DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 27 B. TUJUAN 27 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 27 D. UNSUR YANG TERLIBAT 28 E. REFERENSI 28 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 28

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 101 B. TUJUAN 101 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 101 D. UNSUR YANG TERLIBAT 102 E. REFERENSI 102 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 102

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 11 B. TUJUAN 11 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 11 D. UNSUR YANG TERLIBAT 12 E. REFERENSI 12 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 12

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 11 B. TUJUAN 11 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 11 D. UNSUR YANG TERLIBAT 12 E. REFERENSI 12 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 12

DAFTAR HADIR A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 1 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 1 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 2

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 1 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 1 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 2

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 50 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 50 D. UNSUR YANG TERLIBAT 51 E. REFERENSI 51 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 51

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 89 B. TUJUAN 89 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 90 D. UNSUR YANG TERLIBAT 90 E. REFERENSI 90 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 91

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 40 B. TUJUAN 40 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 40 D. UNSUR YANG TERLIBAT 41 E. REFERENSI 41 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 41

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 40 B. TUJUAN 40 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 40 D. UNSUR YANG TERLIBAT 41 E. REFERENSI 41 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 41

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 89 B. TUJUAN 89 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 89 D. UNSUR YANG TERLIBAT 90 E. REFERENSI 90 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 91

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 50 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 51 D. UNSUR YANG TERLIBAT 51 E. REFERENSI 51 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 51

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 2 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 2 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 3

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 1 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 1 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 3

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 33 B. TUJUAN 33 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN D. UNSUR YANG TERLIBAT 34 E. REFERENSI 34 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 34

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 64 B. TUJUAN 64 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 65 D. UNSUR YANG TERLIBAT 65 E. REFERENSI 65 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 66

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 33 B. TUJUAN 33 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 34 D. UNSUR YANG TERLIBAT 34 E. REFERENSI 34 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 34

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 29 B. TUJUAN 29 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 29 D. UNSUR YANG TERLIBAT 30 E. REFERENSI 30 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 30

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 2 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 2 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 3

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 29 B. TUJUAN 29 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 29 D. UNSUR YANG TERLIBAT 30 E. REFERENSI 30 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 30

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 23 B. TUJUAN 23 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 24 D. UNSUR YANG TERLIBAT 24 E. REFERENSI 24 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 25

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 51 B. TUJUAN 51 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 52 D. UNSUR YANG TERLIBAT 52 E. REFERENSI 52 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 53

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 23 B. TUJUAN 23 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 24 D. UNSUR YANG TERLIBAT 24 E. REFERENSI 24 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 25

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 51 B. TUJUAN 51 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 52 D. UNSUR YANG TERLIBAT 52 E. REFERENSI 52 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 52

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 78 B. TUJUAN 78 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 78 D. UNSUR YANG TERLIBAT 79 E. REFERENSI 79 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 79

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 64 B. TUJUAN 65 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 65 D. UNSUR YANG TERLIBAT 65 E. REFERENSI 65 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 66

WALIKOTA TASIKMALAYA

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 35 B. TUJUAN 35 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 36 D. UNSUR YANG TERLIBAT 36 E. REFERENSI 36 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 37

PERATURAN MENDIKNAS NOMOR 24 TAHUN 2006

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 78 B. TUJUAN 78 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 78 D. UNSUR YANG TERLIBAT 79 E. REFERENSI 79 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 80

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 50 B. TUJUAN 50 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 50 D. UNSUR YANG TERLIBAT 51 E. REFERENSI 51 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 51

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS GADJAH MADA NOMOR 391/P/SK/HT/2009 TENTANG PEDOMAN KERJASAMA INSTITUSIONAL UNIVERSITAS GADJAH MADA

TERM OF REFERENCE NAMA KEGIATAN : STUDI KEBIJAKAN DAN PENGUATAN KOLABORASI INTERNASIONAL

PERATURAN REKTOR Nomor: 627/PRN/I1.3. AU lf 12013

Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional

KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN BERDASARKAN STANDAR ISI DAN STANDAR KOMPETENSI LULUSAN

PROGRAM PRIORITAS PADA JENJANG PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 50 B. TUJUAN 50 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 50 D. UNSUR YANG TERLIBAT 51 E. REFERENSI 51 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 51

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 2 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 2 D. UNSUR YANG TERLIBAT 2 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 3

DASAR & FUNGSI. Pendidikan Nasional berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Buku pedoman ini disusun sebagai acuan bagi semua pihak yang terkait dengan pelaksanaan penyaluran tunjangan profesi guru.

