HUBUNGAN KARAKTERISKTIK PASIEN DENGAN TINGKAT KEPATUHAN DALAM MENJALANI TERAPI DIABETES MELITUS DI PUSKESMAS TEMBUKU 1 KABUPATEN BANGLI BALI 2015

dokumen-dokumen yang mirip
ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015

KEPATUHAN PERAWATAN PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE 2

PENGARUH PENDAMPINGAN TERHADAP KEPATUHAN DIET PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS TIPE 2 DI WILAYAH PUSKESMAS BANYUANYAR SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik secara global, regional, nasional dan lokal (Depkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan survei yang dilakukan World Health Organization (WHO)

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 PADA DOKTER KELUARGA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARANGANYAR SKRIPSI

PENGARUH LAYANAN PESAN SINGKAT PENGINGAT TERHADAP KEPATUHAN MINUM OBAT PASIEN DIABETES MELITUS RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

GAMBARAN PENGETAHUAN PASIEN DIABETES MELITUS TENTANG PENANGANANNYA DI RUMAH SAKIT PAHLAWAN MEDICAL CENTER KANDANGAN, KAB

I. PENDAHULUAN. sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat


BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II METODE PENELITIAN

ABSTRAK PERBANDINGAN KADAR GLUKOSA DARAH KAPILER DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH VENA MENGGUNAKAN GLUKOMETER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS

Siti Uswatun Chasanah 1, Anida 2, Desi Susana 3 ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan. Disusun oleh ENY SULISTYOWATI J

Nidya A. Rinto; Sunarto; Ika Fidianingsih. Abstrak. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. terbesar dari jumlah penderita diabetes melitus yang selanjutnya disingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Diabetes Melitus atau kencing manis, seringkali dinamakan

BAB I PENDAHULUAN. dicapai dalam kemajuan di semua bidang riset DM maupun penatalaksanaan

ABSTRAK. Fenny Mariady, Pembimbing I : dr. Christine Sugiarto, SpPK Pembimbing II : dr. Lisawati Sadeli, M.Kes

BAB I PENDAHULUAN. Menurut American Diabetes Association / ADA (2011) DM adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. utama bagi kesehatan manusia pada abad 21. World Health. Organization (WHO) memprediksi adanya kenaikan jumlah pasien

BAB I PENDAHULUAN. (glukosa) akibat kekurangan atau resistensi insulin (Bustan, 2007). World

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari

BAB I PENDAHULUAN. mellitus dan hanya 5% dari jumlah tersebut menderita diabetes mellitus tipe 1

BAB I PENDAHULUAN. sebagai masalah kesehatan global terbesar di dunia. Setiap tahun semakin

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Menurut data dari International Diabetes Federation (IDF)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. penyakit gula. DM memang tidak dapat didefinisikan secara tepat, DM lebih

DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DALAM... i LEMBAR PENGESAHAN... ii PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii KATA PENGANTAR... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS

BAB I PENDAHULUAN. merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs) yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makanan, berkurangnya aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran / polusi

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG PENGGUNAAN OBAT GLIBENKLAMID PADA PASIEN DIABETES MELLITUS TIPE-2 DI PUSKESMAS ALALAK SELATAN BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. yang mampu diteliti dan diatasi (Suyono, 2005). Namun tidak demikian

BAB I PENDAHULUAN. dengan jumlah penderita 7,3 juta jiwa (International Diabetes Federation

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ULFA KUMALASARI K

Tingkat Self care Pasien Rawat Jalan Diabetes mellitus tipe 2 di Puskesmas Kalirungkut Surabaya. Yessy Mardianti Sulistria

BAB I PENDAHULUAN. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan

BAB I PENDAHULUAN. yang selalu mengalami peningkatan setiap tahun di negara-negara seluruh

Olahraga dengan Kadar Gula Darah

AKADEMI FARMASI ISFI BANJARMASIN (Jl. Flamboyan 3 No.

