PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA DAN DAERAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEGURUAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010

dokumen-dokumen yang mirip
PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN APRESIASI CERPEN DENGAN MEDIA AUDIO PADA SISWA KELAS IX SMP NEGERI 3 JATIPURO KARANGANYAR TAHUN AJARAN 2008/ 2009

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA GAMBAR BERSERI PADA SISWA KELAS X SMA AL-ISLAM 3 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2009/2010

I. PENDAHULUAN. Keterampilan berbahasa mencakup empat komponen, yaitu menyimak/

BAB I PENDAHULUAN. berbicara, membaca dan menulis. Menulis merupakan kegiatan yang produktif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1. Disusun oleh: Ajeng Wulandari A

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI DENGAN MEDIA GAMBAR PADA SISWA KELAS V SDN SAWOJAJAR V KOTA MALANG

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai pengetahuan tentang kode bahasa, kode budaya dan kode sastra.

BAB I PENDAHULUAN. lebih efektif, dinamis, efisien, dan positif, yang ditandai dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. hanya berlaku di dalam masyarakat saja, namun dalam suatu negara juga akan

SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana Pendidikan. Oleh: L A S M I N I A

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. diperhatikan ketat sejak di Hollandsch Inlandsche Scholl (HIS) dan Meer

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam bidang pendidikan di sekolah peranan seorang guru sangat

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan ketrampilan dalam mengatasi masalah-masalah yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran sastra merupakan pembelajaran yang dapat memperkaya

BAB I PENDAHULUAN. kepribadiannya sesuai dengan nilai nilai di dalam masyarakat dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan anak usia dini merupakan program pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. dan bahasa persatuan bangsa Indonesia. Sebagai bahasa negara, BI dapat

BAB I PENDAHULUAN. dan gaya penulisan. Menulis merupakan suatu kemampuan berbahasa yang

kemanusiaan, nilai-nilai pendidikan, nilai-nilai kebudayaan dan meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan kehidupan yang diwarnai oleh sikap, latar belakang dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengembangan sumber daya manusia merupakan faktor kunci

BAB 1 PENDAHULUAN. dikenal dengan istilah dulce at utile. Menyenangkan dapat dikaitkan dengan aspek hiburan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa sangat berperan dalam kehidupan manusia sebagai alat

PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA MELALUI METODE DISCOVERY-INQUIRY PADA SISWA KELAS VII SMP N 5 SUKOHARJO SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Dalam situasi masyarakat yang selalu berubah, idealnya pendidikan tidak

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi pada fisik maupun non-fisik, merupakan

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS X-2 SMA PGRI 1 KARANGMALANG SRAGEN TAHUN AJARAN 2009/2010.

PENINGKATAN KUALITAS PEMBELAJARAN MENULIS CERITA PENDEK DENGAN MODEL PEMBELAJARAN MIND MAPPING

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi tidak langsung berupa kegiatan menulis dan membaca.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dunia yang dapat hidup tanpa berkomunikasi. Apalagi di zaman modern ini ketika

BAB I PENDAHULUAN. Anak pada zaman sekarang umumnya lebih banyak menghabiskan waktu

2015 PENGGUNAAN MEDIA GAMBAR SERI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA SEKOLAH DASAR

I. PENDAHULUAN. Sastra merupakan cabang dari seni yang menjadikan bahasa sebagai mediumnya.

Bahasa Indonesia merupakan salah satu hasil kebudayaan yang harus. dipelajari dan diajarkan. Pengajaran bahasa Indonesia pada hakikatnya merupakan

BAB I PENDAHULUAN. yang termasuk dalam aspek kebudayaan, sudah dapat dirasakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. proses belajar mengajar yang berlangsung di sekolah. Hal ini dikarenakan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Kejuruan

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan materi agar pembelajaran berlangsung menyenangkan. Pada saat

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam seluruh proses pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 2008:73). Pada jaman dahulu dongeng disampaikan secara lisan sebelum