Pedoman Pelaksanaan Penyaluran Tunjangan Profesi Pendidik Melalui Dana Dekonsentrasi

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 12 B. TUJUAN 12 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 12 D. UNSUR YANG TERLIBAT 13 E. REFERENSI 13 F. URAIAN PROSEDUR KERJA 15

Bab I Pendahuluan. A. Latar Belakang

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 1 B. TUJUAN 1 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 1 D. UNSUR YANG TERLIBAT 1 E. REFERENSI 2 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 2

MASYARAKAT/STAKE HOLDERS DALAM IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF

PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN OLEH LEMBAGA PENDIDIKAN ASING. Direktorat Jenderal Mandikdasmen Kementerian Pendidikan Nasional

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 105 B. TUJUAN 105 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 105 D. UNSUR YANG TERLIBAT 106 E. REFERENSI 106 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 106

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Optimalisasi Program Kemitraan RSBI dengan PT dalam Rangka Menuju SBI Mandiri

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

KATA PENGANTAR. Adanya dukungan dan fasilitasi institusi-institusi tersebut dalam penerapan sistem penjaminan mutu eksternal sesuai

LANDASAN IMPLEMENTASI MBS

A. LATAR BELAKANG...1 B. LANDASAN HUKUM...1 C. TUJUAN...2 D. KERANGKA PROGRAM...2

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 35 B. TUJUAN 36 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 36 D. UNSUR YANG TERLIBAT 36 E. REFERENSI 36 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 37

PERAN SERTA MASYARAKAT/ STAKE HOLDERS DALAM IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF

EXECUTIVE SUMMARY LAPORAN PELAKSANAAN KEGIATAN EVALUASI KINERJA PENYELENGGARAAN RINTISAN SMA BERTARAF INTERNASIONAL TAHUN PELAJARAN 2007/2008

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan pendidikan membuat keberadaan komite sekolah yang mampu

UNDANG UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

BUPATI GARUT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 737 TAHUN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 25 B. TUJUAN 25 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 25 D. UNSUR YANG TERLIBAT 26 E. REFERENSI 26 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 26

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 36 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN KOMITE SEKOLAH WALIKOTA YOGYAKARTA

DASAR & FUNGSI. PENDIDIKAN NASIONAL BERDASARKAN PANCASILA DAN UNDANG UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945

KERJASAMA INTERNASIONAL PERGURUAN TINGGI: Pengalaman di Universitas Negeri Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KTSP DAN IMPLEMENTASINYA

MEMBERDAYAKAN KOMITE SEKOLAH UNTUK MENINGKATKAN MUTU LAYANAN PENDIDIKAN. Oleh : Alpres Tjuana, S.Pd., M.Pd

BAB I PENDAHULUAN. Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan, salah satunya adalah

MENGENAL KOMITE SEKOLAH DAN PERANANNYA DALAM PENDIDIKAN

FORM EDS KEPALA SEKOLAH

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA KEGIATAN JANGKA MENENGAH (RKJM) DAN RENCANA KEGIATAN DAN ANGGARAN MADRASAH (RKAM) TAHUN PELAJARAN PROVINSI DIY

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NOMOR: 1941/D/KEP/KP/2014 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 21 TAHUN 2009

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 22 B. TUJUAN 22 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 22 D. UNSUR YANG TERLIBAT 23 E. REFERENSI 23 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 23

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 144 B. TUJUAN 144 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 144 D. UNSUR YANG TERLIBAT 145 E. REFERENSI 145 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 145

KEWENANGAN PENGELOLAAN DAN PENYELENGGARAAN RSBI/SBI menurut PP No 17/2010

PANDUAN OPERASIONAL BAKU (POB) BIDANG KERJASAMA DALAM NEGERI

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR: 16 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN KURIKULUM MUATAN LOKAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENGELOLAAN DAN PENYUSUNAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

PEDOMAN PENGEMBANGAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 105 B. TUJUAN 105 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 105 D. UNSUR YANG TERLIBAT 106 E. REFERENSI 106 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 106

SOAL EDS ONLINE UNTUK KS.