DAFTAR ISI. LEMBAR PERSETUJUAN... ii. PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... v. ABSTRAK... vi. ABSTRACT... vii. RINGKASAN... viii. SUMMARY...

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KADAR GULA DARAH PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KARANGANYAR NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN HEALTH LOCUS OF CONTROL DENGAN KEPATUHAN PENATALAKSANAAN DIET DM TIPE 2 DI PAGUYUBAN PUSKESMAS III DENPASAR UTARA

BAB I PENDAHULUAN. mellitus (Perkeni, 2011). Secara umum hampir 80% prevalensi. diabetes mellitus adalah diabetes mellitus tipe 2.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

BAB I PENDAHULUAN. lama diketahui bahwa terdapat tiga faktor yang dapat mempengaruhi

KARYA TULIS ILMIAH PENGETAHUAN PASIEN TENTANG PERAWATAN KAKI PADA DIABETES MELLITUS. Di Poli Penyakit Dalam RSUD Dr.

Kedokteran Universitas Lampung

INTISARI. M. Fauzi Santoso 1 ; Yugo Susanto, S.Si., M.Pd., Apt 2 ; dr. Hotmar Syuhada 3

Tedy Candra Lesmana. Susi Damayanti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Melitus (DM) adalah suatu sindrom klinis kelainan metabolik

BAB 1 PENDAHULUAN. Keberhasilan suatu pengobatan tidak hanya dipengaruh i oleh. kesehatan, sikap dan pola hidup pasien dan keluarga pasien, tetapi

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 PADA ORANG DEWASA DI KOTA PADANG PANJANG TAHUN 2011 OLEH:

Kata Kunci: Umur, Jenis Kelamin, IMT, Kadar Asam Urat

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN DIIT DIABETES MELLITUS

HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN PASIEN MELAKUKAN KONTROL LUKA ULKUS DIABETIK DI PUSKESMAS KUTA I KABUPATEN BADUNG

BAB I PENDAHULUAN. menempati peringkat kedua dengan jumlah penderita Diabetes terbanyak setelah

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut

PERUBAHAN KEPATUHAN KONSUMSI OBAT PASEIN DM TIPE 2 SETELAH PEMBERIAN LAYANAN PESAN SINGKAT PENGINGAT DI PUSKESMAS MELATI KABUPATEN KAPUAS

Jl.Cerme No.24 Sidanegara Cilacap * Kata Kunci : Terapi Steam Sauna, Penurunan Kadar Gula Darah, DM tipe 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Diabetes Mellitus (DM) atau kencing manis merupakan salah satu

ABSTRAK GAMBARAN DEMOGRAFI DAN PENGETAHUAN MENGENAI PENYAKIT DIABETES MELITUS PADA TENAGA EDUKATIF TETAP DI UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BAB I PENDAHULUAN. insulin dependent diabetes melitus atau adult onset diabetes merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Muhammadiyah Yogyakarta. Semua responden penelitian berdomisili di

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB I PENDAHULUAN. II di berbagai penjuru dunia dan menurut WHO (World Health atau sekitar 2,38%. Menurut data Non-Communicable pada MDGs

I. PENDAHULUAN. usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin

Kesehatan (Depkes, 2014) mendefinisikan diabetes mellitus sebagai penyakit. cukup atau tubuh tidak dapat menggunakan insulin secara efektif, dan

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik

ABSTRAK TINGKAT PENGETAHUAN DIET PADA PENDERITA DIABETES MELITUS DENGAN KOMPLIKASI CHRONIC KIDNEY DISEASE DI RSUP SANGLAH DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN. 2009). Penyakit hipertensi sering disebut sebagai the silent disease atau penderita tidak

HUBUNGAN KOPING KELUARGA DENGAN TINGKAT KETAATAN DIET PASIEN DIABETES MELITUS DI PUSKESMAS I DENPASAR BARAT

BAB I PENDAHULUAN. resiko terjadinya komplikasi akibat DM (Agustina, 2010). Menurut World Health Organization (WHO), Diabetes Melitus (DM)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. DM tipe 2 di Puskesmas Banguntapan 2 Bantul yang telah menjalani

