PENGARUH RASIO WAKTU PENGISIAN : REAKSI PADA REAKTOR BATCH DALAM KONDISI AEROB

dokumen-dokumen yang mirip
PENYISIHAN ORGANIK PADA REAKTOR AEROB

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab IV Data dan Hasil Pembahasan

DEGRADASI BAHAN ORGANIK LIMBAH CAIR INDUSTRI PERMEN DENGAN VARIASI WAKTU TINGGAL

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

1 Security Printing merupakan bidang industri percetakan yang berhubungan dengan pencetakan beberapa

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI PERMEN

PROSES PEMBENIHAN (SEEDING) DAN AKLIMATISASI PADA REAKTOR TIPE FIXED BED

PENGARUH WAKTU STABILISASI PADA SEQUENCING BATCH REACTOR AEROB TERHADAP PENURUNAN KARBON

STUDI PENENTUAN KOEFISIEN BIODEGRADASI AIR LIMBAH DOMESTIK INFLUEN BOEZEM MOROKREMBANGAN DETERMINATION OF BIODEGRADATION COEFFICIENT OF INFLUENT

EFEK AERASI DAN KONSENTRASI SUBSTRAT PADA LAJU PERTUMBUHAN ALGA MENGGUNAKAN SISTEM BIOREAKTOR PROSES BATCH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PENURUNAN KADAR BOD, COD, TSS, CO 2 AIR SUNGAI MARTAPURA MENGGUNAKAN TANGKI AERASI BERTINGKAT

A. BAHAN DAN ALAT B. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN

PEMBENIHAN DAN AKLIMATISASI PADA SISTEM ANAEROBIK

Gambar IV.21 Hubungan kondisi pengudaraan dan effluen S COD untuk ketiga reaktorr

PROSIDING SNTK TOPI 2012 ISSN Pekanbaru, 11 Juli 2012

KINERJA ALGA-BAKTERI UNTUK REDUKSI POLUTAN DALAM AIR BOEZEM MOROKREMBANGAN, SURABAYA

Kinerja Bioreaktor Hibrid Anaerob dengan Media Batu untuk Pengolahan Air Buangan yang Mengandung Molase

PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH MAKAN (RESTORAN) DENGAN UNIT AERASI, SEDIMENTASI DAN BIOSAND FILTER

APLIKASI ROTARY BIOLOGICAL CONTACTOR UNTUK MENURUNKAN POLUTAN LIMBAH CAIR DOMESTIK RUMAH SUSUN WONOREJO SURABAYA. Yayok Suryo P.

Bab I Pendahuluan. Tabel I.1. Perkembangan Luas Areal, Produksi dan Produktivitas Kakao di Indonesia. No Tahun Luas Areal (Ha)

OLEH : WARSIDI SUDARMA ( ) PASCA SARJANA TEKNIK LINGKUNGAN ITS

Anis Artiyani Dosen Teknik Lingkungan FTSP ITN Malang ABSTRAKSI

PENURUNAN KADAR COD AIR LIMBAH INDUSTRI PERMEN DENGAN MENGGUNAKAN REAKTOR LUMPUR AKTIF

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI MINUMAN

PENURUNAN KADAR COD AIR LIMBAH INDUSTRI PERMEN DENGAN MENGGUNAKAN REAKTOR LUMPUR AKTIF. Titiresmi

PENENTUAN KOEFISIEN BIOKINETIK DAN NITRIFIKASI PADA PROSES BIOLOGIS LUMPUR AKTIF AIR LIMBAH (144L)

Keywords : Anaerobic process, biogas, tofu wastewater, cow dung, inoculum

BAB VI PEMBAHASAN. Denpasar dengan kondisi awal lumpur berwarna hitam pekat dan sangat berbau. Air

Studi Atas Kinerja Biopan dalam Reduksi Bahan Organik: Kasus Aliran Sirkulasi dan Proses Sinambung

PENGARUH RASIO MEDIA, RESIRKULASI DAN UMUR LUMPUR PADA REAKTOR HIBRID AEROBIK DALAM PENGOLAHAN LIMBAH ORGANIK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VII PETUNJUK OPERASI DAN PEMELIHARAAN

