FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA LAKI LAKI USIA TAHUN DALAM MENGGUNAKAN ALAT KONTRASEPSI DI DESA JONDANG KECAMATAN KEDUNG

dokumen-dokumen yang mirip
Volume 4 No. 1, Maret 2013 ISSN :

GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR TENTANG AKDR DI PUSKESMAS CIKOLE PANDEGLANG 2012 JURNAL

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana (KB). Progam KB yang baru didalam paradigma ini

Volume 4 No. 1, Maret 2013 ISSN :

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN KB VASEKTOMI TERHADAP PENGETAHUAN SUAMI DI DESA SOCOKANGSI KECAMATAN JATINOM KABUPATEN KLATEN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia adalah negara yang memiliki banyak masalah kependudukan yang

Kesesuaian Sikap Pasangan Usia 1

HUBUNGAN KELOMPOK UMUR PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DENGAN PEMILIHAN JENIS ALAT KONTRASEPSI DI DESA PADAMUKTI KECAMATAN SOLOKANJERUK KABUPATEN BANDUNG

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI KONDOM DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS KASOKANDEL KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. pula bersifat permanen (Prawirohardjo, 2007).

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI SUAMI MENJADI AKSEPTOR KELUARGA BERENCANA (KB) DI DESA KEBET KECAMATAN BEBESEN KABUPATEN ACEH TENGAH

GAMBARAN MOTIVASI SUAMI TERHADAP KONTRASEPSI MANTAP DI DUKUH SIDOKERTO PURWOMARTANI KALASAN SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan anggota keluarganya. Pada umumnya, apabila hal tersebut

Imelda Erman, Yeni Elviani Dosen Prodi Keperawatan Lubuklinggau Politeknik Kesehatan Palembang ABSTRAK

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KB SUNTIK 3 BULAN DENGAN KEPATUHAN IBU MELAKUKAN KUNJUNGAN ULANG DI SIDOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. penduduk terbesar. Indonesia masuk dalam peringkat ke empat di dunia

BAB I PENDAHULUAN. berencana secara komprehensif (Saifuddin, 2006). mencapai kesejahteraan keluarga. Program KB merupakan bagian terpadu

BAB I PENDAHULUAN. cara operasional dan dampaknya terhadap pencegahan kelahiran.tahap

FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT AKSEPTOR KB DALAM MENENTUKAN PILIHAN TERHADAP PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IUD

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN SUAMI TENTANG ALAT KONTRASEPSI VASEKTOMI DI DESA SAMBIROTO NGAWI

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN SUAMI TENTANG KB DENGAN PARTISIPASI SUAMI DALAM BER-KB DI KELURAHAN KEMANG KABUPATEN BOGOR

Desi Andriani * Kaca Kunci : Pengetahuan, Pendidikan, AKDR. Daftar pustaka : 16 ( )

BAB 1 PENDAHULUAN. pertahun (Badan Pusat Statistik, 2010).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Oleh : Lia Natalia ABSTRAK

TINGKAT PENGETAHUAN PASANGAN USIA SUBUR (PUS) TENTANG ALAT KONTRASEPSI IUD DI DESA PILANGSARI KECAMATAN NGRAMPAL KABUPATEN SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduk maka semakin besar usaha yang dilakukan untuk. mempertahankan kesejahteraan rakyat. Ancaman terjadinya ledakan

BAB I PENDAHULUAN. jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Kontrasepsi

IDENTIFIKASI SIKAP IBU USIA SUBUR TENTANG ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM DI RT 04 RW 07 KELURAHAN BALEARJOSARI KECAMATAN BLIMBING KOTA MALANG

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan hasil kesepakan International Conference On Population and

JURNAL. DiterbitkanOleh. LPPM STKIES AnNurPurwodadi

HUBUNGAN INFORMASI DENGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI METODE OPERASI PRIA (MOP) PADA PRIA PASANGAN USIA SUBUR DI KECAMATAN PAKUALAMAN YOGYAKARTA ABSTRAK

GAMBARAN PENGETAHUAN SUAMI TERHADAP KONTRASEPSI KB PRIA DI LINGKUNGAN XVIII KELURAHAN TERJUN MEDAN MARELAN

BAB 1 PENDAHULUAN. serta India, hal ini telah dipraktekkan sejak berabad-abad yang lalu, tetapi waktu itu