BAB I PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2010). Menurut

Hubungan Kadar Gula Darah dengan Glukosuria pada Pasien Diabetes Mellitus di RSUD Al-Ihsan Periode Januari Desember 2014

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kenaikan jumlah lansia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS)

I. PENDAHULUAN. yang dewasa ini prevalensinya semakin meningkat. Diperkirakan jumlah

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme kronik yang

ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KADAR GLUKOSA DARAH PUASA DI PUSKESMAS JAGASATRU CIREBON

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (lebih dari 60 tahun) diperkirakan mengalami peningkatan pada tahun 2000 hingga

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI DI PUSKESMAS MAKRAYU KECAMATAN BARAT II PALEMBANG

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 1, hal ini disebabkan karena banyaknya faktor resiko terkait dengan DM

Transkripsi:

HUBUNGAN KARAKTERISKTIK PASIEN DENGAN TINGKAT KEPATUHAN DALAM MENJALANI TERAPI DIABETES MELITUS DI PUSKESMAS TEMBUKU 1 KABUPATEN BANGLI BALI 2015 I Putu Angga Pradana Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana anggapradana369@gmail.com ABSTRAK Diabetes Melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduanya. Dalam pengelolaan penyakit tersebut, peran pasien menjadi sangat penting, terutama dalam hal meningkatkan kepatuhan dalam menjalani terapi agar tercapai kadar glukosa darah yang optimal untuk mencegah terjadi komplikasi yang lebih berat. Tujuan dari pemelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan antara karakteristik pasien terhadap tingkat kepatuhan menjalani pengobatan diabetes mellitus. Jenis penelitian yang dipergunakan adalah penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan di UPT Kesmas Tembuku I pada bulan Oktober 2015. Populasinya adalah seluruh penderita Diabetes Melitus yang datang ke Puskesmas Tembuku I dari tanggal 5 Oktober 2015-29 Oktober 2015. Pengambilan sampel menggunakan teknik consecutive sampling dengan jumlah sampel 65 orang. Instrumen pengumpulan data primer dengan menggunakan kuesioner faktor resiko DM oleh Kemenkes (2010) dan tingkat kepatuhan menggunakan MAQ (medication adherence questionare). Hasil dari penelitian didapatkan adanya hubungan signifikan antara umur (p=0,018) dan tingkat pendidikan (0,009) terhadap tingkat kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan. Saran yang diberikan adalah perlu diadakannya konseling mengenai pentingnya kepatuhan dalam menjalani pengobatan diabetes mellitus. Kata Kunci: Karakteristik, Tingkat Kepatuhan, Diabetes Melitus RELATION BETWEEN PATIENTS CHARACTERISTICS WITH OBEDIENCE ON DIABETES MELLITUS THERAPY IN PRIMARY HEALTH CARE TEMBUKU 1 BANGLI REGENCY BALI 2015 ABSTRACT Diabetes mellitus is a group of metabolic diseases with characteristic hyperglycemia that occurs due to abnormalities in insulin secretion, insulin action or both. In the management of the disease, patients have very important role, especially in terms of compliance in therapy in order to achieve optimal blood glucose levels to prevent the occurrence of more severe complications. The purpose of this study was to determine the relationship between patient characteristics on the level of compliance of treatment of diabetes mellitus. This type of research is an analytic study with cross sectional approach. This research was conducted at the Public Health Care Unit Tembuku I in October 2015. The population was all patients with diabetes mellitus who come to the health center Tembuku I on 5 October 2015-29 October 2015. The sampling using consecutive sampling technique with a sample of 65 people. The instrument of primary data for compliance using the MAQ (medication adherence questionare). Results of the research showed a significant relationship between age (p = 0.018) and educational level (0.009) of the patients' adherence to treatment. The advice given is to use counseling for the importance of adherence in the treatment of diabetes mellitus. Keyword: Charactheristic, Compliance, Diabetes Melitus 1