Bab IV Data dan Pembahasan 4.2. Karakteristik Limbah Cair

UJI KINERJA PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI PARTIKEL BOARD SECARA AEROBIK

HASIL DAN PEMBAHASAN

KINERJA DIGESTER AEROBIK DAN PENGERING LUMPUR DALAM MENGOLAH LUMPUR TINJA PERFORMANCE OF AEROBIC DIGESTER AND SLUDGE DRYER FOR SEPTAGE TREATMENT

Mukhlis dan Aidil Onasis Staf Pengajar Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Padang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan di Rumah Sakit Makna, Ciledug; maka dapat disimpulkan :

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI MINUMAN RINGAN

PROSES PEMBENIHAN DAN AKLIMATISASI MIKROORGANISME DARI LIMBAH PABRIK PERMEN UNTUK LUMPUR AKTIF

Adrianto Ahmad, Bahruddin, dan Nurhalim

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab III Metode Penelitian 3.2. Persiapan Awal Karakterisasi Limbah Cair

BAB III PROSES PENGOLAHAN IPAL

STUDI PENYISIHAN COD-ORGANIK PADA TAHAP NITRIFIKASI DAN DENITRIFIKASI DALAM SBR MENGGUNAKAN AIR LIMBAH COKLAT

KINETIKA BIODEGRADASI ZAT ORGANIK PADA AIR LIMBAH SAMPAH (LINDI)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SEMINAR TUGAS AKHIR KAJIAN PEMAKAIAN SAMPAH ORGANIK RUMAH TANGGA UNTUK MASYARAKAT BERPENGHASILAN RENDAH SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN BIOGAS

PERENCANAAN ULANG INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) PG TOELANGAN, TULANGAN-SIDOARJO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

STUDI PENGARUH SALINITAS TERHADAP LAJU DEGRADASI SAMPAH DI TPA BENOWO

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) D-98

ANALISA KINERJA HORISONTAL BIO-BALL FILTER UNTUK PENGOLAHAN GREY WATER (LIMBAH DOMESTIK)

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR DENGAN KANDUNGAN AMONIAK TINGGI SECARA BIOLOGI MENGGUNAKAN MEMBRANE BIOREACTOR (MBR)

RANCANG BANGUN DAN REKAYASA PENGOLAHAN LIMBAH CAIR RUMAH SAKIT (Studi Kasus Rumah Sakit Kristen Tayu, Pati)

Bab III Bahan, Alat dan Metode Kerja

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemanfaatan Limbah Cair Industri Tahu sebagai Energi Terbarukan. Limbah Cair Industri Tahu COD. Digester Anaerobik

Kajian Aklimatisasi Proses Pengolahan Limbah Cair Pabrik Sagu Secara Anaerob

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kelimpahan Nannochloropsis sp. pada penelitian pendahuluan pada kultivasi

PENGARUH LAJU ALIR UMPAN TERHADAP EFISIENSI PENYISIHAN PADATAN DALAM LIMBAH CAIR PULP DAN KERTAS DENGAN REAKTOR KONTAK STABILISASI

Penyisihan Kandungan Padatan Limbah Cair Pabrik Sagu Dengan Bioreaktor Hibrid Anaerob Pada Kondisi Start-up

Kata kunci: sequencing batch reactor (SBR) aerob, PMKS, waktu reaksi, waktu stabilisasi. ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. limbah yang keberadaannya kerap menjadi masalah dalam kehidupan masyarakat.

