ANALISIS FREKUENSI, DAMPAK, DAN JENIS KETERLAMBATAN PADA PROYEK KONSTRUKSI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Analisa dengan menggunakan Theory Of Constraint (TOC) atau disebut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konstruksi adalah suatu rangkaian kegiatan proyek yang berkaitan dengan bidang

SURVEI AWAL KESIAPAN KONTRAKTOR DI SURABAYA DALAM MENERAPKAN TIME IMPACT ANALYSIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KAJIAN FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN WAKTU PELAKSANAAN PROYEK KONSTRUKSI

PENGATURAN RISIKO HUJAN DALAM KONTRAK SERTA DAMPAK DAN KENDALANYA PADAPROYEK KONSTRUKSI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Faktor-Faktor penghambat yang terjadi pada proyek konstruksi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IDENTIFIKASI DAN ALOKASI RISIKO-RISIKO PADA PROYEK SUPERBLOK DI SURABAYA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. CPM memiliki karakteristik yang berbeda-beda, baik dari sisi kontraktor maupun

ANALISIS FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN PADA BANGUNAN TINGGI DI SURABAYA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan rincian pada bab IV, maka pada bab V ini dapat disimpulkan

DAFTAR PUSTAKA. 3. Diphohusodo, Istimawan., (1996), Manajemen Proyek Konstruksi, Jilid 1 & 2, Penerbit Kanisius, Yogyakarta, Indonesia.

ANALISA FREKUENSI DAN BESARAN NILAI CHANGE ORDER SERTA FAKTOR PENYEBAB NYA PADA PEKERJAAN KONSTRUKSI BANGUNAN TINGGI

FAKTOR-FAKTOR YANG MENYEBABKAN KETERLAMBATAN WAKTU PELAKSANAAN PROYEK PADA PEKERJAAN JALAN DAN JEMBATAN DI KABUPATEN MOROWALI

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Memiliki tujuan khusus, produk akhir atau hasil kerja akhir. ditentukan atau mempunyai jangka waktu tertentu.

PRESENTASI UJIAN TESIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERKONTRIBUSI TERHADAP KETERLAMBATAN PROYEK KONSTRUKSI DI PT. NEWMONT NUSA TENGGARA

SURVEI MENGENAI BIAYA OVERHEAD SERTA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB PENGERJAAN ULANG (REWORK) YANG BERKAITAN DENGAN MANAJERIAL PADA PROYEK KONTRUKSI JALAN DI KABUPATEN ROKAN HULU

KETERLAMBATAN WAKTU PELAKSANAAN PROYEK : KLASIFIKASI DAN PERINGKAT DARI PENYEBAB-PENYEBABNYA

ANALISA WHAT IF SEBAGAI METODE ANTISIPASI KETERLAMBATAN DURASI PROYEK

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. rapat internal mingguan proyek konstruksi dan hal yang dibahas dalam rapat

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XXIII Program Studi MMT-ITS, Surabaya, 1 Agustus 2015

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jadwal pekerjaan sebelum pelaksanaan proyek konstruksi yang dimaksudkan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. penyelesaian proyek secara umum sebagai berikut : 2. Berdasarkan analisis data dengan menggunakan metode mean ( ratarata

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian mengenai analisis faktor-faktor penyebab keterlambatan pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ada titik awal dan titik akhir serta hasil tertentu. Dalam suatu proyek

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dana tertentu dan dimaksudkan untuk melaksanakan tugas yang sasarannya telah

TINGKAT KEPENTINGAN FAKTOR FAKTOR PRODUKTIVITAS PEKERJA BERDASARKAN TINGKAT PENGARUH DAN TINGKAT FREKUENSI

STUDI PERSEPSI FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KLAIM PADA PELAKSANAAN PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG

STUDI FAKTOR PENYEBAB, DAMPAK, DAN MITIGASI RISIKO KETERLAMBATAN PROYEK KONSTRUKSI BANGUNAN GEDUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Analisa Antisipasi Keterlambatan Durasi Proyek Pembangunan Gedung 2 (dua) Lantai Bank CNB Pusat Surabaya BAB I PENDAHULUAN

BAB V. KESIMPULAN dan SARAN. Penelitian ini adalah hasil studi dari sejumlah responden yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA. Hamzah,Muzadir Analisis Faktor Penyebab Keterlambata Penyelesaian Proyek Konstruksi. Jakarta.Uni. Bung Hatta.