BAB I PENDAHULUAN. dan norma-norma yang diakui. Dalam pernyataan tadi tersurat dan

KIRNILAI MORAL DALAM NOVEL PELANGI DI ATAS CINTA KARYA CHAERUL AL-ATTAR DAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN DI KELAS XI SMA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia kaya dengan keberagaman, yang masing-masing

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. sekolah. Dalam kegiatan ini, seorang penulis harus terampil memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan dengan sikap terbuka dari masing-masing individu. Dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam merangkai kata. Akan tetapi, dalam penerapannya banyak orang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Peran pemerintah dalam mencapai tujuan pendidikan Nasional adalah. diharapkan dapat memberikan perhatian secara langsung terhadap

BAB I PENDAHULUAN. seseorang maka semakin besar kesempatan untuk meraih sukses hidup di

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kemampuan yang dimiliki anak. Dalam hal ini, guru sangat

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Hal ini sesuai dengan UU No 20 Tahun 2003 tentang Sistem. yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Penyimpangan sosial di kalangan pelajar, terutama yang berada di jenjang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki pendidikan dan kemampuan yang baik. Dengan pendidikan maka

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan pada pembelajaran sastra saat ini. Kondisi itu menyebabkan hasil belajar

berbahasa pada mata pelajaran Bahasa Indonesia di SD diarahkan untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi secara lisan maupun tulisan

BAB I PENDAHULUAN. berbicara, membaca, dan menulis. keempat keterampilan tersebut memegang

BAB V PENUTUP. memberikan bimbingan atau pertolongan yang diberikan dengan sengaja oleh

I. PENDAHULUAN. berbudi pekerti, dan takwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa. penentu kebijakan. Upaya peningkatan mutu pendidikan ini ditujukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik untuk berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN PUISI DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (STUDI KASUS DI SMP NEGERI 2 BAKI, SUKOHARJO) Skripsi

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum berbasis kompetensi (Competency Based Curriculum) Pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi (Kurikulum 2004) sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi di tengah-tengah pergaulan dan interaksi sosial. Melalui penguasaan

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan anak-anak supaya memiliki visi dan masa depan sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dilalui setiap individu dalam setiap jenjang pendidikan mereka.

BAB 1 PENDAHULUAN. pada ketrampilan reseptif dan ketrampilan produktif. Ketrampilan

BAB 1 PENDAHULUAN. pada jiwa pembaca. Karya sastra merupakan hasil dialog manusia dengan

BAB I PENDAHULUAN. Retno Friethasari, 2015 PENERAPAN METODE STORY TELLING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. ekspresi, maka karya sastra sangat banyak mengandung unsur kemanusiaan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. baik itu puisi maupun prosa (cerita pendek dan novel). Pemilihan sumber bacaan

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas. Menurut UU tentang Sisdiknas No. 20 tahun 2003: terhadap manusia menuju ke arah yang lebih baik.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB I PENDAHULUAN. yang menjadi tujuan pembelajaran bahasa Indonesia yang tercantum dalam. budaya dan intelektual manusia Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk

MENDONGENG DI SEKOLAH Oleh: Eko Santosa

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sastra disekolah. Salah satu tujuan pelajaran bahasa Indonesia di

BAB I PENDAHULUAN. dalam menggambarkan kehidupan baik kehidupan dari diri pengarang

BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

1 PENINGKATAN PEMBELAJARAN APRESIASI DONGENG DENGAN MEDIA VISUAL MANIPULATIF BONEKA PADA SISWA KELAS VII SMP MUHAMMADIYAH 1 GATAK, SUKOHARJO Tahun Ajar 2009 / 2010 SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat S-1 Oleh: RAWITTRI CENDANA A310060035 PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA DAN DAERAH FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU KEGURUAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010