PENDAHULUAN Diabetes Melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya. Saat ini epidemi penyakit menular muncul menjadi penyebab kematian terbesar di indonesia, sedangkan epidemi penyakit menular belum juga tuntas. Berdasarkan studi epidemiologi terbaru, indonesia telah memasuki epidemi diabetus melitus tipe 2. Perubahan gaya hidup dan urbanisasi nampaknya merupakan penyebab penting masalah ini. Diperkirakan sekitar 50% penyandang diabetes yang belum terdiagnosis di indonesia. Selain itu hanya dua pertiga saja dari yang terdiagnosis yang menjalani pengobatan, baik farmakologis atau non farmakologis. Dari yang menjalani pengobatan tersebut hanya sepertiganya saja yang terkendali dengan baik. Bukti-bukti menunjukan bahwa komplikasi diabetes dapat dicegah dengan kontrol glikemik yang optimal. Namun demikian, di indonesia kontrol glikemik belum tercapai. 1 Berbagai penelitian epidemiologi menunjukan adanya kecenderungan peningkatan angka insidensi dan prevalensi DM tipe 2 di berbagai penjuru dunia. WHO memprediksi adanya peningkatan jumlah penyandang diabetes yang cukup besar pada tahun-tahun mendatang. WHO memprediksi kenaikan jumlah penyandang DM di indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi 21,3 juta pada tahun 2030. 1 Pada kenyataannya, dari tahun 2007 hingga 2013 terjadi peningkatan penderita DM, dari 1,1% menjadi 2,1%. Di Bali prevalensi penderita DM yang terdiagnosis oleh tenaga kesehatan tahun 2013 sebesar 1.5%. 2 Pada Puskesmas Kecamatan Tembuku 1, pada tahun 2014 penyakit DM menempati urutan ke 5 dengan prevalensi sebesar 7% dari total kunjungan yang ada pada puskesmas tersebut. Jumlah pasien yang tercatat pada tahun 2014 adalah sebanyak 177 pasien. 3 Diabetes melitus merupakan penyakit menahun yang akan diderita seumur hidup. Dalam pengelolaan penyakit tersebut, selain tenaga kesehatan, peran pasien dan keluarga menjadi sangat penting, terutama dalam hal meningkatkan kepatuhan dalam menjalani terapi agar tercapai kadar glukosa darah yang optimal. Dengan tercapainya kadar gula darah yang optimal, maka secara tidak langsung dapat mencegah penderita DM untuk mengalami komplikasi yang lebih berat, sehingga kualitas sumber daya manusia masih tetap dapat dijaga. 1 Diabetes Melitus merupakan penyakit yang tidak dapat disembuhkan, akan tetapi dapat dikontrol. Terapi pada diabetes melitus dilaksanakan seumur hidup dan membutuhkan kepatuhan dari penderita untuk mengontrol penyakitnya 1. Di Puskesmas Tembuku I belum terdapat data mengenai tingkat kepatuhan penderita DM menjalani pengobatan. Terdapat beberapa hal yang mempengaruhi kepatuhan pasien yaitu keadaan demografi pasien yang meliputi umur, jenis kelamin dan tingkat pendidikan. Pada umumnya pada anak-anak tingkat kepatuhan dalam menjalani terapi masih rendah, hal ini disebabkan karena pada usia anak-anak belum terbentuk sikap untuk memperhatikan diri sendiri, sehingga masih diperlukan peran orang tua dalam menjalani suatu terapi. Semakin bertambah usia seseorang, maka akan semakin terbentuk sikap untuk memperhatikan diri sendiri, sehingga hal tersebut juga akan meningkatkan kepatuhan seseorang dalam menjalani terapi pengobatan, namun pertambahan usia seseorang tidak serta merta akan meningkatkan kepatuhan, karena masih ada beberapa faktor lain yang mempengaruhi tingkat kepatuhan seseorang dalam menjalani suatu terapi pengobatan. Selain itu jenis kelamin ternyata juga mempengaruhi tingkat kepatuhan dapat dilihat dari sebuah penelitian yang mendapatkan terdapat perbedaan kepatuhan dalam hal mengontrol pola makan pada laki-laki dan perempuan. Tingkat pendidikan juga mempengaruhi kepatuhan pasien dalam menjalani terapinya yaitu dengan semakin tingginya tingkat pendidikan seseorang, maka kesadarannya untuk menjaga kesehatan semakin tinggi yang berbanding lurus dengan tingkat kepatuhannya dalam menjalani pengobatan. 4 METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan jenis penelitian analitik dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilaksanakan di UPT Puskesmas Tembuku I pada bulan Oktober 2015. Populasi penelitian yang dipakai adalah penderita Diabetes 2