Landasan Yuridis SI, SKL dan KTSP menurut UU No 20/2003 tentang Sisdiknas

LANDASAN DAN PENTAHAPAN PERINTISAN SBI. Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan Nasional

DASAR DAN TEKNIK PENETAPAN KUOTA PESERTA SERTIFIKASI GURU DALAM JABATAN TAHUN 2009

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 43 B. TUJUAN 44 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 44 D. UNSUR YANG TERLIBAT 44 E. REFERENSI 44 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 44

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG PENUGASAN GURU SEBAGAI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

STRATEGI IMPLEMENTASI KKNI SECARA NASIONAL. Dokumen 003

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF

1.a. Penetapan kebijakan nasional pendidikan. b. Koordinasi dan sinkronisasi kebijakan operasional dan program pendidikan antar provinsi.

1.a. Penetapan kebijakan nasional pendidikan. b. Koordinasi dan sinkronisasi kebijakan operasional dan program pendidikan antar provinsi.

SERTIFIKASI GURU DAN DOSEN TAHUN 2009: DASAR HUKUM DAN PELAKSANAANNYA 1

PENGERTIAN KTSP DAN PENGEMBANGAN SILABUS DALAM KTSP. Oleh Dr. Jumadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lahirnya Undang-undang No. 22 tahun 1999 yang direvisi dengan

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 144 B. TUJUAN 144 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 144 D. UNSUR YANG TERLIBAT 144 E. REFERENSI 145 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 145

DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1

Transkripsi:

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 27 B. TUJUAN 27 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 27 D. UNSUR YANG TERLIBAT 28 E. REFERENSI 28 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 28 G. URAIAN PROSEDUR KERJA 30 LAMPIRAN 1 : ALUR PROSEDUR KERJA PENGEMBANGAN KERJASAMA DAN KEMITRAAN SATUAN PENDIDIKAN 31 LAMPIRAN 2 : INSTRUKSI KERJA ANALISIS KEBUTUHAN UNTUK PENGEMBANGAN KERJASAMA DAN KEMITRAAN SATUAN PENDIDIKAN 32 LAMPIRAN 3 : CONTOH DRAF NASKAH KERJASAMA DAN KEMITRAAN SATUAN PENDIDIKAN 33 2010-Direktorat Pembinaan SMA 0

A. Latar Belakang Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan menyatakan bahwa setiap sekolah menjalin kemitraan dengan lembaga lain yang relevan, berkaitan dengan input, proses, output, dan pemanfaatan lulusan. Kemitraan sekolah dapat dilakukan dengan lembaga pemerintah maupun nonpemerintah seperti perguruan tinggi, sekolah yang setara, serta dunia usaha dan dunia industri di lingkungannya. sekolah harus mengembangkan kerjasama dan kemitraan dengan masyarakat, dunia industri, dunia usaha, alumni dan lainnya di dalam maupun luar negeri. Sebagai satu indikator mutu operasional sekolah yaitu melaksanakan kegiatan sister school. Puncak dari keberhasilan itu ditandai dengan pelaksanaan kerja sama kemitraan dengan sekolah di negara-negara yang berkeunggulan dalam bidang pendidikan yang terkait dengan peningkatan mutu lulusan sehingga sekolah menghasilkan mutu yang setara dengan sekolah unggul lainnya. Dalam berbagai forum diskusi terdapat fenomena yang unik yaitu besarnya minat pengelola sekolah pada saat ini untuk melaksanakan kegiatan kerja sama kemitraan internasional yang melebihi minat untuk meningkatkan mutu pada indikator lainnya. Hal unik lain adalah kolaborasi internasional itu ditafsirkan sebagai hubungan kemitraan yang berguna untuk menimba informasi atau kemaslahatan lain yang dapat siswa peroleh melalui kegiatan bersama. Kenyataan lain menunjukkan bahwa masih banyak yang belum menjalin kerjasama dan kemitraan dengan lembaga lain untuk meningkatkan mutu pendidikan barkaitan dengan input, proses, maupun output. Dampaknya, kompetensi lulusan yang dihasilkan belum mampu bersaing baik di dalam maupun di luar negeri. Hal itu dikarenakan belum mampu menyusun program kerjasama dan kemitraan, mereka belum memahami prosedur menjalin kerjasama dan kemitraan dengan lembaga lain, serta mewujudkannya dalam bentuk naskah kerjasama dan kemitraan. Sehubungan dengan hal tersebut, Direktorat Pembinaan SMA menyusun dan menerbitkan Petunjuk Teknis kemitraan dan kerjasama agar dapat merencanakan dan mewujudkan program kemitraan dan kerjasama dengan lembaga lainnya di dalam maupun di luar negeri secara prosedural. B. Tujuan Tujuan penyusunan petunjuk teknis ini adalah untuk memberikan acuan bagi satuan pendidikan dalam pengembangan kerjasama dan kemitraan sesuai kebutuhan dan ketentuan yang berlaku. C. Ruang Lingkup Kegiatan Ruang lingkup kegiatan pengembangan kerjasama dan kemitraan meliputi: 1. Pembentukan tim kerja; 2. Melakukan analisa kebutuhan untuk pengembangan kerjasama dan kemitraan; 3. Penyusunan naskah kerjasama dan kemitraan yang meliputi program, mekanisme, prosedur, dan bentuk kerjasama dan kemitraan; 4. Melakukan revie, revisi, dan finalisasi naskah kerjasama dan kemitraan; 5. Pelaksanaan kerjasama dan kemitraan; 6. Melakukan evaluasi program. 2010-Direktorat Pembinaan SMA 27