2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi perkembangan seorang individu. Perkembangan individu yang terarah, terbina, dan berkembang dengan baik dapat turut menentukan kemajuan bangsa dan negara. Ki Hajar Dewantara (dalam Ahmadi,2001: 69) menyatakan bahwa mendidik adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggitingginya. Oleh karena itu, salah satu tujuan dari pendidikan adalah menyediakan lingkungan yang memungkinkan anak didik untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya secara optimal sehingga ia dapat mewujudkan dirinya dan fungsinya sesuai dengan kebutuhan pribadi dan kebutuhan masyarakat. Mata pelajaran Bahasa Indonesia memiliki peranan penting dalam pendidikan. Pelajaran Bahasa Indonesia tidak hanya mengajar anak didik mengenai kosa kata semata, melainkan juga mengajarkan budi pekerti ditambah lagi dengan adanya pengajaran sastra yang mengajarkan kebudayaan dan kepekaan perasaan. Oleh karenanya, keseimbangan dalam pengajarannya adalah sebuah keharusan. 1

3 Rahmanto ( 2007: 15 ) menyatakan bahwa pengajaran sastra dilakukan dengan cara yang tepat, maka pengajaran sastra dapat juga memberikan sumbangan yang besar untuk memecahkan masalah-masalah nyata yang cukup sulit untuk dipecahkan di dalam masyarakat. Karena dengan sastra dapat menciptakan individu-individu yang lebih berkepribadian dan lebih cerdas. Hal ini disebabkan oleh adanya empat cakupan dalam pengajaran sastra yaitu membantu keterampilan berbahasa, meningkatkan pengetahuan budaya, mengembangkan cipta dan rasa, dan menunjang pembentukan watak. Salah satu karya sastra adalah prosa lama. Dongeng termasuk ke dalam jenis prosa lama yang disampaikan dalam kompetensi dasar di SMP. Dengan indikator siswa mampu menemukan ide-ide menarik dalam dongeng, mampu merangkai ide-ide menarik menjadi hal-hal menarik dari dongeng, mampu menemukan isi di dalam dongeng, dan mampu merelevansikan isi dongeng dengan situasi sekarang. Melalui indikator-indikator tersebut berarti siswa dituntut untuk dapat meresepsi kegiatan pengajaran dongeng. Poerwadarminto (dalam Handajani, 2008: 13) menyatakan bahwa dongeng merupakan cerita tentang kejadian zaman dahulu yang aneh-aneh atau cerita yang tak terjadi. Dongeng diceritakan terutama untuk hiburan walaupun banyak juga melukiskan tentang kebenaran, berisikan pelajaran (moral), bahkan sindiran. Pengisahan dongeng mengandung harapan-harapan, keinginan-keinginan, dan nasihat baik yang tersirat maupun tersurat. Handajani (2008: 14) mengemukakan bahwa dongeng dikemas dengan perpaduan antara unsur hiburan dengan unsur pendidikan. Unsur

4 hiburan dalam dongeng dapat ditemukan pada penggunaan kosa kata yang bersifat lucu, sifat tokoh yang jenaka, dan penggambaran pengalaman tokoh yang jenaka, sedangkan dongeng memiliki unsur pendidikan ketika dongeng tersebut mengenalkan dan mengajarkan kepada anak mengenai berbagai nilai luhur, pengalaman spiritual, petualangan intelektual, dan masalah-masalah sosial di masyarakat. Woolfson ( dalam Puspita: 2009) menyatakan hasil riset menunjukkan bahwa dongeng merupakan aktivitas tradisional yang jitu bagi proses belajar dan melatih aspek emosional dalam kehidupan anak-anak. Sebab ketika seseorang masih kanak-kanak, keadaan psikologisnya masih mudah dibentuk dan dipengaruhi. Oleh sebab itu ketika faktor yang memengaruhi adalah hal yang positif maka emosi anak akan positif juga. Dongeng berpotensi memberikan sumbangsih besar bagi anak sebagai manusia yang memiliki jati diri yang jelas, jati diri anak ditempa melalui lingkungan yang diusahakan secara sadar dan tidak sadar. Dongeng dapat digunakan sebagai sarana mewariskan nilai-nilai luhur kepribadian, secara umum dongeng dapat membantu anak menjalani masa tumbuh kembangnya. Anak-anak dapat memahami pola drama kehidupan melalui tokoh dongeng. Melalui dongeng, anak-anak akan terlibat dalam alur cerita dongeng dalam hal ini anak-anak menumbuhkembangkan intelektualitasnya. Dongeng mampu membawa anak melanglangbuana, memasuki dunia fantasi, menyeret mereka ke dunia antah-berantah dan membayangkan berbagai