MENGANTISIPASI KETERLAMBATAN DAN SOLUSI PERCEPATAN DENGAN ANALISIS WHAT IF

PANDANGAN KONTRAKTOR DAN PEMILIK TERHADAP PERAN PEMILIK DALAM KESELAMATAN KERJA PROYEK KONSTRUKSI DI SURABAYA

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI COST OVERRUNS PADA PROYEK KONSTRUKSI DI SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang marak dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Pengelolaan risiko..., Budi Suanda, FT UI, 2008

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara ideal, hal yang paling memuaskan dan dinilai sukses. dari suatu bentuk kegiatan adalah ketika kegiatan tersebut dapat

ANALISIS FAKTOR PENYEBAB KLAIM KONTRAK DAN PENYELESAIANNYA PADA PROYEK KONSTRUKSI

FAKTOR KRITIS KESUKSESAN ANTARA KONTRAKTOR DAN OWNER PADA PROYEK PAKUWON CITY SURABAYA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN PELAKSANAAN PROYEK KONSTRUKSI

STUDI FAKTOR-FAKTOR KETERLAMBATAN PROYEK PADA KONTRAKTOR DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. periode tertentu (temporer) (Maharesi, 2002). Menurut Nurhayati (2010) Proyek

PERBANDINGAN PPC DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PADA DUA PROYEK APARTEMEN

FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN PEKERJAAN KONSTRUKSI MENURUT PRESEPSI KONTRAKTOR

PANDANGAN KONTRAKTOR TERHADAP KLAUSUL-KLAUSUL KONTRAK PADA PROYEK KONSTRUKSI Theodorus Bryan 1, Yosua S. Sidarta 2, Andi 3

Universitas Indonesia. Pengaruh proses perencanaan..., Leonard, FT UI, 2009

FAKTOR-FAKTOR YANG BERPENGARUH TERHADAP KETERLAMBATAN PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG DI KOTA MEDAN TUGAS AKHIR

EVALUASI DAN ANALISA JADWAL PADA PELAKSANAAN PEKERJAAN STRUKTUR PROYEK KONSTRUKSI (STUDI KASUS PROYEK X )

STUDI MENGENAI DIRECTED CHANGES DAN CONSTRUCTIVE CHANGES PADA PROYEK BANGUNAN TINGGI DI SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pekerjaan proyek konstruksi, waktu (time) adalah salah satu

Asraf Ali Hamidi JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. menangani proyek konstruksi di kawasan Daerah Kabupaten Badung, dapat diperoleh

ANALISA RESIKO TERHADAP WAKTU PENYELESAIAN PROYEK PADA PEMBANGUNAN PERUMAHAN PERUMAHAN DI SURABAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISA KELAYAKAN INVESTASI AKIBAT KETERLAMBATAN DIMULAINYA PEMBANGUNAN PROYEK DI KOTA MALANG (STUDI KASUS MALANG TRADE CENTER BLIMBING)

PROJECT PLANNING AND CONTROLLING GEDUNG RUSUNAWA UNIVERSITAS INDONESIA DENGAN MS.PROJECT

HALAMAN JUDUL HALAMAN PERNYATAAN...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGENDALIAN WAKTU PADA PROYEK GEDUNG BERTINGKAT 5 (STUDI KASUS : PEMBANGUNAN PASAR INPRES II KOTA PADANG)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tersebut dibuat (Arditi and Patel, 1989)

ANTISIPASI KETERLAMBATAN PROYEK MENGGUNAKAN METODE WHAT IF DITERAPKAN PADA MICROSOFT PROJECT

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V PENUTUP. Tabel 5.1. Indikator resiko dengan dampak tertinggi

Lampiran 1 : KUESIONER REDUKSI VARIABEL PENELITIAN

STUDI FAKTOR PENGHAMBAT PELAKSANAAN KONSTRUKSI DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang marak dengan

BAB 3 METODE PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERLAMBATAN PELAKSANAAN PEKERJAAN PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG BERTINGKAT DI KABUPATEN SUMBAWA NUSA TENGGARA BARAT

ANALISA RISIKO PELAKSANAAN PROYEK APARTEMEN PUNCAK KERTAJAYA SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. dimulai, dan kapan harus diselesaikan. Setiap pelaksanaan proyek konstruksi

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERLAMBATAN PADA PROYEK PEMERINTAHAN DI KOTA KUPANG

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

POLITEKNIK NEGERI MEDAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG DAPAT MENGUBAH METODE PELAKSANAAN KERJA PADA PROYEK-PROYEK KONSTRUKSI DI KOTA MEDAN LAPORAN

Kajian Potensi Terjadinya Tuntutan Penyedia Jasa Pada Proyek Konstruksi BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.2 Keterlambatan Konstruksi

Owner (Pemilik Proyek)

Praktek Perencanaan dan Pengendalian Proyek pada Kontraktor Kecil

BAB I PENDAHULUAN. McGraw-Hill, Journal of Construction Engineering and Management, Vol. 119, No.4, December, 1993, pg ), hal.

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. proyek atau pekerjaan dan memberikannya kepada pihak lain yang mampu

MODEL FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB DAN DAMPAK KETERLAMBATAN PROYEK KONSTRUKSI DI SURABAYA

BAB III SISTEM ORGANISASI DAN MANAJEMEN PROYEK. proyek dengan tujuan mengatur tahap tahap pelaksanaan

ANALISIS FAKTOR KETERLAMBATAN PROYEK TERHADAP PEMBENGKAKAN BIAYA PROYEK BANGUNAN GEDUNG DI SURAKARTA SKRIPSI

IDENTIFIKASI FAKTOR PENYEBAB KETERLAMBATAN PELAKSANAAN PROYEK KONSTRUKSI JALAN BATAS KOTA BUKIT TINGGI - LUBUK SIKAPING BATAS SUMUT TESIS.