D. Unsur yang Terlibat 1. Kepala SMA, 2. Wakil Kepala SMA, 3. Tim Kerja, dan 4. Komite sekolah. E. Referensi 1. Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 31; 2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 50 Ayat 3; 3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005 2025; 4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 49 ayat 1 dan pasal 61 ayat 1; 5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, lampiran point kebijakan; 6. Peraturan Pemerintahan Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan Pasal 9 ayat 1, 2 dan 3; 7. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan; 8. Pedoman Membangun Hubungan Sinergis dengan Masyarakat; Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta 2002; 9. Kamus Besar Bahasa Indonesia, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta 2008. F. Pengertian dan Konsep 1. Pengelolaan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah menerapkan manajemen berbasis sekolah yang ditunjukkan dengan kemandirian, kemitraan, partisipasi, keterbukaan, dan akuntabilitas (Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 49 ayat 1); 2. Kerjasama adalah kegiatan atau usaha yang dilakukan oleh beberapa orang (lembaga, pemerintah, dsb.) untuk mencapai tujuan bersama (Kamus Besar Bahasa Indonesia); 3. Kemitraan adalah suatu kegiatan kerja sama dengan prinsip saling menguntungkan antara sekolah yang mempunyai keunggulan dan prestasi (dikategorikan sebagai mampu melakukan pendampingan dan fasilitasi) dan sekolah yang berpotensi untuk mencapai keunggulan dan prestasi tersebut (Surya Dharma, MPA, Ph.D, Direktur Tenaga Kependidikan, Ditjen PMPTK); 4. Dalam Pedoman Membangun Hubungan Sinergis dengan Masyarakat yang diterbitkan oleh Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas, Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Departemen Pendidikan Nasional. Cara membangun hubungan sinergis dengan masyarakat, sekolah memerlukan dua kunci pokok, yaitu: 1. Memperkenalkan sekolah kepada masyarakat dengan cara: a. Melaksanakan program-program kemasyarakatan; b. Mengadakan open house; c. Membuat buletin sekolah; d. Mengundang tokoh sebagai pembicara atau Pembina program sekolah; e. Membuat program kerjasama antara sekolah dengan masyarakat. 2010-Direktorat Pembinaan SMA 28