5 kehidupan lain yang tidak ada di dekat mereka, dalam hal ini dapat menumbuhkan dan menggerakkan daya ciptanya (Thobroni, 2008: 6-8). Puspita (2009) menyatakan terdapat empat manfaat dari dongeng, yaitu (1) Dongeng dapat mengasah imajinasi dan daya pikir anak. Ketika berhadapan dengan dongeng, anak akan memvisualisasikan cerita tersebut sesuai dengan imajinasinya. (2) Dongeng dapat mempererat ikatan komunikasi antara pendongeng dan audiens. (3) Dongeng merupakan media efektif untuk menanamkan berbagai nilai dan etika. (4) Dongeng dapat membantu menambah perbendaharaan kata pada anak. Dari paparan tersebut dapat ditarik simpulan bahwa kemunculan dongeng, selain berfungsi memberikan hiburan juga sebagai sarana untuk mewariskan nilai-nilai yang diyakini kebenarannya oleh masyarakat. Karena memiliki misi tersebut, dongeng mengandung ajaran moral. Berlatar dari persepsi tersebut, guru mata pelajaran Bahasa Indonesia sebaiknya mempertimbangkan kualitas pembelajaran dongeng sebagai suatu bentuk apresiasi sastra anak didik serta sebagai jembatan pembangunan moral. Di dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SKKD) kelas VII, pembelajaran dongeng hanya diajarkan dalam satu Standar Kompetensi, yaitu kompetensi pada aspek mendengarkan dan dua Kompetensi Dasar yaitu (1) menemukan hal-hal menarik dari dongeng yang diperdengarkan, dan (2) menunjukkan relevansi isi dongeng yang diperdengarkan dengan situasi sekarang. Dengan demikian yang dapat diambil

6 adalah minimnya pengajaran dongeng pada anak didik berakibat anak didik kurang dapat memberikan apresiasinya dengan lebih mendalam. Dalam penelitian ini ditetapkan pada satu Kompetensi Dasar yaitu menunjukkan relevansi isi dongeng dengan situasi sekarang dengan indikator pencapaian kompetensi (1) mampu menemukan isi dongeng yang diperdengarkan, dan (2) mampu merelevansi isi dongeng dengan situasi sekarang. Tujuan pembelajaran yang dicapai adalah (1) siswa mampu menemukan isi dongeng yang diperdengarkan, dan (2) siswa mampu merelevansi isi dongeng dengan situasi sekarang. Pelaksanaanya, pembelajaran apresiasi dongeng ini masih dijumpai kesulitan yang terlihat dari aktivitas siswa merasa jenuh, yang tidak memperhatikan cenderung meremehkan pembelajaran yang berlangsung serta terlihat dari hasil pembelajaran berupa nilai siswa yang tidak mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Kenyataan tersebut terjadi pada siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 1 Gatak. Kesulitan mengapresiasi dongeng disebabkan oleh media yang tidak bervariatif. Biasanya pengajaran dongeng dilakukan dengan metode ceramah, membacakan teks dongeng secara langsung atau hanya menugaskan anak didik untuk membaca teks dongeng secara mandiri. Keadaan ini membuat anak didik merasa jenuh dan terkesan meremehkan. Dari hasil observasi awal, peneliti melihat pada pembelajaran apresiasi dongeng tidak mendapatkan respon yang baik dari anak didik, antusiasme anak didik rendah karena anak didik lebih tertarik untuk berbicara