Volume 3 No. 1 Maret 2012 ISSN :

PENGETAHUAN DAN SIKAP SUAMI PASANGAN USIA SUBUR DENGAN KEIKUTSERTAAN MENJADI AKSEPTOR KB PRIA. Darwel, Popi Triningsih (Poltekkes Kemenkes Padang )

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 248,8 juta jiwa dengan pertambahan penduduk 1,49%. Lajunya tingkat

Hubungan Antara Paritas Ibu Dan Status Ekonomi Keluarga Dengan Pemakaian Kontrasepsi Suntik Di Rumah Bersalin Citra Palembang Tahun 2013

I. PENDAHULUAN. oleh masalah kependudukan dengan segala tata kaitan persoalan, karena

MEDICA MAJAPAHIT. Vol 5. No. 2 Oktober 2013

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak di dunia yaitu sekitar 258 juta jiwa (United Nations, 2015). Dalam kurun

Kata Kunci: Pasangan Usia Subur,Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang

GASTER, Vol. 8, No. 1 Februari 2011 ( )

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, sosial, budaya, agama serta lingkungan penduduk. Masalah

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICE

BAB I PENDAHULUAN. kualitas penduduk dan pengarahan mobilitas penduduk kedepan. Berdasarkan hasil

BAB I PENDAHULUAN. cakupan pelayanan KB yang telah mencapai 60,3% pada tahun (Depkes RI,

pemakaian untuk suatu cara kontrasepsi adalah sebesar 61,4% dan 11% diantaranya adalah pemakai MKJP, yakni IUD (4,2 %), implant (2,8%), Medis

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan, termasuk juga di Indonesia. Salah satu masalah yang di hadapi

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SULIT MAKAN PADA ANAK PRA SEKOLAH DI TK PERTIWI DESA BUGEL KECAMATAN KEDUNG KABUPATEN JEPARA

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah penduduk merupakan salah satu masalah besar. berkembang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan

AKSEPTOR KB SUNTIK DENGAN PERUBAHAN BERAT BADAN DI KELURAHAN KARAMAT WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARANG TENGAH KOTA SUKABUMI

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar negara-negara di dunia yaitu masalah kependudukan. Laju

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PARTISIPASI PRIA DALAM KELUARGA BERENCANA DI LINGKUNGAN IV KELURAHAN TELING ATAS KOTA MANADO

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan berbagai. masalah. Masalah utama yang dihadapi di Indonesia adalah dibidang

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG IUD DENGAN MINAT KB IUD DI DESA MOJODOYONG KEDAWUNG SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 :

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tidak disertai peningkatan kualitas hidupnya. Laporan BKKBN (2008)

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR TENTANG ALAT KONTRASEPSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SANGKRAH KOTA SURAKARTA

77 Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN MINAT IBU DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI IUD DI BERGAS

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Pertumbuhan penduduk di Indonesia mengalami peningkatan tahun 2010

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Program keluarga berencana merupakan salah satu program pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah penduduk yang terus meningkat dan sumber daya alam yang tidak

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat yang menyebabkan. kepadatan penduduk (Hatta, 2012). Permasalahan lain yang dihadapi

BAB 1 PENDAHULUAN. (1969) yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam

HUBUNGAN PELAYANAN KONSELING KB TENTANG AKDR DENGAN CAKUPAN AKSEPTOR AKDR

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana Nasional (Murdiyanti, 2007). mempunyai visi Keluarga Berkualitas tahun Keluarga berkualitas

Volume 3 / Nomor 1 / April 2016 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia karena masih dijumpainya penduduk yang sangat miskin, yang

BAB 1 PENDAHULUAN. telah disepakati dalam Dokument Millennium Declaration yang dituangkan sebagai

ABSTRAK. Kata kunci : Kontrasepsi Suntik,Sosial Budaya,Sosial Ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari penyediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, dan

Oleh : Eti Wati ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan nasional (Prawirohardjo, 2007). Berdasarkan data

ABSTRAK. Kata kunci: pengalaman, seksual, vasektomi. Referensi (108: )

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN TINGKAT EKONOMI DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI DI WILAYAH PUSKESMAS SEKAMPUNG KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 229 juta jiwa. Dimana terjadi peningkatan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia (Cina, India, dan Amerika Serikat) dengan. 35 tahun (Hartanto, 2004).

