Konvensi Penanggulangan Masalah Tembakau

dokumen-dokumen yang mirip
Anhari Achadi* ADMINISTRASI KEBIJAKAN KESEHATAN Regulasi Pengendalian Masalah Rokok di Indonesia

INDIKATOR KESEHATAN SDGs DI INDONESIA Dra. Hj. Ermalena MHS Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Disampaikan dalam Diskusi Panel Pengendalian Tembakau dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rokok sudah menjadi suatu barang konsumsi yang sudah familiar kita

BAB I PENDAHULUAN. kecenderungan yang semakin meningkat dari waktu ke waktu (Kemenkes RI,

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 40 TAHUN 2013 TENTANG PETA JALAN PENGENDALIAN DAMPAK KONSUMSI ROKOK BAGI KESEHATAN BAB I PENDAHULUAN

Deni Wahyudi Kurniawan

-1- PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2013 TENTANG PETA JALAN PENGENDALIAN DAMPAK KONSUMSI ROKOK BAGI KESEHATAN

BAB 1 : PENDAHULUAN. tahun itu terus meningkat, baik itu pada laki-laki maupun perempuan. Menurut The

LEMBAR PENGESAHAN KOMPETISI PEMIKIRAN KRITIS MAHASISWA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGENDALIAN DAMPAK ROKOK TERHADAP KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Rokok merupakan benda kecil yang paling banyak digemari dan tingkat

IV PEMBAHASAN. 4.1 Analisis dan Sintesis Dampak Positif dan Dampak Negatif Penerapan Ketentuan-Ketentuan Pokok FCTC bagi Pemerintah Indonesia

Kebijakan Pengendalian Tembakau

BAB I BAB 1 : PENDAHULUAN PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun Oleh karena itu,

BAB 1 PENDAHULUAN. merokok namun kurangnya kesadaran masyarakat untuk berhenti merokok masih

BAB 1 : PENDAHULUAN. tidak menular salah satunya adalah kebiasaan mengkonsumsi tembakau yaitu. dan adanya kecenderungan meningkat penggunaanya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Asap rokok mengandung 4000 bahan kimia dan berhubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. sampai saat ini telah dikenal lebih dari 25 penyakit berbahaya disebabkan oleh rokok.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan politik (Depkes, 2006). Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila

I. PENDAHULUAN. Rokok merupakan salah satu produk yang cukup unik (terutama cara

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan. World Health Organization (WHO) memperkirakan pada tahun 2030

I. PENDAHULUAN. diantaranya penyakit pada sistem kardiovaskular, penyakit pada sistem

BAB III PENGAWASAN TERHADAP PELAKU USAHA ROKOK ATAU PRODUSEN ROKOK YANG TIDAK MEMENUHI KETENTUAN PELABELAN ROKOK MENURUT PP NO.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 1999 TENTANG PENGAMANAN ROKOK BAGI KESEHATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Pengantar. Jakarta, Januari Tim Penyusun

BAB I PENDAHULUAN. Merokok tidak hanya berdampak pada orang yang merokok (perokok aktif)

[PP NO.19/2003 (PENGAMANAN ROKOK BAGI KESEHATAN)] December 22, 2013

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG PENGAMANAN ROKOK BAGI KESEHATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2003 TENTANG PENGAMANAN ROKOK BAGI KESEHATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Kebijakan Peringatan Kesehatan Bergambar Pada Bungkus Rokok

BAB 1 : PENDAHULUAN. Perilaku merokok merupakan suatu hal yang fenomenal. Hal ini ditandai dengan

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan sebuah kebiasaan yang dapat merugikan. kesehatan baik si perokok itu sendiri maupun orang lain di sekelilingnya.

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latarbelakang. merokok merupakan faktor risiko dari berbagai macam penyakit, antara lain

BAB 1 : PENDAHULUAN. tempat seperti di lingkungan keluarga, kantor, fasilitas kesehatan, cafe, kendaraan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Dukungan Masyarakat Terhadap Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR)

berkembang yang memiliki tingkat konsumsi rokok dan produksi rokok yang tinggi. Program anti tembakau termasuk dalam 10 program unggulan kesehatan.

dalam terbitan Kementerian Kesehatan RI 2010).

