CAS CIS CUS METODE MENDONGENG PADA ANAK USIA DINI Dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Ponorogo Sidik Nuryanto

dokumen-dokumen yang mirip
CAS CIS CUS METODE MENDONGENG PADA ANAK USIA DINI

PENGGUNAAN METODE READ ALOUD UNTUK MENDONGENG PADA ANAK USIA DINI

BAB I PENDAHULUAN. budaya dan sejarah yang dimiliki masing-masing bangsa. Pada umumnya, cerita

MENDONGENG DI SEKOLAH Oleh: Eko Santosa

MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS II PADA MATERI MENCERITAKAN KEMBALI ISI DONGENG YANG DIDENGARKAN MELALUI KEGIATAN KOMIDI PUTAR DISKUSI

Monolog/Dongeng PERTEMUAN KE-5. > Berbicara dalam kegiatan monolog/dongeng - Konsep monolog/dongeng - Persiapan monolog/dongeng

Pengaruh Menyimak Cerita terhadap Kemampuan Bercerita Fiksi pada Anak

BAB I PENDAHULUAN. SD, mulai kelas 1-3 SD, antara umur 5-10 tahun. Selain itu dongeng juga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Anak pada zaman sekarang umumnya lebih banyak menghabiskan waktu

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Budaya merupakan suatu kebiasaan masyarakat yang sukar diubah dan

Journal of Nonformal Education

PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA DAN DAERAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEGURUAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010

BAB I PENDAHULUAN. diajarkan dengan baik dan benar pada anak didik kita. Semua pelajaran tentunya

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah

BAB II LANDASAN TEORI. suatu cerita bohong, cerita bualan, cerita khayalan, atau cerita mengada-ada

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebudayaan Indonesia sangat beragam. Pengaruh-pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin maju dan

BAB I PENDAHULUAN. tinggal masing-masing dengan kondisi yang berbeda. Manusia yang tinggal di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

TOKOH, PENOKOHAN CERITA DONGENG PUTRI CINDERELLA DENGAN BAWANG MERAH BAWANG PUTIH DAN PERBANDINGANNYA (SUATU TINJAUAN STRUKTURAL DAN DIDAKTIS) OLEH

BAB I PENDAHULUAN. dengan hal-hal di luar karya sastra. Faktor sejarah dan lingkungan ikut

Permasalahan Permasalahan minimnya minat membaca dan santun berbahasa pada siswa harus segera diselesaikan. Ketidaktertarikan siswa terhadap keterampi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan

A. LATAR BELAKANG PENCIPTAAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dengan lingkungannya. Dari proses belajar mengajar itu akan diperoleh suatu hasil, yang pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sastra secara nyata memang berbeda dengan psikologi. Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan materi agar pembelajaran berlangsung menyenangkan. Pada saat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Melihat perkembangan dan kemajuan ilmu teknologi yang semakin

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan anak-anak supaya memiliki visi dan masa depan sangat penting

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom

Peningkatan Keterampilan Menulis Cerpen dengan Strategi Copy The Master Melalui Media Audio Visual pada Siswa Kelas IX-C SMPN 2 ToliToli

BAB 2 DATA DAN ANALISA

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBAHASA MELALUI NYANYIAN/LAGU BAGI ANAK USIA DINI

BAB I PENDAHULUAN. Pada zaman yang serba konsumtif, orang tua lupa mengajak anakanaknya. untuk hidup hemat, apalagi menabung. Alih-alih mengajak anak

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini dalam Kerangka Besar. Pembangunan PAUD menyatakan :

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis yakni prosa (fiksi), puisi, dan

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan ilmu pengetahuan dari guru dalam proses belajar-mengajar. membimbing dan memfasilitasi siswa dalam kegiatan belajar.

