MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA NOTASI BALOK MELALUI BERMAIN ALAT MUSIK REKORDER PADA SISWA KELAS VI SDN PULO GEBANG 24 PAGI JAKARTA TIMUR Satrio Abstrak, Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan upaya meningkatkan kemampuan membaca notasi balok melalui bermain alat musik pada siswa kelas VI SDN Pulo Gebang 24 Pagi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas sistem spiral dengan teori dari Kemmis dan Taggart. Penelitian tindakan kelas melalui tahap perencanaan,tindakan/pelaksanaan observasi, evaluasi serta refleksi. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen tes berupa data tentang kemampuan membaca not balok (hasil) dan data tentang pelaksanaan bermmain rekorder proses. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah adanya peningkatan kemampuan membaca not balok di kelas VI SDN Pulo Gebang 24 Pagi. Prosentase bermain rekorder pada siklus 1 mencapai 69,25%, pada siklus 2 mencapai 82%. Prosentase membaca not balok pada siklus 1 mencapai 67%, pada siklus 2 mencapai 79,38%. Korelasi antara antara bermain rekorder terhadap kemampuan membaca not balok adalah sangat efektif dan dapat meningkatkan minat siswa terhadap pembalajaran SBK. Kata Kunci : Membaca notasi, bermain alat music recorder. LATAR BELAKANG Kurikulum SD mengandung muatan seni musik yaitu ansambel musik Muatan tersebut disertakan untuk menjaga keseimbangan siswa agar memiliki karakter yang kuat. Menurut Safrina, tujuan pendidikan musik meliputi: menanamkan dan mengembangkan potensi rasa keindahan yang dimiliki anak, membantu anak untuk dapat memiliki kemampuan mengungkapkan perasaan dan pikirannya melalui musik, melalui selera intelektual dan selera artistiknya, mengembangkan kepekaan anak terhadap lingkungannya, serta memberi kesempatan pada anak untuk dapat meningkatkan sendiri pengetahuan dan keterampilannya dalam bidang musik. Secara ringkas dapat disebutkan bahwa target dari muatan tersebut adalah agar siswa dapat bermain musik dan mampu berapresiasi musik, baik secara teori maupun praktek. Kendati telah dirancang dengan baik namun seringkali proses pelaksanaan pelajaran seni musik di sekolah masih bermasalah. Hal ini terlihat jelas pada hasil akhir yaitu prestasi seni musik siswa. Prestasi belajar musik, siswa dalam hal membaca not balok umumnya dibawah target yang ditentukan dalam kurikulum. Hal ini tentu akan berdampak pada tahap belajar siswa di jenjang sekolah berikutnya yaitu SMP. Kesulitan yang dialami siswa dalam membaca not balok menyebabkan hilangnya minat atau semangat siswa ketika berada dalam kelas pelajaran seni musik. Hal ini kerap terjadi terutama pada masa awal siswa mengenal not balok. Pada masa ini, pemehaman siswa belum terbiasa berhadapan dengan lambang-lambang
dan konsep yang serba baru. Dengan demikian sangat diperlukan kemahiran bimbingan guru dan orang tua untuk menjaga semangat dan minat belajar siswa. Pengalaman musik siswa dapat digunakan menuntun pemahaman siswa dalam proses belajar seni musik. Anak-anak pada umumnya akan merasakan kurang percaya diri yang sangat dalam disebabkan oleh banyak hal. Diantaranya adalah post traumatic event, konsep disiplin yang dirasakan terlalu meyiksa, atau kecemasan-kecemasan individual yang secara subjektif akan dirasakan oleh masingmasing anak. Konsep pengekangan harga diri juga bisa menjadi penyebab munculnya konsep ketidak percayaan diri dalam diri anak. Dari pernyataan tersebut maka dapat dipahami bahwa siswa mengalami kesulitan membaca not balok denga menyanyikannya karena belum dapat membedakan tinggi rendahnya nada. Secara kognitif siswa sudah mengetahui nama-nama not balok, namun belum mampu menghasilkan suara sesuai dengan frekuensi nada yang tertulis. Padahal dalam membaca not balok bukan sekedar menyebutkan nama-nama not, melainkan juga menghasilkan suara sesuai dengan