GAMBARAN UMUR DAN PARITAS AKSEPTOR KB TERHADAP PEMILIHAN KONTRASEPSI SUNTIK

Motivasi Ibu dalam Penggunaan KB IUD di Puskesmas Pakuan Baru Kota Jambi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara yang dilihat dari jumlah penduduknya ada

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. kekuatan sosial ekonomi (Rismawati, 2012). mengatur jarak kelahiran atau mengurangi jumlah kelahiran dengan

Jl. Ki Ageng Selo no. 15 Pati ABSTRAK

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PRIA PRODUKTIF TERHADAP METODE KONTRASEPSI VASEKTOMI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI

Sukriani 1),Priharyanti Wulandari 2)

I. PENDAHULUAN. tinggi. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk pada bulan Agustus 2010 jumlah

GAMBARAN KELUARGA BERENCANA DAN KESEHATAN REPRODUKSI DI PROPINSI BENGKULU TAHUN 2007 (SURVEI DEMOGRAFI KESEHATAN INDONESIA 2007)

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim Di Puskesmas Tatelu Kabupaten Minahasa Utara

HUBUNGAN PEMBERIAN KONSELING OLEH BIDAN DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI IUD TERHADAP AKSEPTOR KB

BAB 1 PENDAHULUAN. berdasarkan sensus penduduk mencapai 237,6 juta jiwa. keluarga kecil yang sehat dan sejahtera yaitu melalui konsep pengaturan jarak

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, termasuk Indonesia. Salah satu masalah kependudukan yang dihadapi

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI SUAMI DALAM MENGGUNAKAN ALAT KONTRASEPSI

1 BAB I PENDAHULUAN. pernyataan direktur eksekutif UNFPA Dr. Babatunde Osotimehin (Syarief, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan salah satunya adalah keluarga berencana. Visi program

Transkripsi:

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA LAKI LAKI USIA 20 45 TAHUN DALAM MENGGUNAKAN ALAT KONTRASEPSI DI DESA JONDANG KECAMATAN KEDUNG Yayuk Nurazizah, Goenawan, Sri Sundarsih Pasni INTISARI Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan berbagai jenis masalah. Masalah utama yang dihadapi indonesia adalah bidang kependudukan. Oleh karena itu Pemerintah terus berupaya untuk menekan laju pertumbuhan penduduk dengan Program Keluarga Berencana. Keluarga berencana adalah usaha untuk mengatur jumlah dan jarak anak yang diinginkan. Dalam hal ini laki laki mempunyai peran dalam penggunaan kontrasepsi. Penelitian ini bertujuan agar peneliti mengetahui tentang faktor apa saja yang mempengaruhi rendahnya laki laki usia 20-45 tahun dalam menggunakan alat kontrasepsi.penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif dengan menggunakan rancangan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini yaitu semua laki laki usia 20 45 tahun di desa Jondang Kedung Jepara. Teknik sampling yang digunakan yaitu systematic random sampling. Dari populasi yang berjumlah161 orang. Peneliti mengambil sampel 80 orang. Pada analisa data secara univariat variabel didistribusikan dengan masing masing proporsi dalam tabel distribusi frekuensi. Dari penelitian yang dilakukan pada 80 responden menunjukan bahwa faktor pengetahuan cukup sebanyak 52 responden (65,0%), tingkat ekonomi tinggi sebanyak 53 responden (66,2%) dan tingkat pendidikan menengah sebanyak 44 responden (55%) menjadi faktor yang mempengaruhi rendahnya laki laki usia 20 45 tahun dalam menggunakan alat kontrasepsi. Diharapkan hasil penelitian ini sebagai bahan acuan untuk meningkatkan mutu pendidikan sesuai dengan perkembangan pengetahuan dan teknologi khususnya dalam bidang keluarga berencana. Kata Kunci : Laki laki usia 20 45 tahun, Alat kontrasepsi Latar Belakang Perkembangan laju peningkatan pertumbuhan penduduk di Indonesia sangat mengkhawatirkan. Tanpa adanya usaha-usaha pencegahan perkembangan laju peningkatan penduduk yang terlalu cepat, usaha-usaha di bidang pembangunan ekonomi dan sosial yang telah dilaksanakan dengan maksimal akan tidak berfaedah. Untuk dapat menyelamatkan nasib manusia masih terbuka peluang untuk meningkatkan kesehatan reproduksi melalui gerakan yang lebih intesif pada pelaksanaan keluarga berencana (Sri Handayani, 2010;h.14). Keluarga berencana bukanlah hal yang baru, karena menurut catatan-catatan dan tulisan-tulisan yang berasal dari Mesir kuno, Yunani kuno, Tiongkok kuno, dan India, hal ini telah mulai dipraktekkan sejak berabad-abad yang lalu. Tetapi pada waktu itu cara-cara yang dipakai masih kuno dan primitif. (Arum, 2009). Para peserta Keluarga Berencana (KB) masih didominasi oleh kaum perempuan. Para pria sendiri dinilai masih setengah hati untuk ber-kb. Padahal perempuan juga memliki hak reproduksi dan kesetaraan gender yang sama dengan pria. Sejak awal pencapaian program KB di Indonesia lebih difokuskan pada pencapaian target akseptor HIKMAH 38