A. Latar Belakang Epidemik tembakau secara luas telah menjadi salah satu ancaman kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat dunia yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Pembangunan nasional

BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan masalah yang kompleks. Merokok tidak saja berhubungan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah i

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 1999 TENTANG PENGAMANAN ROKOK BAGI KESEHATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 1 PENDAHULUAN. larangan merokok. Lebih dari 40 negara telah menempelkan label peringatan

PRAKTIK CERDAS PEMANFAATAN PAJAK ROKOK DIPROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Health Organization (WHO) pada tahun 2011 jumlah perokok laki-laki di

BAB 1 PENDAHULUAN. mempersiapkan generasi muda secara fisik dan psikis dengan baik. Secara fisik

Rivansyah Wirahadiutama (Studi pada perokok di kampus Universitas Gunadarma Depok Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen Angkatan 2012)

DUKUNGAN PEROKOK DAN BUKAN PEROKOK TERHADAP KEBIJAKAN PENGENDALIAN TEMBAKAU DI KOTA DENPASAR DAN YOGYAKARTA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA (PP) NOMOR 81 TAHUN 1999 (81/1999) TENTANG PENGAMANAN ROKOK BAGI KESEHATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 1999 TENTANG PENGAMANAN ROKOK BAGI KESEHATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PAYUNG HUKUM PENGUSAHAAN TEMBAKAU DI INDONESIA Disampaikan Pada Musyawarah Nasional Asosiasi Tembakau di Indonesia Di Temanggung, 19 Desember 2009

BAB I. PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas di negara berkembang. WHO memperkirakan tiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terjadi dalam lingkungan kesehatan dunia, termasuk di Indonesia. Tobacco

KEBIJAKAN SUBSIDI KESEHATAN BAGI RUMAH TANGGA MISKIN, KONSUMSI ROKOK DAN PEMANFAATAN PELAYANAN KESEHATAN DI INDONESIA TAHUN 2001 Dan 2004

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat menyebabkan kematian baik bagi perokok dan orang yang ada

BAB I PENDAHULUAN. dari abad kedua puluh satu. Menurut badan kesehatan dunia WHO ( World

KONSUMSI ROKOK RUMAH TANGGA MISKIN DI INDONESIA DAN PENYUSUNAN AGENDA KEBIJAKANNYA

BAB I PENDAHULUAN. dibicarakan tentang cara penanganan yang tepat. Bagi beberapa pria dan wanita di

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 81 TAHUN 1999 TENTANG PENGAMANAN ROKOK BAGI KESEHATAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. rokok pada remaja yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari di

BAB I PENDAHULUAN. hakikatnya adalah perubahan yang terus-menerus yang merupakan kemajuan dan

BAB I PENDAHULUAN. kini. Jika ditanya mengapa orang merokok, masing-masing pasti memiliki. anak muda, remaja yang melakukan kebiasaan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan salah suatu kebiasaan penduduk Indonesia. Kebiasaan

BAB 1 PENDAHULUAN. sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan

hari berdampak negatif bagi lingkungan adalah merokok (Palutturi, 2010).

Upaya Pengendalian Tembakau di Indonesia. Oleh Prof. Dr. Ali Ghufron Mukti, M.Sc, Ph.D Wakil Menteri Kesehatan Republik Indonesia

Rokok: Pembangunan Nasional dan Mewujudkan Cita-Cita Nawacita

BAB I PENDAHULUAN. umum. Saat ini kegiatan merokok adalah kebutuhan bagi sebagian orang, namun

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA SISWA SLTP DI KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2008

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rista Mardian,2013

dipandang oleh anggota masyarakat Indonesia (Wulandari, 2007). serius pada orang-orang yang bukan perokok.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Rokok sudah dikenal manusia sejak tahun sebelum Masehi. Sejak

BAB 1: PENDAHULUAN. ketergantungan) dan tar yang bersifat karsinogenik. (1)

KUESIONER PENELITIAN PENGARUH IKLAN MEDIA LUAR RUANG TERHADAP PERILAKU MEROKOK SISWA DI SMA NEGERI 2 MEDAN TAHUN 2012

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Global Adults Tobacco Survey (GATS) Indonesia, Indonesia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. degeneratif seperti kanker, memperlambat pertumbuhan anak, kanker rahim dan

