PAHAMI ANAK APA ADANYA

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. Kenakalan remaja (juvenile delinquency) adalah suatu perbuatan yang melanggar norma,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Keluarga adalah sekelompok individu yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Anak merupakan generasi penerus dan aset pembangunan. Anak menjadi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. pelepah dasar terbentuknya kepribadian seorang anak. Kedudukan dan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu kebijakan pemerintah di sektor pendidikan yang mendukung

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang sangat luar biasa, karena anak akan menjadi generasi penerus dalam keluarga.

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KECEMASAN KOMUNIKASI PADA REMAJA DI JAKARTA BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Juanita Sari, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Anjarsari (2011: 19), mengatakan bahwa kenakalan adalah perbuatan anti. orang dewasa diklasifikasikan sebagai tindakan kejahatan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PENANGANAN ANAK BERMASALAH DENGAN KASIH SAYANG

PERKEMBANGAN NILAI, MORAL DAN SIKAP

TIME OUT : ALTERNATIF MODIVIKASI PERILAKU DALAM PENANGANAN ANAK ADHD (ATTENTION DEFICIT/HYPERACTIVITY DISORDER)

BAB IV ANALISA. dengan pokok penelitian yaitu: Perilaku remaja anak kandung dan anak angkat dalam

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen dalam sistem pendidikan adalah adanya siswa, siswa

BAB I PENDAHULUAN. bagi setiap kalangan masyarakat di indonesia, tidak terkecuali remaja.

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat mencukupi segala kebutuhannya hanya dengan. mengandalkan kemampuannya sendiri, melainkan kebutuhan manusia akan

INVENTORI TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SD. Berikut ini 50 rumpun pernyataan, setiap rumpun terdiri atas 4 pernyataan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan emosi menurut Chaplin dalam suatu Kamus Psikologi. organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam

PENTINGNYA PERAN ORANGTUA DALAM UPAYA PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA

BAB I PENDAHULUAN. mereka dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Siswa Sekolah Menengah

BAB I PENDAHULUAN. Fungsi keluarga yang utama ialah mendidik anak-anaknya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diri dan lingkungan sekitarnya. Cara pandang individu dalam memandang dirinya

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

1 *Abdi Malik, Nim : ,**Dr. sukarman kamuli, M.Si,***Roni Lukum, S,Pd. M.Sc. jurusan ilmu hukum dan kemasyarakatan, Prodi PKN, fakultas ilmu

Penyuluhan Perkembangan Anak Usia Dini dan Anak Hyperactive Kecamatan Godong Kabupaten Grobogan. Chr Argo Widiharto, Suhendri, Venty.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KONSEP dan MAKNA BELAJAR Belajar dan Pembelajaran Tahun 2013

BAB II KOMUNIKASI DAN PRILAKU. individu maupun kelompok. Dalam kehidupan sehari-hari disadari atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan perilaku anak berasal dari banyak pengaruh yang

Kejadian Sehari-hari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dapat dipastikan dalam kehidupan ini, bahwa setiap pasangan yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

MENJADI ORANGTUA TERBAIK UNTUK ANAK DENGAN METODE PENGASUHAN YANG TEPAT

BAB IV ANALISIS DATA. maupun pengamatan lapangan. Pada Bab ini peneliti akan menguraikan data

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada anak-anak, diantaranya adalah ganguan konsentrasi (Attention

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang memiliki kemampuan untuk menyesuaikan tingkah

BAB II KAJIAN TEORITIS

Hubungan antara Persepsi Anak Terhadap Perhatian Orang Tua dan Intensitas Komunikasi Interpersonal dengan Kepercayaan Diri pada Remaja Difabel

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. psikis, maupun secara sosial (Hurlock, 1973). Menurut Sarwono (2011),

PRAKTIK EMPATI SOSIAL DENGAN PASANGAN SAYA BERNAMA ITA RAHMAWATI

BAB V PEMBAHASAN. anak menilai bahwa perilaku tantrum adalah suatu perilaku yang masih

Banyak orangtua menganggap kekerasan pada anak adalah hal yang wajar. Mereka beranggapan kekerasan adalah bagian dari mendisiplinkan anak.

BAB I PENDAHULUAN. berbagai macam gangguan perkembangan yang diderita oleh anak-anak antara

BAB I PENDAHULUAN. minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap

KELUARGA ADALAH MINIATUR PERILAKU BUDAYA. Mata Kuliah : Ilmu Budaya Dasar Dosen : Muhammad Burhan Amin

Khanti Sebagai Kekuatan Mendidik Bagi Guru TK. Wiska Wijaya NIM Masa usia dini anak merupakan masa keemasan (golden ages), usia 0-8

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari bantuan dan mengadakan interaksi sosial.