7 sendiri, bahkan ada yang berlari-larian di dalam kelas. Adapun hasil observasi awal yang peneliti lakukan adalah sebagai berikut. 1. Keaktifan siswa dalam pembelajaran apresiasi dongeng rendah Pembelajaran apresiasi dongeng yang dilaksanakan dengan model ceramah dengan guru selalu berada di depan kelas berdampak pada respon siswa dalam hal keaktifan, hal ini disampaikan oleh guru pada saat wawancara obsevasi awal atau pretes. 2. Perhatian dan konsentari siswa dalam pembelajaran apresiasi dongeng rendah Berdasarkan hasil wawancara antara peneliti dengan guru diperoleh data bahwa perhatian dan konsentrasi siswa masih sangat kurang bahkan ada beberapa siswa yang tidur di kelas. 3. Minat siswa dalam pembelajaran apresiasi dongeng rendah Minat siswa dalam pembelajaran apresiasi dongeng dengan model pembelajaran konvensional cenderung pada keinginan untuk sekedar mendengarkan dongeng yang dibacakan oleh guru bukan minat untuk mengapresiasi dongeng tersebut. Guru juga menambahkan bahwa pada menit pertama kegiatan pembelajaran siswa terlihat antusias namun lama kelamaan siswa terlihat jenuh pada kegiatan pembelajaran. 4. Hasil pembelajaran apresiasi dongeng rendah Dari hasil wawancara dengan guru diperoleh data bahwa hasil pembelajaran apresiasi dongeng yang selama ini telah dilakukan

8 menunjukkan rendahnya nilai siswa. Hasil pembelajaran apresiasi dongeng dapat dilihat dari ketuntasan belajar yang diraih siswa. Menyikapi permasalahan kurangnya keantusiasan, kurangnya perhatian, adanya rasa jenuh, kesan meremehkan siswa, dan rendahnya hasil pembelajaran dongeng diperlukan satu media yang dapat membantu siswa dalam pembelajaran apresiasi dongeng. Media tersebut harus sesuai dengan kebutuhan siswa, relevan dengan materi pelajaran dan juga mempertimbangkan faktor ketersediaan alat. Pemanfaatan media belajar yang relevan dengan materi belajar akan memberikan pengalaman belajar yang sangat dibutuhkan siswa dalam mengkonstruksi sebuah pengalaman. Bertolak dari permasalahan tersebut, guru dalam pembelajaran apresiasi dongeng perlu memanfaatkan media yang sesuai agar dapat memacu kreativitas dan antusiasme anak didik dalam mengikuti kegiatan belajar. Arsyad (2009: 15) menyatakan bahwa dalam suatu proses belajar mengajar, dua unsur yang amat penting adalah metode mengajar dan media pembelajaran. Guru harus dapat memilih media yang sesuai dengan materi pelajaran. Sedangkan menurut Hamalik (dalam Arsyad, 2009: 15) pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap anak didik. Untuk mengatasi masalah kurangnya keantusiasan, kurangnya perhatian, adanya rasa jenuh, kesan meremehkan, dan rendahnya hasil

9 pembelajaran apresiasi dongeng pada siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 1 Gatak tersebut, penelitian ini menerapkan tindakan dalam pembelajaran apresiasi dongeng dengan media visual manipulatif yang berupa boneka. Diharapkan pembelajaran apresiasi dongeng dengan menggunakan media visual manipulatif boneka di kelas dapat membawa manfaat positif dalam pendidikan, karena dengan media ini anak didik dapat melihat secara langsung tokoh-tokoh dalam dongeng sehingga lebih mudah dan lebih menarik dalam mengaktualisasikan isi dongeng. Media visual bararti media atau alat pembelajaran yang dapat diaktualisasikan dengan indera penglihatan. Media manipulatif adalah bagian dari media pembelajaran yang berupa alat. Kelly (dalam Lidinillah: 2009) menyatakan bahwa alat peraga manipulatif tidak lebih berupa benda-benda, alat-alat, model atau mesin yang dapat digunakan untuk membantu proses pemecahan masalah yang berkaitan dengan suatu konsep. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, dapat ditentukan rumusan masalah sebagai berikut. 1. Apakah dengan menggunakan media visual manipulatif boneka dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran apresiasi dongeng pada siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 1 Gatak, Sukoharjo? 2. Apakah dengan menggunakan media visual manipulatif boneka dapat meningkatkan kualitas hasil pembelajaran apresiasi dongeng pada siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 1 Gatak, Sukoharjo?