frekuensi nada dari not yang tertulis dalam notasi balok. Hal ini dapat diasumsikan dengan seorang anak yang sedang belajar bahasa, baik bahasa daerah atau bahasa asing. Untuk menjadi mahir dengan bahasa baru maka mereka harus sering dan terbiasa mendengar dan memperhatikan kata-kata dan kalimat dalam bahasa yang dipelajarinya. Demikian halnya dengan belajar membedakan nada. Pengulangan membedakan nada hanya dalam kelas ternyata tidak cukup. Siswa harus dapat melakukan pengulangan di luar kelas secara mandiri. Untuk itu dibutuhkan sarana atau instrumen musik yang mudah dibawa antara lain: harmonika, pianika dan rekorder. Instrumen-instrumen musik tersebut ringan dan mudah dibawa oleh siswa, sehingga siswa memiliki kesempatan yang banyak untuk melakukan pengulangan membedakan nada dalam bentuk latihan atau praktek. Dalam penelitian ini instrumen musik yang disebutkan sebagai instrumen musik yang mudah dibawa adalah rekorder. Instrumen ini dipilih karena harganya yang relatif murah bila dibandingkan dengan instrumen musik lainnya dan juga sangat mudah untuk dibunyikan dengan akurasi nada yang stabil. A. TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengertian Kemampuan Membaca Kemampuan merupakan kepiawaian atau kecakap seseorang dalam melakukan suatu kegiatan. DePorter mengatakan bahwa kemampuan adalah keterampilan dalam menguasai sesuatu. Artinya seseorang dapat dikatakan berkemampuan apabila orang tersebut benar-benar paham dan mampu melakukan sesuatu. Sumber lain menyebutkan bahwa ability is the quality of being able to performa quality that permits of facilitates achievement or accomplishment. Kalimat tersebut mengandung makna bahwa kemampuan adalah kualitas untuk dapat melakukan sesuatu, kualitas tersebut yang memudahkan prestasi atau kependaian. Berdasarkan pendapat tersebut, dapat disimpulkan bahwa kemampuan merupakan keterampilan yang dimiliki seseorang dalam memahami dan melakukan sesuatu. Siswa yang
mempunyai kemampuan dalam belajar akan terlihat dari hasil belajarnya yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang tidak mempunyai kemampuan dalam belajar. Hal tersebut dapat diketahui dari nilai yang didapat siswa dalam pembelajaran. 2. Komponen Kegiatan Membaca Pada dasarnya kegiatan membaca terdiri dari dua bagian, yaitu proses dan produk. Untuk mencapai hasil membaca/menghasilkan produk membaca secara maksimal, maka kegiatankegiatan dalam proses membaca harus dikuasai. Samir Yunus menyatakan bahwa proses membaca untuk menghasilkan produk membaca terdiri atas Sembilan aspek, yaitu: sensori visual, tindakan perseptual, urutan, pengalaman, pikiran, penjelasan, asosiasi, sikap dan gagasan. Proses membaca dimulai dengan sensori visual yang dapat diperoleh melalui pengungkapan simbol-simbol grafis melalui indera pengelihatan. Kegiatan berikutnya adalah tindakan perceptual, yaitu aktifitas mengenal suatu kata sampai pada suatu makna berdasarkan pengalaman yang lalu. Aspek urutan dalam proses membaca merupakan kegiatan mengikuti rangkaian paranada yang tersusun secara linear, yang umumnya tampil pada suatu halaman dari kiri ke kanan. Pengalaman merupakan aspek penting dalam proses membaca. Anak-anak yang memiliki pengalaman yang banyak akan mempunyai kesempatan yang lebih luas dalam mengembangkan kemampuan membaca not balok dibandingkan dengan anak-anak yang mempunyai pengalaman terbatas. Aspek asosiasi dalam membaca adalah mengenal hubungan antara simbol dengan bunyi nada. Anak-anak belajar menghubungkan simbolsimbol grafis dengan bunyi nada untuk memahami lagu. Produk Membaca merupakan komunikasi dari pemikiran dan emosi antara komposer dan pemain musik, yaitu pemahaman yang berupa aktifitas menerjemahkan simbol-simbol ke dalam nada. Pemahaman terhadap bacaan karya musik sangat tergantung pada semua aspek yang terlibat dalam proses membaca. Agar hasil membaca dapat tercapai secara maksimal, pembaca harus menguasai kegiatan-kegiatan dalam proses membaca karya musik. 