Transkripsi:

ANALISIS FREKUENSI, DAMPAK, DAN JENIS KETERLAMBATAN PADA PROYEK KONSTRUKSI Theresia Monica Sudarsono 1, Olivia Christie 2 and Andi 3 ABSTRAK: Dalam proyek konstruksi terdapat beberapa kemungkinan terjadinya keterlambatan yang disebabkan oleh keunikan yang dimiliki setiap proyek. Keterlambatan proyek konstruksi akan sangat berdampak pada pihak yang terlibat di dalamnya, yaitu dan kontraktor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang paling sering terjadi, faktor yang berdampak besar terhadap waktu penyelesaian proyek, dan untuk mengetahui termasuk jenis keterlambatan apakah faktor-faktor tersebut menurut pengalaman dan harapan kedua pihak. Penelitian dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada dan kontraktor yang berada di Surabaya. Hasil yang diperoleh diolah dengan Microsoft Excel dan Statistical Product and Service Solution (SPSS). Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor yang paling sering terjadi dan berdampak besar terhadap keterlambatan proyek dari sisi adalah faktor kekurangan tenaga kerja. Dari sisi kontraktor, perubahan desain/detail pekerjaan pada waktu pelaksanaan merupakan faktor yang sering terjadi dan berdampak besar. Selain itu, kedua pihak juga berpendapat bahwa faktor keterlambatan subkontraktor merupakan faktor yang sering terjadi dan berdampak besar. Jenis keterlambatan yang dihasilkan pada penelitian ini menunjukkan bahwa berdasarkan pengalaman dan harapan pada umumnya sama, sedangkan menurut kontraktor, apa yang terjadi selama ini masih ada yang tidak sesuai dengan harapan. KATA KUNCI: keterlambatan proyek; frekuensi; dampak; jenis keterlambatan 1. PENDAHULUAN Setiap proyek konstruksi umumnya mempunyai rencana dan jadwal pelaksanaan tertentu. Pembuatan jadwal pelaksanaan ini selalu mengacu pada perkiraan yang ada pada saat rencana pembangunan dibuat. Oleh karena itu, masalah dapat timbul apabila terjadi ketidaksesuaian antara apa yang telah direncanakan dengan kenyataan yang terjadi. Tetapi pada kenyataannya, pelaksanaan proyek selalu mengalami kendala, baik itu kendala yang sudah diperhitungkan, maupun kendala di luar perhitungan perencana. Kendala inilah yang menjadi penyebab terhambatnya pelaksanaan proyek, sehingga aktivitas-aktivitas proyek tersebut tidak berjalan sesuai dengan rencana. Keterlambatan proyek akan berdampak pada aspek lain dalam proyek. Sebagai contoh, keterlambatan akan menyebabkan meningkatnya biaya untuk mempercepat suatu aktivitas dan bertambahnya overhead cost pada proyek. Selain itu, keterlambatan juga dapat menyebabkan turunnya kualitas suatu pekerjaan karena pekerjaan tersebut terpaksa dilakukan lebih cepat daripada yang seharusnya sehingga ada kemungkinan pelanggaran beberapa hal teknis demi mengurangi keterlambatan proyek. Keterlambatan proyek konstruksi juga akan menyebabkan kerugian materi baik bagi pihak proyek maupun kontraktor. Bagi proyek, keterlambatan penyelesaian pekerjaan proyek akan 1 Mahasiswa Program Studi Teknik Sipil Universitas Kristen Petra, monica120410@gmail.com. 2 Mahasiswa Program Studi Teknik Sipil Universitas Kristen Petra, olivia.christie.12@gmail.com. 3 Dosen Program Studi Teknik Sipil Universitas Kristen Petra, andi@petra.ac.id 1

