HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PARTISIPASI SUAMI DALAM BER KB Ditta Tourisia 1), Sumarah 2), Hartini 3) INTISARI Latar Belakang : Partisipasi suami dalam ber KB di Indonesia sampai saat ini masih sangat rendah. Peserta KB pria di Kabupaten Sleman sebanyak 6,4% dari 121.531 orang. Kelurahan Catur Tunggal terdapat 594 Pasangan Usia Subur (PUS), dimana dari jumlah PUS tersebut tercatat yang menjadi akseptor KB perempuan sebanyak 97,4% dan yang menjadi akseptor KB laki-laki hanya 2,6%. Faktor penyebab rendahnya partisipasi suami dalam ber KB disebabkan beberapa faktor antara lain pengetahuan, sikap, ketidaktahuan laki-laki terhadap informasi KB, lingkungan dan akses terhadap pelayanan KB, keterbatasan jenis kontrasepsi pria sehingga dapat mempengaruhi partisipasi suami dalam ber KB (BKKBN, 2006). Tujuan : Untuk mengetahui Hubungan pengetahuan dan sikap dengan partisipasi suami dalam ber KB. Metode : Jenis penelitian ini adalah survey analitik non eksperimen dengan rancangan pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel dengan menggunakan teknik Purposive Sampling dengan subjek penelitian adalah Suami dari Pasangan Usia Subur yang berjumlah 86 responden. Rancangan analisis univariat untuk mengetahui distribusi frekuensi karakteristik dan variabel penelitian. Analisis bivariat menggunakan teknik korelasi Spearman Rank. Hasil : Hasil analisa tingkat pengetahuan diketahui sebagian besar responden berpengetahuan baik 57 orang (66,3%) dan sebagian besar sikap responden mendukung terhadap program KB sebanyak 80 orang (93,0%). Berdasarkan uji korelasi spearman Rank antara hubungan pengetahuan dan sikap dengan partisipasi suami dalam ber KB diperoleh nilai p value 0,000 (p<0,05). Kesimpulan : Ada Hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan sikap dengan partisipasi suami dalam ber KB. Kata Kunci : Pengetahuan, sikap, partisipasi ber KB 1. Mahasiswa Prodi D.IV Bidan Pendidik Universitas Respati Yogyakarta 2. Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta 3. Dosen Prodi D.IV Bidan Pendidik Universitas Respati Yogyakarta
Ditta Tourisia, Sumarah, Hartini, Hubungan Pengetahuan dan Sikap 51 THE RELATIONSHIP BEETWEEN LEVEL OF KNOWLEDGE AND ATTITUDE IN HUSBAND PARTICIPATION IN FAMILY PLANNING Ditta Tourisia, 1) Sumarah, 2) Hartini, 3) ABSTRACT Background: Husband participation in family planning in Indonesia was still low. Acceptors husband participation in family planning in the district of Sleman 6,4% of 121.531. There are 594 Infertile Couple Age (EFA) in the Village Catur Tunggal, which of the EFA is to be noted that family planning acceptors as much as 97.4% female and the male family planning acceptors only 2.6%. Factors causing the low participation of her husband in family planning to several factors including knowledge, attitudes, ignorance of men to get family planning, environment and access to family planning services, limited types of male contraceptives that may affect participation in her husband's family planning (BKKBN, 2006). Objective: To determine the relationship of knowledge and attitude to the participation of husbands in family planning. Methods: This is a survey analytical survey research with approach design noneksperimen is cross sectional. Sampling using purposive sampling techniques to study the subject is husband of couples of childbearing age. The design of univariate analysis to determine the frequency distribution and characteristics of the study variables. Bivariate analysis using Spearman Rank correlation techniques. Results: Result of analysis of the lavel of knowledge know to the majority of respondents aither 57 people (66,3%) and the attitude of respondents supported the rehearsal supported the rehearsal program in as many as 80 people (93,0%). Spearman rank correlation test is based on the relationship between knowledge and attitudes with participation in her husband is p value 0,000 (p<0,05). Conclusion: There is a significant relationship between knowledge and attitude to the participation of husbands in family planning. Keywords: Knowledge, attitude, participation in family planning 1. Student Midwifery Educator Prodi D.IV, Respati University Yogyakarta 2. Lecturer Department of Obstetrics, Health Ministry of Health Polytechnic Yogyakarta. 3. Lecturer of Study Program of Diploma IV Educator, Respati University Yogyakarta.