MEMBENTUK KARAKTER BERSAHABAT ANAK USIA DINI MELALUI DONGENG DENGAN MEDIA GAMBAR

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia yang memiliki nilai-nilai luhur. Wayang tidak hanya secara artistik memiliki kualitas

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan dengan pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. Hari-hari di Rainnesthood..., Adhe Mila Herdiyanti, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Upaya Meningkatkan Nilai-Nilai Keagamaan Anak Usia D ini Melalui Metode Bernyanyi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dari generasi ke generasi yang semakin modern ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

05. MEMBUAT CERITA KOMIK. KOMIK 04 MEMBUAT CERITA KOMIK / Hal. 1

BAB I PENDAHULUAN. yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia 6 tahun sebelum

BAB I PENDAHULUAN. permainan modern seperti game on line dan play station. Dongeng dapat

BAB I PENDAHULUAN. Larasita Puji Daniar, 2014 Legenda Ciung Wanara Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia dini tumbuh dan berkembang lebih pesat dan fundamental pada awalawal

PENERAPAN TEKNIK BERCERITA DALAM MENENTUKAN UNSUR INTRINSIK DONGENG SISWA KELAS V SDN 1 SUWAWA KABUPATEN BONE BOLANGO

PEMBELAJARAN SASTRA ANAK MELALUI PEMAHAMAN CERITA FABEL

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. membiasakan peserta didik aktif dalam kegiatan berbahasa secara lisan.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan anak usia dini adalah jenjang pendidikan sebelum pendidikan dasar yang merupakan

Penggunaan Alat Peraga Boneka Wayang Untuk Meningkatkan Kemampuan Bercerita Pada Anak Kelompok B TK Aisyiyah 56 Baron Tahun Ajaran 2011/2012

METODE PENGENALAN BAHASA UNTUK ANAK USIA DINI*

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di

BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Berbicara Pengertian Kemampuan Berbicara

PEMBELAJARAN SASTRA YANG KONTEKSTUAL DENGAN MENGADOPSI CERITA RAKYAT AIR TERJUN SEDUDO DI KABUPATEN NGANJUK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Fungsi dan tujuan pembelajaran Bahasa Indonesia berdasarkan Kurikulum

MENULIS FIKSI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN EFEKTIF UNTUK SISWA SEKOLAH DASAR KELAS TINGGI. Nurmina 1*) ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan kehidupan yang diwarnai oleh sikap, latar belakang dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah pembinaan yang ditujukan kepada

BAB I PENDAHULUAN. (2001: 289), bercerita merupakan salah satu bentuk tugas kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

KEMAMPUAN BERCERITA SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 11 MUARO JAMBI TAHUN AJARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang paling awal atau pra sekolah. Pendidikan anak usia dini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penciptaan

BAB I PENDAHULUAN. dalam merangkai kata. Akan tetapi, dalam penerapannya banyak orang

PROGRAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SEKOLAH DASAR KELAS I SEMESTER 2

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibahas. Bahasa merupakan suatu alat komunikasi yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Hidup adalah pendidikan dan pendidikan adalah hidup (life is education,

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Masa anak usia dini disebut juga masa awal kanak-kanak yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Martinis Yamin dan Jamilah Sabri Sanan, Panduan PAUD Pendidikan Anak Usia Dini, Referensi Gaung Persada, Jakarta, 2013, Hlm.

MENU UTAMA UNSUR PROSA FIKSI PENGANTAR PROSA FIKSI MODERN

BAB I PENDAHULUAN. Secara etimologis kata kesusastraan berasal dari kata su dan sastra. Su berarti

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Transkripsi:

CAS CIS CUS METODE MENDONGENG PADA ANAK USIA DINI Dosen FKIP Universitas Muhammadiyah Ponorogo Sidik Nuryanto nuryantosidik@gmail.com ABSTRAK Mendongeng merupakan aktivitas yang sering dijumpai pada proses pembelajaran anak usia dini. Dongeng digunakan oleh pendidik atau guru dalam rangka sebagai hiburan dan penanaman nilai karakter. Seiring digunakannya dongeng dalam pembelajaran terkadang dijumpai beberapa masalah diantaranya dari pendidik maupun anak didik. Dari pendidik merasa kesulitan saat akan memulai cerita dan menutup cerita. Pada saat pelaksanaan inti mendongeng cerita yang disampaikan belum menarik perhatian anak untuk mendengarkannya. Masalah lain berasal dari anak didik yang sulit dikondisikan untuk mendengarkan cerita. Kebiasaan menebak alur cerita juga menjadi penghalang bagi pendidik, sehingga mendongeng dirasa mengalami kegagalan. Oleh karena itu perlu metode dongeng yang membantu bagi para pendidik untuk menerapkannya dan menarik perhatian anak. CAS CIS CUS merupakan metode mendongeng yang membagi tahapan mendongeng menjadi tiga bagian. Adapun tahapan tersebut yaitu CAS (Cipta Aksi Super) sebagai sarana untuk membuka dongeng dengan aksi yang menarik perhatian anak. CIS (Cipta Inspirasi Super) sebagai inti dari pelaksanaan dongeng yang didalamnya terdapat inspirasi atau nilai karakter. CUS (Cipta Usulan Super) sebagai penutup dongeng yang berisi usulan nilai karakter untuk diikuti anak. Kata kunci: CAS CIS CUS, mendongeng, anak usia dini Pendahuluan Bagi sebagian orang mungkin sewaktu kecil memiliki kebiasaan sebelum tidur mendengarkan cerita dari orangtua. Cerita tersebut berkisar tentang dunia hewan yang mengajarkan tentang nilai kebaikan dan keburukan. Tidak jarang juga mengisahkan tentang kerajaan pada zaman dahulu. Aktivitas bercerita tersebut dapat dinamakan sebagai mendongeng. Mendongeng berasal dari kata dasar dongeng dengan imbuhan me- yang artinya sebagai aktivitas mendongeng. Dongeng sendiri sebagai bagian dari cerita yang mengangkat tentang kisah fiktif atau tidak sebenarnya terjadi. Tradisi dongeng sudah membudaya sejak dahulu dan berlangsung secara turun temurun. Hal tersebut dapat dibuktikan dari cerita yang menjadi ciri khas dari dongeng cenderung mengalami kesamaan lintas generasi. Seperti halnya cerita tentang timun emas, kancil dan buaya, kancil dan monyet serta sejenisnya dari dahulu hingga sekarang ceritanya masih sama. Selain itu kelebihan dongeng dapat 76

mengemas cerita yang sengaja dibuat dengan tujuan yang diharapkan. Sebagai peluang bagi pendidik yang kreatif untuk menyesuaikan pesan moral dengan tujuan mendongeng Dongeng menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 363) mendefinisikan dongeng adalah cerita yang tidak benar-benar terjadi, terutama tentang kejadian zaman dulu yang aneh-aneh. Dongeng memang dahulu memuat cerita yang aneh dan terkadang tidak masuk akal. Namun istilah tersebut tidak bisa dijadikan dasar untuk mendefinisikan dongeng. Pada kenyataannya dongeng boleh mengangkat cerita yang kontemporer atau masa kini sesuai tujuan yang diharapkan. Bagian terpenting dari definisi tersebut adalah dongeng sebagai bagian dari cerita dengan alur cerita yang tidak nyata atau fiktif. Cerita disampaikan dengan bahasa sebagai pengantar dalam dongeng. Oleh wibowo (2013: 37) menjelaskan bahwa dongeng sebagai bentuk dari seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya, dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Selanjutnya tidak jarang dongeng saat ini mengalami perkembangan dengan tokoh yang beragam seperti dunia hewan, tumbuhan, kartun, manusia, dan sejenisnya. Seperti dengan pendapat Hana (2011: 14) yang menjelaskan bahwa dongeng berarti cerita 77 rekaan, tidak nyata, atau fiksi seperti fabel (binatang dan benda mati), sage (cerita petualangan), hikayat (cerita rakyat), legenda (asal usul), mythe (dewa dewi, peri, roh halus), epos (cerita besar seperti Mahabarata dan Ramayana) Triyanto (2007: 46) menjelaskan bahwa dongeng memiliki tujuan sebagai hiburan dan pendidikan karakter. Dimaksudkan sebagai hiburan karena dalam pelaksanaannya memunculkan aktivitas yang mengundang tawa dari penonton. Selain itu juga pendidikan moral atau karakter yang mana dongeng harus memiliki tujuan untuk menyampaikan nilai karakter yang baik. Maksusnya supaya anak dapat menirukan karakter yang baik dan meninggalkan karakter yang buruk. Dongeng sering digunakan pada proses pembelajaran dengan tujuan untuk memperbaiki moral anak. Salah satu tingkatan pendidikan yang relevan menggunakan dongeng adalah pendidikan anak usia dini (PAUD). Relevansi dongeng dengan anak usia dini karena mereka masih suka berimajinasi dalam menangkap nilai atau pesan moral. Dongeng juga strategi untuk menasehati anak tanpa merasa menggurui. Berbeda halnya jika pendidik memberikan petuah kepada anak dengan cara memerintah, mendekte maupun membentaknya. Kelebihan dongeng disukai anak karena dalam