menyebabkan kerugian terhadap waktu operasi hasil proyek, sehingga penggunaan dan profit yang didapat menjadi mundur atau terhambat. Sedangkan kontraktor akan mengalami kerugian waktu dan biaya, karena keuntungan yang diharapkan oleh kontraktor berkurang, dan tidak mencapai target yang diharapkan bahkan bisa saja tidak mendapat keuntungan sama sekali karena bertambahnya waktu pelaksanaan yang berarti akan ada penambahan upah tenaga kerja, biaya sewa alat, dan lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui frekuensi dan dampak dari faktor keterlambatan, serta untuk mengetahui penentuan jenis keterlambatan berdasarkan pengalaman dan harapan kedua pihak. Diharapkan penelitian ini dapat menjadi acuan untuk menyusun rencana dengan sebaik mungkin, sehingga keterlambatan waktu penyelesaian proyek dapat dikendalikan dan diminimalisir. 2. LANDASAN TEORI 2.1. Keterlambatan Proyek Menurut Arditi dan Patel (1989) keterlambatan proyek konstruksi didefinisikan sebagai adanya akibat dari tidak terpenuhinya jadwal yang telah dibuat, yang disebabkan perbedaan kondisi latar belakang dengan kenyataan. Adanya keterlambatan proyek sering kali menjadi sumber perselisihan dan tuntutan antara dan kontraktor. Kontraktor akan terkena denda penalti sesuai kontrak, sedangkan bagi akan mengurangi pemasukan akibat penundaan pengoperasian (Alifen, Setiawan, & Sunarto, 2000). 2.2. Faktor-Faktor Keterlambatan Proyek Proyek konstruksi merupakan proyek yang kompleks dengan melibatkan banyak pihak, sehingga setiap proyek memiliki keunikan. Oleh karena itu, faktor-faktor yang menyebabkan keterlambatan pada proyek sangat banyak dan bervariasi, diantaranya adalah faktor-faktor pada Tabel 1. 2.3. Jenis Keterlambatan Proyek Keterlambatan proyek konstruksi dapat dibagi menjadi 2 jenis (Bramble & Callahan, 1991), yaitu : 2.3.1. dapat dimaafkan (excusable delay) Keterlambatan jenis ini merupakan keterlambatan yang terjadi diluar prediksi dan kendali siapapun. Menurut Alaghbari et al. (2007), secara umum pada kontrak mengizinkan kontraktor mendapatkan perpanjangan waktu kerja kontrak untuk penyelesaian proyek jika keterlambatan proyek itu terjadi, akan tetapi tidak untuk tambahan uang. Excusable delay sendiri terbagi menjadi 2, yaitu : a. mendapatkan ganti rugi waktu dan biaya (excusable compensatory delay) Keterlambatan proyek yang terjadi ini disebabkan oleh kelalaian atau kesalahan dari pihak owner untuk memenuhi dan melaksanakan kewajiban dalam kontrak secara tepat. Masalah perubahan gambar rencana, keterlambatan dalam menyetujui gambar kerja, serta pembayaran yang tertunda inilah yang menjadi salah satu contoh penyebab keterlambatan proyek dalam jenis ini. Maka dalam hal ini kontraktor berhak atas ganti rugi biaya dan perpanjangan waktu. b. mendapatkan ganti rugi waktu (excusable non-compensatory delay) Keterlambatan proyek yang tidak layak mendapat ganti rugi merupakan keterlambatan yang disebabkan oleh sebuah peristiwa yang tidak terduga dan semuanya berada diluar kendali dan kemampuan baik kontraktor maupun. diklasifikasikan dalam jenis ini dalam kebanyakan kasus tidak akan mendapatkan kompensasi (ganti rugi), tetapi mungkin diperbolehkan menerima perpanjangan waktu (Majid, 1997). 2.3.2. tidak dapat dimaafkan (non-excusable delay) Menurut Alaghbari et al. (2007), keterlambatan ini disebabkan oleh kontraktor, subkontraktor, atau supplier, bukan karena kesalahan. Kontraktor mungkin berhak atas kompensasi dari subkontraktor atau supplier, tetapi tidak ada kompensasi dari. Oleh karena itu, keterlambatan 2

yang tidak bisa dimaafkan ini mengakibatkan tidak ada tambahan uang dan tidak ada waktu tambahan yang diberikan kepada kontraktor. Tabel 1. Hubungan antara Jenis Keterlambatan dengan Faktor Keterlambatan Jenis Keterlambatan No. Faktor Keterlambatan Excusable Excusable Non- Nonexcusable Compensatory Compensatory 1 Kekurangan material di lokasi proyek 2 Keterlambatan pengiriman material 3 Kerusakan material 4 Kekurangan tenaga kerja 5 Produktivitas tenaga kerja rendah 6 Operator alat berat kurang terampil 7 Terjadinya kecelakaan kerja 8 Mobilisasi sumber daya yang lambat 9 Tidak tersedianya peralatan 10 Ketidaksesuaian peralatan 11 Kerusakan alat berat 12 Keterlambatan subkontraktor 13 Ketidaksesuaian metode konstruksi 14 Kesulitan pendanaan oleh kontraktor 15 Koordinasi dan komunikasi yang buruk antar bagian-bagian dalam organisasi kerja kontraktor 16 Banyak hasil pekerjaan yang harus diperbaiki/diulang karena tidak benar 17 Kegagalan mengkoordinasi penyerahan lahan 18 Perencanaan/gambar yang salah/tidak lengkap 19 Perubahan desain/detail pekerjaan pada waktu pelaksanaan 20 Persiapan dan persetujuan shop drawing yang lambat 21 Pengambilan keputusan yang lambat oleh 22 Adanya permintaan perubahan atas pekerjaan yang telah selesai 23 Keterlambatan pengadaan material yang disediakan oleh 24 Keterlambatan pembayaran oleh 25 Penghentian pekerjaan oleh 26 Campur tangan yang bukan wewenangnya 27 Kondisi lapangan yang tidak sesuai dugaan 28 Akses jalan ke lokasi proyek yang sulit 29 Cuaca amat buruk, kebakaran, banjir, dll 30 Adanya pemogokan buruh, demo, kerusuhan Sumber : Arditi & Patel (1989) ; Bramble &Callahan (1991) ; Kraiem & Diekmann (1987) ; Majid (1997) ; Proboyo (1999) 3. METODE PENELITIAN Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam pelaksanaan penelitian ini yaitu studi literatur, pembuatan kuesioner, pilot study, penyebaran kuesioner, pengolahan data, dan analisis data. 3.1. Studi Literatur Studi literatur pada penelitian ini telah menghasilkan faktor keterlambatan yang akan dipergunakan di dalam kuesioner. Identifikasi faktor-faktor keterlambatan proyek telah dilakukan pada beberapa sumber literatur penelitian, sehingga diperoleh faktor-faktor keterlambatan seperti pada Tabel 1. 3.2. Pembuatan Kuesioner Kuesioner dibagi menjadi 3 bagian, yaitu : Data pribadi responden, Kuesioner untuk frekuensi dan dampak, dan Kuesioner untuk jenis keterlambatan. 3