1. 3. Keterampilan Membaca Notasi Balok. Keterampilan membaca notasi musik akan dapat membuka pintu bagi anak untuk meningkatkan pemahamannya tentang musik. Akan tetapi untuk mengajarkan membaca notasi musik, anak-anak harus sudah mempunyai repertoar atau perbendaharaan lagu-lagu yang disenanginya lebih dulu, ialah yang telah digunakan dalam kegiatan pengalaman musik sebelumnya, seperti mendengarkan musik, bernyanyi, bermain musik dan bergerak mengikuti musik. Anak-anak sebaiknya mulai memahami membaca notasi musik, anak-anak harus sudah menguasai beberapa syarat urutan kemampuan yang kuat seperti rasa irama dan bayangan nada yang kuat. Not balok dapat dibaca dan dimainkan apabila telah ditentukan oleh beberapa unsur dasar musik lainnya, yaitu: garis paranada, birama, tanda sukat dan tanda kunci. Untuk mewujudkan not yang dibaca dibutuhkan sarana aktual yaitu instrumen musik. Unsur dasar musik yang dimaksud antara lain;
Garis paranada dan tanda kunci, Nama nada dan letaknya dalam garis paranada, Panjang nada dan panjang tanda diam/tanda isirahat. 4. Berain alat musik rekorder Bermain musik dengan menggunakan alat-alat musik yang biasa dipakai di kelas, memberikan pengalaman yang dapat meningkatkan minat anak-anak dalam belajar musik. Pada umumnya anak-anak ingin memegang alat musik itu dan mencoba memainkannya. Bermacam-macam alat musik yang dapat digunakan di dalam kelas dapat dikelompokkan atas tiga golongan yaitu alat musik ritmis, alat musik melodi dan alat musik harmoni. Walaupun cara memainkan alat-alat musik ini bermacammacam, tapi ada dasar yang umum dalam langkah-langkah mengajarkannya. Pertama kita harus memperlihatkan bagaimana cara membunyikannya. Dalam hal ini yang diperlukan adalah memberikan contoh cara memainkan alat musik itu, bukan keterangan secara teori. Menurut ukuran dan jangkauan luas nadanya rekorder terdiri dari sopranino, sopran, alto, tenor dan bas, yaitu dari yang terkecil hingga terbesar. Jangkauan suaranya juga dari yang tinggi hingga yang rendah. Siswa sekolah di Indonesia umumnya menggunakan rekorder sopran. Rekorder adalah alat musik yang dapat menghasilkan bunyi yang merdu dan memikat. yang dimainkan dengan cara meniup lubang di bagian pangkal alat musik tersebut sementara ujung-ujung jari tangan membuka dan menutup lubang yang berfungsi sebagai penghasil nada. Selain itu alat musik rekorder bentuknya kecil dan memiliki sambungan yang dapat dipisah menjadi tiga bagian yaitu bagian kepala untuk sumber bunyi dan dua bagian badan untuk penghasil nada. Pertimbangan lain adalah rekorder berukuran kecil sehingga mudah untuk dibawa serta dapat dibeli dengan harga yang terjangkau. HIPOTESIS TINDAKAN Dari uraian sebelumnya, dibangun hipotesis tindakan berikut: dengan mengefektifkan alat musik rekorder, diharapkan kemampuan membaca not balok meningkat. METODE DAN DISAIN INTERVENSI TINDAKAN Berdasarkan tujuan penelitian, metode penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Model Proses yang digunakan dalam penelitian ini adalah model Proses Siklus yang mengacu pada model PTK Stephen Kemmis dan Robin Mc Taggart. Model dari siklus ke siklus mengikuti tahapan perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi sebagai dasar pengembangan tindakan pada siklus berikutnya. Jumlah siklus dapat ditambah atau dikurangi sesuai dengan pencapaian keberhasilan tindakan dan peningkatan kemampuan membaca not balok. Rencana tindakan siklus terdiri dari (1) perencanaan, (2) tindakan, (3) observasi dan (4) refleksi. TAHAPAN INTERVENSI TINDAKAN Pelaksanaan penelitian dilaksanakan dalam dua siklus,yang setiap siklusnya mengikuti tahapan peencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi sebagai dasar pengembangan tindakan pada siklus berikutnya.