52 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 5, No. 9, Januari 2015, 50-64 PENDAHULUAN Indonesia merupakan sebuah negara berkembang dengan jumlah peningkatan penduduk yang tinggi. Berdasarkan sensus penduduk 2010 jumlah penduduk Indonesia menduduki peringkat 4 didunia, mencapai 237,6 juta dan telah melampaui proyeksi penduduk pada tahun 2010 sebanyak 234,2 juta. Selama 10 tahun terakhir jumlah penduduk bertambah 32,5 juta jiwa dan rata-rata pertumbuhan penduduk 1,49% pertahun. Pertumbuhan jumlah penduduk ini tentu saja akan berimplikasi secara signifikan terhadap perkembangan ekonomi dan kesejahteraan Negara 1. Semakin meningkatnya jumlah penduduk pertahunnya, pemerintah menggalakkan program dalam upaya mengendalikan jumlah penduduk agar tercapai kesejahteraan dengan menggerakkan program Keluarga Berencana. Gerakan keluarga berencana Indonesia telah menjadi contoh bagaimana Negara dengan penduduk terbesar keempat di dunia dapat mengendalikan dan menerima gerakan keluarga berencana sebagai salah satu bentuk pembangunanan keluarga yang lebih dapat dikendalikan untuk mencapai kesejahteraan2. Negara seperti Malaysia akseptor Keluarga Berencana (KB) suami mencapai 16%, Iran 13%, Banglades 14%, Amerika 35% dan Jepang 80%, bila dibandingkan dengan Indonesia masih sangat rendah yaitu sekitar 1,3% yaitu kondom 0,9 persen dan vasektomi 0,4 persen Dari angka keikutsertaan KB pria tersebut maka perlu ditinjau ulang metode KB agar lebih efektif untuk meningkatkan partisipasi pria dalam ber KB 5. Banyaknya faktor penyebab rendahnya partisipasi pria dalam KB disebabkan beberapa faktor antara lain pengetahuan, ketidaktahuan laki-laki terhadap informasi dan pelayanan KB yang ternyata masih rendah, sikap dan faktor lingkungan dan akses terhadap pelayanan KB pria, keterbatasan jenis kontrasepsi pria dan sementara persepsi yang ada di masyarakat masih kurang menguntungkan. Upaya peningkatan partisipasi pria melalui advokasi perlu difokuskan pada faktor-faktor tersebut, sehingga diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap
Ditta Tourisia, Sumarah, Hartini, Hubungan Pengetahuan dan Sikap 53 pengendalian pertumbuhan Tunggal dengan jumlah PUS 594 penduduk dan penanganan masalah kesehatan reproduksi, serta meningkatkan status kesehatan perempuan dan pada akhirnya akan berdampak terhadap penurunan angka kematian ibu dan bayi 5. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya sikap dan perilaku suami tentang partisipasi pria dalam pelayanan KB akan meningkat seiring dengan meningkatnya pengetahuan dan sikap suami tentang patisipasi pria dalam pelayanan KB, sehingga tercapai kesetaraan dan keadilan gender dalam program KB 9. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mencatat jumlah peserta KB pria aktif pada tahun 2010, MOP sebanyak 2,846 (0,66% ) dan Kondom sebanyak 25,172 (5,85%) 6. Kecamatan Depok dalam pencapaian peserta KB aktif pria untuk MOP dan Kondom mencapai 1,42% dari target yang ditetapkan yaitu 1.40% 6. Kabupaten Sleman peserta KB aktif pria untuk MOP 0,6% dan Kondom sebanyak 6,4% dari 121.531 orang. Kelurahan Catur yang menjadi akseptor KB (IUD 29%, MOW 3%, MOP 0%, Kondom 2,7%, Implan 9%, Suntik 48% dan Pil 8,4%. Di Kelurahan Catur Tunggal untuk Metode KB Pria MOP dan Kondom masih sangat rendah dengan target yang ditentukan yaitu 0,5%. Karena masih rendahnya partisipasi pria dalam ber KB khususnya di Kelurahan Catur Tunggal kecamatan Depok Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta, maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian tentang Hubungan pengetahuan dan sikap dengan partisipasi suami dalam ber KB di Kelurahan Catur Tunggal Kecamatan Depok Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2012. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian yang digunakan adalah penelitian survey analitik non eksperimen dengan menggunakan rancangan cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 17-29 Juni 2012 di Kelurahan Catur Tunggal Kecamatan Depok Kabupaten
54 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 5, No. 9, Januari 2015, 50-64 Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2012. Populasi penelitian sebesar 594 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah Suami dari Pasangan Usia Subur (PUS) di Kelurahan Catur Tunggal, Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman Kota Yogyakarta Tahun 2012. Teknik sampling yang digunakan adalah Purposive Sampling 10. Variabel independen adalah pengetahuan dan sikap sedangkan variabel dependen adalah partisipasi pria dalam ber KB. Jenis data dalam penelitian ini menggunakan data primer yaitu diperoleh dari suami menggunakan kuesioner, pengumpulan data dilakukan dengan membagikan kuesioner pada responden yang kemudian diisi oleh responden. Uji validitas yang digunakan adalah validitas isi khususnya item tes dan uji reliabilitas menggunakan spearman brown 11. Uji statistik yang digunakan adalah spearman rank untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara pengetahuan dan sikap dengan partisipasi suami dalam ber KB 7. HASIL DAN PEMBAHASAN a. Analisa univariat 1) Karakteristik responden penelitian Tabel 1. Distribusi frekuensi karakteristik responden Karakteristik Frekuensi Persentase Umur Responden <20 tahun - - 20-35 tahun 52 60,5 >35 tahun 34 39,5 Pendidikan Sekolah Dasar 36 41,9 Menengah 46 53,5 T i n g g i 4 4,7 Pekerjaan Buruh Petani/Nelayan 16 6 18,6 7,0 Wiraswasta 28 32,6 Pedagang 21 24,4 Swasta 13 15,1 PNS/ABRI 2 2,3 Jumlah Anak 2 orang >2 orang 55 31 64,0 36,0 Informasi KB Pernah mendapatkan 81 94,2 Tidak pernah mendapatkan 5 5,8 Tabel 1. menunjukan bahwa sebagian besar (60,5%) responden berumur 20-35 tahun, tingkat pendidikan sebagian besar (53,5%)
Ditta Tourisia, Sumarah, Hartini, Hubungan Pengetahuan dan Sikap 55 berpendidikan menengah, pekerjaan 32,6% sebagai wiraswasta, jumlah anak sebagian besar (64,0%) 2 orang dan sebagian besar (94,2%) responden pernah mendapatkan informasi tentang KB. Tabel 2. Distribusi frekunsi responden berdasarkan variabel pengetahuan dan sikap dengan partisipasi suami dalam ber KB. Variabel FrekuensiPersen tase Pengetahuan Baik Cukup 57 22 66,3 25,6 Kurang 7 8,1 Sikap Mendukung 80 93,0 Tidak mendukung 6 7,0 Partisipasi suami Tinggi 46 53,5 Cukup 35 40,7 Rendah 5 5,8 Sumber : Data Primer Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa pengetahuan suami tentang KB sebagian besar adalah baik sebesar 66,3%, sikap suami terhadap KB sebagian besar mendukung sebanyak 93,0% dan partisipasi suami dalam ber KB sebagian besar adalah tinggi yaitu sebesar 53,5%. 2) Analisa Bivariat 1) Hubungan pengetahuan suami dengan partisipasi suami dalam ber KB Tabel 3. Tabulasi Silang Tingkat Pengetahuan Suami dengan Partisipasi Suami dalam ber KB Pengetahuan Partisipasi Total rs (p) Tinggi Cukup Rendah Jml % Jml % Jml % Jml % Baik 39 45,3 18 20,9 0 0 57 66,3 Cukup 6 7,0 12 14,0 4 4,7 22 25,6 0,00 Kurang 1 1,2 5 5,8 1 1,2 7 8,1 0, 463 Total 46 53,5 35 40,7 5 5,8 86 100,0 Sumber : Data Primer Ket. rs: Koefisien Korelasi Berdasarkan tabel 3 di atas menunjukkan responden yang tingkat pengetahuan baik sebagian besar mempunyai partisipasi tinggi yaitu