Melitus yang dating ke Puskesmas Tembuku I dari tanggal 5 Oktober 2015 29 Oktober 2015. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik consecutive sampling yaitu pasien Diabetes Melitus yang datang ke UPT Puskesmas Tembuku I dari tanggal 5 Oktober 2015-23 Oktober 2015. Besar responden yang harus didapatkan yaitu sebesar 65 orang dengan menggunakan rumus sampel. Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah penderita Diabetes Melitus yang telah terdiagnosis dan bersedia menjadi responden. Subjek dalam penelitian dieksklusi jika subjek menolak untuk diikutsertakan dalam penelitian, subjek tidak sanggup mengikuti penelitian (hambatan komunikasi, mengalami gangguan jiwa, retardasi mental, dan keadaan lainnya yang mengakibatkan kesulitan dalam memperoleh data), subjek mengalami penurunan kesadaran, demensia dan dengan gejala psikotik, subjek bermigrasi keluar desa atau meninggal dunia. Dalam penelitian ini digunakan beberapa instrumen berupa kuesioner untuk menentukan umur, jenis kelamin dan tingkat pendidikan dari subjek penelitian. Tingkat kepatuhan pada pasien dapat diukur dengan menggunakan kuisioner Medication Adherence Questionaire (MAQ). Kuesioner MAQ adalah alat penilaian tingkat kepatuhan yang sudah divalidasi dan sering digunakan untuk menilai kepatuhan pengobatan pasien dengan penyakit kronik, seperti diabetes mellitus. MAQ berisi empat pertanyaan tentang penggunaan obat dengan jawaban ya dan tidak. Nilai MAQ yang tinggi menunjukkan tingkat kepatuhan pasien terhadap pengobatan rendah. Data yang diperoleh akan dianalisis untuk mengetahui hubungan karakteristik responden terhadap tingkat kepatuhan dalam menjalani pengobatan. Analisis data menggunakan Chi Square test dengan program SPSS versi 16.0 dengan tingkat kemaknaan p<0,05. HASIL PENELITIAN Pada penelitian ini responden yang sekaligus subjek penelitian adalah penderita Diabetes Melitus yang berkunjung ke UPT Puskesmas Tembuku 1. Perbedaan karakteristik yang dimiliki oleh masing masing penderita, secara tidak langsung dapat mempengaruhi kepatuhan penderita dalam mengkonsumsi obat. Pada tabel 1 dapat dilihat bahwa pada kelompok umur di bawah 45 tahun memiliki kepatuhan yang lebih tinggi yaitu sebesar 70,0% dibandingkan kelompok umur di atas 45 tahun yaitu 25,5%. Hal ini menunjukkan kecendrungan antara kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat diabetes, di mana semakin muda usia pasien maka semakin besar kemungkinan patuh dalam mengkonsumsi obat diabetes. Perbedaan tingkat kepatuhan juga dapat dilihat pada jenis kelamin, di mana laki laki memiliki tingkat kepatuhan yang lebih rendah yaitu 27,3% dibandingkan dengan perempuan yang memiliki tingkat kepatuhan lebih tinggi yaitu sebesar 37,5%. Berdasarkan tingkat pendidikan akhir yang ditempuh oleh pasien, didapatkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan yang ditempuh terdapat kecenderungan peningkatan tingkat kepatuhan. Dapat dilihat bahwa pasien sangat patuh yang tidak tamat SD sebesar 4,8%, tamat SD sebesar 22,2%, tamat SMP sebesar 50,0%, tamat SMA sebesar 64,7% dan tamat perguruan tinggi sebesar 66,7%. Hal ini menunjukkan semakin tinggi tingkat pendidikan pasien maka kecendrungan kepatuhan dalam mengkonsumsi obat diabetes semakin tinggi. Data kemudian dimasukkan ke dalam program SPSS untuk mencari nilai hubungan antar variabel. Tingkat pendidikan dibagi menjadi dua yaitu tingkat pendidikan rendah yang merupakan gabungan responden tidak tamat SD sampai SD dan SMP dan tingkat pendidikan tinggi yaitu dari SMA dan perguruan tinggi. Dari hasil analisis SPSS dengan p < 0,05 didapatkan bahwa umur dan tingkat pendidikan memiliki hubungan yang signifikan antara umur dengan tingkat kepatuhan (p=0,018) dan tingkat pedidikan dengan tingkat kepatuhan (p=0,009). Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin seseorang dengan tingkat kepatuhan dalam menjalani pengobatan diabetes mellitus. Tabel 1. Kecendrungan Kepatuhan Terhadap Terapi Farmakologis Berdasarkan Karakteristik Responden 3