BAB I PENDAHULUAN. individu. Interaksi yang utama dan paling sering terjadi adalah interaksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kasus gangguan perilaku eksternal sudah menjadi topik yang

PENGEMBANGAN PERILAKU SOSIAL ANAK USIA DINI

BAB I PENDAHULUAN. sosial anak. Hurlock (1993: 250) berpendapat bahwa perkembangan sosial

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Keluarga adalah satuan sosial yang paling mendasar, dan terkecil dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. verbal dan non verbal. Segala perilaku dapat disebut komunikasi jika

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju masa. lainnya. Masalah yang paling sering muncul pada remaja antara lain

PERSEPEKTIF PENDIDIKAN KELUARGA DALAM PERLINDUNGAN DIRI ANAK Oleh: Arumi Savitri Fatimaningrum, S.Psi., M.A.

BAB 1 PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan salah satu kebutuhan manusia, sekaligus dasar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tidak semua anak berbakat punya perilaku layaknya anak-anak normal. Ada juga diantara mereka memiliki

Singgih D. Gunarso mengatakan dari segi hukum kenakalan remaja digolongkan dalam dua kelompok yang berkaitan dengan norma-norma hukum yaitu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan anak. Dalam usia 0-5 tahun, anak diajarkan berbagai macam

BABI PENDAHULUAN. Dalam menjalani suatu kehidupan, banyak orang yang mempunyai pemikiran

SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi

KOMUNIKASI EFEKTIF ANTARA ORANG TUA DAN REMAJA MENGENAI TEMAN BERGAUL REMAJA. Dra. Muniroh A, M. Pd Afra Hafny Noer, S. Psi, M. Sc

FAKTOR PENYEBAB PERILAKU INTERAKTIF SISWA KELAS I DAN UPAYA PENANGANAN DI SMKN 1 KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2014/2015

PENGAMBILAN KEPUTUSAN TINDAKAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN HIDUP (FISIK DAN PSIKOLOGIS) PADA ANAK JALANAN

BAB I PENDAHULUAN. dan berinteraksi dengan orang lain demi kelangsungan hidupnya. Karena pada

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan pengertiannya tentang fakta-fakta atau kenyataan. Untuk

BAB II KAJIAN TEORI. sehari-hari. Perilaku sosial mempengaruhi penyesuaian sosial individu. Individu yang

BAGAIMANA MENGENAL DIRI ANDA

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan anak yang berbeda-beda. Begitu pula dengan pendidikan dan

BAB I PENDAHULUAN. lainnya khususnya di lingkungannya sendiri. Manusia dalam beraktivitas selalu

MENANAMKAN NILAI MORAL DAN KEAGAMAAN PADA ANAK

BAB I PENDAHULUAN. mengindikasikan gangguan yang disebut dengan enuresis (Nevid, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan kemajuan zaman banyak dampak yang dialami manusia

Andalah Yang Bertanggung Jawab (You Are Responsible!) Oleh: K. Sri Dhammananda

PENTINGNYA KECERDASAN EMOSIONAL SAAT BELAJAR. Laelasari 1. Abstrak

BAB II IBU DAN ANAK. Pengertian keluarga berarti nuclear family yaitu yang terdiri dari ayah,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perubahan zaman yang semakin pesat ini membawa dampak ke berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum

2015 PENGARUH PENGGUNAAN TEKNIK TOKEN EKONOMI DALAM MENGURANGI PERILAKU KEKERASAN PADA SISWA KELAS VI DI MADRASAH IBTIDAIYAH AISYAH KOTA BANDUNG

I. PENDAHULUAN. pendidikan formal dan pendidikan nonformal. Pendidikan formal

I. PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial. Manusia tidak dapat hidup sendiri dan

BAB IV PERBANDINGAN PEMIKIRAN ABDULLAH NASHIH ULWAN DAN B.F. SKINNER SERTA RELEVANSI PEMIKIRAN KEDUA TOKOH TERSEBUT TENTANG HUKUMAN DALAM PENDIDIKAN

I. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial kita tidak akan mampu mengenal dan dikenal tanpa

Pssst... Ada Bahaya di Sekitar Kita

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN KOHESIVITAS PEER GROUP PADA REMAJA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan senantiasa menjadi perhatian utama dalam rangka

FENOMENA KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

BAGAIMANA MENGOPTIMALKAN PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSI ANAK PRASEKOLAH? Oleh Kartika Nur Fathiyah Dosen PPB FIP UNY