56 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 5, No. 9, Januari 2015, 50-64 sebesar 45,3%, responden yang tingkat pengetahuan cukup sebagian besar mempunyai partisipasi cukup yaitu sebanyak 12 orang (14,0%) dan responden yang tingkat pengetahuan kurang sebagian besar mempunyai partisipasi cukup yaitu sebanyak 5 orang (5,8%). Tabel diatas menunjukan ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan suami dengan partisipasi suami dalam ber KB (p-value < 0,05) 2 ).. Hubungan sikap dengan partisipasi suami dalam ber KB Tabel 4. Tabulasi Silang Sikap Suami dengan Partisipasi Suami dalam ber KB Sikap Partisipasi suami Tota rs (p) Tinggi Cukup Rendah Jml % Jml % jml % Jml % Menduku 4 53,5 3 37,2 2 2,3 80 93,0 ng Tidak 6 0 2 3,5 3 6 3,5 7,0 0,381 0,00 menduku ng Total 0 46 53, 5 3 35 40,7 5 5,8 86 100,0 Sumber : Data Primer Ket. rs : Koefisien Korelasi Sperman Rank p : p-value Berdasarkan tabel 4 diatas dapat dilihat sikap responden yang mendukung sebagian besar mempunyai partisipasi tinggi yaitu sebanyak 46 orang (53,5%) dan responden yang menunjukkan sikap tidak mendukung sebagian besar mempunyai partisipasi rendah yaitu sebanyak 3 orang (3,5%) dan cukup 3 orang (3,5%). Dari tabel diatas menunjukkan ada hubungan yang signifikasn antara sikap suami terhadap KB dengan partisipasi suami dalam ber KB (p-value < 0,05). PEMBAHASAN a. Karakteristik Responden Karakteristik responden berdasarkan umur menunjukkan sebagian besar responden berumur 20-35 yaitu sebanyak 52 orang atau sekitar 60,5%. Umur dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang karena dimungkinkan semakin dewasa umur seseorang maka semakin banyak pula pengalaman yang diperoleh maka
Ditta Tourisia, Sumarah, Hartini, Hubungan Pengetahuan dan Sikap 57 tingkat pengetahuan yang dimiliki semakin baik. Rentang usia 20 35 tahun menunjukan usia reproduktif dan dapat dikatakan suami usia muda, sehingga dapat diartikan bahwa suami mempunyai pengalaman yang cukup sehingga dapat menambah tingkat pengetahuan 9. Menurut teori Spranger, usia merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan 8. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Karakteristik responden berdasarkan Pendidikan responden di Kelurahan Catur Tunggal sebagian besar adalah pendidikan menengah sebanyak 46 orang atau sekitar 53,5%. Semakin tinggi pendidikan formal yang dicapai, maka semakin baik pula proses pemahaman seseorang dalam menerima sebuah informasi baru. Dalam hal ini tingkat pendidikan dikategorikan pendidikan tinggi yaitu perguruan tinggi, pendidikan menengah yaitu SMA dan pendidikan rendah yaitu SMP. Pendidikan responden di Kelurahan Catur Tunggal sebagian besar SMA maka dapat dikatakan pendidikan responden menengah yang berarti kemungkinan kemampuan dalam penerimaan informasi terutama pada penerimaan informasi tentang KB pria masih tergolong menengah atau cukup 9. Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan. Berdasarkan wawancara sekilas dengan responden, responden mengatakan rata-rata dari mereka hanya tamat SMA karena keterbatasan biaya dan tidak mempunyai waktu untuk melanjutkan sampai perguruan tinggi. Namun pada penelitian ini rata-rata pendidikan responden tergolong menengah akan tetapi pengetahuan responden tentang KB tergolong tinggi. Tingkat pendidikan berpengaruh terhadap perubahan sikap dan perilaku hidup sehat, tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan memudahkan seseorang atau masyarakat untuk menyerap informasi tentang program KB, manfaat KB, alat kontrasepsi KB pria dan mengimplementasikannya dalam