BAB I PENDAHULUAN. dihirup asapnya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana tabacum, Nicotiana rustica

BAB I PENDAHULUAN. 2,7% pada wanita atau 34,8% penduduk (sekitar 59,9 juta orang). 2 Hasil Riset

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG KAWASAN TANPA ASAP ROKOK

BAB I PENDAHULUAN. salah satu negara konsumen tembakau terbesar di dunia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

KAJIAN KEIKUTSERTAAN INDONESIA DALAM TRANS-PACIFIC PARTNERSHIP (TPP) PADA SEKTOR KESEHATAN KHUSUSNYA PRODUKSI TEMBAKAU/ROKOK

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Dalam Peraturan Pemerintah ini diatur bahwa iklan rokok hanya dapat dilakukan dengan persyaratan tertentu yang ditetapkan.

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

tinggi tingkat kesehatan, maka kesegaran jasmani akan semakin baik pula. Berdasarkan Undang- Undang Kesehatan No 36 tahun 2009 yang memuat

WALIKOTA BANDA ACEH PROVINSI ACEH QANUN KOTA BANDA ACEH NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG KAWASAN TANPA ROKOK BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penggunaan tembakau bertanggungjawab terhadap sebagian besar kematian di seluruh dunia.

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 42 TAHUN 2009 TENTANG KAWASAN DILARANG MEROKOK

Transkripsi:

Framework Convention on Tobacco Control (FCTC) Konvensi Penanggulangan Masalah Tembakau Dr Anhari Achadi FKM-UI Workshop Penguatan PT dalam Advokasi Pengendalian Tembakau, Jakarta, 29 Mei 2014

LATAR BELAKANG Bulan Mei 2003 192 negara anggota WHO dalam Sidang Majelis Kesehatan Dunia (WHA) mengadopsi Framework Convention on Tobacco Control (FCTC) Terdiri atas 38 articles (Pasal) dalam 11 parts (Bab)

TUJUAN FCTC Melindungi generasi sekarang dan masa depan dari dampak merusak terhadap kesehatan, sosial, lingkungan dan ekonomi akibat penggunaan tembakau dan paparan terhadap asap tembakau. (Article 3)

PENGERTIAN FCTC adalah sebuah instrumen mengikat secara hukum dalam strategi kesehatan masyarakat global untuk mendukung negara negara anggota dalam mengembangkan program pengendalian tembakau di tingkat nasional untuk menekan kematian dan penyakit-penyakit yang berhubungan dengan penggunaan tembakau. (WHO)

MENGAPA FCTC DIPERLUKAN Secara global, konsumsi rokok/ tembakau menyebabkan 5 juta kematian /th, terutama di negara berkembang Kematian akan terjadi 2 x lipat pd th 2020 bila tak ditanggulangi, pada hal pencegahan dapat dilakukan Wabah (epidemi) merokok terjadi oleh karena faktorfaktor yg bersifat lintas-batas negara: Liberalisasi perdagangan Penanaman modal asing Pemasaran global

Mengulang: Mengapa masalah merokok/ tembakau perlu ditanggulangi Merokok dan kesehatan Masalah HAM : Memaksa orang lain menjadi perokok pasif Merokok dan penyakit menular Merokok dan kemiskinan Merokok dan narkoba Lain-lain : pengaruh asap rokok thd intelektualitas anak Tembakau dan lingkungan Khususnya bagi komunitas kesehatan dan umumnya bagi yang concern thd masalah bangsa, menanggulangi masalah merokok /tembakau harus menjadi prioritas 6

POKOK-POKOK ISI FCTC Yang berhubungan dengan konsumsi (demand reduction) (Pasal 6 s/d 14) 1. Mengurangi konsumsi melalui mekanisme pengendalian Harga dan Pajak 2. Iklan, sponsorship dan promosi 3. Pemberian label dalam kemasan rokok: Peringatan kesehatan dan istilah yang menyesatkan 4. Pengaturan udara bersih (proteksi terhadap paparan asap rokok) 5. Pengungkapan dan pengaturan isi produk tembakau 6. Edukasi, komunikasi, pelatihan, dan public awareness 7. Upaya mengurangi ketergantungan dan menghentikan kebiasaan merokok