2. Membangun komunikasi yang efektif dengan masyarakat dengan cara: a. Mengidentifikasi orang-orang kunci; b. Melibatkan orang-orang kunci dalam kegiatan sekolah; c. Mmilih saat yang tepat. 5. Menurut Stewart perlu seperangkat kecakapan baru yang perlu dikuasai oleh manajer era baru, yaitu harus mampu membuat mampu (enabling), memperlancar (facilitating), berkonsultasi (consulting), bermitra (collaborating), membimbing (mentoring), dan mendukung (supporting). (Suryabrata, S. 1998. Psikologi Kepribadian. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada); 6. Sister-School Program adalah program kemitraan antar sekolah tempat sekolah sekolah di Indonesia dapat menjalin hubungan kerja sama dengan sekolah-sekolah di negara lain melalui berbagai kegiatan yang saling menguntungkan (Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Propinsi Sulawesi Tenggara, Kemitraan Sekolah Indonesia - Australia); 7. Pemerintah bersama-sama pemerintah daerah menyelenggarakan sekurang-kurangnya satu pada jenjang pendidikan dasar dan sekurang-kurangnya satu pada jenjang pendidikan menengah untuk dikembangkan menjadi bertaraf internasional (Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 61 ayat 1) 8. Peran serta Masyarakat dan Kemitraan Sekolah dilakukan : a. Setiap sekolah/madrasah menjalin kemitraan dengan lembaga lain yang relevan, berkaitan dengan input, proses, output, dan pemanfaatan lulusan; b. Kemitraan sekolah/madrasah dilakukan dengan lembaga pemerintah atau nonpemerintah; c. Kemitraan SMA/SMK, MA/MAK, atau yang setara dilakukan minimal dengan perguruan tinggi, SMP/MTs, atau yang setara, serta dunia usaha dan dunia industri di lingkungannya; d. Sistem kemitraan sekolah/madrasah ditetapkan dengan perjanjian secara tertulis (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan Lampiran point 10). 9. Sekolah yang berkeinginan untuk membangun kemitraan Sister-School, harus memiliki hal sebagai berikut: a. Komitmen; b. Kesiapan siswa, orang tua siswa, guru, dan staf; c. Perangkat pendukung antara lain adalah beberapa set komputer yang dilengkapi dengan jaringan internet; d. Kesiapan materi pertukaran seperti kurikulum sekolah, tatatertib, topik pelajaran, produk ketrampilan/karya cipta siswa; e. Identifikasi keunggulan sekolah; f. Identifikasi kebutuhan sekolah; g. Penentukan sekolah mitra; h. Pembuatan nota kesepahaman (memorandum of understanding); i. Penetapkan jadwal kegiatan, Program kemitraan dapat ditetapkan sebagai program satu tahun. Dengan demikian selama satu tahun yang ditetapkan dapat disusun jadwal beberapa kegiatan sesuai kesepakatan bersama. 10. Komite sekolah adalah lembaga mandiri yang beranggotakan orangtua/wali peserta didik, komunitas sekolah, serta tokoh masyarakat yang peduli pendidikan. (Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 butir 25) 11. Komite sekolah/madrasah, sebagai lembaga mandiri, dibentuk dan berperan dalam peningkatan mutu pelayanan dengan memberikan pertimbangan, arahan dan dukungan tenaga, sarana dan prasarana, serta pengawasan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan (Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 Bab XIV Pasal 56 ayat 3); 2010-Direktorat Pembinaan SMA 29

