BAB I PENDAHULUAN. Semakin berkembangnya zaman, dan pengaruh budaya barat merubah pola pikir

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dari kemacetan hingga persaingan bisnis serta tuntutan ekonomi kian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bagi remaja, terutama bagi mereka yang terlibat langsung di dalamnya. Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 Menunjukkan AKI yang sangat signifikan

BAB I PENDAHULUAN. dapat diabaikan dalam kehidupan manusia. Namun demikian, orang tua masih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Unwanted pregnancy atau dikenal sebagai kehamilan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan

BAB I PENDAHULUIAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkat. Remaja menjadi salah satu bagian yang sangat penting terhadap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

, 2015 GAMBARAN KONTROL DIRI PADA MAHASISWI YANG MELAKUKAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian Masa remaja adalah masa peralihan dari anak-anak ke dewasa yang jangka

BAB I PENDAHULUAN. masa remajanya dengan hal-hal yang bermanfaat. Akan tetapi banyak remaja

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kemandirian sehingga dapat diterima dan diakui sebagai orang dewasa. Remaja

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak ke dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nadia Aulia Nadhirah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat melekat pada diri manusia. Seksualitas tidak bisa dihindari oleh makhluk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menikmati masa remajanya dengan baik dan membahagiakan, sebab tidak jarang

HUBUNGAN ANTARA PERILAKU ASERTIF DENGAN PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA REMAJA PUTRI. Skripsi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dukungan sosial merupakan keberadaan, kesediaan, keperdulian dari

BAB I PENDAHULUAN. kompleks. Semakin maju peradaban manusia, maka masalah-masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. habis-habisnya mengenai misteri seks. Mereka bertanya-tanya, apakah

BAB 1 PENDAHULUAN. alat kelamin atau hal-hal yang berhubungan dengan perkara-perkara. dua orang yang berlainan jenis kelamin (Dariyo, 2004).

SKRIPSI. Proposal skripsi. Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S-1 Kesehatan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kehamilan bisa menjadi dambaan tetapi juga musibah apabila kehamilan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak ke masa remaja.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Latifah

RESIKO KEHAMILAN USIA MUDA TERHADAP KESEHATAN IBU DAN ANAK

BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah Jelia Karlina Rachmawati, 2014

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai adanya proses perubahan pada aspek fisik maupun psikologis

PETUN JUK PENGERJAAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada perkembangan zaman saat ini, perilaku berciuman ikut dalam

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang. Remaja adalah mereka yang berusia diantara tahun dan merupakan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tersebut terjadi akibat dari kehidupan seksual remaja yang saat ini semakin bebas

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat diwujudkan dalam tingkah laku yang bermacam-macam, mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia, selain dapat memberikan kemudahan-kemudahan bagi manusia

mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Periode ini dianggap sebagai masa penting karena memiliki dampak

BAB 1 PENDAHULUAN. harus menghadapi tekanan-tekanan emosi dan sosial yang saling bertentangan.

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia yang potensial adalah generasi mudanya. Tarigan (2006:1)

PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH DI KALANGAN REMAJA (Studi Kasus di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan)

BAB 1 PENDAHULUAN. menuju masyarakat modern, yang mengubah norma-norma, nilai-nilai dan gaya

BAB 2 DATA DAN ANALISA. Metode yang digunakan penulis dalam mendapatkan data adalah. Survei Lapangan: melalui organisasi dan narasumber terkait

BAB I PENDAHULUAN. definisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke dewasa. Remaja

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan zaman yang semakin pesat, menuntut. masyarakat untuk bersaing dengan apa yang dimilikinya di era

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Latin adolescere (kata bendanya, adolescentia yang berarti remaja) yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa transisi dari anak-anak ke fase remaja. Menurut

BAB 1 : PENDAHULUAN. produktif. Apabila seseorang jatuh sakit, seseorang tersebut akan mengalami

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan individu yang diawali dengan matangnya organ-organ fisik

BAB I PENDAHULUAN. seksual, baik dengan lawan jenis maupun dengan sesama jenis (Sarwono, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. (Depkes, 2010)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