Pokok-pokok isi FCTC (lanjutan) Yang berhubungan dengan pasokan (supply reduction) (Pasal 15 s/d 17) 1.Perdagangan gelap/penyelundupan produk tembakau 2.Penjualan kepada dan oleh anak dibawah umur 3.Upaya untuk mengembangkan kegiatan ekonomi lain yang dapat dilakukan ( economically viable alternative activities )

Catatan tentang formulasi pasal-pasal FCTC Kata-kata yang banyak digunakan : recognize (memahami) shall (akan) tidak dipakai kata must in accordance with its national law (sesuai dg perundang-undangan nasional) taking into account national circumstances and priorities or national capabilities (memperhatikan keadaan dan prioritas nasional) yang disertai dengan tenggang waktu : Packaging and labelling ( 3 th after entry into force ) (Article 11) Advertisement ( 5 th after entry into force ) (Article 13)

Manfaat: 1. PENGENDALIAN HARGA DAN PAJAK 1. Manfaat Kesehatan Kenaikan harga tembakau mengurangi konsumsi (terutama di kalangan anak-anak, remaja dan perokok ringan). 2. Manfaat Ekonomi - Pajak yg lebih tinggi akan menaikkan penerimaan negara meskipun terjadi penurunan jumlah rokok terjual.

1. PENGENDALIAN HARGA DAN PAJAK (lanjutan.... ) Dampak terjadi bila harga jual cukup tinggi Saat ini di Indonesia % pajak dari harga jual (31% ) jauh lebih rendah dibandingkan negara-negara lain (Australia 75%, Thailand & Phillipine 62%). Menaikkan pajak dampak positif kesehatan dan menambah penerimaan negara

2. IKLAN, SPONSORSHIP DAN PROMOSI Iklan, promosi dan sponsorship untuk olahraga dan kesenian sangat gencar. Tujuan pemasaran tsb: Merokok sebagai hal biasa diterima masyarakat mendorong anak-anak dan remaja untuk mencoba-coba merokok. Pelarangan sebagian terhadap iklan produk tembakau tidak efektif untuk mengurangi konsumsi tembakau

2. IKLAN, SPONSORSHIP DAN PROMOSI (lanjutan.... ) Pelarangan sebagian iklan produk tembakau efek kecil atau tidak sama sekali Industri tembakau terus mencari cara: misalnya penggunaan produk tembakau dalam film. FCTC : negara yang meratifikasi agar menerapkan pelarangan komprehensif, lima tahun sejak ratifikasi, dengan mempertimbangan hukum yang berlaku di negara ybs.

2. IKLAN, SPONSORSHIP DAN PROMOSI (lanjutan.... ) 1. Iklan, sponsorship dan promosi di Indonesia Iklan di TV mulai th 1990 diperbolehkan, hampir tidak ada pembatasan. PP 19/2003, PP 109/2012: iklan tembakau di TV dilarang jam 05.00 sampai 21.30. Perusahaan tembakau besar mensponsori olahraga dan kesenian. Iklan: membentuk citra merokok : trendy - sukses - kebahagiaan. Anak-anak dan remaja terpengaruh iklan. PP 19/2003, PP 109/2012: Pemberian produk tembakau secara gratis, pemberian kupon diskon dilarang. 2. Di negara lain Norwegia : total ban sejak 1975. Singapore,Thailand, Malaysia saat ini sudah melakukan pelarangan total

3. PEMBERIAN LABEL Tempat label pada produk tembakau terbatas 2 kepentingan yang bertolak-belakang a) Menyediakan tempat untuk peringatan kesehatan dan informasi konsumen. b) Mempromosikan merek dan produk Tanpa aturan jelas tentang ukuran dan tipe peringatan kesehatan perusahaan tembakau menempatkan peringatan kesehatan berukuran kecil lebih banyak area untuk pormosi produk.