KENAKALAN REMAJA : PENYEBAB & SOLUSINYA. Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd

Transkripsi:

TUGAS PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK PAHAMI ANAK APA ADANYA Oleh: Eka Rezeki Amalia (06320004) JURUSAN MATEMATIKA DAN KOMPUTASI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2008

Anak didik merupakan salah satu dari unsur pendidikan yang harus diperhatikan dan dibimbing oleh pendidik bersama-sama dengan orang tua karena anak didik merupakan generasi penerus bagi bangsa, agama maupun keturunan, atau persiapan generasi untuk masa mendatang, karena masa kini diciptakan oleh masa lalu. Mereka sangat memerlukan perhatian yang serius dari segi pendidikan dalam upaya membangun manusia seutuhnya. Masalah anak didik ini merupakan obyek yang terpenting dari paedagogiek. Begitu pentingnya faktor anak didik di dalam pendidikan sehingga ada aliran pendidikan yang menempatkan anak sebagai pusat segala usaha pendidikan (Child Centered). Oleh karena itu, agar dalam pemahaman serta dalam bimbingan kepada anak didik tidak bertentangan dengan kodratnya, maka pendidik perlu memahami sifat-sifat anak didik maupun segala sesuatu tentang anak didik, baik anak didik di rumah, di sekolah maupun di perkumpulannya. Untuk lebih memahami anak didik di sekolah, ada guru Bimbingan dan Penyuluhan. Fungsi guru Bimbingan dan Penyuluhan ini sama dengan guru bidang studi lainnya, yakni bagaimana upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan. Guru Bimbingan dan Penyuluhan memiliki trik-trik tertentu, bagaimana proses pembelajaran anak dapat meningkat dan bagaimana mencari tahu permasalahan anak didik, sehingga dapat mempengaruhi hasil belajar. Jadi, sejalan dengan pengertian bimbingan dan penyuluhan itu sendiri, upaya bimbingan dan penyuluhan ditujukan agar anak didik mengenal dan menerima diri sendiri serta mengenal dan menerima lingkungannya secara positif dan dinamis serta mampu mengambil keputusan, mengamalkan dan mewujudkan diri sendiri secara efektif dan produktif sesuai dengan peranan yang diinginkannya di masa depan. Peran guru Bimbingan dan Penyuluhan sangat besar dalam membantu anak didik untuk menyelesaikan pemasalahan-permasalahan yang sedang dialami. Berikut ada lima daftar masalah yang selalu dihadapi anak didik di sekolah. 1. Perilaku Bermasalah (problem behavior). Masalah perilaku yang dialami anak didik di sekolah dapat dikatakan masih dalam kategori wajar jika tidak merugikan dirinya sendiri dan orang lain. Dampak perilaku

bermasalah yang dilakukan anak didik akan menghambat dirinya dalam proses sosialisasinya dengan anak didik lain, dengan guru, dan dengan masyarakat. Perilaku malu dalam dalam mengikuti berbagai aktvitas yang digelar sekolah misalnya, termasuk dalam kategori perilaku bermasalah yang menyebabkan seorang anak didik mengalami kekurangan pengalaman. Jadi problem behaviour akan merugikan secara tidak langsung pada seorang anak didik di sekolah akibat perilakunya sendiri. 2. Perilaku menyimpang (behaviour disorder). Perilaku menyimpang pada anak didik merupakan perilaku yang kacau yang menyebabkan seorang anak didik kelihatan gugup (nervous) dan perilakunya tidak terkontrol (uncontrol). Memang diakui bahwa tidak semua anak didik mengalami behaviour disorder. Seorang anak didik mengalami hal ini jika ia tidak tenang, unhappiness dan menyebabkan hilangnya konsentrasi diri. Perilaku menyimpang pada anak didik akan mengakibatkan munculnya tindakan tidak terkontrol yang mengarah pada tindakan kejahatan. Penyebab behaviour disorder lebih banyak karena persoalan psikologis yang selalu menghantui dirinya. 3. Penyesuaian diri yang salah (behaviour maladjustment). Perilaku yang tidak sesuai yang dilakukan anak didik biasanya didorong oleh keinginan mencari jalan pintas dalam menyelesaikan sesuatu tanpa mendefinisikan secara cermat akibatnya. Perilaku menyontek, bolos, dan melangar peraturan sekolah merupakan contoh penyesuaian diri yang salah pada anak didik di sekolah menegah. 4. Perilaku tidak dapat membedakan benar-salah (conduct disorder). Kecenderungan pada sebagian anak didik adalah tidak mampu membedakan antara perilaku benar dan salah. Wujud dari conduct disorder adalah munculnya cara pikir dan perilaku yang kacau dan sering menyimpang dari aturan yang berlaku di sekolah. Penyebabnya, karena sejak kecil orangtua tidak bisa membedakan perilaku yang benar dan salah pada anak. Wajarnya, orang tua harus mampu memberikan hukuman (punisment) pada anak saat ia memunculkan perilaku yang salah dan

