PERESMIAN BPJS, PELUNCURAN PROGRAM JKN DAN INTEGRASI JAMINAN KESEHATAN SUMBAR SAKATO, KE JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI PROVINSI SUMATERA BARAT

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 : PENDAHULUAN. Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Azasi

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa (PBB) tahun 1948 tentang hak asasi manusia. Berdasarkan. kesehatan bagi semua penduduk (Universal Health Coverage).

BAB I PENDAHULUAN. investasi dan hak asasi manusia, sehingga meningkatnya derajat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara mengakui bahwa kesehatan menjadi modal terbesar untuk

BAB 1 : PENDAHULUAN. berdasarkan amanat Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang No. 40 tahun 2004

BAB 1 : PENDAHULUAN. mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PEMERINTAH PROVINSI RIAU

G U B E R N U R SUMATERA BARAT

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Unsur terpenting dalam organisasi rumah sakit untuk dapat mencapai

JAMINAN KESEHATAN SUMATERA BARAT SAKATO BERINTEGRASI KE JAMINAN KESEHATAN MELALUI BPJS KESEHATAN

BAB II GAMBARAN UMUM PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DI INDONESIA. bisa datang ketika kita masih produktif, berpenghasilan cukup,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia pada undang-undang Nomor 36

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan nafkah, yang berada di luar kekuasaannya (Kemenkes RI, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan. Dalam Undang Undang 36/2009 ditegaskan bahwa setiap orang

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan fisik maupun mental. Keadaan kesehatan seseorang akan dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERAN DAN DUKUNGAN PEMERINTAH DAERAH DALAM PENYELENGGARAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. (PBB) tahun 1948 (Indonesia ikut menandatangani) dan Undang-Undang Dasar

G U B E R N U R SUMATERA BARAT

CH.TUTY ERNAWATI UPTD BKIM SUMBAR

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 Tentang BPJS yang

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh kesehatan dan dalam Pasal 28 H Ayat (3) Undang-Undang Dasar

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Azasi

PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia yang ditetapkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Pembangunan

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN JAMINAN PEMELIHARAAN KESEHATAN MASYARAKAT

Oleh Nizwardi Azkha, SKM,MPPM,MPd,MSi PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNAND PADANG 2009

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar (yang selanjutnya disebut UUD) 1945

BAB I PENDAHULUAN. aktivitasnya sehari-hari. Menurut Undang-Undang No.36 tahun 2009 menyatakan

VI. PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. Deklarasi Hak Asasi Manusia oleh PBB tahun 1948 mencantumkan,

Peran Parlemen dalam Implementasi SJSN- BPJS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Azasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hak tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan

BAB 1 PENDAHULUAN. asuransi sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut World Health Organization tahun 2011 stroke merupakan

DANA KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PADA FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA MILIK PEMERINTAH DAERAH. mutupelayanankesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. Berlandaskan pada Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 alinea ke-4

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), Jaminan Kesehatan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. padat modal dan padat teknologi, disebut demikian karena rumah sakit memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 Pendahuluan. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. juga mengakui hak asasi warga atas kesehatan. Perwujudan komitmen tentang

BAB 1 PENDAHULUAN. serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Pasal 34 ayat 2 menyebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas hidup manusia sangat penting yang tertuang dalam 9

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENYELENGGARAAN JAMINAN KESEHATAN SEMESTA DIY TAHUN 2013 MENUJU BPJS 2014 DINAS KESEHATAN D.I.YOGYAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. ketika berobat ke rumah sakit. Apalagi, jika sakit yang dideritanya merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Analisis perencanaan..., Ayu Aprillia Paramitha Krisnayana Putri, FE UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. individu, keluarga, masyarakat, pemerintah dan swasta. Upaya untuk meningkatkan derajat

BPJS Kesehatan, Supply, dan Demand Terhadap Layanan Kesehatan. Oleh: Novijan Janis. Kepala Subbidang Analisis Risiko Ekonomi, Keuangan, dan Sosial

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan derajat hidup masyarakat, sehingga semua negara berupaya

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan

BAB 1 : PENDAHULUAN. untuk mengoperasikan BPJS Kesehatan atas perintah UU BPJS. Undang-undang BPJS adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Definisi kesehatan menurut undang-undang nomor 36 tahun 2009 adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara di dunia yang menganut prinsip negara

BUPATI MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA PALANGKA RAYA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. seluruh warga Negara termasuk fakir miskin dan orang tidak mampu.