Dengan catatan jumlah siklus dapat ditambah ataupun dikurangi sesuai dengan pencapaian keberhasilan peningkatan kemampuan membaca not balok melalui bermain alat musik rekorder dalam pelajaran SBK. Tahap 1: Perencanaan Tindakan (planing) Peneliti membuat perencanaan tindakan yang meliputi perencanaan umum dan khusus. Perencanaan umum disusun untuk keseluruhan aspek berdasarkan permasalahan penelitian yang terkait dengan peningkatan kemampuan membaca not balok di kelas VI SDN Pulo Gebang 24 Pagi Jakarta Timur. Adapun perencanaan khusus yaitu perencanaan yang disusun dalam setiap siklus sebagai tindakan penelitian. Kedua perencanaan tersebut disusun berdasarkan hasil diskusi antara peneliti dengan guru dan kepala sekolah selaku observer. Pada tahap ini peneliti merencanakan waktu pembelajaran, strategi pembelajaran, metode pembelajaran, menyiapkan media pembelajaran, membuat instrumen minat, pengumpulan data dan tes perbuatan pada setiap akhir siklusnya. Tahap 2. Pelaksanaan Tindakan (action) Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini adalah melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas sesuai dengan pembelajaran yang telah disusun dalam skenario pembelajaran. Guru mempersiapkan alat musik rekorder dan alat pembelajaran yang diperlukan, setelah itu mempersiapkan media pembelajaran yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Dimulai dari menset alat musik rekorder, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Tahap 3. Pengamatan Tindakan (observation) Pengamatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pengamatan tindakan oleh guru SBK sebagai observer. Panduan yang digunakan berupa lembar pengamatan yang telah dipersiapkan/disusun sebelumnya. Pengamatan tersebut meliputi pengamatan terhadap pembelajaran, perilaku/sikap siswa selama mengikuti pembelajaran dan situasi siswa di kelas saat berlangsungnya proses pembelajaran. Kemudian hasil pengamatan dibuat dalam catatan lapangan berbentuk narasi yang memuat kelebihan serta kekurangan pembelajaran yang telah dilakukan. Tahap 4. Refleksi (reflection) Setelah guru selesai melaksanakan pembelajaran, peneliti melakukan diskusi dengan guru SBK untuk membicarakan kekurangan dan kelebihan pelaksanaan membaca not balok. Butir-butir yang belum muncul dari hasil pengamatan dijadikan acuan untuk memperbaiki pelaksanaan belajar not balok melalui praktek alat musik rekorder, sedang butir-butir yang sudah muncul akan dipertahankan pada kegiatan pelaksanaan pembelajaran berikutnya. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Data Siklus 1 Berdasarkan hasil refleksi yang mengacu pada pengamatan dalam pelaksanaan tindakan kelas melalui proses pembelajaran pertemuan 1 dan 2 maka hal-hal yang perlu mendapatkan perhatian sebagai temuan-temuan pelaksanaan tindakan sebagai berikut: (1) Dalam melakukan pengenalan not balok, alat musik rekorder merupakan sarana yang membangkitkan minat
siswa dalam kegiatan pembelajaran, (2) Sebisa mungkin pembelajaran tentang not balok menggunakan alat musik rekorder agar siswa terbiasa dengan lambang not balok, (3) Dalam melakukan praktek alat musik rekorder, guru melakukan kontrol sambl memperbaiki kekurangan pada siswa, (4) Belajar not balok dengan bantuan alat musik rekorder hendaknya dilakukan dalam 3 atau 4 kali pertemuan sehingga siswa terbiasa dengan lambang not balok. Data yang diperoleh dari hasil pembelajaran SBK siklus 1 pertemuan pertama dan kedua adalah sebagai berikut: Tabel 1. Prosentase Kegiatan Bermain Rekorder Siklus 1 Rata-rata ke 1 ke 2 64,50% 74% 69,25% Tabel 2. Prosentase Data Instrumen Membaca ke 1 Not Balok Siklus 1 ke 2 61,50% 72,50% 67% Berdasarkan refleksi dan analisis data pada siklus 1, ternyata keterlaksanaan kegiatan bermain rekorder mencapai 69,25%. dan hasil instrument membaca not balok mencapai 67%. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran SBK yang diperoleh siswa belum mencapai target yang ditetapkan yakni 75% oleh karena itu siklus 2. peneliti melanjutkan tindakan pada Data Siklus 2 Dari pelaksanaan tindakan 2 diperoleh data berdasarka masukan dari pengamat. Hal yang disiapkan yaitu rencana perbaikan untuk hal-hal yang dianggap kurang pada waktu tindakan 1. Perbaikan dilakukan pada ketepatan membaca not balok saat bermain rekorder. Data yang diperoleh dari hasil pembelajaran SBK siklus 2 pertemuan pertama dan kedua adalah sebagai berikut: Tabel 3 Prosentase Data Kegiatan Bermain ke 1 Rekorder Siklus 2 ke 2 76% 88% 82% Tabel 4 Prosentase Instrumen Membaca Not ke 1 Balok Siklus 2 ke 2 Ratarata Ratarata Ratarata 76,50% 82,25% 79,38% Berdasarkan refleksi dan analisis data pada siklus 2, ternyata hasil keterlaksanaan kegiatan bermain rekorder mencapai 82% dan instrumen membaca not balok mencapai 79,38%. Tindakan kelas pada siklus 2 ini dihentikan dan dianggap berhasil karena rata-rata keterlaksanaan kegiatan bermain rekorder sudah mencapai 82% dan instrument membaca not balok sudah mencapai 79,38%. Prosentase pada setiap siklus menunjukkan adanya peningkatan yang cukup baik, oleh karena itu penelitian tindakan kelas ini dihentikan sampai siklus 2.