58 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 5, No. 9, Januari 2015, 50-64 bentuk partisipasi dalam ber KB 2.. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan dan sikap tentang metode kontrasepsi. Orang yang berpendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional dari pada mereka yang berpendidikan rendah, lebih kreatif dan labih terbuka terhadap usahausaha pembaharuan. Ia juga lebih dapat menyesuaikan diri terhadap perubahan-perubahan sosial. Secara langsung maupun tidak langsung dalam hal keluarga berencana (KB). Semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin tinggi proporsi mereka untuk mengetahui apa itu KB dan bersedia untuk berpartisipasi dalam program KB. Karakteristik responden berdasarkan Pekerjaan diharapkan dapat menentukan pola komunikasi dan interaksi antara individu sekelompoknya, orang yang interaksinya lebih luas diharapkan akan menambah pengalaman yang dapat digunakan dalam pembentukan pengetahuan 8. Hasil penelitian menunjukan karakteristik responden berdasarkan pekerjaan sebagian besar adalah wiraswasta sebanyak 28 orang atau sekitar 32,6%. Berdasarkan wawancara sekilas responden mengatakan bekerja sebagai wiraswasta mempunyai toko untuk berwirausaha sendiri, sehingga informasi tentang KB banyak diketahui dari masyarakat dan juga teman. Karakteristik responden berdasarkan jumlah anak akan mempengaruhi partisipasi suami dalam ber KB, karena dengan memiliki anak sedikit suami dapat bekerja dan berproduksi untuk memenuhi kebutuhan keluarga, serta mempunyai waktu luang ikut berpartisipasi dalam ber KB dan pada akhirnya dapat meningkatkan kualitas keluarga, sesuai dengan salah satu misi BKKBN yaitu memberdayakan masyarakat untuk membangun keluarga kecil berkualitas. Hasil penelitian menunjukan jumlah anak responden sebagian 2 yaitu sebanyak 55 orang atau sekitar 64,0%. Sehingga dapat dikatakan dengan memiliki anak sedikit suami dapat bekerja dan berproduksi untuk memenuhi kebutuhan keluarga, serta mempunyai waktu luang
Ditta Tourisia, Sumarah, Hartini, Hubungan Pengetahuan dan Sikap 59 untuk ikut berpartisipasi dalam ber KB. Informasi akan mempengaruhi pengetahuan seseorang, hal ini memungkinkan semakin banyak informasi seseorang yang didapat maka pengetahuan akan semakin baik 8. Hasil penelitian menunjukan bahwa karakteristik responden berdasarkan informasi tentang KB menunjukan sebagian besar responden pernah mendapatkan infomasi tentang KB yaitu sebanyak 81 orang atau sekitar 94,2%, hal ini menyebabkan pengetahuan suami tentang KB baik karena responden pernah mendapatkan infomasi tentang KB. Pengetahuan dapat diperoleh melalui berbagai sumber informasi. Seperti surat kabar, radio, televisi dan sebagainya. Semakin baik sumber informasi, maka akan semakin baik pula pengetahuan yang didapat. Berdasarkan wawancara sekilas dengan responden, responden mengatakan banyak mendapatkan informasi tentang KB dari petugas kesehatan. b. Hubungan tingkat pengetahuan dengan partisipasi suami Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Pengetahuan