Tabel 2. Hasil Analisis Data Karakteristik Responden Umur <45 tahun >45 tahun Jenis Kelamin Laki laki Perempuan Pendidikan Rendah Tinggi Tingkat kepatuhan Patuh Tidak patuh 7 14 9 12 8 13 3 41 24 20 37 7 Nilai p 0,018 0,531 0,009 PEMBAHASAN Berdasarkan data penelitian di atas dapat dilihat bahwa semakin tinggi umur penderita maka semakin tidak patuh penderita terhadap pengobatan farmakologis. Pada usia <45 tahun didapatkan tingkat kepatuhan sebesar 70% dan pada usia > 45 tahun dengan tingkat kepatuhan 25,5%. Selain itu dari uji analisis didapatkan hubungan signifikan antara umur dengan tingkat kepatuhan pasien UPT Puskesmas Tembuku 1 dalam menjalani pengobatan (p=0,018). Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin muda umur pasien maka semakin patuh dalam melakukan pengobatan farmakologis untuk diabetes mellitus. Hal ini tidak sesuai dengan tinjauan pustaka yang mengatakan bahwa semakin tinggi uimur seseorang akan meningkatkan kepatuhan menjalankan pengobatan. Namun hal ini sesuai dengan penelitin Hannan, di mana Hannan menyimpulkan pasien dengan umur yang lebih kecil memiliki tingkat kepatuhan menjalankan pengobatan farmakologis yang lebih tinggi. 5 Tingkat kepatuhan berdasarkan jenis kelamin juga terdapat perbedaan antara laki-laki dan perempuan diamana didapatkan perempuan mempunyai tingkat kepatuhan yang lebih tinggi yaitu 37,5% bila dibandingkan dengan laki-laki yaitu 27,3% dalam menjalankan pengobatan farmakologis untuk diabetes melitus. Hasil uji analisis menyatakan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin dengan tingkat kepatuhan dalam menjalani pengobatan (p=0,531). Hal ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan Hannan, di mana Hannan menyimpulkan bahwa laki-laki memiliki tingkat kepatuhan menjalankan pengobatan farmakologis yang lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan. 5 Berdasarkan tingkat pendidikan didapatkan hasil kepatuhan tertinggi pada pasien yang mengikuti yang menjalankan pendidikan sampai perguruan tinggi yaitu sebesar 66,7% dan yang memiiki tingkat kepatuhan terendah pada pasien yang tidak tamat SD diamana hanya memiliki tingkat kepatuhan sebesar 4,8%. Selain itu hasil uji analisis SPSS juga menyatakan terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan tingkat kepatuhan menjalani pengobatan (p=0,009). Dari data tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin patuh orang tersebut untuk mengikuti pengobatan farmakologis diabetes melitus. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Hannan, di mana Hannan menyimpulkan bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin tinggi tingkat kepatuhan menjalankan pengobatan farmakologis pada pasien. Ketidakpatuhan pasien meningkatkan resiko komplikasi dan bertambah parahnya penyakit yang diderita. 5,6 4

