PEDOMAN PELAPORAN KEUANGAN PEMANFAATAN HUTAN PRODUKSI DAN PENGELOLAAN HUTAN (DOLAPKEU PHP2H)

dokumen-dokumen yang mirip
IKATAN AKUNTAN INDONESIA (INSTITUTE OF INDONESIA CHARTERED ACCOUNTANTS)

PERKEMBANGAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN INDONESIA MENUJU INTERNATIONAL FINANCIAL REPORTING STANDARDS

DAFTAR STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN BERLAKU SAMPAI DENGAN 31 DESEMBER 2011 PSAK / ISAK / PPSAK UMUM

PSAK TERBARU. Dr. Dwi Martani. 1-2 Juni 2010

DAMPAK PENCABUTAN PSAK: AKUNTANSI KEHUTANAN PSAK 32


PEDOMAN PELAPORAN KEUANGAN PEMANFAATAN HUTAN PRODUKSI DAN PENGELOLAAN HUTAN (DOLAPKEU PHP2H)

STANDAR AKUNTANSI ENTITAS TANPA AKUNTABILITAS PUBLIK

SAK UMUM vs SAK ETAP. No Elemen PSAK SAK ETAP

ANALISIS KONVERGENSI PSAK KE IFRS

Koreksi Editorial SAK

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LAMPIRAN C AMANDEMEN TERHADAP PSAK LAIN. Amandemen ini merupakan amandemen yang diakibatkan dari penerbitan ED PSAK 71: Instrumen Keuangan.

Ikatan Akuntan Indonesia. IAI Copy Right, all rights reserved

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.69/Menhut-II/2009 TENTANG

PSAK 66 PENGATURAN BERSAMA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.32/Menhut-II/2014 P.69/Menhut- II/2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. sawit, kopi, kakao, karet, nilam, lada, dan juga kelapa. Undang-Undang

PT GARUDA METALINDO Tbk


PERUBAHAN KEBIJAKAN AKUNTANSI, ESTIMASI DAN KOREKSI KESALAHAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KONVERGENSI IFRS DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERPAJAKAN: Hasil Penelitian Komprehensif dan Terlengkap atas Seluruh PSAK pasca Konvergensi IFRS

STANDAR AKUNTANSI INDUSTRI BATUBARA

Perkembangan Konvergensi International Financial Reporting Standards (IFRS) di Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

30 Juni 31 Desember

ANALISIS KOMPARATIF KEBIJAKAN AKUNTANSI PERUSAHAAN SEBELUM DAN SESUDAH KONVERGENSI STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN GLOBAL

PERBANDINGAN IFRS FOR SMEs (2015) vs SAK ETAP

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Pengungkapan dalam Laporan Keuangan. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang mengatur industri asuransi,

d1/march 28, sign: Catatan terlampir merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan konsolidasian secara keseluruhan

Pedoman Tugas Akhir AKL2

1 Januari 2010/ 31 Desember 31 Desember 31 Desember (Disajikan kembali)

Pengantar Umum PEDOMAN PELAPORAN KEUANGAN IUPHHK-RE Berdasarkan P.32/Menhut-II/2014

Lihat Catatan atas Laporan Keuangan Konsolidasi yang merupakan Bagian yang tidak terpisahkan dari Laporan ini

ORGANISASI NIRLABA. Oleh: Tri Purwanto

AKUNTANSI PAJAK PENGHASILAN

Dikompilasi dari Presentasi public hearing dan direvisi oleh: Ersa Tri Wahyuni, SE.,M.Acc.,CPMA

CA REVIEW PKP Pertemuan 2 Kasus Aplikasi Penerapan KPD2LK

BAB III METODE PENELITIAN

ED PSAK 1. penyajian laporan keuangan. exposure draft

PT RICKY PUTRA GLOBALINDO Tbk dan ANAK PERUSAHAAN LAPORAN KEUANGAN KONSOLIDASI. Pada tanggal 30 Maret 2012 dan 2011 (Tidak Diaudit)

PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN

PT PELANGI INDAH CANINDO Tbk LAPORAN POSISI KEUANGAN PER 31 DESEMBER 2012 DAN 2011 (Disajikan dalam Rupiah penuh kecuali dinyatakan lain)

30 September 31 Desember Catatan

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

ANALISIS KONVERGENSI PSAK KE IFRS TERHADAP POS POS LAPORAN KEUANGAN PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK PERIODE

KONTRAK ASURANSI Menerapkan ED PSAK 71: Instrumen Keuangan dengan PSAK 62: Kontrak Asuransi

BAB VII SIMPULAN DAN REKOMENDASI. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi praktik penerapan konvergensi

PSAK 24 IMBALAN KERJA. Oleh: Kelompok 4 Listya Nindita Dicky Andriyanto

PSAK 25 (Revisi 2009) Perubahan Estimasi. Taufik Hidayat,.SE,.Ak,.MM Universitas Indonesia

ASET Catatan Januari 2014 Disajikan Kembali- Catatan 6 Rp Rp Rp

PSAK 25 Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

BANK METRO EXPRESS LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) Tanggal 29 Februari 2016 dan 31 Desember 2015

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN BANK : PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO). Tbk TANGGAL LAPORAN : Per 30 September 2016

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN BANK : PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO). Tbk TANGGAL LAPORAN : Per 31 Maret 2017

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN BANK : PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO). Tbk TANGGAL LAPORAN : Per 28 Februari 2017

PSAK 4 LAPORAN KEUANGAN TERSENDIRI Aria Farah Mita

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

PT JAYA REAL PROPERTY TBK LAPORAN POSISI KEUANGAN KONSOLIDASIAN Per 30 Juni 2011 dan 31 Desember 2010 (Dalam Ribuan Rupiah) 31 Desember 2010

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN BANK : PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO). Tbk TANGGAL LAPORAN : Per 31 Desember 2016

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN BANK : PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO). Tbk TANGGAL LAPORAN : Per 31 Oktober 2016

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN BANK : PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO). Tbk TANGGAL LAPORAN : Per 31 Januari 2017

LIABILITAS DAN EKUITAS LIABILITAS 1. Giro 126,249, Tabungan 150,395, Simpanan berjangka 176,843, Dana investasi revenue sharing

LIABILITAS DAN EKUITAS LIABILITAS 1. Giro 140,517, Tabungan 169,907, Simpanan berjangka 177,035, Dana investasi revenue sharing

LIABILITAS DAN EKUITAS LIABILITAS 1. Giro 127,892, Tabungan 151,961, Simpanan berjangka 171,717, Dana investasi revenue sharing

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 31 JANUARI (dalam jutaan rupiah) POS - POS 31 JANUARI 2017

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 31 MARET (dalam jutaan rupiah) POS - POS 31 MARET 2017

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 28 FEBRUARI (dalam jutaan rupiah) POS - POS 28 FEBRUARI 2017

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 30 APRIL (dalam jutaan rupiah) POS - POS 30 APRIL 2017

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 31 MEI (dalam jutaan rupiah) POS - POS 31 MEI 2017

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 30 JUNI (dalam jutaan rupiah) POS - POS 30 JUNI 2017

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 31 JANUARI (dalam jutaan rupiah) POS - POS 31 JANUARI 2018

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 28 FEBRUARI (dalam jutaan rupiah) POS - POS 28 FEBRUARI 2018

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 31 MARET (dalam jutaan rupiah) POS - POS 31 MARET 2018

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 31 DESEMBER (dalam jutaan rupiah) POS - POS 31 DESEMBER 2016

PT BANK DBS INDONESIA LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN 31 DESEMBER (dalam jutaan rupiah) POS - POS 31 DESEMBER 2017

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

LAPORAN POSISI KEUANGAN (NERACA) BULANAN

Transkripsi:

PEDOMAN PELAPORAN KEUANGAN PEMANFAATAN HUTAN PRODUKSI DAN PENGELOLAAN HUTAN (DOLAPKEU PHP2H) Pelatihan APHI 18 MEI 2011 Dwi Martani & Taufik Hidayat Staf Pengajar Departemen Akuntansi FEUI Tim Penyusun DOLAPKEU 1