3. PEMBERIAN LABEL (lanjutan.... ) Meningkatkan Peringatan Kesehatan. Tembakau mengandung nikotin, sebuah senyawa sangat adiktif. Efektivitas peringatan kesehatan bergantung pada ukuran; warna; jenis huruf dan gambar; pesan yang disampaikan tunggal atau berganti-ganti. Melarang istilah yang menyesatkan, termasuk istilah light, mild dan rendah tar Tujuan istilah menyesatkan: menyembunyikan dampak negatif kesehatan Menamakan jenis rokok light, mild dan rendah tar strategi meyakinkan konsumen bahwa produk memiliki bahaya lebih rendah. metode pengukuran kadar tar dan nikotin didasarkan standar industri tembakau dan tidak pada dampaknya bagi kesehatan.

3. PEMBERIAN LABEL (lanjutan.... ) FCTC. peringatan kesehatan: minimal 30 % - idealnya 50 % - dari area display produk tembakau. Peringatan kesehatan juga harus berganti isinya setiap periode tertentu. Istilah yang menyesatkan seperti light, mild dan rendah tar dilarang Indonesia PP 19/ 2003 ; PP 109/2012 Permenkes 28/ 2013 Negara lain: Canada dan Thailand : 50% utk health warning. Ada pictograph

4. PENGATURAN UDARA BERSIH (BEBAS ASAP ROKOK) Mayoritas penduduk Indonesia dewasa tidak merokok (68,2%). Pembatasan merokok di ruang publik mencegah bukan perokok terpapar oleh asap rokok. Wanita hamil yang terpapar asap rokok resiko melahirkan lebih tinggi. Bayi dan anak-anak peningkatan terkena bronkhitis, pneumonia, infeksi telinga dan kelambatan pertumbuhan paru-paru. Bukan perokok yang terpapar pada asap rokok secara terus menerus resiko lebih tinggi untuk terkena kanker paru dan kanker lain Pencapaian belajar anak yg terpapar asap rokok lebih rendah

Kondisi Indonesia PP19/2003, PP 109/2012 melarang merokok di: tempat ibadah, sarana kesehatan dan pendidikan, tempat anak-anak beraktivitas dan kendaraan umum, tempat kerja dan tempat umum yg ditetapkan. 4. PENGATURAN UDARA BERSIH (lanjutan.... ) FCTC. melakukan implementasi produk hukum dan perundangan yang melindungi bukan perokok dari asap rokok di tempat- tempat umum, kendaraan umum dan ruang kerja tertutup.

5. PENGATURAN ISI PRODUK TEMBAKAU Terdapat 1400 bahan aditif alamiah/sintetis pada produk tembakau. Banyak diantaranya yang aman dikonsumsi, tetapi potensi dampak negatif pada kesehatan ketika dihirup belum diketahui. FCTC produsen rokok mengungkapkan kandungan isi produk tembakau dan asap rokok (emisi) yang dihasilkan

6. PENYELUNDUPAN Penyelundupan produk tembakau melemahkan kebijakan pengendalian tembakau nasional penyelundup tidak membayar pajak. Mungkin harga jual rendah mendorong naiknya konsumsi tembakau. Faktor utama: peran industri tembakau dalam fasilitasi penyelundupan ke pasar yang baru (?) adanya kelompok kriminal (?) distribusi tanpa izin (?) lemahnya pelaksanaan undang-undang anti penyelundupan (?)

6. PENYELUNDUPAN (lanjutan.... ) FCTC mensyaratkan tindakan menekan penyelundupan pengemasan produk tembakau menyatakan tujuan akhir keharusan adanya lisensi untuk semua distributor.

7. Pengupayaan viable alternatives (kegiatan ekonomi lain yang dapat dikerjakan) Mencari dan mempromosikan upaya-upaya lain yang secara ekonomis dapat dikerjakan (viable) Perlu kerja-sama antar negara maupun kerjasama dengan badan internasional dan regional yang kompeten

Kandungan pasal-pasal lainnya Perlindungan lingkungan Liability ( pertanggung-jawaban ) Kerja-sama dan pertukaran kegiatan ilmiah dan teknis Pengorganisaian pelaksanaan konvensi Sumber daya finansial Pengelolaan perbedaan pendapat Protokol

PROSES RATIFIKASI LANGKAH 1 Mei 2003. Adopsi oleh Majelis Kesehatan Dunia (World Health Assembly) Pada Mei 2003, Majelis Kesehatan Dunia dengan suara bulat mengadopsi FCTC

PROSES RATIFIKASI (lanjutan.... ) LANGKAH 2 Penandatanganan perjanjian FCTCdapat ditandatangani sejak Juni 2003 s/d Juni 2004 Penanda-tanganan tidak mengikat secara hukum, tetapi hanya memberikan indikasi negara tersebut berniat serius Tidak mengikat negara tersebut untuk meratifikasi..