3.3. Pilot Study Pilot study dilaksanakan terhadap beberapa kontraktor untuk mengoreksi apakah kuesioner dapat dipahami dengan baik oleh responden atau tidak, adakah pertanyaan yang membingungkan atau sulit dijawab oleh responden, serta apakah ada kesalahan yang terjadi pada kuesioner yang telah dibuat. 3.4. Penyebaran Kuesioner Pada penelitian ini, kuesioner diberikan kepada responden kontraktor atau proyek konstruksi yang berada di Surabaya, dengan skala proyek yang pernah ditangani responden yaitu skala menengah sampai besar. Dalam hal ini, proyek dapat diwakili pihak lain, yaitu konsultan pengawas. 3.5. Pengolahan Data Hasil survey diinput ke Microsoft Excel dengan pemberian kode berupa angka yang sudah ditentukan. Hal ini bertujuan untuk mempermudah proses analisa data. 3.6. Analisis Data Data yang telah diinput kemudian dianalisis dengan menggunakan software SPSS. Untuk frekuensi dan dampak diurutkan berdasarkan nilai rata-rata tertinggi. Selanjutnya tiap faktor ini diuji untuk mengetahui apakah terdapat persamaan persepsi atau tidak antara kedua pihak, dengan uji statistik yang dilakukan yaitu uji T-test. Untuk jenis keterlambatan, ditentukan berdasarkan persentase responden yang memilih ganti rugi berupa waktu (excusable non-compensatory delay), waktu dan biaya (excusable compensatory delay), atau tidak ada ganti rugi (non-excusable delay). Persentase responden dibatasi sebesar 55%, sehingga apabila persentase responden tersebut kurang dari 55%, jenis keterlambatan tidak dapat ditentukan. 4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Obyek penelitian Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dalam kurun waktu 2 bulan. Obyek penelitian terdiri dari kontraktor, proyek, serta terdapat pihak lain seperti konsultan pengawas pada setiap proyek yang dapat berperan sebagai wakil dari proyek (owner). Terdapat 103 responden, 62 responden adalah kontraktor sedangkan sisanya sebanyak 41 responden merupakan proyek. 4.2. Frekuensi dari Faktor Keterlambatan Faktor Kekurangan tenaga kerja memiliki frekuensi tertinggi dari seluruh faktor menurut pandangan, yaitu dengan nilai rata-rata 2,85. Hal tersebut menunjukkan bahwa faktor tersebut dianggap oleh merupakan faktor yang paling sering terjadi dalam pelaksanaan proyek konstruksi. Maraknya pembangunan di Surabaya mengakibatkan sulitnya mencari tenaga kerja, terlebih lagi karena mendekati musim panen pada bulan Maret hingga Mei, sehingga membuat banyak tenaga kerja kembali ke kampung halamannya. Bukan hanya itu, banyak pula tenaga kerja yang lebih memilih menjadi TKI (Tenaga Kerja Indonesia) karena upah yang didapatkan lebih menjanjikan. Tabel 2. Peringkat 3 Besar Frekuensi Keterlambatan Menurut Pemilik dan Kontraktor No. Pemilik Kontraktor Faktor Keterlambatan Mean Urutan Mean Urutan 1 Kekurangan tenaga kerja 2.85 1 2.29 9 2 Perubahan desain/detail pekerjaan pada waktu pelaksanaan 2.78 2 2.73 1 3 Keterlambatan subkontraktor 2.68 3 2.58 2 4 Pengambilan keputusan yang lambat oleh 2.49 9 2.50 3 Sedangkan menurut pendapat kontraktor, faktor Perubahan desain/detail pekerjaan pada saat pelaksanaan menjadi faktor dengan frekuensi tertinggi, yaitu dengan nilai rata-rata sebesar 2,73 seperti terlihat pada Tabel 2. Akibat perencanaan awal yang kurang matang serta rumitnya 4