Keberhasilan terapi dapat dilihat dari adanya penurunan kadar gula darah puasa serta adanya peningkatan kualitas hidup pasien sehingga terhindar dari penyakit komplikasi. Keberhasilan terapi dipengaruhi oleh adanya kepatuhan, motivasi, serta dukungan keluarga. Keberhasilan terapi diabetes mellitus dapat ditingkatkan dengan cara mengatur diet, memonitor kadar gula darah, merawat kebersihan kaki dan porsi olah raga. 7 Penelitian lain juga menemukan penurunan kadar gula darah sangat dipengaruhi oleh latihan fisik (olah raga) dengan penurunan mencapai 30,14%. Selain kepatuhan penggunaan obat, tingkat pendidikan dan riwayat obesitas ternyata juga amat mempengaruhi keberhasilan terapi. 8,9 SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik simpulan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara umur dan tingkat pendidikan pasien dengan tingkat kepatuhannya dalam menjalani pengobatan. Akan tetapi tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jenis kelamin pasien dengan tingkat kepatuhannya dalam menjalani pengobatan. Saran yang bisa diberikan adalah kepada Puskesmas melalui program P2TM dan promosi kesehatan agar melakukan konseling secara lebih mendalam kepada penderita diabetes melitus saat melakukan kunjungan mengenai pentingnya kepatuhan dalam menjalani terapi dan harus diingat bahwa kepatuhan penggunaan obat hanya merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan terapi. DAFTAR PUSTAKA 1. PERKENI. 2011. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 Di Indonesia. Jakarta. 2. Pemerintah Provinsi Bali. Profil Kesehatan Provinsi Bali Tahun 2013. Denpasar. 2014. 3. Puskesmas Tembuku 1. Profil Puskesmas Tembuku 1 Tahun 2014. Bangli. 2015. 4. Febriana, R. Hubungan Kepatuhan Diit Dengan Kadar Gula Darah Sewaktu Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Rawat Inap Rsud Sukoharjo. Surakarta. Fakultas Kedokteran Universitas Muhamadiyah. 2014. 5. Hannan M. Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Minum Obat Pada Pasien Diabetes Melitus Di Puskesmas Bluto Sumenep. Wiraraja Medika. 2013. 6. Pratita, N.D. Hubungan Dukungan Pasangan dan Health Locus of Control dengan Kepatuhan dalam Menjalani Proses Pengobatan Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2, Jurnal Ilmiah Mahasiswa, Universitas Surabaya,1(1). 2012. 7. Santosa, M. Pengenalan Penyakit DM & Penanganannya Dewasa ini, http://www.pbpapdi.org/papdi.php?pb=det il_berita&kd_berita=87 (diakses tanggal 14 Oktober 2015).2011. 8. Puji I., Heru S. & Agus S. Pengaruh Latihan Fisik; Senam Aerobik Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Pada Penderita DM Tipe 2 Di Wilayah Puskesmas Bukateja Purbolingga,Media Ners, 1(2), 49 99. 2007. 9. Dewi, I. A. P.,, Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Keberhasilan Terapi Pada Penderita Diabetes Mellitus (Suatu Studi Penderita Diabetes Mellitus Bulan Oktober 2009 Di RSD Dr. SOEBANDI, Jember), Skripsi, Fakultas Kedokteran, Universitas Jember. 2009. 5