PROSES RATIFIKASI (lanjutan.... ) LANGKAH 3 Ratifikasi Ada dua langkah: 1. Pertama, lembaga negara yang berwenang sepakat menindak lanjuti kewajiban dalam perjanjian ybs sesuai konstitusi yang berlaku. 2. Kedua, pemerintah menyerahkan instrumen ratifikasi kepada Sekretaris Jendral PBB. Setelah ratifikasi: negara menjadi anggota resmi dari perjanjian

PROSES RATIFIKASI (lanjutan.... ) LANGKAH 4 Protokolprotokol Perjanjian terpisah lebih spesifik disebut protokol, disusun untuk melengkapi konvensi. Protokol adalah kewajiban spesifik substantif untuk mengimplementasikan tujuan konvensi. protokol yang diperlukan FCTC: penyelundupan dan iklan yang melintasi batas negara. Protokol perlu diratifikasi secara tersendiri. Menurut teks perjanjian yang berlaku saat ini, hanya negara yang telah meratifikasi konvensi yang dapat meratifikasi protokol.

PROSES RATIFIKASI (lanjutan.... ) LANGKAH 5 Perjanjian menjadi hukum internasional Sembilan puluh hari setelah FCTC diratifikasi oleh sedikitnya 40 negara, maka ia menjadi hukum internasional dengan aturan dan prosedur tersendiri. Perjanjian hanya mengatur hubungan antar negara-negara yang telah meratifikasinya.

PROSES RATIFIKASI (lanjutan.... ) LANGKAH 6 Konperensi Negara Anggota Satu tahun setelah perjanjian diundangkan, akan diselenggarakan Konperensi Negara Anggota yang telah meratifikasi/ Conference of Parties (COP). COP akan memonitor implementasi perjanjian dan membantu memobilisasi sumber daya finansial

Perlu dipikirkan oleh semua pihak Untung rugi bagi Indonesia kalau (kalau tidak) meratifikasi/ meng aksesi FCTC Image negara : perlindungan kesehatan bagi warganya (?) Partisipasi dalam pengembangan protokol? Pendapatan negara (?) Produksi rokok (?) Perdagangan (?) Lapangan kerja di indistri rokok dan pertanian (?) Lainnya (?)

Article 35 Ratification, acceptance, approval, formal confirmation or accession Untuk Indonesia : Untuk accession proses apa yang harus dilakukan

Mengulang: Kebijakan apa yang dapat dikembangkan/ dilakukan Bentuk kebijakan : Demand reduction (primer) Supply reduction (sekunder) Harm reduction (tak relevan)

Mengulang: Kebijakan apa yang dapat dikembangkan/ dilakukan Tujuan Mencegah inisiasi (anak-anak, wanita) (Penting sekali) Mengurangi prevalensi (demand yang elastis, sifat adiktif, smoking cessation kecil tingkat keberhasilannya) (Sulit sekali) Proteksi thd bukan perokok (HAM) (Mudah diterima semua pihak) Pengaturan produk yang dipasarkan (Akan ada tantangan keras dari industri)

Dampak FCTC thd Pengendalian Tembakau Peningkatan pajak/ cukai rokok Regulasi : PP 109/ 2012; Permenkes 28/ 2013 KTR : saat ini ( 2014) ada 88 Kab/ kota yg mempunyai peraturan perundangan KTR (Kemenkes) Meningkatnya advokasi Prevalensi merokok?

Current Orientation RESISTANT NEUTRAL SUPPORTIVE Stakeholders map : Challenges to the making of effective tobacco control in Indonesia Criticality to Success LOW MEDIUM HIGH Min of Education Min of Women Empowerment Pol Parties A,B Min of Health NGOs in health, Pol Parties C,D Min of Finance Pol Parties E,F Min of Industry Min of Man Power Min of Agric Tobacco growers Association 36

TERIMA KASIH