seseorang biasanya dipengaruhi dari pengalaman yang berasal dari berbagai macam sumber misalnya media massa, media elektronika, buku petunjuk, petugas kesehatan, media poster, kerabat dekat dan sebagainya. Pengetahuan ini dapat membentuk keyakinan tertentu sehingga seseorang berperilaku sesuai kayakinan tersebut 9. Dari hasil analisis statistik dari 86 responden yang diteliti diperoleh tingkat pengetahuan dengan kategori kurang berjumlah 7 orang (8,1%), kategori cukup berjumlah 22 (25,6%) dan kategori baik berjumlah 57 orang (66,3%). Hasil uji korelasi sperman rank diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,463 dengan p value sebesar 0,000. Oleh karena itu Zhitung lebih
60 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 5, No. 9, Januari 2015, 50-64 besar dari Ztabel dan p value < 0,05, maka H o ditolak H a diterima. Artinya ada hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan suami dengan partisipasi suami dalam ber KB. Dapat diartikan jika tingkat pengetahuan suami baik tentang KB maka secara relatif akan meningkatkan partisipasi suami dalam ber KB. Pengetahuan suami tentang KB secara umum dikategorikan baik. Kemungkinan hal ini dikarenakan letak geografi dari tempat tinggal responden yang dekat dengan kota sehingga memudahkan dalam memperoleh informasi. Upaya pemerintah dalam meningkatkan partisipasi suami dalam ber KB yaitu dengan upaya memaksimalkan akses dan kualitas pelayanan dimana mencakup keterjangkauan tempat pelayanan dan keterjangkauan pengetahuan baik melalui iklan dan media informasi lain. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Jika pengetahuan tentang KB yang mereka miliki kurang, maka mereka tidak mengetahui apa saja alat kontrasepsi pria, tujuan dalam ber KB, efek samping dalam ber KB sehingga akan berpengaruh terhadap partisipasi dalam ber KB, sebaliknya jika responden mempunyai pengetahuan yang baik tentang jenis alat / cara KB, pengetahuan pria tentang tujuan KB, pengetahuan pria tentang efek samping, pengetahuan tentang sumber pelayanan KB, maka secara relatif akan meningkatkan partisipasi suami dalam ber KB. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Riyanti di Kelurahan Pahandut Seberang Palangka Raya dengan menggunakan uji Person Product Moment menunjukan bahwa ada hubungan yang positif bermakna antara pengetahuan dengan partisipasi ( p < 0,05 dan nilai koefisien korelasi 0,318 ) dan penelitian Rubiyati di Desa Jenar Wetan Kecamatan Purwodadi Kabupaten Purworejo dengan menggunakan uji spearman rank menunjukan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan suami tentang KB dengan keikutsertaan sebagai akseptor
Ditta Tourisia, Sumarah, Hartini, Hubungan Pengetahuan dan Sikap 61 KB dengan tingkat hubungan yang sangat lemah, dimana nilai p value 0,014 < 0,05 dan harga koefisien korelasi sebesar 0,1991 berada pada interval koefisien 0,00 0,199 11. Hasil penelitian serupa juga pernah dilakukan oleh Saptono di Kecamatan Jetis Kabupaten Bantul yang menggunakan uji chi square dimana hasil penelitian menunjukan korelasi positif yang signifikan antara tingkat pengetahuan dengan partisipasi suami dalam ber KB, uji chi square didapatkan p value 0,009 dimana p < 0,005. c. Hubungan sikap suami dengan partisipasi suami dalam ber KB Menurut Thurstone dan Likert sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan. Sikap seseorang terhadap suatu objek adalah perasaan mendukung atau memihak (favourable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavourable) pada objek tersebut. Faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap adalah pengalaman pribadi, kebudayaan, orang lain yang dianggap penting, media massa, institusi atau lembaga pendidikan dan lembaga agama, serta faktor emosi dalam diri individu. Terbentuknya suatu perilaku baru terutama pada orang dewasa dimulai pada domain kognitif, dalam arti subjek tahu terlebih dahulu terhadap stimulus yang berupa materi atau objek diluarnya menimbulkan pengetahuan baru pada subjek tersebut dan selanjutnya menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap dan akhirnya rangsangan yakni objek yang telah diketahui dan disadari sepenuhnya tersebut akan menimbulkan respon lebih jauh lagi yaitu berupa tindakan terhadap stimulus atau objek 9. Dari 86 responden yang diteliti diperoleh sikap suami terhadap KB dengan kategori mendukung berjumlah 80 orang (93,0%) dan kategori tidak mendukung berjumlah 6 orang (7,0%). Dari pernyataan diatas sikap suami terhadap program KB secara umum dikategorikan baik atau mendukung. Dari hasil wawancara sekilas responden mengatakan bahwa responden mendukung adanya program KB pria terutama jika pasangan mereka mengalami efek samping dalam ber KB.
62 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 5, No. 9, Januari 2015, 50-64 Hasil uji korelasi spermank rank diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,381 dengan p value sebesar 0,000. Oleh karena itu Zhitung lebih besar dari Ztabel dan p value < 0,05, maka H o ditolak. Artinya ada hubungan yang Sikap dikatakan sebagai suatu respon evaluatif hanya akan timbul apabila individu dihadapkan pada stimulus yang menghendaki adanya reaksi individual. Respon evaluatif berarti bahwa bentuk reaksi yang signifikan antara sikap suami dengan dinyatakan sebagai sikap itu partisipasi suami dalam ber KB. timbulnya didasari oleh proses Penelitian ini sejalan dengan evaluasi dalam diri individu yang penelitian yang dilakukan SY memberi kesimpulan terhadap Trihana di Kecamatan Jogonalan stimulus dalam bentuk nilai baik Kabupaten Klaten dengan buruk, positif negatif, menyenangkan menggunakan Uji Man Whitney tidak menyenangkan, yang kemudian menunjukan korelasi positif yang mengkristal sebagai potensi reaksi signifikan antara sikap suami sebagai potensi rekasi terhadap objek tentang KB terhadap pengambilan sikap. keputusan suami dalam ber KB. d. Hubungan antara pengetahuan dan Penelitian yang sama juga pernah dilakukan dengan menggunakan Uji sikap terhadap partisipasi suami dalam ber KB. Chi Square menunjukan ada Berdasarkan hasil penelitian ini hubungan yang signifikan antara sikap terhadap partisipasi pria dalam ber KB dengan p value 0,009 dimana p < 0,05. Penelitian serupa juga pernah dilakukan oleh Saptono (2008) di Kecamatan Jetis Kabupaten Bantul dengan menggunakan Chi Square dapat diketahui adanya hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan sikap dengan partisipasi suami dalam ber KB ditunjukan dengan nilai p < 0,05 dan nilai koefisien korelasi dari hasil uji korelasi spearman rank adalah sebesar 0,463 pada variabel menunjukan ada hubungan yang pengetahuan dan sebesar 0,381 pada signifikan antara sikap terhadap variabel sikap. Sehingga memberikan partisipasi suami dalam ber KB dengan p value 0,009. hubungan positif antara pengetahuan dan sikap dengan partisipasi suami