perempuan sehingga citra KB lebih dikenal masyarakat luas sebagai urusan perempuan daripada tanggung jawab pasangan suami istri. Hal ini dibuktikan dengan tidak hanya mengenai variasi pilihan alkon, melainkan juga frekuensi pemakaian alkon yang didominasi perempuan. Menurut data dari BKKBN, 60 persen Pasangan Usia Subur sudah mengikuti program KB tetapi kurang dari 5 persen pria Indonesia ber-kb. Saat ini alat kontrasepsi yang tersedia untuk pria hanya kondom dan vasektomi. Sedangkan untuk pil KB Pria yang terbuat dari ekstrak daun gandarussa sampai saat ini masih dalam tahap pengujian klinis fase 3. Prosentase pemakaian kondom dan vasektomi masih sangat rendah, untuk kondom hanya mencapai 1,2 persen sedangkan vasektomi mencapai 0,3 persen. Kendala kontrasepsi pria salah satunya karena ketersediaan pilihan yang terbatas selain itu adanya mitos bahwa vasektomi diartikan sebagai pengebirian dengan pemotongan alat testis ( Buah Zakar) sehingga dikhawatirkan pria tidak perkasa dan memungkinkan pria berselingkuh, penggunaan kondom kurang praktis menjadikan faktor penghambat partisipasi pria dalam ber-kb (Anonymous, 2012). Desa Jondang merupakan satu diantara delapan belas desa di kecamatan Kedung Kabupaten Jepara yang berada di perbatasan antara Desa Bugel dan wanusobo sehingga lalu lintas di sana sangat padat, rata-rata mata pencaharian penduduk adalah seorang Tukang kayu, di desa ini rata-rata menggunakan KB Kondom dan tidak ada yang memakai MKJP (MOP). Berdasarkan survei yang dilakukan pada tanggal 29 november 2012 di desa jondang terdapat 545 PUS,dan dilakukan wawancara terhadap 10 orang laki laki warga desa jondang didapatkan hasil 7 warga laki laki yang kurang mengetahui tentang alat kontrasepsi pria dan 3 warga laki - laki yang cukup mengetahui tentang alat kontrasepsi pria.sehubungan dengan yang terjadi pada latar belakang tersebut, maka peneliti ingin mengetahui faktor faktor yang mempengaruhi laki laki usia 20 45 tahun dalam menggunakan alat kontrasepsi di desa Jondang Kecamatan Kedung. Metode Penelitian Jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan waktu secara cross sectional. Cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua anak usia 1 sampai 3 tahun pada bulan Februari 2015 di posyandu nusa indah Desa Pancur sebanyak 53 batita, eknik teknik sampling berupa Insidental dan didapatkan sebanyak 35 batita. Teknik analisa data univariat dengan prosentase dan disajikan dalam tabel distribusi frekuensi. Hasil Penelitian 1. Faktor Pengetahuan Tabel 4.1 Distribusi frekuensi berdasarkan Faktor Pengetahuan Responden di Desa Jondang Pengetahuan Jumlah (orang) Presentase(%) Baik 11 13,8% Cukup 52 65,0% Kurang 17 21,2% Sumber : (data hasil kuesioner,2013) 2. Faktor Ekonomi Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Faktor Ekonomi Responden di Desa Jondang Ekonomi Jumlah (orang) Presentase(%) HIKMAH 39