BAB IV METODE PENELITIAN. menggunakan suatu kolompok eksperimental dengan kondisi perlakuan tertentu

PROSIDING SNTK TOPI 2012 ISSN Pekanbaru, 11 Juli 2012

Pengolahan Limbah Rumah Makan dengan Proses Biofilter Aerobik

PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI SECARA AEROBIC DAN ANOXIC DENGAN MEMBRANE BIOREACTOR (MBR)

Fakultas Teknik Universitas Riau Kampus Binawidya Km 12,5 Simpang Baru Panam, Pekanbaru

PENGANTAR PENGOLAHAN AIR LIMBAH (1) Prayatni Soewondo, Edwan Kardena dan Marisa Handajani Prodi Teknik Lingkungan, Institut Teknologi Bandung 2009

BAB I PENDAHULUAN. Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik -1- Universitas Diponegoro

Sistem Aerasi Berlanjut (Extended Aeratian System) Proses ini biasanya dipakai untuk pengolahan air limbah dengan sistem paket (package treatment)

Effect of Aeration and Natural Light in Capability of High Rate Algae Reactor (HRAR) for Organic Matter Removal of Domestic Urban Wastewater

Pengaruh Waktu Detensi Terhadap Efisiensi Penyisihan COD Limbah Cair Pulp dan Kertas dengan Reaktor Kontak Stabilisasi ABSTRACT

Pokok Bahasan XI PENANGANAN LIMBAH INDUSTRI

Dosen Pembimbing: Ir. Mas Agus Mardyanto, ME., PhD


STUDI KEMAMPUAN SPIRULINA SP. UNTUK MENURUNKAN KADAR NITROGEN DAN FOSFAT DALAM AIR BOEZEM PADA SISTEM HIGH RATE ALGAL REACTOR (HRAR)

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. Kultur Chaetoceros sp. dilakukan skala laboratorium dengan kondisi

Evaluasi Instalasi Pengolahan Air Limbah Hotel X di Surabaya

Pengolahan Limbah Domestik Menggunakan Moving Bed Biofilm Reactor (MBBR) dengan Proses Aerobik-Anoksik untuk Menurunkan Nitrogen

METODOLOGI PENELITIAN

1. PENDAHULUAN. yang disebabkan limbah yang belum diolah secara maksimal.

BAB I PENDAHULUAN. tetapi limbah cair memiliki tingkat pencemaran lebih besar dari pada limbah

Jurusan. Teknik Kimia Jawa Timur C.8-1. Abstrak. limbah industri. terlarut dalam tersuspensi dan. oxygen. COD dan BOD. biologi, (koagulasi/flokulasi).

Pengaruh Cell Residence Time (Crt) Terhadap Kualitas Efluent Pada Pengolahan Limbah Cair Sintetik Tapioka

UNJUK KERJA MODIFIKASI SBR AEROB TERHADAP PENYISIHAN COD

;l-0ad 0\'7\ F =F/TlN

MODUL 3 DASAR-DASAR BPAL

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batik merupakan suatu seni dan cara menghias kain dengan penutup

PENGARUH PENAMBAHAN KOTORAN AYAM DAN MIKROORGANISME M-16 PADA PROSES PENGOMPOSAN SAMPAH KOTA SECARA AEROBIK

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Pengaruh Laju Pembebanan Organik terhadap Produksi Biogas dari Limbah Cair Sagu Menggunakan Bioreaktor Hibrid Anaerob

BAB VI HASIL. Tabel 3 : Hasil Pre Eksperimen Dengan Parameter ph, NH 3, TSS

BAB 4. METODE PENELITIAN

Transkripsi:

PENGARUH RASIO WAKTU PENGISIAN : REAKSI PADA REAKTOR BATCH DALAM KONDISI AEROB Winardi Program Studi Teknik Lingkungan Universitas Tanjungpura, Pontianak Email: win@pplh-untan.or.id ABSTRAK Reaktor batch merupakan reaktor non kontinyu berdasarkan sistem pengumpanannya. Di dalam reaktor batch efisiensi penyisihan organik tergantung dari waktu pengumpanan/ pengisian dan lamanya waktu detensi/reaksi dalam reaktor. Mendapatkan waktu detensi optimum menjadi penting untuk melihat kondisi operasi penyisihan beban organik, yang memberikan hasil maksimal. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan beban 3600 mg/l COD dan variasi rasio waktu pengisian : reaksi (2:2, 2:4, 2:8 jam/jam) dalam lingkungan proses aerob. Hasil akhir menunjukkan sistem pengolahan air buangan untuk konsentrasi effluen 3600 mg/l dengan menggunakan reaktor batch akan optimum bila rasio waktu detensi pengisian-reaksi (p/r), 2 : 4 jam/jam sebagai rasio waktu detensi terbaik. Kata kunci: reaktor batch, beban organik, waktu detensi, COD, aerob I. PENDAHULUAN Reaktor batch umumnya tertutup, merupakan tangki yang tercampur sempurna. Sebelum inokulasi reaktor batch mengandung volume nutrien dalam jumlah tertentu. Sesudah inokulasi proses dibiarkan misalnya tidak ada material yang ditambahkan ke dalamnya atau dihilangkan dari reaktor. Reaktor harus diaerasi & kontrol proses harus diterapkan, seperti kontrol ph. Proses konversi biologi dalam reaktor batch umumnya didahului oleh satu seri phase. Sesudah inokulasi terjadi lag phase; tidak ada pertumbuhan, mikroorganisme perlu menyiapkan perlengkapan enzymatic untuk fungsi seluler spesifik yang terlibat dalam proses pertumbuhan. Setelah itu mikroorganisme mulai tumbuh dan dengan menyediakan seluruh faktor pertumbuhan yang diperlukan, pertumbuhan akan terjadi secara eksponensial yang disebut phase eksponensial atau phase logaritmik. Setelah itu satu nutrien dan seterusnya akan menjadi habis dan pertumbuhan akan menjadi terbatas. Pertumbuhan mula-mula turun ( decreasing phase) dan kemudian terhenti benar-benar; Ini yang disebut stationary phase yaitu gabungan dari sel-sel mati dan sel-sel lysis (Wisjnuprapto, 1995). Berdasarkan lingkungan proses, reaktor dapat dibedakan ke dalam reaktor aerob dan reaktor anaerob. Katagori aerob dan anaerob merupakan lingkungan bioproses yang ditentukan oleh karakteristik mikroorganisme terhadap kehadiran Oksigen. Pada reaktor aerob, konsentrasi Oksigen merupakan faktor pembatas bagi pertumbuhan bakteri aerob. Reaktor aerob akan efektif bekerja pada beban < 4000 mg/l sebagai COD yang dapat terurai secara biologi (Metcalf & Eddy, 1991). Selain bekerja pada beban organik yang relatif rendah, reaktor aerob juga bisa diterapkan setelah pengolahan secara anaerob diaplikasikan pada beban organik tinggi (COD > 4000) (Lim & Grady, 1980). II. METODOLOGI Penyisihan organik pada reaktor aerob, ditentukan dengan melihat kinerja reaktor dengan variasi waktu tinggal sehingga diperoleh waktu optimum