Agenda Latar Belakang Tujuan dan Lingkup Penerapan Acuan Pedoman Struktur Pedoman Karakteristik IUPHHK, HTI dan Pengelolaan Hutan: Gambaran Umum Kegiatan IUPHHK/HTI dan Pengelolaan Hutan, Risiko Terkait Industri, Perlakuan Akuntansi Khusus Diskusi

Latar Belakang Perubahan Regulasi Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2008 Penatausahaan keuangan Pengakuan aset oleh pemegang izin usaha Pencabutan PSAK 32 Perkembangan Bisnis Perkembangan Standar Akuntansi Keuangan menuju pada penggunaan IFRS

Perubahan Regulasi Ketentuan dalam PP 6 tahun 2007 Tanaman yang dihasilkan pada HTI merupakan aset pemegang izin usaha, dan dapat dijadikan agunan sepanjang izin usahanya masih berlaku. (ps 40) Saat hapusnya ijin, barang tidak bergerak menjadi milik negara, sedangkan tanaman yang telah ditanam dalam areal kerja menjadi aset pemegang izin. (ps 82)

PSAK 32 Ketentuan HTI Apabila tidak tersedia pohon siap tebang, maka biaya yang berhubungan dengan usaha penanaman dikapitalisasi sebagai " HTI dalam pengembangan sampai umur siap tebang dan diamortisasi selama jangka waktu masa konsesi, dan amortisasi dimulai sejak penebangan dilakukan serta dibukukan sebagai biaya produksi. Amortisasi dapat dilakukan dengan menggunakan metode garis lurus atau metode Unit of Production. Apabila tersedia pohon siap tebang, maka biaya tersebut dibukukan sebagai biaya produksi.

Pencabutan PSAK 32 Dalam rangka adopsi IFRS IFRS tidak mengenal standar akuntansi industri Perbedaan intepretasi tentang biaya penanaman dan pemeliharaan pada saat tersedia pohon siap tebang. Inkonsistensi PSAK 32 dengan Kerangka Dasar dan PSAK lain Perubahan regulasi PSAK industri lain yang telah dicabut: Jalan Tol Telekomunikasi Perbankan

Perkembangan Bisnis Hutan alam menjadi semakin berkurang Hutan industri berkembang Untuk mengembangkan hutan industri diperlukan investasi membutuhkan pendanaan tanaman sebagai agunan

Perkembangan Standar Akuntansi Banyak perubahan dalam standar akuntansi yang terjadi dan cukup signifikan mempengaruhi laporan keuangan (hingga tahun 2007) Akuntansi pajak penghasilan Imbalan pasca kerja Kewajiban estimasi Aset Tetap Sewa Dll Harmonisasi PSAK dengan IAS dimulai 1994 Adopsi penuh IFRS 2012

ROADMAP Tahap adopsi (2008-2010) Adopsi seluruh IFRS ke PSAK Persiapan infrastruktur yang diperlukan Evaluasi dan kelola dampak adopsi terhadap PSAK yang berlaku Tahap persiapan akhir (2011) Penyelesaian persiapan infrastruktur yang diperlukan Penerapan secara bertahap beberapa PSAK berbasis IFRS Tahap implementasi (2012) Penerapan PSAK berbasis IFRS secara bertahap Evaluasi dampak penerapan PSAK secara komprehensif 9

PSAK Disahkan 2007-2008 1. PSAK 16 (revisi 2007) : Aset Tetap 2. PSAK 13 (revisi 2007) : Properti Investasi 3. PSAK 30 (revisi 2007) : Sewa 4. PSAK 14 (revisi 2008) : Persediaan 10