12. Tim kerja adalah tim yang dibentuk oleh kepala sekolah untuk mengembangkan kerja sama dan kemitraan sekolah yang terdiri atas wakil-wakil kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan, dan komite sekolah selaku anggota merangkap sebagai ketua Tim. G. Uraian Prosedur Kerja 1. Kepala sekolah membentuk tim kerja pengembangan kerjasama dan kemitraan satuan pendidikan; 2. Kepala SMA memberikan arahan teknis tentang pengembangan kerjasama dan kemitraan. Arahan teknis kepala sekolah memuat: a. Rencana pengembangan kerjasama dan kemitraan ; b. Tujuan yang ingin dicapai dalam melaksanakan pengembangan kerjasama dan kemitraan ; c. Manfaat program pengembangan kerjasama dan kemitraan ; d. Unsur-unsur yang terlibat dan uraian tugasnya dalam program pengembangan kerjasama dan kemitraan ; e. Mekanisme program pengembangan kerjasama dan kemitraan. 3. Wakasek/Tim Kerja menyusun perencanaan kerja program pengembangan kerjasama dan kemitraan. Perencanaan kerja untuk penyusunan program pengembangan kerja sama dan kemitraan meliputi: a. Tujuan program pengembangan kerjasama dan kemitraan ; b. Hasil yang diharapkan dari program pengembangan kerjasama dan kemitraan ; c. Ruang lingkup program pengembangan kerjasama dan kemitraan satuan pendidikan ; d. Jadwal kegiatan penyusunan program pengembangan kerjasama dan kemitraan ; e. Unsur-unsur yang terlibat dan uraian tugasnya dalam program pengembangan kerja sama dan kemitraan ; f. Alokasi pembiayaan program pengembangan kerja sama dan kemitraan satuan pendidikan. 4. Wakil Kepala SMA dan Tim Kerja melakukan analisis kebutuhan sekolah berkaitan dengan program pengembangan kerja sama dan kemitraan sekolah; 5. Wakil Kepala SMA dan Tim Kerja menyusun draf naskah kerja sama dan kemitraan. Naskah kerja sama dan kemitraan mencakup: a. Latar Belakang dan Landasan Program, b. Tujuan dan hasil yang diharapkan, c. Mekanisme dan prosedur kerja sama, d. Bentuk kerja sama, dan e. Tindak lanjut pengembangan kerja sama dan kemitraan. 6. Kepala SMA bersama wakil kepala SMA/tim kerja dan komite sekolah melakukan reviu dan revisi draf naskah kerja sama dan kemitraan ; 7. Wakil kepala SMA/tim kerja mamfinalkan hasil revisi naskah kerja sama dan kemitraan ; 8. Kepala SMA mengesahkan naskah pengembangan kerja sama dan kemitraan satuan pendidikan; 9. Wakil kepala SMA dan tim kerja mencari sasaran kerjasama dan kemitraan sesuai program yang telah disusun. 10. Kepala SMA bersama wakil kepala SMA/tim kerja melakukan evaluasi program kerjasama dn kemitraan yang telah terlaksana. 2010-Direktorat Pembinaan SMA 30

Lampiran 1 : Alur Prosedur Kerja Pengembangan Kerjasama dan Kemitraan Satuan Pendidikan JUKNIS PENGEMBANGAN KERJASAMA DAN KEMITRAAN SATUAN PENDIDIKAN DI SMA INPUT P R O S E S Kepala Sekolah Wakasek/Tim Kerja Komite Sekolah OUT PUT 1. UU Nomor 17 Tahun 2007 2. PP Nomor 19 Tahun 2005 3. PP Nomor 38 Tahun 2007 4. PP Nomor 48 Tahun 2008 5. Permen Diknas Nomor 19 Tahun 2007 Membentuk tim kerja untuk pengembangan kerjasama dan kemitraan Memberikan arahan teknis tentang pengembangan kerjasama dan kemitraan Menyusun perencanaan dan jadwal kerja Melakukan analisis kebutuhan Menyusun draf naskah kerjasama dan kemitraan, yang terdiri atas: Program, Tujuan dan Hasil yg diharapkan, Mekanisme dan prosedur dan Bentuk kerjasama Melakukan reviu, revisi dan finalisasi draf naskah kerjasama dan kemitraan tidak layak ya Mengfinalkan naskah kerjasama dan kemitraan Mengesahkan naskah kerjasama dan kemitraan Mencari sasaran kerjasama dan kemitraan Terjalin kerjasama dan kemitraan 2010-Direktorat Pembinaan SMA 31

Lampiran 2 : Instruksi Kerja Analisis Kebutuhan untuk Pengembangan Kerjasama dan Kemitraan Satuan Pendidikan Mulai menganalisis kebutuhan untuk pengembangan Kerjasama dan Kemitraan Kondisi Kerjasama dan Kemitraan Satdik Kebutuhan untuk menjalin kerjasama dan kemitraan Menentukan model kerjasama dan kemitraan Tidak Layak Ya Data Hasil analisis kebutuhan satdik Analisis kebutuhan untuk pengembangan kerjasama dan kemitraan satuanpendidikan telah selesai Keterangan Satuan Pendidikan dapat menjalin kerjasama dan kemitraan dengan : 1. Satuan Pendidikan lain baik dalam maupun luar negeri 2. Lembaga Perguruan Tinggi, 3. Dunia usaha dan Industri 4. Masyarakat dan 5. Alumni Cara Membangun Hubungan Sinergi dengan Masyarakat memerlukan dua kunci pokok, yaitu: 1. Memperkenalkan Sekolah kepada masyarakat 2. Sekolah mampu menjalin komunikasi yang efektif 2010-Direktorat Pembinaan SMA 32