desain/detail yang dibuat oleh pihak perencana membuat pekerjaan tersebut sulit untuk dikerjakan dan diaplikasikan di lapangan, hal tersebut mengakibatkan pekerjaan terus mengalami perubahan pada waktu pelaksanaan. 4.3. Dampak dari Faktor Keterlambatan Pada Tabel 3. menunjukkan bahwa faktor Kekurangan Tenaga Kerja menurut pendapat memiliki nilai rata-rata tertinggi terhadap dampak waktu yang ditimbulkan, yaitu sebesar 3,22. Hal ini menjelaskan, bahwa dengan kurangnya jumlah tenaga kerja yang berada di lapangan akan berdampak semakin lamanya pekerjaan untuk diselesaikan. Lain halnya menurut kontraktor yang berpendapat bahwa faktor yang berdampak besar bagi keterlambatan suatu proyek adalah faktor Keterlambatan Subkontraktor dan Pengambilan Keputusan yang lambat oleh, yaitu dengan nilai rata-rata sebesar 3,03. Akibat lamanya untuk mengambil suatu keputusan dalam pekerjaan, serta banyaknya subkontraktor yang tidak berpengalaman dan tidak menguasai kondisi nyata di lapangan sangatlah berdampak pada semakin terhambatnya penyelesaian proyek konstruksi. Tabel 3. Peringkat 3 Besar Dampak Keterlambatan Menurut Pemilik dan Kontraktor No. Faktor Keterlambatan Pemilik Kontraktor Mean Urutan Mean Urutan 1 Kekurangan tenaga kerja 3.22 1 2.81 7.5 2 Produktivitas tenaga kerja rendah 2.98 2 2.73 9 3 Keterlambatan subkontraktor 2.95 3 3.03 1.5 4 Pengambilan keputusan yang lambat oleh 2.71 12.5 3.03 1.5 5 Adanya permintaan perubahan atas pekerjaan yang telah selesai 2.93 4.5 3.00 3.5 6 Perubahan desain/detail pekerjaan pada waktu pelaksanaan 2.90 6 3.00 3.5 4.4. Jenis Keterlambatan Berdasarkan pengalaman dan kontraktor yang ditunjukkan pada Tabel 4. dan Tabel 5., menunjukkan bahwa 16 faktor yang disebabkan oleh kelalaian kontraktor tersebut memberikan hasil yang sesuai dengan literatur, yaitu termasuk dalam jenis keterlambatan yang tidak dapat dimaafkan (non-excusable delay). Dari sisi harapan pun juga didapatkan hasil yang sama. Akan tetapi menurut harapan kontraktor, 11 dari 6 faktor tersebut tidak dapat ditentukan jenis keterlambatannya. Untuk faktor yang disebabkan oleh kelalaian. Berdasarkan pengalaman kedua pihak, memiliki hasil yang hampir tidak dapat ditentukan jenisnya dan terkadang bertentangan dengan literatur. Contohnya saja faktor yang tidak sesuai literatur adalah faktor Akses jalan ke lokasi proyek yang sulit. Menurut pengalaman kedua responden menunjukkan bahwa keterlambatan tersebut tidak mendapatkan ganti rugi dalam bentuk apapun. Telah dijelaskan bahwa faktor yang disebabkan oleh kelalaian selayaknya untuk mendapatkan ganti rugi berupa perpanjangan waktu dan biaya atau termasuk dalam jenis keterlambatan excusable compensatory delay. Namun kenyataannya, baik pengalaman maupun harapan kebanyakan tidak memberikan ganti rugi yang semestinya. Hanya terdapat satu faktor yang sesuai dengan literatur, yaitu faktor Adanya permintaan perubahan atas pekerjaan yang telah selesai yang terjadi diluar kendali dan tanggung jawab kontraktor, sehingga apabila keterlambatan ini terjadi, kontraktor berhak untuk mendapatkan perpanjangan waktu dan tambahan biaya dari. Begitu juga dengan faktor yang terjadi diluar kendali maupun kontraktor. Berdasarkan pengalaman kedua pihak, faktor Adanya pemogokan, buruh, demo, kerusuhan tidak akan mendapatkan ganti rugi apapun. Sedangkan faktor Cuaca buruk, kebakarann, banjir, dll tidak dapat ditentukan jenis keterlambatannya. Padahal berdasarkan literatur yang, kedua faktor ini termasuk kedalam keterlambatan yang mendapatkan perpanjangan waktu (excusable non-compensatory delay). 5