PSAK Disahkan 23 Desember 2009 1. PSAK 1 (revisi 2009) : Penyajian Laporan Keuangan 2. PSAK 2 (revisi 2009) : Laporan Arus Kas 3. PSAK 4 (revisi 2009) : Laporan Keuangan Konsolidasian dan Laporan Keuangan Tersendiri 4. PSAK 5 (revisi 2009) : Segmen Operasi 5. PSAK 12 (revisi 2009) : Bagian Partisipasi dalam Ventura Bersama 6. PSAK 15 (revisi 2009) : Investasi Pada Entitas Asosiasi 7. PSAK 25 (revisi 2009) : Kebijakan Akuntansi, Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Kesalahan 8. PSAK 48 (revisi 2009) : Penurunan Nilai Aset 9. PSAK 57 (revisi 2009) : Provisi, Liabilitas Kontinjensi, dan Aset Kontinjensi 10.PSAK 58 (revisi 2009) : Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi yang Dihentikan 11

Interpretasi Disahkan 23 Desember 2009 1. ISAK 7 (revisi 2009): Konsolidasi Entitas Bertujuan Khusus 2. ISAK 9 : Perubahan atas Liabilitas Purna Operasi, Liabilitas Restorasi, dan Liabilitas Serupa 3. ISAK 10 : Program Loyalitas Pelanggan 4. ISAK 11 : Distribusi Aset Nonkas Kepada Pemilik 5. ISAK 12 : Pengendalian Bersama Entitas: Kontribusi Nonmoneter oleh Venturer 12

PPSAK Disahkan Sepanjang 2009 (Berlaku efektif 2010) 1. PPSAK 1 : Pencabutan PSAK 32 Akuntansi Kehutanan, PSAK 35 Akuntansi Pendapatan Jasa Telekomunikasi, dan PSAK 37 Akuntansi Penyelenggaraan Jalan Tol 2. PPSAK 2 : Pencabutan PSAK 41: Akuntansi Waran dan PSAK 43: Akuntansi Anjak Piutang 3. PPSAK 3 : Pencabutan PSAK 54: Akuntansi Restrukturisasi Utang Piutang bermasalah 4. PPSAK 4 : Pencabutan PSAK 31 (revisi 2000): Akuntansi Perbankan, PSAK 42: Akuntansi Perusahaan Efek, dan PSAK 49: Akuntansi Reksa Dana 5. PPSAK 5 : Pencabutan ISAK 06: Interpretasi atas Paragraf 12 dan 16 PSAK No. 55 (1999) tentang Instrumen Derivatif Melekat pada Kontrak dalam Mata Uang Asing 6. PPSAK 8 : Pencabutan PSAK 27: Akuntansi Perkoperasian 13

PPSAK Per Januari 2011 Menunggu Masukan Publik 7. PPSAK 6 : Pencabutan PSAK 21: Akuntansi Ekuitas, ISAK 1: Interpretasi atas Paragraf 23 PSAK No. 21 tentang Penentuan Harga Pasar Dividen Saham; ISAK 2 Interpretasi atas Penyajian Piutang pada Pemesan Saham dan ISAK 3 Interpretasi tentang Perlakuan Akuntansi atas Pemberian Sumbangan atau Bantuan. 8. PPSAK 7 : Pencabutan PSAK 44: Akuntansi Aktivitas Pengembangan Real Estat 9. PPSAK 9 : Pencabutan PSAK 47: Akuntansi Tanah 10.PPSAK 10: Pencabutan PSAK 51: Akuntansi kuasi reorganisasi 11.PPSAK 11: Pencabutan PSAK 39: Kerja Sama Operasi 14

PSAK & ISAK Disahkan 2010 PSAK Disahkan 19 Februari 2010 PSAK 19 (2010) : Aset tidak berwujud PSAK 23 (2010) : Pendapatan PSAK 7 (2010) : Pengungkapan Pihak Pihak yang Berelasi PSAK 22 (2010) : Kombinasi Bisnis (disahkan 3 Maret 2010) PSAK 10 (2010) : Transaksi Mata Uang Asing (23 Maret 2010) ISAK 13 (2010) : Lindung Nilai Investasi Neto dalam Kegiatan Usaha Luar Negeri ISAK 14 (2010) : Biaya Situs Web 15