ABORSI DISUSUN OLEH: NOVIYANTI PUTRI AKADEMI KEBIDANAN ADILA BANDARLAMPUNG

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 6 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu masa dalam perkembangan hidup manusia. WHO

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan pada remaja adalah masalah serius dan sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. tahun dan untuk laki-laki adalah 19 tahun. Namun data susenas 2006

BAB 1 PENDAHULUAN. masa dewasa yang berkisar antara umur 12 tahun sampai 21 tahun. Seorang remaja, memiliki tugas perkembangan dan fase

BAB I PENDAHULUAN. dengan orang lain, perubahan nilai dan kebanyakan remaja memiliki dua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bereproduksi. Masa ini berkisar antara usia 12/13 hingga 21 tahun, dimana 13-14

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. aktivitas seksual remaja juga cenderung meningkat baik dari segi kuanitas

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak diinginkan, meliputi abortus provocatus medicinalis dan abortus

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ajaran Islam sangat mementingkan pemeliharaan terhadap lima hal, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa orang lain, maka mereka

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan salah satu harapan bangsa demi kemajuan Negara, dengan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa,

BAB I PENDAHULUAN. dari 33 menjadi 29 aborsi per wanita berusia tahun. Di Asia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdampak pada masyarakat. Salah satu kemajuan teknologi adalah semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penyesuaian diri manusia. Pada saat manusia belum dapat menyesuaikan diri

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki abad 21 seperti pada zaman sekarang, terjadi perubahan-perubahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Setiap manusia selama hidupnya pasti mengalami perubahan.

60 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes. Volume VII Nomor 1, Januari 2016 ISSN: PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. akurat khususnya teman (Sarwono, 2006). menarik secara seksual, apakah mereka akan bertumbuh lagi, apakah orang

BAB 1 PENDAHULUAN. Kasus pernikahan usia dini banyak terjadi di berbagai penjuru dunia. Hal

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan Tuhan dalam dua bentuk yang berbeda, baik. secara fisik maupun psikis, yang kemudian diberi sebutan sebagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempunyai hak yang sama dengan orang dewasa.

Aborsi dan Kegagalan Kontrasepsi IUD 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. Tri Lestari Octavianti,2013 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG SEKS BEBAS DI SMA NEGERI 1 KADIPATEN KABUPATEN MAJALENGKA

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan seperti yang terjadi di kota-kota besar di Indonesia. Terbukanya saluran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hanya sesuatu yang bersifat biologis dan fisik, tetapi semata juga merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN. yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa

BAB I PENDAHULUAN. dibicarakan di tingkat individu maupun menjadi isu nasional.

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa remaja rasa ingin tahu terhadap masalah seksual sangat penting

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. tampak pada pola asuh yang diterapkan orang tuanya sehingga menjadi anak

BAB 1 PENDAHULUAN. besar. Berdasarkan data UNICEF, WHO, UNFPA dan Bank Dunia tren angka

DAN LINGKUNGAN PERGAULAN DENGAN SIKAP TERHADAP PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH PADA MAHASISWA S1 KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA SKRIPSI

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masyarakat modern perilaku seks bebas sudah menjadi suatu hal yang wajar. Semakin berkembangnya zaman, dan pengaruh budaya barat merubah pola pikir masyarakat kita saat ini, khususnya di kalangan dewasa muda dimana tindakan melakukan hubungan seksual pranikah tidak lagi merupakan suatu hal yang tabu melainkan hal yang biasa dilakukan sebagai alat pemenuhan kebutuhan hasrat seksual. Hubungan seks sebelum menikah dianggap benar apabila orang-orang yang terlibat saling mencintai dan saling terikat. Akibat dari perilaku seks bebas yang dilakukan oleh kaum dewasa muda memiliki konsekuensi tersendiri, yakni menimbulkan kehamilan. Suatu kehamilan yang tidak diinginkan, karena tidak sesuai dengan tuntutan dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat, mengakibatkan terjadinya pengguguran kandungan sebagai suatu jalan yang dianggap dapat memecahkan masalah mereka. Ketika seorang perempuan mengalami kehamilan tak diinginkan (KTD), diantara jalan keluar yang ditempuh adalah melakukan upaya aborsi, baik yang dilakukan sendiri maupun dengan bantuan orang lain. Banyak diantaranya yang memutuskan untuk mengakhiri kehamilannya dengan mencari pertolongan yang tidak aman sehingga mereka mengalami komplikasi serius atau kematian karena ditangani oleh orang yang tidak kompeten atau dengan peralatan yang tidak memenuhi standar. Sebagian dari tingkah laku itu memang tidak berdampak apa-apa, terutama jika tidak ada akibat fisik atau sosial yang dapat ditimbulkannya. Tetapi, pada sebagian perilaku seksual yang lain, dampaknya bisa sangat serius, seperti perasaan bersalah,