Oleh : Misnaniarti FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SRIWIJAYA

Sambutan Presiden RI Pd Peresmian BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan, Tgl 31 Des 2013, Bogor Selasa, 31 Desember 2013

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat. Undang-Undang No.25 tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. Universal Health Coverage (UHC) yang telah disepakati oleh World

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan lanjutan dari Restitutie Regeling tahun Pada tahun 1985

BUPATI KEPULAUAN MERANTI

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tenaga profesi kesehatan lainnya diselenggarakan. Rumah Sakit menjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam rangka mewujudkan komitmen global sebagaimana amanat resolusi

drg. Usman Sumantri, MSc. Dewan Jaminan Sosial Nasional

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BUPATI MADIUN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 1 A TAHUN 2014 TENTANG

Dukungan DPR dalam Menangani Defisit JKN dan Keberlangsungan Program JKN. Ketua Komisi IX DPR RI Dede Yusuf Macan Effendi, S.T, M.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Salah satu prinsip dasar pembangunan kesehatan yaitu setiap orang

DR. UMBU M. MARISI, MPH PT ASKES (Persero)

UPAYA PEMERINTAH KOTA PELAYANAN KESEHATAN MELALUI DINAS KESEHATAN KOTA BALIKPAPAN JAKARTA, 26 JANUARI 2009

BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN TRANSFORMASI PT. ASKES (PERSERO) PT. Askes (Persero)

Hasil Diskusi Peluang dan Tantangan Daerah Menyongsong Kebijakan Pelaksanaan Sistem Jaminan Kesehatan Nasional. 7-8 Desember 2012 Yogyakarta

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar (UUD) tahun 1945, yaitu pasal 28 yang menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PERAN DINAS KESEHATAN DALAM PELAKSANAAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL (JKN) DI DAERAH. Oleh : KOMISI VII RAKERKESNAS REGIONAL BARAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. program jaminan sosial oleh beberapa badan penyelenggara jaminan sosial. 6

There are no translations available. Pertanyaan-Pertanyaan Dasar Seputar JKN dan BPJS

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendapatan per kapita saat itu hanya Rp. 129,615 (sekitar US$ 14) per bulan.

BAB 1 : PENDAHULUAN. Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang ditetapkan dalam UU nomor 40 tahun

MEKANISME KAPITALISASI DALAM ERA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL. Maulana Yusup STIE Pasundan Bandung

BAB I PENDAHULUAN. asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah

Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Nasional dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional

Dr. Hj. Y. Rini Kristiani, M. Kes. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kebumen. Disampaikan pada. Kebumen, 19 September 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas sebagai

Transkripsi:

PERESMIAN BPJS, PELUNCURAN PROGRAM JKN DAN INTEGRASI JAMINAN KESEHATAN SUMBAR SAKATO, KE JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI PROVINSI SUMATERA BARAT Senin, 2 Januari 2014. Pemerintah Provinsi Sumatera Barat menjawab kesiapan melaksanakan JKN dengan melakukan peresmian BPJS, peluncuran Program JKN dan Integrasi Jaminan Kesehatan Sumbar Sakato ke Jaminan Kesehatan Nasional oleh Gubernur Provinsi Sumatera Barat Bapak Irwan Prayitno. Kegiatan ini diikuti dengan penandatanganan komitmen pemerintah provinsi dan kabupaten kota untuk memberikan provisi JKN 40:60 bagi penduduk Sumatera Barat melalui APBD provinsi dan Kabupaten/Kota. Acara ini dihadiri oleh Dirjen PP dan PL, Bapak Tjandra Yoga Aditama, yang dalam sambutannya menegaskan langkah langkah kesiapan pemerintah dalam implementasi JKN. Aspek regulasi dengan diundangkannnya beberapa peraturan pemerintah, peraturan presiden dan peraturan menteri. Aspek kesiapan fasilitas pelayanan kesehatan baik puskesmas dan RS dalam memberikan pelayanan serta mempersiapkan langkah langkah perbaikan dan pembenahan program. Dalam kesempatan ini, Gubernur Sumatera Barat menyatakan bahwa program ini menjawab kebutuhan masyarakat dan ditunggu oleh semua pihak, diharapkan perbaikan kualitas pelayanan kesehatan secara keseluruhan, termasuk proses integrasi program Sumbar Sakato ke JKN dapat berjalan dengan baik, komitmen pemerintah Kabupaten Kota untuk mendukung program JKN dan kedepannnya seluruh masyarakat Sumatera Barat dapat menjadi bagian dalam program JKN (Universal Coverage). Dalam rangkaian kegiatan kegiatan ini, Dirjen PP dan PL bersama dengan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat dan Pejabat BPJS pusat mengunjungi Puskesmas Padang Pasir Kota Padang, RSU dr. M. Djamil, BPJS Provinsi Sumatera Barat, RSUD Pariaman dan BPJS Kota Pariaman, untuk mendapatkan informasi langsung pelaksanaan JKN dan proses pelayanan kesehatan peserta BPJS. Provinsi Sumatera Barat dengan jumlah penduduk 5.095.400 per 1 januari 2014, 57,63% diantaranya terintegrasi dalam JKN. Pemerintah provinsi mengalokasikan pendanaan program sebesar 77M dan kab/kota 118M untuk menanggung iuran penduduk Sumbar yang belum ditanggung oleh PBI melalui APBN. Besaran ini senilai dengan Rp.19.225 per orang untuk 842.797 jiwa. Proporsi ini akan semakin meningkat seiring dengan berjalannya pelaksanaan program diantaranya dengan meningkatnya partisipasi peserta mandiri. 1