10 C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah 1. meningkatkan kualitas proses pembelajaran apresiasi dongeng dengan media visual manipulatif boneka pada siswa kelas VII SMP Muhammadiyah 1 Gatak, Sukoharjo, 2. meningkatkan kualitas hasil pembelajaran apresiasi dongeng dengan media visual manipulatif boneka pada siswa kelassvii SMP Muhammadiyah 1 Gatak, Sukoharjo. D. Indikator Keberhasilan Pembelajaran apresiasi dongeng yang dilaksanakan selama ini di SMP Muhammadiyah 1 Gatak dilakukan dengan cara yang konvensional, yaitu guru membacakan teks dongeng di depan kelas. Dengan model pembelajaran yang demikian itu ditemukan bahwa siswa merasa jenuh dan cenderung meremehkan. Keadaan yang demikian itu berdampak pada proses dan hasil apresiasi siswa yang tidak berhasil. Kondisi nyata di kelas adalah sikap unresponsible siswa terhadap dongeng yang dibacakan dan siswa tidak mampu mengerjakan tes yang diberikanoleh guru. Jika kondisi tersebut dibiarkan terus- menerus, ketertarikan siswa terhadap dongeng akan semakin berkurang sehingga mengancam eksistensi dongeng itu sendiri. Oleh sebab, itu dalam penelitian ini ditawarkan cara pembelajaran apresiasi dongeng menggunakan media visual manipulatif boneka dengan harapan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran apresiasi dongeng baik dari segi kualitas proses maupun segi kualitas hasilnya.

11 Keberhasilan penelitian ini dikatakan tercapai dari segi kualitas proses apabila siswa aktif dalam pembelajaran, siswa memiliki perhatian, konsentrasi, minat, dan motivasi yang tinggi terhadap pembelajaran, sedangkan dari segi kualitas hasil apabila siswa memenuhi indikator mampu menemukan tema dongeng yang diperdengarkan, siswa mampu menemukan isi dongeng yang diperdengarkan, siswa mampu merelevansi isi dongeng dengan situasi sekarang, siswa mampu menemukan pesan dalam dongeng yang diperdengarkan, dan siswa mampu menceritakan kembali dongeng yang diperdengarkan dengan bahasa sendiri. Dari segi nilai, penelitian ini dikatakan berhasil apabila siswa mampu mencapai nilai KKM 60 dengan nilai rata-rata kelas 65. Target ketuntasan belajar siswa dalam penelitian ini sebesar 80 % dari jumlah keseluruhan siswa. E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk mengembangkan teori pembelajaran sehingga dapat memperbaiki mutu pendidikan dan meningkatkan kualitas hasil pembelajaran. Pemanfaatan media pembelajaran bertujuan untuk mendukung pencapaian tujuan pembelajaran.penggunaan media visual manipulatif boneka memberikan variasi tersendiri dalam pembelajaran. Dengan demikian, hasil belajar siswa, khususnya apresiasi dongeng dapat ditingkatkan.

12 2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa Hasil penelitian ini dapat meningkatkan apresiasi dongeng dan memberi pengalaman baru dalam belajar bagi siswa. b. Bagi Guru Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh guru sebagai media pembelajaran apresiasi dongeng agar siswa lenih termotivasi untuk lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran. c. Bagi Sekolah Hasil penelitian ini dapat meningkatkan kualitas pembelajaran apresiasi dongeng baik proses maupun hasil di sekolah. d. Bagi Peneliti Hasil penelitian ini dapat mengembangkan wawasan dan pengalaman bagi peneliti.