Tabel 4. Rangkuman Jenis Keterlambatan Proyek Menurut Pandangan Pemilik Jenis Keterlambatan Pengalaman Harapan tidak dapat dimaafkan (Non-excusable delay) mendapatkan ganti rugi waktu dan biaya (exc. compensatory delay) mendapatkan ganti rugi waktu (exc. noncompensatory delay) Tidak dapat ditentukan (<55%) - Kekurangan material di lokasi proyek - Keterlambatan pengiriman material - Kerusakan material - Kekurangan tenaga kerja - Produktivitas tenaga kerja rendah - Operator alat berat kurang terampil - Terjadinya kecelakaan kerja - Mobilisasi sumber daya yang lambat - Tidak tersedianya peralatan - Ketidaksesuaian peralatan - Kerusakan alat berat - Keterlambatan subkontraktor - Ketidaksesuaian metode konstruksi - Kesulitan pendanaan oleh kontraktor - Koordinasi dan komunikasi yang buruk antar bagian-bagian dalam organisasi kerja kontraktor - Banyak hasil pekerjaan yang harus diperbaiki/diulang karena tidak benar - Persiapan dan persetujuan shop drawing yang lambat - Campur tangan yang bukan wewenangnya - Kondisi lapangan yang tidak sesuai dugaan - Akses jalan ke lokasi proyek yang sulit - Adanya pemogokan buruh, demo, kerusuhan - Adanya permintaan perubahan atas pekerjaan yang telah selesai - Kegagalan mengkoordinasi penyerahan lahan - Pengambilan keputusan yang lambat oleh - Perencanaan gambar yang salah/tidak lengkap - Perubahan desain/detail pekerjaan pada waktu pelaksanaan - Keterlambatan pengadaan material yang disediakan oleh - Keterlambatan pembayaran oleh - Penghentian pekerjaan oleh - Cuaca amat buruk, kebakaran, banjir, dll - Kekurangan material di lokasi proyek - Keterlambatan pengiriman material - Kerusakan material - Kekurangan tenaga kerja - Produktivitas tenaga kerja rendah - Operator alat berat kurang terampil - Terjadinya kecelakaan kerja - Mobilisasi sumber daya yang lambat - Tidak tersedianya peralatan - Ketidaksesuaian peralatan - Kerusakan alat berat - Keterlambatan subkontraktor - Ketidaksesuaian metode konstruksi - Kesulitan pendanaan oleh kontraktor - Koordinasi dan komunikasi yang buruk antar bagian-bagian dalam organisasi kerja kontraktor - Banyak hasil pekerjaan yang harus diperbaiki/diulang karena tidak benar - Adanya permintaan perubahan atas pekerjaan yang telah selesai - Perencanaan gambar yang salah/tidak lengkap - Kegagalan mengkoordinasi penyerahan lahan - Perubahan desain/detail pekerjaan pada waktu pelaksanaan - Persiapan dan persetujuan shop drawing yang lambat - Pengambilan keputusan yang lambat oleh - Keterlambatan pengadaan material yang disediakan oleh - Keterlambatan pembayaran oleh - Penghentian pekerjaan oleh - Campur tangan yang bukan wewenangnya - Kondisi lapangan yang tidak sesuai dugaan - Akses jalan ke lokasi proyek yang sulit - Cuaca amat buruk, kebakaran, banjir, dll - Adanya pemogokan buruh, demo, kerusuhan Secara keseluruhan pada Tabel 4. dan Tabel 5., terlihat bahwa berdasarkan pengalaman kedua pihak, untuk jenis keterlambatan non-excusable delay memiliki hasil yang sesuai dengan literatur yang digunakan dalam penelitian ini. sedangkan untuk jenis keterlambatan excusable compensatory delay dan excusable non-compensatory delay sebagian besar hasilnya tidak sesuai dengan literatur. 6

Tabel 5. Rangkuman Jenis Keterlambatan Proyek Menurut Pandangan Kontraktor Jenis Keterlambatan Pengalaman Harapan tidak dapat dimaafkan (Non-excusable delay) mendapatkan ganti rugi waktu dan biaya (exc. compensatory delay) mendapatkan ganti rugi waktu (exc. noncompensatory delay) Tidak dapat ditentukan (<55%) - Kekurangan material di lokasi proyek - Keterlambatan pengiriman material - Kerusakan material - Kekurangan tenaga kerja - Produktivitas tenaga kerja rendah - Operator alat berat kurang terampil - Terjadinya kecelakaan kerja - Mobilisasi sumber daya yang lambat - Tidak tersedianya peralatan - Ketidaksesuaian peralatan - Kerusakan alat berat - Keterlambatan subkontraktor - Ketidaksesuaian metode konstruksi - Kesulitan pendanaan oleh kontraktor - Koordinasi dan komunikasi yang buruk antar bagian-bagian dalam organisasi kerja kontraktor - Banyak hasil pekerjaan yang harus diperbaiki/diulang karena tidak benar - Akses jalan ke lokasi proyek yang sulit - Adanya pemogokan buruh, demo, kerusuhan - Adanya permintaan perubahan atas pekerjaan yang telah selesai - Kegagalan mengkoordinasi penyerahan lahan - Perencanaan gambar yang salah/tidak lengkap - Perubahan desain/detail pekerjaan pada waktu pelaksanaan - Persiapan dan persetujuan shop drawing yang lambat - Pengambilan keputusan yang lambat oleh - Keterlambatan pengadaan material yang disediakan oleh - Keterlambatan pembayaran oleh - Penghentian pekerjaan oleh - Campur tangan yang bukan wewenangnya - Kondisi lapangan yang tidak sesuai dugaan Cuaca amat buruk, kebakaran, banjir, dll - Produktivitas tenaga kerja rendah - Operator alat berat kurang terampil - Terjadinya kecelakaan kerja - Ketidaksesuaian peralatan - Koordinasi dan komunikasi yang buruk antar bagian-bagian dalam organisasi kerja kontraktor - Perencanaan/gambar yang salah/tidak lengkap - Perubahan desain/detail pekerjaan pada waktu pelaksanaan - Adanya permintaan perubahan atas pekerjaan yang telah selesai - Keterlambatan pengadaan material yang disediakan oleh - Keterlambatan pembayaran oleh - Penghentian pekerjaan oleh - Campur tangan yang bukan wewenangnya - Kekurangan material di lokasi proyek - Keterlambatan pengiriman material - Kerusakan material - Kekurangan tenag kerja - Mobilisasi sumber daya yang lambat - Tidak tersedianya peralatan - Kerusakan alat berat - Keterlambatan subkontraktor - Ketidaksesuaian metode konstruksi - Kesulitan pendanaan oleh kontraktor - Banyak hasil pekerjaan yang harus diperbaiki/diulang karena tidak benar - Kegagalan mengkoordinasi penyerahan lahan - Persiapan dan persetujuan shop drawing yang lambat - Pengambilan keputusan yang lambat oleh - Kondisi lapangan yang tidak sesuai dugaan - Akses jalan ke lokasi proyek yang sulit - Cuaca amat buruk, kebakaran,banjir,dll Adanya pemogokan buruh, demo, kerusuhan 7