Mengapa SJSN harus ada? Pertanyaan sederhana ini membawa pada kerangka berfikir yang lebih luas. Sistem Jaminan Sosial Nasional adalah sebuah sistem jaminan sosial yang ditetapkan di Indonesia dalam Undang-Undang nomor 40 tahun 2004. Jaminan sosial ini adalah salah satu bentuk perlindungan sosial yang diselenggarakan oleh negara Republik Indonesia guna menjamin warganegaranya untuk memenuhi kebutuhan hidup dasar yang layak. UU No.40 tahun 2004 tentang SJSN merupakan bentuk akselerasi kebijakan yang lahir dari tuntutan program yang ada sebelumnya (Askes, Jamsostek, Taspen, dan Asabri, dan lainnya). Program sebelumnya yang belum memenuhi harapan dan memberikan manfaat yang maksimal kepada penggunanya, karena jumlah pesertanya kurang, jumlah nilai manfaat program kurang memadai, dan kurang baiknya tata kelola manajemen program tersebut. Bahwa, falsafah dan dasar negara Pancasila terutama sila ke-5 juga mengakui hak asasi warga atas kesehatan. Hak ini juga termaktub dalam UUD 45 pasal 28H dan pasal 34, dan diatur dalam UU 36/2009 tentang Kesehatan, ditegaskan bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan dan memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu,dan terjangkau. Sebaliknya, setiap orang juga mempunyai kewajiban turut serta dalam program jaminan kesehatan sosial. Untuk mewujudkan komitmen tersebut, pemerintah bertanggung jawab atas pelaksanaan jaminan kesehatan masyarakat melalui Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) bagi kesehatan perorangan. Saat ini Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan usaha pemerintah yang cukup besar untuk memberikan jaminan asuransi kesehatan ke seluruh penduduk Indonesia, sesuatu yang belum pernah dilakukan di Indonesia sebelumnya. Transformasi Sistem Pelayanan Kesehatan Dipahami bersama bahwa asuransi kesehatan mengurangi risiko masyarakat menanggung biaya kesehatan dari kantong sendiri, dalam jumlah yang sulit diprediksi dan kadang-kadang memerlukan biaya yang sangat besar. Untuk itu diperlukan suatu jaminan dalam bentuk asuransi kesehatan karena peserta membayar premi dengan besaran tetap. Dengan demikian pembiayaan kesehatan ditanggung bersama secara gotong royong oleh keseluruhan peserta, sehingga tidak memberatkan secara orang per orang. Tetapi dalam kehidupan berbangsa asuransi kesehatan saja tidak cukup. Diperlukan Asuransi Kesehatan Sosial atau Jaminan Kesehatan Sosial (JKN), karena premi asuransi komersial relatif tinggi sehingga belum terjangkau bagi sebagian besar masyarakat dan manfaat yang ditawarkan umumnya terbatas. Sebaliknya, asuransi kesehatan sosial memberikan beberapa keuntungan yaitu memberikan manfaat yang komprehensif dengan premi terjangkau, menerapkan prinsip kendali biaya dan mutu. memberikan kepastian pembiayaan pelayanan kesehatan yang berkelanjutan, serta memberikan jaminan yang berkelanjutan kepada peserta sekalipun mereka berpindah pekerjaan atau tempat tinggal dalam wilayah NKRI. Untuk itu, sistem jaminan kesehatan yang telah dibentuk baik di tingkat nasional (Jamkesmas, Jampersal, Askes dan lainnya), yang dikelola provinsi dan kabupaten kota seperti Kartu Jakarta Sehat di DKI Jakarta, Sumbar Sakato di Sumatera Barat dengan kriteria, mekanisme, besaran iuran bersifat unik dan khas sesuai dengan kearifan lokal daerah dan kemampuan finansial. Kesemuanya ini dilebur dalam dalam satu system yaitu Jaminan Kesehatan Nasional. 2