mengajarkan tentang konsep nilai baik dan buruk, tidak disertai dengan keharusan untuk melakukannya berupa paksaan, namun anak diberi kesempatan berpikir. Mereka akan berpikir jika melakukan kebaikan akan berdampak pada kebaikan pula begitu juga dengan sebaliknya. Hal itulah yang kemudian menjadi daya tarik bagi anak untuk mengikuti jejak dari tokoh dalam dongeng yang baik. Penggunaan dongeng dalam pembelajaran anak usia dini terkadang juga menemui beberapa kendala. Masalah dapat berasal dari pendidik, pendengar, maupun lingkungan. Dari pendidik masalah yang muncul pada saat membuka, isi, dan menutup dongeng. Pada saat membuka pendidik merasa kesulitan untuk mengkondisikan anak supaya fokus dalam menerima materi dongeng. Mereka tidak memiliki strategi yang unik dan baru untuk mengajak anak memusatkan perhatian kepada pendidik. Pada saat penyampaian isi cerita kelemahan dari pendidik adalah kelupaan dengan materi, alur cerita bisa ditebak anak, serta kurangnya media yang mendukung. Adapun pada saat penutupan dongeng, para pendidik kelupaan untuk mengambil kesimpulan dari cerita. Mereka tidak melibatkan anak dalam mengambil kesimpulan yang berupa pesan moral. Masalah yang paling fatal adalah tidak mengajak anak untuk meniru pesan moral 78 yang terkandung dalam cerita, dan kebanyakan unsur hiburan. Beragam kendala yang dialami pendidik saat mendongeng berdampak pada anak didik. Hal tersebut dapat terlihat dari aktivitas anak saat didongengin gurunya tidak memperhatikan dan cenderung bermian dengan temannya. Anak juga kurang menghargai pendidik jika saat mendongeng, para pendidik terlalu banyak bahan candaan. Wibawa pendidik ibarat tidak dihargai oleh anakanak. Kemudian minimnya penggunaan media dongeng membuat anak didik kesulitan dalam mengkongritkan pemahamannya tentang tokoh atau adegan dalam dongeng. Mencermati beragam masalah yang muncul saat pelaksanaan mendongeng maka perlu dicarikan alternatif solusinya. Solusi yang ditawarkan kepada pendidik terkait penggunaan metode dalam mendongeng yang dapat menarik perhatian anak dan dapat memberikan pesan positif bagi mereka. Kaitannya dengan solusi saat mendongeng, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pendidik. Seperti yang disampaikan Agus (2009:117) yaitu (1) memastikan diri sehat, (2) menciptakan emosi yang nyaman dan tenang, (3) menyiapkan cerita yang mengandung pesan moral dan terhindar dari sara (berkaitan dengan masalah suku, agama,