4.5. Pengaturan Faktor Keterlambatan dalam Kontrak Hasil pada Tabel 6. mengenai pengaturan faktor keterlambatan dalam dokumen kontrak menunjukkan bahwa terdapat sekitar 50% jumlah responden maupun kontraktor yang menyatakan bahwa sebagian besar faktor keterlambatan tersebut diatur dalam kontrak. Hal ini menjelaskan bahwa sebagian faktor keterlambatan belum diatur secara jelas dalam dokumen kontrak, sehingga jika faktor keterlambatan ini terjadi, kedua belah pihak cenderung memilih untuk menguntungkan diri sendiri. Tabel 6. Pengaturan Faktor Keterlambatan dalam Kontrak Faktor Diatur dalam Jumlah Responden (%) Kontrak Pemilik Kontraktor Ya 19.51 11.29 Sebagian Besar 51.22 51.61 Tidak 12.20 25.81 Tidak Mengisi 17.07 11.29 5. KESIMPULAN 5.1. Frekuensi dan Dampak Faktor Keterlambatan Berdasarkan hasil penelitian, didapat kesimpulan bahwa faktor keterlambatan yang memiliki frekuensi dan berdampak paling besar menurut pandangan adalah faktor yang berkaitan dengan kurangnya tenaga kerja. Sedangkan menurut pandangan kontraktor, adalah faktor yang berkaitan dengan perubahan desain dan pengambilan keputusan yang lambat oleh proyek. 5.2. Jenis Keterlambatan Dapat disimpulkan bahwa jenis keterlambatan menurut pengalaman kedua pihak kurang lebih memiliki pendapat yang sama. Tetapi menurut harapan kedua pihak terdapat perbedaan pandangan yang cenderung menginginkan ganti rugi bersifat menguntungkan diri sendiri. 5.3. Saran Adanya baiknya untuk lebih mempersiapkan perencanaan yang lebih matang dengan mempertimbangkan faktor keterlambatan tersebut agar tidak mengalami keterlambatan pada proyek konstruksi. Serta lebih memperhatikan kontrak kerja yang telah disepakati saat tender agar penentuan ganti rugi semakin jelas guna menghindari terjadinya perselisihan di kemudian hari. 6. DAFTAR PUSTAKA Alaghbari W., Kadir, M.R.A., Salim, A., and Ernawati. (2007). The Significant Factors Causing Delay of Building Construction Projects in Malaysia, Engineering, Construction, and Architectural Management vol. 14, no. 2, pp. 192-206. Alifen, R. S., Setiawan, R. S., Sunarto, A. (2000). Analisa What If sebagai Metode Antisipasi Keterlambatan Durasi Proyek, Dimensi Teknik Sipil, vol. 2, no. 1, Maret. Arditi, D., Patel, B.K. (1989). Impact Analysis of Owner-Directed Acceleration, Journal of Construction Engineering and Management, ASCE, vol. 115, no. 1, pp. 144-157. Bramble, B.B., Callahan, M.T. (1991). Construction Delay Claims, Second Edition: Wiley Law Publications, New York. Kraiem, Z.M., Diekmann, J.E. (1987). Concurrent Delays in Construction Projects, Journal of Construction Engineering and Management, ASCE, vol. 113, no. 4, pp. 591-602 Majid, Abd. (1997). Non-excusable Delay in Consruction. Thesis, Loughborough University. Proboyo, Budiman. (1999). Keterlambatan Waktu Pelaksanaan Proyek : Klasifikasi dan Peringkat dari Penyebab-penyebabnya, Dimensi Teknik Sipil, Vol. 1 no. 2, September, pp. 49-58. 8