Perlu diketahui bahwa salah satu prinsif dari JKN adalah non profit artinya Pengelolaan dana amanat oleh BPJS adalah nirlaba bukan untuk mencari keuntungan. Sebaliknya, tujuan utama adalah untuk memenuhi sebesar-besarnya kepentingan peserta. Dana yang dikumpulkan dari masyarakat adalah dana amanat, sehingga hasil pengembangannya, akan di manfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan peserta. Untuk Program JKN diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan yang implementasinya secara nasional per 1 Januri 2014. Program ini ditujukan untuk memberikan manfaat pelayanan kesehatan yang komprehensif, mulai dari pelayanan preventif seperti imunisasi dan Keluarga Berencana hingga pelayanan penyakit katastropik seperti penyakit jantung dan gagal ginjal. Baik institusi pelayanan kesehatan pemerintah maupun swasta dapat memberikan pelayanan untuk program tersebut selama mereka menandatangani sebuah kontrak kerja sama dengan pemerintah. Penyesuaian mekanisme pelayanan, secara khusus dirasakan oleh pasien dengan penyakit kronik. Selama ini pasien yang berkunjung ke RS akan mendapatkan obat yang dapat dikonsumsi selama 2 minggu 1 bulan, namun saat ini pemberian obat jumlahnya untuk 3-7 hari dan pengobatannya dilanjutkan di Puskesmas. Pemahaman masyarakat untuk meneruskan pengobatan di Puskesmas dan Kesiapan puskesmas untuk melanjutkan pengobatan, harus mendapatkan perhatian khusus. Dirjen PP dan PL, mendengarkan masukan langsung dari salah seorang pengguna layanan RSU Dr, M. Jamil Padang pada tanggal 2 Januari 2013. Kesiapan Fasilitas Pelayanan Kesehatan Langkah langkah Provinsi Sumatera Barat dalam melaksanakan JKN terlihat dari kesiapan fasilitas pelayanan kesehatan primer yaitu Puskesmas 262, Klinik Pratama : 142, dokter umum: 955, dokter gigi : 236 dan bidan: 1.291 serta fasilitas pelayanan kesehatan rujukan yang terdiri atas Rumah Sakit (Pemerintah ): 25, Rumah Sakit Khusus (Jiwa ): 1, RS.Swasta: 38, Klinik Spesialis: 209, Klinik Utama: 11 dan Balai Kesehatan: 3 yang berpartisipasi pada awal pelaksanaan program. Namun demikian, tantangan masih ada diantaranya Puskesmas tidak mempunyai dokter (4%), kemampuan puskesmas untuk mendiagnosa 144 jenis penyakit masih banyak dibawah 90%, serta rata rata persentase kemampuan rumah sakit dalam melayani 789 prosedur INA CBGs untuk rawat inap dan 288 prosedur rawat jalan 71,3% dan 78,8%, dengan angka tertinggi untuk rawat inap di RSU dr. M. Djamil (95%) dan terendah di RSU Padang Panjang (10%), untuk rawat jalan di RSUD Pariaman (99,9%) dan terendah di RSU Padang Panjang (47,9%) Proses pelayanan kesehatan di hari kedua JKN, beberapa hal yang menjadi perhatian khusus, diantaranya komunikasi di lapangan antara BPJS dengan puskesmas dimana kepersertaan JKN dapat diakses setiap saat di tingkat puskesmas, hal ini untuk menghindari seseorang yang telah menjadi peserta JKN namun datanya tidak ada di Puskesmas. 3