memberikan pujian atau hadiah (reward) saat anak memunculkan perilaku yang baik atau benar. Seorang anak didik di sekolah dikategorikan dalam conduct disorder apabila ia memunculkan perikau anti sosial baik secara verbal maupun secara non verbal seperti melawan aturan, tidak sopan terhadap guru, dan mempermainkan temannya. Selain itu, conduct disordser juga dikategorikan pada anak didik yang berperilaku oppositional deviant disorder yaitu perilaku oposisi yang ditunjukkan anak didik yang menjurus ke unsur permusuhan yang akan merugikan orang lain. 5. Attention Deficit Hyperactivity disorder, yaitu anak yang mengalami defisiensi dalam perhatian dan tidak dapat menerima impul-impuls sehingga gerakan-gerakannya tidak dapat terkontrol dan menjadi hyperactif. Anak didik di sekolah yang hyperactif biasanya mengalami kesulitan dalam memusatkan perhatian sehingga tidak dapat menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan kepadanya atau tidak dapat berhasil dalam menyelesaikan tugasnya. Jika diajak berbicara, anak didik yang hyperactif tersebut tidak memperhatikan lawan bicaranya. Selain itu, anak hyperactif sangat mudah terpengaruh oleh stimulus yang datang dari luar serta mengalami kesulitan dalam bermain bersama dengan temannya. Anak akan mengalami proses biologis yaitu mengalami pertumbuhan secara terus menerus. Seiring dengan perubahan tubuh atau perubahan biologis mereka, maka karakter mereka juga berubah. Bila pada masa bayi dan balita mereka masih memperlihatkan sikap manis dan lucu, dalam masa setelah itu mereka tumbuh menjadi manusia yang lebih agresif, impulsive, kurang bisa menguasai diri, senang berteriak dan bergerak agresif. Para guru terutama guru BP bisa jadi memiliki cara yang jitu untuk meredam keagresifan sikap anak didik. Cara yang mereka terapkan bukan lewat pemaksaan, menekan, atau marah-marah, namun dengan cara memberikan perlakuan khusus: keakraban. Mereka mengerti bahwa anak anak menjadi nakal karena mereka menderita skin hunger atau kulit yang lapar terhadap sentuhan. Sentuhan tangan guru pada pundak mereka, diikuti

senyum dan kata-kata simpati memiliki kekuatan yang besar untuk mengatasi perilaku nakal mereka. Di sekolah, tindakan kekerasan seringkali dilakukan dalam upaya mendidik anak. Peristiwa marah dan kemarahan dapat digunakan untuk menanamkan nilai-nilai dan norma-norma serta kedisiplinan dalam kehidupan masa depan anak. Marah atau kemarahan yang tepat dan efisien bahkan dapat membantu perkembangan kepribadian serta penghormatan anak didik kepada orang tuanya atau guru pendidik serta orang-orang dewasa lainnya yang mempunyai kewajiban mendidik mereka. Banyak pendidik berpendapat bahwa marah dan kemarahan yang seharusnya dilakukan oleh para pendidik dapat mengurangi manfaat, kewibawaan serta penghormatan anak didik pada subjek marah. Sangat besar pengaruh tindakan-tindakan kekerasan fisik terhadap perkembangan fisik, minimal dapat menanamkan keras dan rekaman kenangan luka di dalam jiwa anak kita. Sedangkan kata-kata keras, pedas dan memilukan, maupun merusak perkembangan emosi sang anak didik. Belum lagi jika terjadi, karena kekerasan ada luka pada kulit dan cacat jasmaniah. Kesan yang traumatif akan mengendap dalam ingatan dan perasaan anak didik, yang mungkin saja akan membusuk menjadi dendam kesumat. (Samsoel Bahri Joenoes, Padang Ekspres edisi 28 Maret 2008). Semua akibat dari tindakan kekerasan fisik besar pengaruhnya pada perkembangan kepribadian anak didik, seperti sifat cuek dan acuh, pembangkang, berani membantah, bahkan melawan dan merusak serta kurang respons memberikan penghormatan yang wajar kepada kedua orang tuanya ataupun para sesepuh dilingkungannya. Disamping itu perlu diperhatikan tentang waktu-waktu tertentu untuk memahami anak didik. Disinilah peran guru BP sangat diperlukan. Jangan memarahi anak ketika mereka sedang lapar, sedang mengantuk, tidur, sedang belajar atau tatkala mereka sedang menerima tamu atau di hadapan temanteman sekolahnya. Guru BP hendaknya lebih mensosialisasikan prinsip marah atau kemarahan ini kepada para pendidik lain yang berhubungan langsung dengan anak didik.