Lampiran 3 : Contoh Draf Naskah Kerjasama dan Kemitraan Satuan Pendidikan 1. Sampul (contoh terlampir) Sekurang-kurangnya memuat: a. Logo sekolah atau logo pemerintah kabupataen/kota dimana sekolah tersebut berada b. Nama PROGRAM KERJASAMA DAN KEMITRAAN SEKOLAH c. Satuan Pendidikan (Nama Sekolah) d. Tahun Pelajaran e. Kabupaten/Kota dan Provinsi tempat sekolah tersebut berada 2. Kata Pengantar Sekurang-kurangnya memuat: a. Ucapan syukur atas tersusunnya Program Kerjasama dan Kemitraan Sekolahyang ada b. Proses penyusunan Program Kerjasama dan Kemitraan Sekolahyang ada c. Tujuan dan manfaat disusunnya Program Kerjasama dan Kemitraan Sekolah tersebut d. Ucapan terima kasih pada pihak yang telah berpartisipasi e. Harapan akan masukan terhadap Program Kerjasama dan Kemitraan Sekolah f. Tanda tangan Kepala Sekolah dan komite sekolah 3. Lembar Pengesahan Sekurang-kurangnya memuat: a. Pemberlakuan secara menyeluruh b. Masa berlakunya kerjasama dan kemitraan c. Legalitas formal bagi sekolah negeri berupa tanda tangan kepala sekolah, komite sekolah dan diketahui Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota. d. Legalitas formal bagi sekolah swasta berupa tanda tangan kepala sekolah, komite sekolah dan diketahui Penyelenggara sekolah. 4. Daftar Isi Memuat semua hal (item) yang ada dalam Program Kerjasama dan Kemitraan Sekolah yang disusun dilengkapi dengan halaman. 5. Batang Tubuh yang memuat: a. Pendahuluan Memuat hal-hal sebagai berikut: 1) Kondisi ideal suatu sekolah sesuai harapan sekolah 2) Kondisi riil sekolah pada saat sebelum disusunnya kerjasama dan kemitraan 3) Upaya atau langkah memenuhi kondisi ideal sekolah. b. Dasar Kebijakan Memuat landasan perumusan antara lain: 1) Undang-undang Dasar 1945 2) Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 3) Kepmendiknas Nomor 044/U/2002 tentang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah c. Tujuan Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun tujuan antara lain: 1) Program yang disusun harus mengacu pada tujuan sekolah 2010-Direktorat Pembinaan SMA 33

2) Memperhatikan skala prioritas terhadap tujuan yang ingin dicapai dalam kerasama dan kemitraan 3) Tujuan yang disusun hendaknya realistis untuk bisa dicapai dan dapat terlaksana dalam pengembangan kerjasama dan kemitraan sekolah d. Rencana Kerja dan Biaya untuk Pencapaian Tujuan Memuat uraian rencana kerjasama dan kemitraan dan alokasi pembiayaan untuk mencapai tujuan. Uraian rencana kerja atau rencana kegiatan dikelompokkan dalam bidang kerjasama dan kemitraan antara lain: 1) Kerjasama dan kemitraan dengan Lembaga Perguruan Tinggi; 2) Kerjasama dan kemitraan dengan sekolah lain baik dalam maupun luar negeri; 3) Kerjasama dan kemitraan dengan Dunia usaha dan Industri; 4) Kerjasama dan kemitraan dengan Masyarakat; 5) Kerjasama dan kemitraan dengan Alumni. e. Jadwal Pelaksanaan Rencana Kerja Memuat rancangan jadwal setiap rencana kerja yang telah disusun pada tahun pelajaran yang berjalan. f. Penanggungjawab Kegiatan Melampirkan Surat Kepala Sekolah tentang Penanggungjawab setiap bentuk kerjasama dan kemitraan untuk melaksanakan rencana kerja sesuai bentuk kerjasama masingmasing. 2010-Direktorat Pembinaan SMA 34