pengolahan. Untuk melihat kinerja rektor aerob pada beban organik < 4000 mg sebagai COD maka disiapkan beban organik 3600 mg/l COD. Waktu reaksi dibuat dengan variasi 2, 4, 8 jam. Pemberian umpan dilakukan selama 2 jam sehingga waktu kontak 2 jam pertama disebut waktu pengisian dan waktu kontak selanjutnya 4, 6 dan 10 jam disebut sebagai waktu reaksi. Tahap awal dari penelitian ini adalah seeding dan aklimatisasi. Seeding dan aklimatisasi adalah proses pengkondisian biomassa atau bakteri terhadap kondisi lingkungan proses dan cairan influen yang akan diolah (Atlas, & Bartha, 1990). Seeding dilakukan secara batch dalam reaktor bervolume 3 liter. Benih mikroorganisme diambil dari septic tank sebanyak 100 ml/3 l reaktor. Kemudian benih ditumbuhkan dalam kondisi kondisi aerob dengan DO tidak kurang dari 3 mg/l dalam suhu 20 o C. ph dijaga dalam rentang 6,5-8,5 dengan menggunakan soda kue. Sebagai sumber Carbon digunakan glukosa, sebagai sumber Nitrogen digunakan NH 4 Cl dan sumber Phosfor menggunakan Na 2 HPO 4 2H 2 O. Dalam proses ini perbandingan C : N : P tidak diperhatikan. Banyaknya glukosa yang ditambahkan setiap feeding sebesar 3000 mg/l reaktor atau COD 3000 mg/l (1 gr glukosa ~ 1 g r COD). Untuk mengetahui waktu feeding digunakan glucotest, apakah glukosa masih terdapat dalam reaktor atau telah habis. Di akhir masa aklimatisasi diperoleh keyakinan bahwa biomassa yang akan digunakan dalam operasi/running telah menunjukkan kinerja yang diharapkan. Kecuali itu konsentrasi biomassa telah mencapai jumlah yang ideal terhadap beban yang akan diolah (VSS > 8000 mg/l) (Elisabeth, 2000). Sesaat sebelum mengoperasikan reaktor, terlebih dahulu dipersiapkan air buangan artificial dengan nilai COD yang telah ditentukan, yaitu 3600 mg/l COD. Pengoperasian reaktor diawali dengan mengalirkan influen dari bak feeding dengan bantuan pompa, debit aliran sebesar 25 ml/menit ke dalam reaktor yang mengandung biomassa dalam kondisi teraerasi, hingga volume reaktor 3 liter. Sampling diambil pada waktu tinggal 2 jam yang merupakan waktu pengisian, dan waktu tinggal 4, 6 dan 10 jam, untuk mengukur konsentrasi COD yang tersisa. COD masing-masing variasi waktu tersebut diukur dan dianalisis. Kemudian dilihat kinerja reaktor untuk masing-masing beban sehingga diperoleh waktu optimum untuk beban 3600 mg/l. III. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh rasio pengisian : reaksi (p/r) terhadap efisiensi penyisihan organik dan konsentrasi biomassa dapat dilihat pada Tabel 2. Proses penyisihan organik dalam kenyataannya tidak bisa dipisahkan dari aktivitas biomassa dalam sistem bioreaktor. Aktivitas tersebut sangat tergantung dari konsentrasi biomassa. Tabel 1. COD Rata-rata Umpan pada Beban 3600 mg/l Parameter Rasio 2:2 Rasio 2:4 Rasio 2:8 COD Rerata 3378,86 3515,11 3563,48

Tabel 2. Penurunan Organik pada Beban Umpan 3600 mg/l Waktu Detensi (jam) Rasio p/r 2:2 Rasio p/r 2:4 Rasio p/r 2:8 p1 p2 r2 p1 p2 r4 p1 p2 r8 1 2 4 1 2 6 1 2 10 Run 1 3243,50 2225,00 1263,00 1894,80 1263,00 757,90 4388,60 1097,10 1229,70 Run 2 2909,10 1818,20 1090,90 1758,80 1360,60 1056,50 2157,30 2036,40 1739,30 Run 3 1984,70 1542,90 1240,40 2258,80 2145,00 1129,40 3474,30 2742,90 1371,40 COD rerata 2712,40 1862,00 1198,10 2258,00 1589,50 981,25 2815,80 1958,80 1300,40 Efisiensi 19,72 44,89 64,54 35,76 54,78 72,09 20,98 45,03 63,51 Keterangan: pn = pengisian n jam rn = reaksi n jam Gambar 1. Kurva Penyisihan COD pada Beban Umpan 3600 mg/l Gambar 2. Kurva Pertumbuhan Biomassa pada Beban 3600 mg/l