Tinggi 53 66,2% Rendah 27 33,8% Sumber : (Data Hasil Kuesioner,2013) 3. Faktor Pendidikan Tabel 4.3 Distribusi frekuensi berdasarkan Faktor Pendidikan Responden di Desa Jondang Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Presentase(%) Responden SD/SMP 32 40% SMA/SMK 44 55% PT 4 5% Pembahasan 1. Faktor Pengetahuan Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.1 didapatkan sebagian besar responden mempunyai pengetahuan cukup, mencapai 52 responden(65,0%) dilihat dari data yang didapat hal ini dikarenakan ketersediaan atau pilihan alat kontrasepsi laki laki yang terbatas. Responden yang mempunyai tingkat pengetahuan baik sebanyak 11 responden (13,8%). Pencapaian angka tersebut disebabkan karena masyarakat dengan tingkat pengetahuan baik beranggapan bahwa pemakaian alat kontrasepsi adalah tugas wanita sehingga mereka menjadi kurang berminat dalam menggunakan alat kontrasepsi. 2. Responden yang mempunyai tingkat pengetahuan rendah sebanyak 17 responden (21,2%). Angka tersebut menunjukan bahwa masyarakat memerlukan informasi yang lebih banyak tentang alat alat kontrasepsi khususnya laki laki agar bisa menumbuhkan minat untuk Faktor Ekonomi Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.2 didapatkan sebagian besar responden di desa jondang dengan ekonomi tinggi sebanyak 53 responden (66,2%). Hal ini disebabkan karena mereka tidak mau mengeluarkan uang lebih banyak untuk menyediakan kondom setiap saat dan jika memakai alat kontrasepsi vasektomi mereka beranggapan bahwa mereka masih ingin berreproduksi karena usia mereka masih belum memenuhi syarat untuk menggunakan alat kontrasepsi vasektomi. Responden dengan tingkat ekonomi rendah mencapai 27 responden (33,8%). Perlu diketahui bahwa dalam memenuhi kebutuhan hidupnya manusia selalu merasa kekurangan. Sehingga hal tersebut bisa berdampak pada rendahnya laki laki dalam menggunakan alat kontrasepsi. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan Wahyuni (2005) bahwa faktor faktor yang menghambat Pasangan usia Subur memilih Vasektomi di wilayah Kerja Pukesmas Pengasih I. Kurangnya informasi tentang vasektomi dan tarif pelayanan merupakan faktor penghambat PUS memilih vasektomi sebagai alat kontrasepsinya karena mereka kawatir akan membutuhkan biaya besar dan hal tersebut tidak sesuai dengan kondisi perekonomiannyamenggunakan alat kontrasepsi. 3. Faktor Pendidikan HIKMAH 40