Pembahasan Membaca not balok merupakan pendekatan pembelajaran yang menggunakan rekorder sebagai media pembelajaran. Siswa akan mengikuti pembelajaran yang menarik dan menyenangkan Pembelajaran membaca not balok melalui bermain rekorder ternyata dapat meningkatkan pemahaman siswa yang tergambar pada setiap siklusnya. Dari keterlaksanaan kegiatan bermain rekorder dari siklus 1 ke siklus 2 terjadi peningkatan dari 69,25% di siklus 1 menjadi 82% di siklus 2, terjadi kenaikan sebesar 12,75%, sementara instrument membaca not balok meningkat dari 67% ke 79,38%, terjadi kenaikan sebasar 12,38%. Merujuk pada analisis data pada penelitian baik pada instrumen membaca not balok maupun keterlaksanaan kegiatan bermain rekorder selama 2 siklus, maka kriteria keberhasilan telah tercapai dan melampaui target yang ditetapkan yakni sebesar 75%. Keterlaksanaan kegiatan bermain rekorder dari rata-rata siklus 1 sebesar 69,25% ke rata-rata siklus 2 sebesar 82%, sementara instrument minat membaca not balok pada siklus 2 mencapai 79,38%. Dengan indikasi demikian maka penelitian ini dihentikan pada siklus 2 dan tidak dilanjutkan ke siklus berikutnya karena penelitian dianggap telah berhasil. Kesimpulan Dari hasil penelitian di SDN Pulo Gebang 24 Pagi dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Kegiatan pembelajaran dengan menggunakan alat musik rekorder membantu siswa untuk memahami not balok dengan membayangkan posisi jari tangan. 2. Bermain rekorder dapat membangkitkan minat dan semangat siswa untuk belajar musik. 3. Guru harus kreatif mencari metode yang berhubungan dengan aktifitas bermain anak dalam upaya memahami materi pelajaran.
DAFTAR PUSTAKA Arikunto Suharsimi, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: Bumi Aksara. 2006. DePorter, Bobby. 2000. Quabtum Learning. Bandung: Kaifa. Jamalus 2002 Pendidikan Kesenian I (Musik). Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. Kasbolah, Kasihan. 1998. Penelitian Tindakan Kelas. Malang. Depdikbud. Madya, Suwarsih. 2006. Teori dan Praktek Penelitian Tindakan / Action Research. Bandung:Alfabeta. Nickol Pieter 2007 Panduan Praktis Membaca Notasi Musik Jakarta: Gramedia Puataka Utama. Purwanto, Eko Budhi. 2000. Jurnal Psikologi Anak: Malas Belajar. Tangerang: LPT Grahita Indonesia. Safrina, Rien. 1992. Pendidikan Seni Musik. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Thursan. 2006. Lagu-Lagu Wajib Dalam Permainan Suling Rekorder. Jakarta: Kawan Pustaka. Tim Penelitian Tindakan Universitas Negeri Yogyakarta. 1999 Kumpulan Materi Penelitian Tindakan (Action Research). Yogyakarta: Direktorat Menengah Umum dan Lembaga Penelitian Universitas Negeri Yogyakarta. Wibawa, Basuki. 2003. Penelitian Tindakan Kelas Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. WordNet 3.0,C 2006 By Princetown University. (http://.dictionary.com\ Ability-definitions.htm) Daftar Riwayat Hidup Peneliti: Drs, Satrio, adalah Dosen PGSD FIP UNJ