ras dan antar golongan). Beliau juga menambahkan tentang hal-hal yang perlu diperhatikan saat mendongeng yaitu, (1) menggunakan kosakata atau kalimat sederhana yang mudah dimengerti audience (2) tidak menyinggung perasaan audience, (3) menciptakan suasana yang nyaman, rileks dan tidak kaku. Metode mendongeng yang inovatif diperlukan sebagai terobosan untuk membantu pendidik dalam mendongeng. Metode dongeng baru dengan panduan pelaksanaan yang tidak mempersulit bagi pendidik dalam menerapkannnya kepada anak didik. Salah satu metode mendongeng yang dapat digunakan CAS CIS CUS. Mendongeng CAS CIS CUS sebagai bagian dari teknik mendongeng yang memberikan kemudahan bagi guru dalam pelaksanaannya. Nasyir (2014) menjelaskan bahwa CAS (Cipta Aksi Super) sebagai langkah untuk menarik perhatian dengan berbagai atraksi yang menarik. CIS (Cipta Inspirasi Super) sebagai inti dari mendongeng yang dalam cerita termuat pesan moral tersebut. CUS (Cipta Usulan Super) sebagai penutup dongeng dengan mengambil nilai karakter diusulkan untuk dilakukan oleh pendengar. Pembahasan Dongeng Dalam kehidupan manusia istilah cerita merupakan kata yang tidak asing didengar. Setiap perkembangan manusia pernah menjumpai dengan cerita. Pada waktu berjumpa dengan sesama manusia sering mendapatkan atau mendengarkan cerita. Lebowitz dan Klug (2011: 1) menjelaskan Since the dawn of time, people have been telling stories. What started out as retellings of hunts and tales of their ancestors soon expanded, bringing forth myths and legends. Dahulu ketika waktu kecil, sebelum tidur anak selalu mendengarkan cerita yang dibawakan oleh orangtuanya. Cerita raja yang sabar, monyet yang cerdik, putri yang beruntung sebagai contohnya. Dalam pembelajaran di kelaspun sering mendengarkan cerita pahlawan yang berjuang untuk memperjuangkan kemerdekaan. Dari beberapa ilustrasi tersebut memberikan contoh tentang beragam jenis cerita. Cerita sebagai bentuk dari seni kreatif yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya, dengan menggunakan bahasa sebagai mediumnya (Wibowo, 2013: 37). Sehubungan dengan hal tersebut Majid (2013: 8) menambahkan bahwa dalam cerita terdapat ide, tujuan, imajinasi, bahasa, dan gaya bahasa. Berbagai cerita 79

yang tersebar di lapisan masyarakat dari dahulu hingga sekarang menunjukkan bahwa masyarakat memiliki cerita yang disampaikan secara turun temurun. Dongeng sebagai contoh cerita yang sampai saat ini masih berkembang. Dongeng dapat diartikan sebagai salah satu seni dalam bercerita. Keberadaannya memberi kemudahan dalam penyampaian informasi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 363) mendesinisikan dongeng adalah cerita yang tidak benarbenar terjadi, terutama tentang kejadian zaman dulu yang aneh-aneh. Sependapat dengan yang diungkapkan Danandjaja (1994: 83) yang mendefinisikan dongeng sebagai cerita pendek kolektif kesusastraan lisan yang tidak dianggap benar benar terjadi. Dalam memaknai dongeng tidak hanya menekankan pada cerita yang bersifat fiksi, namun ada hal yang lebih penting yaitu tentang fungsi dongeng itu sendiri. Lebowitz dan Klug (2011: 1) menjelaskan bahwa Some stories sought to teach, others to warn. Some attempted to solve the great mysteries of the world; others strove purely to entertain. Mengamati pendapat tersebut, beberapa cerita untuk pendidikan dan peringatan. Mencoba memecahkan misteri yang besar dari dunia, selain itu juga sebagai hiburan. Triyanto (2007: 46) yang menjelaskan 80 dongeng sebagai cerita fantasi sederhana yang tidak benar-benar terjadi berfungsi untuk hiburan dan menyampaikan ajaran moral (mendidik). Dongeng dikatakan hiburan karena bagi yang mendengarkannya akan tertawa dan merasa senang. Mereka merasa terhibur karena biasanya para pendongeng menyelipkan lelucon disertai penggunaan bahasa secara simbolik dalam menggambarkan peristiwa atau kejadian (Richelle, M,. 2010). Pendidikan moral sebagai unsur yang tidak kalah pentingnya dengan hiburan dalam mendongeng. Melalui dongeng dapat menumbuhkan dan menanamkan nilai kebaikan seperti kejujuran, kesabaran, dan kedisiplinan. Anak-anak lebih mudah menyerap nilai dari dongeng tanpa merasa diperintah. Peran tokoh yang baik dalam dongeng diharapkan dapat menjadi panutan bagi anak. Sehubungan dengan hal tersebut Jackman (2001: 102) menambahkan bahwa A story is one of the means by which children make sense of their world and organize events, experiences, and facts. Menanggapi tentang esensi dari dongeng, Bimo (2013: 19) memberikan penegasan bahwa mendongeng, bukan semata mata untuk menghibur saja atau membanyol di hadapan anak. Jika terjadi