PSAK Disahkan 2010 PSAK 24 (2010) : Imbalan Kerja PSAK 18 (2010) : Program Manfaat Purnakarya PSAK 3 : Laporan Keuangan Interim PSAK 60 : Instrumen Keuangan: Pengungkapan PSAK 50 (R 2010) : Instrumen Keuangan: Penyajian PSAK 8 (R 2010) : Peristiwa Setelah Tanggal Neraca PSAK 34 (R 2010) : Akuntansi Kontrak Konstruksi PSAK 46 (R 2010) : Akuntansi Pajak Penghasilan PSAK 61 : Akuntansi Hibah Pemerintah dan Pengungkapan Bantuan Pemerintah PSAK 53 (R 2010) : Pembayaran Berbasis Saham 16

ISAK Disahkan 2010 ISAK 15 ISAK 17 ISAK 18 ISAK 20 : Batas Aset Imbalan Pasti, Persyaratan Pendanaan Minimum dan Interaksinya. : Laporan Keuangan Interim dan Penurunan Nilai : Bantuan Pemerintah Tidak Ada Relasi Spesifik dengan Aktivitas Operasi : Pajak penghasilan Perubahan Dalam Status Pajak Entitas atau Para Pemegang Saham 17

ED PSAK & ISAK Menunggu Masukan Publik 1. ED PSAK 63 : Pelaporan Keuangan dalam Ekonomi Hiperinflasi 2. ED PSAK 45 : Pelaporan Keuangan Organisasi Nirlaba 3. ED ISAK 16 : Perjanjian Konsesi Jasa 4. ED ISAK 19 : Penerapan Pendekatan Penyajian Kembali dalam PSAK 63: Pelaporan Keuangan dalam Ekonomi Hiperinflasi 5. ED ISAK 21 : Perjanjian Konstruksi Real Estat

ED PSAK & ISAK AKAN PUBLIC HEARING 1. ED PSAK 28 (R 2010) : Akuntansi Asuransi Kerugian 2. ED PSAK 36 (R 2010) : Akuntansi Asuransi Jiwa 3. ED PSAK 56 (R 2010) : Laba Per Saham 4. ED PSAK 62 (R 2010) : Kontrak Asuransi IAS 41 (Agriculture)? : 2011

Tujuan Menciptakan keseragaman penerapan perlakuan akuntansi dan penyajian laporan keuangan. Menerapkan standar dan praktik akuntansi yang relevan. Mencerminkan laporan keuangan yang lebih informatif dan transparan. Memberikan gambaran perkembangan dan kondisi keuangan yang oleh Pemerintah (regulator) digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan. Memanfaatkan hutan secara tertib, menaati semua ketentuan dan kewajiban sesuai dengan ketentuan dan perundanganundangan yang berlaku. Mendukung usaha Pemerintah di dalam pengenaan pajak, pemungutan Dana Reboisasi dan Provisi Sumber Daya Hutan secara tertib.

Lingkup Penerapan Pemegang IUPHHK Hutan Alam Pemegang IUPHHK Hutan Tanaman Industri Pengelolaan Hutan oleh BUMN ( PERUM PERHUTANI )

Acuan Penyusunan Peraturan perundang-undangan. Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan, PSAK, dan ISAK. International Accounting Standard (IAS), Statement of Financial Accounting Standard (SFAS). Praktek-praktek akuntansi yang berlaku umum. Dalam hal terdapat perbedaan antara peraturan perundang-undangan dan PSAK dalam penyusunan laporan keuangan, maka acuan yang digunakan adalah peraturan perundang-undangan yang berlaku dan terkait.

Dasar Penyusunan Format pedoman mengikuti format pedoman penyajian dan pengungkapan laporan keuangan pada emiten / P3LKE Bapepam Referensi : Regulasi Pemerintah Standar Akuntansi Keuangan, IAS/IFRS

Struktur Pedoman 1. Pedoman Pelaporan Keuangan Pemanfaatan Hutan Produksi dan Pengelolaan Hutan (DOLAPKEU-PHP2H) 2. Tebel kegiatan dan Pengakuan Beban: 1. Tabel 1.A : Kegiatan & Perlakuan Akuntansi IUPHHK HA; 2. Tabel 1.B : Kegiatan dan Perlakuan Akuntansi IUPHHK- HT (HT Dalam Pengembangan); 3. Tabel 1.C : Kegiatan dan Perlakuan Akuntansi IUPHHK- HT (HT Siap Panen); 3. Contoh Format Laporan Keuangan Pemanfaatan Hutan Produksi dan Pengelolaan Hutan.

