikan dari Rp. 27.583.267.435,- pada tahun 2008 menjadi Rp. 33.741.257.900,- pada tahun 2015 1.2.5. SIKDA. Dinas Kesehatan melalui dukungan AIPMNH memperkuat sistem pencatatan dan pelaporan terpadu bidang kesehatan dengan menerapkan Sistem Informasi Kesehatan Daerah (SIKDA). Pelaksanaan SIKDA di Kabupaten Manggarai Barat dilakukan secara manual maupun elektronik. Tujuan dari penguatan ini adalah untuk meningkatkan kualitas sistem pencatatan dan pelaporan informasi kesehatan yang terpadu dan terintegrasi. Dukungan kegiatan ini berupa pelatihan SIKDA manual maupun elektronik, bimbingan tekhnis SIKDA di puskesmas, pengadan komputer dan form SIKDA dan monitoring/evaluasi implementasi SIKDA. Pelaksanaan SIKDA di Puskesmas yang terus berjalan adalah SIKDA manual, sedangkan SIKDA elektronik sulit untuk dilaksanakan karena keterbatasan sarana komputer. Melalui dukungan ini dinas kesehatan sudah secara teratur mengirimkan pencatatan dan pelaporan dari Dinas Kesehatan kabupaten ke Dinas Kesehatan propinsi. Melalui SIKDA ini juga dapat dikumpulkan informasi kesehatan yang cukup komprehensif didalam suatu sistem pencatatan dan pelaporan terintegrasi yang bisa diakses kapan saja. 1.2.6. Manual Rujukan KIA. Salah satu bagian penting dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan adalah rujukan kesehatan. Rujukan kesehatan adalah penyerahan tanggung jawab dari suatu pelayanan kesehatan yang fasilitasnya kurang memadai ke pelayanan kesehatan yang fasilitasnya lebih memadai. Penerapan Sistem Rujukan Kesehatan Ibu dan Anak di Kabupaten Manggarai Barat belum optimal di semua tingkat fasilitas kesehatan, hal ini dibuktikan dengan masih banyak 15