Tabel 3 Hubungan VSS dan Penurunan COD pada Beban 3600 mg/l Beban 3600 Pengisian : Reaksi (jam : jam) 2:2 2:4 2:8 t detensi (jam) COD VSS 0 3378,90 0,00 0 153,85 6660,40 1 2712,40 2825,00 2 1862,00 1850,00 4 1198,10 2109,40 0 3515,10 0,00 0 345,60 7147,90 1 2258,00 5133,30 2 1589,50 3183,30 6 981,25 2677,00 0 3563,50 0,00 0 770,37 7854,70 1 2815,80 3815,60 2 1958,80 3112,50 10 1300,40 2834,40 Selama periode pengisian kelihatannya laju pertumbuhan biomassa berjalan sangat lambat. Diduga hal ini terjadi karena beban 3600 mg/l cukup besar, namun dalam periode tersebut, aktivitas biomassa dalam menurunkan beban masih cukup berperan. Laju pertumbuhan biomassa ini terus meningkat memasuki periode reaksi dan puncaknya dicapai pada saat waktu reaksi 4 jam. Oleh karena itu variasi p/r 2:4 memberikan hasil yang paling optimal. Dengan kata lain, waktu kontak antara biomassa dan substrat selama 4 jam merupakan waktu kontak yang paling optimal, dimana hampir seluruh beban organik telah tersisihkan. Dalam range waktu tersebut pertumbuhan biomassa mengalami phase logaritmik sehingga penyisihan beban menjadi signifikan. Sementara dalam 4 jam berikutnya penyisihan yang terjadi relatif lebih kecil dibandingkan waktu reaksi 4 jam sebelumnya. Karena pertumbuhan biomassa sudah memasuki awal phase stasioner. Ini akan terlihat dengan jelas bila dibandingkan dengan waktu reaksi 2 jam. Dalam dua jam pertama, pertumbuhan biomassa masih dalam phase lag, sehingga kemampuan biomassa untuk menyisihkan beban relatif kecil. Karena beban yang cukup besar membutuhkan waktu yang relatif lebih panjang bagi konsorsium biomassa untuk menyisihkan beban agar mencapai efisiensi yang paling baik. Kecenderungan konsentrasi biomassa yang konstan pada variasi p/r 2:8, sebenarnya tidak menunjukkan tidak adanya pertumbuhan biomassa dalam variasi tersebut. Pertumbuhan yang terjadi berjalan dengan sangat lambat. Hal ini dapat dimengerti karena konsentrasi substrat yang tersedia semakin terbatas. Semakin lama waktu reaksi, laju pemakaian substrat semakin kecil. Hal ini berkaitan dengan konsentrasi substrat yang semakin lama semakin berkurang. Konsentrasi substrat yang berkurang akan berpengaruh terhadap pertumbuhan biomassa. Biomassa yang di awal periode reaksi sudah berada pada phase stasioner mulai turun. Penurunan tajam terjadi dari 2 sampai dengan 4 jam waktu reaksi. Sedangkan dari 4 sampai dengan 8 jam, angka pemakaian substrat relatif kecil mengingat jumlah substrat pada kurun waktu tersebut sudah sangat terbatas.

IV. KESIMPULAN Beban organik 3600 mg/l COD merupakan beban yang cukup besar untuk lingkungan proses secara aerob. Sehingga memerlukan waktu kontak yang relatif lama untuk mencapai penyisihan maksimal. Dalam reaktor batch kemampuan mikroorganisme dalam mendegradasi organik merupakan faktor dominan yang menentukan waktu reaksi optimum. Hasil yang diperoleh menunjukkan, laju pertumbuhan biomassa turun seiring dengan penambahan waktu reaksi. Hal ini menunjukkan adanya hubungan antara penurunan laju pertumbuhan biomassa dengan penurunan laju konsumsi substrat. Karena ketika periode reaksi dimulai sebenarnya phase pertumbuhan biomassa sudah berada pada fase declining akhir atau memasuki fase stasioner. Daftar pustaka 1. Atlas, R.M., & Bartha, R., 1990, Mikrobial Ecology, Edisi ke 2, Benjamin Cummings Publishing Company, Inc. 2. Elizabeth, H., 2000, Penyisihan Beban Organik dengan Menggunakan Reaktor SBR Aerob, Jurusan Teknik Lingkungan ITB, Bandung. 3. Lim, H.C., & Grady, P.L., 1980, Biological Wastewater Treatment, Marcel Dekker, Inc., New York. 4. Metcalf & Eddy, 1991, Wastewater Engineering: treatment, disposal, reuse. Edisi ke 3, Mc. Graw-Hill Book Co, New York. 5. Wisjnuprapto, 1995, Pengantar Bioproses, Jurusan Teknik Lingkungan ITB, Bandung.