yang demikian maka yang terjadi adalah penyisipan (interpolasi) yang berlebihan dan keluar dari konteks pendidikan. Dongeng seharusnya lebih merupakan upaya penanaman karakter dan budi luhur yang kokoh supaya terus hidup dalam jiwa anak. Maka dari itu, saat ini banyak dongeng yang dikemas adalah bukan hanya cerita fiksi atau khayal, namun juga ada sejarah orang yang berhasil. Upaya tersebut dilakukan untuk mencapai esensi dari dongeng tentang penanaman nilai luhur. Pentingnya dongeng sebagai sebuah metode yang efektif untuk membangun watak atau akhlak, karena anak mendapatkan banyak pengetahuan dan menyerap banyak nilai tanpa merasa diceramahi. Contoh lain dari pentingnya dongeng adalah untuk memperkenalkan bahasa kepada anak. Kosakata yang membentuk kalimat dalam dongeng diserap oleh anak dengan sendirinya (Majid, 2013: 62). Keberadaan dongeng sangat akrab dengan dunia anak-anak. Mengingat masa kecil masih sering berimajinasi lewat cerita yang disampaikan. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa dongeng dalam penelitian ini adalah seni dalam karya sastra yang berisi cerita khayal, dan juga bisa cerita nyata yang berfungsi untuk pendidikan dan menanamkan nilai karakter 81 Dongeng CAS CIS CUS Teknik mendongeng saat ini banyak bermunculan yang tujuannya untuk memberi kemudahan bagi para guru, orangtua, maupun orang-orang yang ingin bercerita kepada anaknya. CAS CIS CUS adalah sebuah teknik mendongeng yang membagi tahapan mendongeng menjadi tiga bagian yaitu CAS (cipta Aksi Super), CIS (Cipta Inspirasi Super), dan CUS (Cipta Usulan Super). Nasyir (2014) menyampaikan bahwa CAS sebagai sarana untuk membuka dongeng dengan aksi yang menarik perhatian anak. CIS sebagai inti dari pelaksanaan dongeng yang didalamnya terdapat inspirasi atau nilai karakter. CUS sebagai penutup dongeng yang berisi usulan nilai karakter untuk diikuti anak. CAS dilaksanakan pada awal pembukaan dongeng. Memunculkan aksiaksi yang dapat menarik perhatian anak untuk mengikuti kegiatan mendongeng. Memfokuskan perhatian anak supaya perhatiannya tertujua pada pendongeng. Aksi ini menuntut kreativitas dari pendongeng untuk dapat membuat mereka tertawa terlebih dahulu. Mereka dibuat senang dengan atraksi yang kita tampilkan. Jika mereka diawal sudah senang dengan pendongeng, maka akan memberikan kemudahan dalam menyampaikan nilai dalam inti cerita. Adapun contoh aksi yang

dapat dilakukan pada pembukaan ini diantaranya pernyataan kesiapan, potongan cerita / adegan emosional, visualisasi tokoh, setting tempat, setting waktu, musik & nyanyian, suara tak lazim, dan gerakan lucu/ pantomin. CIS sebagai bagain inti dari mendongeng yang didalamnya terdapat cerita dan pesan moral. Pada bagian ini sudah memasuki tahapan yang serius, karena anak disuguhkan cerita dan mereka berimajinasi. Alur cerita biasanya mengangkat tema moral yang baik dengan dampak yang baik pula. Begitu juga sebaliknya tema nilai yang buruk dengan dampak buruk pula bagi pelakunya. Anak diharapkan dapat berpikir saat mereka mendengarkan alur cerita. Berpikir untuk dapat mengikuti tokoh yang memilki karakter yang baik. Adapun cara inspirasi super ini dapat dilakukan dengan berbagai kegiatan diantaranya ekspresi wajah, gesture tubuh, blocking posisi, intonasi suara, variasi suara dan media pendukung. CUS adalah bagian penutup dari kegiatan mendongeng yang bertujuan untuk mengajak pendengar mengikuti pesan moral yang baik. Pesan moral yang diterima oleh anak saat kegiatan inti, diperkuat oleh pendongeng untuk dapat diikuti. Kegiatan inti sebagai bagian yang penting mengingat tujuan akhir dari mendongeng ini harus dapat tercapai 82 dengan cara menguatkan anak untuk dapat mengikutinya. Adapun cara yang digunakan saat penutupan diantaranya tanya jawab materi, beri kesempatan bertanya, doa, renungan khusus, janji berubah, nyanyian / lagu relevan, hafalan surat pendek, ikrar pro kontra, gambar adegan, dan aku punya pengalaman mirip. Dongeng CAS CIS CUS pada anak usia dini Dongeng sangat tepat digunakan dalam proses pembelajaran pada anak usia dini. Memaknai dongeng yang berfungsi sebagai hiburan dan pendidikan karakter, dapat digunakan untuk merangsang atau menstimulasi perkembangan anak usia dini. Anak usia dini adalah mereka yang berada pada rentang usia sejak lahir hingga enam tahun. Hal ini dipekuat oleh Undangundang Sistem Pendidikan Nasional tahun 2003 bahwa anak usia dini adalah mereka yang berusia sejak lahir sampai 6 tahun. Pada usia yang demikian mereka mendapatkan rangsangan pendidikan untuk pertumbuhan dan perkembangannya. Pendidikan anak usia dini (early childhood education) sebagai wadah yang menaungi anak usia dini. Mereka mendapatkan pendidikan, pembinaan dan pengasuhan untuk mengoptimalkan potensinya. Undang-undang Nomor 20

Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 angka 14 menyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Dongeng CAS CIS CUS merupakan pengembangan dari strategi mendongeng yang cukup membantu bagi para pendidik dan anak didik. Pendidik memetik keuntungan dengan kemudahan dalam hal pengelolaan kegiatan mendongeng karena sudah diurutkan mulai dari pembukaan, inti dan penutup. Keuntungan dari anak didik adalah benar benar menikmati fungsi dari dongeng itu sendiri yaitu hiburan dan pendidikan karakter. Kesimpulan Metode mendongeng CAS CIS CUS merupakan metode mendongeng yang membagi tahapan mendongeng menjadi tiga bagian. Adapun tahapan tersebut yaitu CAS (Cipta Aksi Super) sebagai sarana untuk membuka dongeng dengan aksi yang menarik perhatian anak. CIS (Cipta Inspirasi Super) sebagai inti dari 83 pelaksanaan dongeng yang didalamnya terdapat inspirasi atau nilai karakter. CUS (Cipta Usulan Super) sebagai penutup dongeng yang berisi usulan nilai karakter untuk diikuti anak. Dengan metode CAS CIS CUS memberikan manfaat bagi para pendidik dan anak didik. Keuntungan dengan kemudahan bagi pendidik dalam hal pengelolaan kegiatan mendongeng karena sudah diurutkan mulai dari pembukaan, inti dan penutup. Keuntungan dari anak didik adalah benar benar menikmati fungsi dari dongeng itu sendiri yaitu hiburan dan pendidikan karakter Daftar Pustaka Agus, D.S. 2009. Tips jitu mendongeng. Yogyakarta: Kanisius Bimo. (2011). Mahir Mendongeng. Yogyakarta: Pro-u Media Hana. 2011. Terapi kecerdasan anak dengan dongeng. Yogyakarta: Berlian Media. Jackman, H. L (2001). Early education curriculum: a child s connection to the world. Delmar: Thomson Learning.. Kementrian Pendidikan Nasional (2008). Kamus besar bahasa indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa Depertemen Pendidikan Nasional

Lebowitz, J & Klug, C. (2011). Interactive storytelling for video games a player centered approach to creating memorable characters and stories. Katonah: Fokal Press. Majid, A. Z. (2001). Mendidik dengan cerita. Bandung: Remaja Rosdakarya Danandjaja, J. (1994). Folklor Indonesia ilmu, gosip, dongeng, dan lain-lain. Jakarta: Grafitipers. Nasyir, M (2014). CAS CIS CUS siapapun bisa mendongeng. Surakarta: Solopos grafika Republik Indonesia (2003). Undangundang RI nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional Richelle, M. (2010). In the presence of each other: A pedagogy of storytelling alberta Journal of Educational Research Vol. 56 No.2 Triyanto. (2007). Pembahasan tuntas kompetesi bahasa indonesia untuk SMP dan MTs kelas VII. Jakarta: Esis. Wibowo, A. (2013). Pendidikan karakter berbasis sastra. Yogyakarta. Pustaka Pelajar 84