Dirjen PP d an PL Sistem rujukan juga menjadi perhatian khusus, masyarakat yang belum terbiasa dan belum memahami system pelayanan berjenjang, harus diberikan penjelasan dengan sistem rujukan mulai dari PPK1 ke tingkat pelayanan kesehatan lebih lanjut. Setidaknya ada 2 hal yang teridentifikasi terkait dengan layanan rujukan yaitu pertama adanya pasien yang ngotot untuk mendapatkan rujukan dan yang kedua pasien yang ngotot untuk dirujuk di RS tertentu dengan alasan tertentu. Hal yang perlu dilakukan adalah membuat regionalisasi sistem rujukan. Di Puskesmas Padang Pasir, Kota Padang, beberapa pasien yang berobat di puskesmas meminta kepada dokter puskesmas untuk merujuk ke RSU dr. M. Jamil dengan alasan lokasi yang lebih dekat dan sudah terbiasa berobat ditempat tersebut. Sesuai dengan mekanisme JKN pasien tersebut harus dirujuk ke RSUD Padang yang merupakan PPK 2. Lokasi RSUD yang relatif jauh dan aksesnya relative lebih sulit, menjadi alasan pasien untuk tidak dirujuk ke RS tersebut. Kemampuan petugas kesehatan untuk memberikan penjelasan terkait dengan program JKN akan sangat menentukan pemahaman dan persepsi masyarakat. Dirjen PP dan PL mendapatkan penjelasan proses komputasi data dan tatacara rujukan layanan kesehatan JKN di Puskesmas Padang Pasir Kota Padang, 2 Januari 2024. BPJS memiliki tanggung jawab untuk memberikan penjelasan secara komprehensif terhadap seluruh peserta JKN terkait dengan mekanisme pelayanan kesehatan dan system rujukan. Data pasien yang diinput melalui aplikasi BPJS yang berbasis web di Puskesmas, belum menyediakan fasilitas pengolahan dan penyajian data di tingkat puskesmas berbasis aplikasi. Hal ini penting dalam pengelompokan data diantaranya berdasarkan demografi, dan waktu. Ke depan hal ini harus dibenahi untuk mengurangi beban kerja puskesmas dalam mengolah dan menganalisis data data penyakit. Disamping itu rencana penggunaan kapitasi di puskesmas belum ada petunjuk baik di tingkat kabupaten/kota maupun propinsi. Dinkes Kota Padang telah merencanakan untuk menyusun petunjuk teknis pemanfaatan kapitasi yang diperoleh. Di tingkat nasional, dalam dua tahun ini Pemerintah telah bekerja keras untuk mempersiapan pelaksanaan Jaminan Kesehatan Nasional, namun disadari bahwa pelaksanaannya belum akan sempurna. Sejalan dengan dilaksanakannya JKN maka proses penyempurnaan program akan terus dilakukan untuk memberikan pelayanan kesehatan yang lebih baik ke masyarakat. Untuk itu pemerintah dan pemerintah daerah melalui dinas kesehatan provinsi dan kabuptaen/kota serta RS membuka berbagai saluran pengaduan dan permintaan informasi dari masyarakat, sebagai langkah untuk terus menyempurnakan program ini. 4

Keberhasilan pelaksanaan JKN ini sangat ditentukan dari komitmen dan dukungan dari pemerintah provinsi dan kabupaten/kota. Koordinasi hubungan antar lembaga, kebijakan dan pengaturan pertanggunggan iuran JKN bagi penduduk tidak mampu, pengaturan institusi layanan kesehatan yang berada dalam wilayah dan otoritas pemerintah daerah serta monitoring dan evaluasi merupakan beberapa area yang memerlukan perhatian dan dukungan dari Pemerintah Provinsi dan Kabupaten Kota. Pada akhirnya Dirjen PP dan PL, menyampaikan penghargaan kepada Gubernur dan segenap jajaran pemerintah daerah provinsi Sumatera Barat yang telah menunjukkan komitmennya dalam pembangunan kesehatan, semoga kedepan Provinsi Sumatera Barat tetap, dan akan selalu memprioritaskan pembangunan kesehatan dalam strategi pembangunan daerah. Padang, 2 Januari 2014. 5