Golongan usia anak didik merupakan golongan usia yang mencari identitas dan eksistensi diri dalam kehidupan di masyarakat. Lingkungan sekolah merupakan tempat bagi anak didik untuk mulai bersosialisasi dengan lingkungan yang lebih luas sebelum terjun ke masyarakat. Peran serta guru sebagai orang tua di sekolah sangat penting dalam membantu anak didik untuk menemukan identitas dan eksistensi diri. Ada beberapa hal kunci yang bisa dilakukan oleh para guru khususnya guru BP untuk membantu anak didik. Pertama, memberikan kesempatan untuk mengadakan dialog. Sikap mau berdialog tidak hanya dengan orang tua, tapi juga dengan pendidik di sekolah dan masyarakat dengan anak didik pada umumnya adalah kesempatan yang diinginkan para anak didik. Dalam hati sanubari para anak didik tersimpan kebutuhan akan nasihat, pengalaman, dan kekuatan atau dorongan dari orang tua. Tetapi sering kerinduan itu menjadi macet bila melihat realitas mereka dalam keluarga, di sekolah ataupun dalam lingkungan masyarakat yang tidak memungkinkan karena antara lain begitu otoriter dan begitu bersikap monologis. Kedua, menjalin pergaulan yang tulus. Sekarang ini jumlah guru yang bertindak otoriter terhadap anak didiknya sudah jauh berkurang. Namun muncul kecenderungan yang sebaliknya yaitu sikap acuh tak acuh terhadap anak didik. Guru membiarkan anak didik bertindak semaunya bahkan ketika pelajaran di kelas. Alasannya, semuanya terserah anak didik, kepandaian anak didik bukan untuk guru. Hal ini sangat bertentangan dengan rinsip guru yang seharusnya mengayomi dan mendidik anak didik dengan sebaik-baiknya. Ketiga, memberikan pendampingan, perhatian dan cinta sejati. Setiap individu memerlukan rasa aman dan merasakan dirinya dicintai. Sejak lahir satu kebutuhan pokok yang yang pertama-tama dirasakan manusia adalah kebutuhan akan kasih sayang yang dalam masa perkembangan selanjutnya di usia anak didik, kasih sayang, rasa aman, dan perasaan dicintai sangat dibutuhkan oleh para anak didik. Dengan usaha-usaha dan perlakuan-perlakuan yang memberikan perhatian, cinta yang tulus, dan sikap mau berdialog, maka para anak didik akan mendapatkan rasa aman, serta memiliki keberanian untuk terbuka dalam mengungkapkan pendapatnya.

Banyak hal yang perlu dilakukan oleh guru untuk lebih memahami perilaku anak didik. Pembelajaran bagi anak didik bukan berarti mereka harus mengejar kecerdasan kognitif (kecerdasan otak) semata. Namun juga untuk memacu kecerdasan psikomotorik (keterampilan) dan affektif (sikap). Guru perlu mendalami lagi kebutuhan setiap anak didiknya terutama dalam segi psikomotorik dan affektif anak didik. Begitu pentingnya peranan seorang guru selaku orang tua di sekolah dalam perkembangan anak didik, maka sangatlah wajar jika seharusnya para guru memperlakukan anak didiknya seperti ia memperlakukan anaknya sendiri. Kerjasama yang baik antara orang tua, guru, dan masyarakat dapat membantu anak tumbuh dan berkembang dengan baik dan sempurna.

Referensi DePorter, Boobi, Mark Reardon & Sarah Singer-Nourie. 2005. Quantum Teaching (Terjemahan). Bandung: Kaifa. Meier, Dave. 2005. The Accelerated Learning Handbook (Terjemahan). Bandung: Kaifa. Padang Ekspres edisi 28 Maret 2008 Qamarulhadi, S. 1986. Membangun Insan Seutuhnya. Jakarta: Pustaka Offset. http://www.digilib@umm.ac.id http://www.labschoolkebayoran.com http://www.msi-uii.net http://www.okezone.com http://www.pendidikan.network.com http://www.penulisbatusangkar.blogspot.com http://www.sekolahindonesia.com