depresi, marah, misalnya pada para gadis-gadis yang terpaksa menggugurkan kandungannya ( Simkins, dalam Sarwono,2007 ). Akibat psikososial lainnya adalah ketegangan mental, dan kebingungan akan peran sosial yang tiba-tiba berubah jika seorang gadis tiba-tiba hamil. Juga akan terjadi cemoohan dan penolakan dari masyarakat sekitarnya. Akibat lainnya adalah terganggunya kesehatan dan resiko kehamilan serta kematian bayi yang tinggi.selain itu, juga ada akibat-akibat putus sekolah dan akibat-akibat ekonomis karena diperlukan biaya perawatan dan lain-lain (Sanderowitz & Paxman, dalam Sarwono 2007). Menurut Prof. Dr Nukman Moeloek, Sp And, Ketua PKBI Dki Jakarta menyatakan dari 2.479 responden berusia 15-24 tahun, mereka yang mengaku berhubungan seksual saat pacaran sebanyak 14,73 %. Kebanyakan melakukannya dengan pacar (74,89 %) sebagian besar responden berpacaran di rumah (61,54 %). Selain itu, di sekolah, kampus, tempat rekreasi, bioskop, tempat kerja, rumah teman, dan rumah saudaranya menjadi pilihan untuk menghabiskan waktu berduaan bersama pasangan mereka. Pintu-pintu menuju hubungan seksual bahkan lebih menjangkau rumah, kos, dan hotel. Meski mereka yang berpacaran di hotel jumlahnya kecil, tapi di tempat itu pula mereka berhubungan seksual. Survey PKBI Jakarta juga mencatat bahwa responden yang mengaku telah berhubungan seksual, 40% diantaranya tidak memakai alat kontrasepsi.alasannya, hampir 60% mengatakan tidak nyaman mengenakan alat kontrasepsi.(http://abortus.blogspot.com) Keputusan untuk melakukan aborsi bukan merupakan pilihan yang mudah. Banyak perempuan harus berperang melawan perasaan dan kepercayaannya mengenai nilai hidup seorang calon manusia yang dikandungnya, sebelum akhirnya mengambil keputusan. Sebagian dari wanita yang selamat setelah melakukan aborsi ini banyak

yang terlibat kembali dalam dilema atau konflik batin. Mereka yang datang berkonsultasi sebagai kasus pasca-aborsi, dimana keluhan mereka kurang lebih sama dengan gadis lainnya yang sudah kehilangan status kegadisannya, yaitu depresi, takut bergaul serius dengan pria, takut ketahuan rahasianya. Padahal, di dalam hatinya mereka sangat mendambakan perkawinan.(sarwono,2005) Menurut Gulardi HW dalam (Maria Ulfah,2006) Aborsi ialah berhentinya (mati) dan dikeluarkannya kehamilan sebelum 20 minggu (dihitung haid terakhir) atau berat janin kurang dari 500 gram atau panjang janin kurang 25cm. Sedangkan menurut Mardjono Reksodiputro dalam (Maria Ulfah,2002) aborsi adalah pengeluaran hasil konsepsi dari rahim sebelum hasil konsepsi dapat lahir secara alamiah dengan adanya kehendak merusak hasil konsepsi tersebut. Umumnya aborsi terjadi pada masa 3 bulan pertama kehamilan. Akan tetapi pada prinsipnya aborsi mempunyai dua arti yang berbeda, yaitu keguguran kandungan yang tidak disengaja dan keguguran kandungan yang disengaja dilakukannya (abortus provokartus) yang dalam bahasa Indonesia ditrjemahkan sebagai pengguguran. Menurut Siswanto Agus Wilopo (Deputi Bidang KB & Kesehatan Reproduksi,BKKBN). Setiap tahun terjadi 2,6 juta kasus aborsi di Indonesia. Jika dirata-rata,setiap jamnya terdapat 300 wanita telah menggugurkan kandungannya. Tidak semua kehamilan diinginkan atau disambut baik kehadirannya. Dua per tiga (50 juta) dari 75 juta kehamilan yang tidak diinginkan yang sengaja dilakukan tindakan aborsi, 20 juta diantaranya dilakukan secara tidak aman. Aborsi tidak aman berkontribusi 13% (78.000) terhadap kematian ibu didunia. Aborsi tidak aman selalu menjadi masalah kesehatan masyarakat dan secara formal, aborsi tidak aman diperkirakan menyumbang 1,1%pada kematian ibu. (http://www.kesrepro.info/?q=node/228)

Aborsi memiliki risiko penderitaan yang berkepanjangan terhadap kesehatan maupun keselamatan hidup seorang wanita, baik fisik maupun gangguan psikologis. Resiko gangguan psikologis di antaranya timbul perasaan bersalah, bersedih terusmenerus, depresi, ketidakmampuan untuk memaafkan diri sendiri, mimpi buruk mengenai bayi, ingin melakukan bunuh diri, penyalahgunaan obat-obatan atau alkohol, mudah marah, masalah seksualitas (sulit untuk bisa menikmati hubungan seksual kembali), rasa rendah diri, dan gangguan makan. 1.2 Perumusan Masalah Pergaulan bebas yang tak terkendali secara normatif dan etika moral antar dewasa yang berlainan jenis, akan berakibat adanya hubungan seksual di luar nikah. Perilaku seksual yang dilakukan kaum dewasa muda tersebut memiliki konsekuensi yakni dapat menimbulkan kehamilan pada wanita. Kehamilan di luar nikah merupakan cermin dari ketidakmampuan seorang dewasa muda dalam mengambil keputusan dalam pergaulannya dengan lawan jenis. Dampak lanjutan dari kehamilan ternyata sangat kompleks, membuat merasa tertekan, stress, dan seringkali tidak mampu menghadapi kondisi yang terjadi dalam dirinya dengan baik. Kehamilan yang kehadirannya tidak diharapkan membuat dewasa memutuskan untuk melakukan tindakan aborsi.penelitian ini diharapkan dapat menjawab masalah tentang Bagaimana perilaku pasca aborsi pada dewasa awal yang melakukan seks pranikah? 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1. Maksud Untuk memahami dan mengetahui gambaran perilaku pasca aborsi pranikah dewasa awal. 1.3.2. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran perilaku pasca aborsi pranikah dewasa awal. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi perkembangan ilmu psikologi yang berkaitan dengan perilaku pasca aborsi pranikah pada dewasa awal. 2. Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi kaum dewasa awal khususnya, dan untuk para pendidik agar lebih peduli terhadap perilaku pasca aborsi pranikah pada dewasa awal, agar tidak melakukan hubungan seks pranikah yang dapat menyebabkan kehamilan yang tidak diinginkan yang dapat memicu terjadinya tindak aborsi pranikah. 1.5 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN Berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. BAB II KAJIAN PUSTAKA Berisi teori yang berkaitan dengan perilaku aborsi, seksual dan teori perkembangan dewasa awal. BAB III METODE PENELITIAN Berisi penejelasan bagaimana penelitian ini akan dilakukan yang meliputi pemaparan mengenai metode kualitatif, subyek penelitian, metode pengumpulan data, dan alat penelitian.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Berisi tentang hasil penelitian dan pembahasan, yang meliputi hasil wawancara, dan hasil observasi subyek BAB V KESIMPULAN DAN SARAN