Karakteristik Usaha Kegiatan pemanfaatan hasil hutan kayu adalah kegiatan untuk memanfaatkan dan mengusahakan hasil hutan berupa kayu dengan tidak merusak lingkungan dan tidak mengurang fungsi pokoknya. Karakteristik khusus aktivitas pengelolaan dan transformasi biologis atas tanaman untuk menghasilkan produk yang akan dikonsumsi atau diproses lebih lanjut. Pemanfaatan hutan kayu dalam hutan alam dan hutan tanaman industri pada hutan produksi dapat dilakukan dengan satu atau lebih sistem.

Izin Pemerintah Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dalam Hutan Alam pada Hutan Produksi (IUPHHK-HA); Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Restorasi Ekosistem dalam Hutan Alam pada Hutan Produksi (IUPHHK RE); Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu pada Hutan Tanaman Industri dalam Hutan Tanaman pada Hutan Produksi (IUPHHK HTI); dan Pengelolaan Hutan oleh BUMN (PERUM PERHUTANI)

Risiko Industri Kondisi Nasional Peraturan perundangan Masalah perizinan Kegagalan panen karena kondisi alam Pemogokan karyawan Kerusuhan dan penjarahan Perambahan dan pembalakan liar Kondisi internasional dan regional Fluktuasi harga dan valas, kuota, iklim global, dll Perikatan Perubahan Teknologi Risiko Leverage

Perlakuan Akuntansi Khusus Hutan Alam Kegiatan pemanenan atau penebangan dilakukan terlebih dahulu kemudian dilanjutkan penanaman dan pemeliharaan. Hutan Tanaman Kegiatan dimulai penanaman dan pemeliharaan dilanjutkan pemanenan hasil hutan Pendapatan diakui saat tanaman telah menghasilkan. Biaya yang dikeluarkan dikapitalisasi menjadi aset perusahaan.

Hutan Alam Biaya dibebankan sebagai biaya produksi. Biaya yang memiliki masa manfaat lebih dari satu tahun dikapitalisasi sebagai aset atau beban tangguhan. Biaya yang dikapitalisasi dibebankan sebesar beban depresiasi/amortisasi sesuai masa manfaat. Metode disesuaikan dengan manfaat dari aset tersebut dengan jangka waktu paling lama masa konsesi. Penanaman tanah kosong di areal hutan alam menggunakan sistem silvikultur tertentu, tanamannya menjadi aset perusahaan selama masa konsesi. Lihat Tabel 1.A

Hutan Tanaman Biaya untuk pengelolaan hutan diakumulasikan dalam Hutan Tanaman dalam Pengembangan (HTDP). Akumulasi dilakukan setiap blok atau areal, sehingga harus tersedia catatan detail untuk tiap blok atau area. Jika dalam satu blok sudah terdapat tanaman maka hasil penjualan dicatat sebagai pengurang HTDP. Jika terdapat tanaman siap tebang, dipindahkan ke Hutan Tanaman Siap Panen (HTSP). HTSP didepresiasikan dengan metode unit (kayu) atau garis lurus (non kayu). Lihat Tabel 1.B dan 1.C

Ketentuan Peralihan Sebelumnya Perusahaan mengikuti ketentuan PSAK 32 melakukan pembebanan biaya pada HTI daur kedua dan selanjutnya. Bagi yang telah membebankan sebagai biaya dan tidak dapat mengidentifikasi biaya HT maka tidak perlu melakukan penyesuaian saldo laba pada periode sebelumnya. Penjelasan dalam catatan atas laporan keuangan atas perubahan akuntansi HT minimal selama jangka waktu satu daur tanaman. Jika tidak memungkinkan disajikan laporan keuangan komparatif harus dijelaskan alasannya.

DISKUSI