Dari hasil penelitian pada tabel 4.3 di dapatkan sebagian Besar responden pendidikan terakhirnya adalah pendidikan menengah sebanyak 44 responden (55%) dilihat dari data yang didapat hal ini dikarenakan mereka menggangap alat kontrasepsi laki laki tidak ada yang membuat mereka berminat untuk menggunakan alat kontrasepsi, mereka menggangap bahwa kondom akan mengurangi kenikmatan saat berhubungan suami istri jadi penggunaan kondom menjadi kurang praktis, sedangkan mereka juga menggangap bahwa alat kontrasepsi vasektomi membuat mereka tidak perkasa lagi dan memungkinkan pria untuk berselingkuh. Responden dengan pendidikan terakhir pendidikan dasar sebanyak 32 responden (40%). Perlu diketahui bahwa masyarakat dahulu hanya mengetahui wajib belajar 9 tahun. Hal tersebut berdampak pada pengetahuan mereka tentang alat kontrasepsi laki laki sehingga mempengaruhi rendahnya laki laki dalam menggunakan alat kontrasepsi. Responden dengan pendidikan terakhir pendidikan tinggi sebanyak 4 responden (5%). Hal ini dikarenakan mereka ingin menggunakan alat kontrasepsi yang efektif, dan tidak rela untuk mengambil resiko yang terkait dengan metode kontrasepsi seperti penggunaan kondom yang terlalu sering akan menyebabkan alergi pada sebagian orang, dan mereka menggangap bahwa kondom adalah alat kontrasepsi sementara yang bisa dipakai saat alat kontrasepsi lainnya harus ditunda. Tingkat pendidikan tidak saja mempengaruhi kerelaan menggunakan keluarga berencana tetapi juga pemilihan suatu metode. (Sri Handayani,2010.h;17). Jadi tingkat pendidikan ini juga bisa menjadi faktor rendahnya laki laki dalam menggunakan alat kontrasepsi karena saat menempuh pendidikan tidak menerima materi pelajaran tentang alat kontrasepsi dan fokus pelajaran sekolah sehingga pengetahuan yang mereka dapatkan mengenai alat kontrasepsi menjadi terbatas. Dan keterbatasan pilihan alat kontrasepsi laki laki membuat mereka tidak berminat ikut berpartisipasi dalam berkb. Kesimpulan Dalam penelitian ini dari 35 responden penelitian, sebagian besar perkembangan batita yaitu abnormal sejumlah 14 batita (40,0%). Sedangkan sebagian kecil perkembangan batita yaitu normal 9 batita (22,9%). Saran Bagi Tenaga Kesehatan, diharapkan dapat memberikan masukan bagi tenaga kesehatan tentang pentingnya skrining perkembangan batita. Bagi Orang Tua, diharapkan aktif menanyakan perkembangan anak ke petugas kesehatan dan diharapkan orang tua memberikan stimulasi perkembangan melalui permainan edukatif dan komunikasi aktif. Bagi Institusi Pendidikan, diharapkan Karya Tulis Ilmiah ini menjadin pustaka dalam rangka peningkatan mutu pendidikan dalam bidang kesehatan. Bagi Peneliti Lain, diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data awal, untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan anak. Daftar Pustaka Arikunto S. Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta; 2010.h.173,211,221. HIKMAH 41

Dh. Alasan Pria Indonesia malas Ber-KB. 2012. Diakses tanggal 06 November 2012. Didapat dari : http://gemapria.bkkbn.go.id/info-detail.php?infid=262. Handayani, Sri. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Jogyakarta: Pustaka Rihama; 2010.h.14-29,56-188. Hidayat, Alimul Aziz. Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika; 2010.h.87,93-95. Kemdiknas. Pelaksanaan Pendidikan Nasional. 2009. Di akses tanggal 17 Desember 2012. Didapatkan dari : http://www.psp.kemdiknas.go.id/?page=sistem. Mustar. Partisipasi Pria dalam KB. 2006. Di akses tanggal 06 November 2012. Didapatkan dari : http://gemapria.bkkbn.go.id/article-detail.php?artid=7 Munib. Beberapa pengertian Pendidikan. 2012. Di akses tanggal 17 Desember 2012. Di dapatkan dari : http://nofianart.blogspot.com/2012/08/tinjauanpustakapendidikan. Noviawati, Dyah.Panduan Lengkap Pelayanan KB Terkini. Jogjakarta: Mitra Cendikia; 2009.h.9-13,77-82,171. Notoatmojo, Soekidjo. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2010.h.83. PLKB.Data Peserta KB Menurut Jenis Kontrasepsi.Jepara: 2012. Prawiroharjo, Sarwono. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. 2007.h.905. Riwidikdo, H. Statistik Kesehatan. Jogjakarta: Mitra Cendikia; 2009.h.12. Sugiyono. Statistik Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta; 2010.h.62. Sri. Selain faktor sosial, ekonomi juga menjadi faktor penting yang akan menunjang keberhasilan sosialisasi program keluarga berencana (KB) di Provinsi Jawa Tengah. 2012. Di akses pada tanggal 7 November 2012. Didapat dari : http://gayahidup.inilah.com/read/detail/1796745/faktor-ekonomi-hambatprogram-kb-jateng Sulistyawati, Ari. Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta: Salemba Medika; 2011. h.14. Suparyanto. Konsep PUS dan KB. 2012. Di akses tanggal 22 November 2012. Didapatkan dari : http://dr-suparyanto.blogspot.com/2012/02/konsep-pus-dan-kb.html Tukiran, Agus Joko pitoyo dan Pande Made Kutanegara. 2010. Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar; 2010.h.1-4,39-40 HIKMAH 42