Ditta Tourisia, Sumarah, Hartini, Hubungan Pengetahuan dan Sikap 63 dalam ber KB. Pengetahuan suami tentang KB dan sikap suami yang baik akan berimplikasi baik terhadap partisipasi suami dalam ber KB. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi partisipasi selain pengetahuan dan sikap yaitu nilainilai sosial dan budaya, serta norma sosial yang berlaku di kehidupan bermasyarakat. Dalam penelitian Soeprapro juga mengungkapkan bahwa tingkat pengetahuan yang tinggi ternyata lebih memicu seseorang untuk terlibat secara aktif di dalam penggunaan alat kontrasepsi dan demikian pula sebaliknya. Dalam rangka meningkatkan partisipasi suami dalam ber KB, mak perlu ditingkatkan pengetahuan dan sikap suami melalui beberapa upaya. Sehingga dengan meningkatnya pengetahuan dan sikap suami tentang KB maka akan meningkatkan partisipasi suami dalam ber KB. KESIMPULAN DAN SARAN 1. Terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan dan sikap dengan partisipasi suami dalam ber KB dengan nilai (p) value 0,000 pada variabel pengetahuan dan nilai (p) value sebesar 0,000 pada variabel sikap. 2. Sebagian besar (66,3%) responden mempunyai tingkat pengetahuan baik. 3. Sebagian besar (93,0%) sikap responden mendukung terhadap KB. 4. Tingkat pengetahuan dengan partisipasi suami dalam ber KB memiliki korelasi sedang dengan koefisien korelasi yang berada diantara 0,40-0,599 dan sikap dengan partisipasi suami dalam ber KB memiliki korelasi rendah dengan koefisien korelasi yang berada diantara 0,20-0,399. SARAN Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka saran yang dapat penulis sampaikan sebagai berikut : 1. Bagi tenaga Kesehatan (PLKB) Kepada Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) didalam memberikan penyuluhan atau informasi tentang KB sebaiknya disesuaikan dengan waktu yang tepat dimana para suami mempunyai waktu untuk datang pada saat adanya penyuluhan.
64 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 5, No. 9, Januari 2015, 50-64 2. Bagi peneliti selanjutnya Diharapkan peneliti selanjutnya agar dapat dijadikan acuan untuk penelitian selanjutnya dan dapat mengatasi keterbatasan penelitian ini yaitu dengan mencoba meneliti kembali, tentang faktor yang memengaruhi partisipasi suami dalam ber KB dan mencoba meneliti dengan menggunakan metode yang lain. DAFTAR PUSTAKA BkkbN, (2011). Kamus Istilah Kependudukan dan Keluarga Berencana. Jakarta : Bkkbn Manuaba, Ida. A. C, Manuaba, Ida. B. G. F dan Manuaba, Ida. B. G. (2010). Ilmu Kebidanan, penyakit kandungan dan KB. Jakarta : EGC BkkbN, (2003)a. Bunga Rampai salah satu kontrasepsi pria Vasektomi. Jakarta :Bkkbn, (2003)b. Keluarga Berencanan Kesehatan Reproduksi Gender, dan Pembangunan Kependudukan. Jakarta : Bkkbn, (2006). Keluarga Berencanan Kesehatan Reproduksi Gender, dan Pembangunan Kependudukan. Jakarta : BkkbN Azwar, Saifuddin. (2011). Sikap Manusia teori dan pengukurannya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Rineka Cipta. Jakarta Azwar, Saifuddin. (2011). Sikap Manusia teori dan pengukurannya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Notoatmodjo, Soekidjo. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan, Jakarta : PT. Rineka Cipta Riyanti. (2005). Hubungan Pengetahuan dan Sikap Suami Terhadap Partisipasi Pria dalam Pelayanan KB di Kelurahan Pahandut Seberang Palangka Raya. KTI, FK UGM Riyanto, Agus (2011). Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta : Muha Medika Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta