KAWASAN CAGAR BUDAYA DI KABUPATEN PURWOREJO

dokumen-dokumen yang mirip
PEMERINTAH KOTA SURABAYA

PEMERINTAH KOTA SURABAYA PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PELESTARIAN BANGUNAN DAN/ATAU LINGKUNGAN CAGAR BUDAYA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 7 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 2 TAHUN 2015 PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 2 TAHUN 2015

Pengalaman di Surabaya

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PROYEK GAMBARAN UMUM PROYEK DATA FISIK BANGUNAN : Peningkatan Kuantitas Komplek Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

TENTANG. perubahan yang pesat, sehingga dapat berpengartrh terhadap kelestarian Cagar Budaya ; merupakan kekayan budaya yang harus

Evaluasi Restorasi Gedung Indonesia Menggugat Terhadap Peraturan Daerah Tentang Bangunan Cagar Budaya

Pelestarian Bangunan Bersejarah Di Kota Lhokseumawe

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemeliharaan adalah salah satu usaha dari pelestarian benda cagar budaya yang nampaknya

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR: 13 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN KABUPATEN PURWOREJO TAHUN

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 74 TAHUN 2008

REVITALISASI BANGUNAN MEGARIA SEBAGAI PUSAT SINEMA

BUPATI SLEMAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WAKATOBI

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 59 TAHUN 2007 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

Syarat Bangunan Gedung

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

BUPATI KABUPATEN BIMA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA NOMOR 03 TAHUN 2015 TENTANG BANGUNAN GEDUNG

WALIKOTA PALANGKA RAYA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN (Berita Resmi Kabupaten Sleman) Nomor: 1 Tahun 2011 Seri: D PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 5 TAHUN 2011

RENCANA UMUM PENGADAAN BARANG/JASA TAHUN ANGGARAN 2013 DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN PURWOREJO ALAMAT : JL. YOGYA KM 5 PURWOREJO BIAYA

BAB V PENUTUP. yaitu Stasiun Lempuyangan dan Balai Yasa Pengok. Kedua objek tersebut. Indonesia pada umumnya dan di Yogyakarta khususnya.

WALIKOTA MALANG, 5. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembara n Negara Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. bangunan yang sudah ditetapkan sebagai cagar budaya, namun banyak juga yang

BAB II KAJIAN LITERATUR

Analisis Penilaian Bangunan Cagar Budaya,

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG CAGAR BUDAYA

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 7 TAHUN 2014 TENTANG

III. METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. keberadaban. Pengalihan kewenangan pemeliharaan dan pelestarian kebudayaan

BUPATI PURWOREJO PROVINSI JAWA TENGAH

LAMPIRAN 1 ANGKET PENELITIAN

REVITALISASI KAWASAN PASAR IKAN LUAR BATANG

STUDI PENENTUAN KLASIFIKASI POTENSI KAWASAN KONSERVASI DI KOTA AMBARAWA TUGAS AKHIR

NO KODE A R S I T E K T U R 1 Arsitek Ahli Desain Interior Ahli Arsitekur Lansekap Teknik Iluminasi 104


BAB I PENDAHULUAN. masyarakat sehingga menjadi sebuah kepercayaan terhadap hal-hal yang

Integrasi Budaya dan Alam dalam Preservasi Candi Gambarwetan

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 54 TAHUN 2009 TENTANG

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 66 TAHUN 2015 TENTANG PELESTARIAN CAGAR BUDAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG BANGUNAN GEDUNG

HASIL PENELITIAN. Kata kunci: Kata kunci: Bangunan Kuno dan Kawasan Bersejarah, Konservasi Pusat Kota Lama Manado, Heritage Bulding.

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 60 TAHUN 2013 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKAKARTA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TEGAL

PERATURAN LEMBAGA PENGEMBANGAN JASA KONSTRUKSI NASIONAL NOMOR : 8 TAHUN 2014 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG BANGUNAN GEDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 37 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN NAMA RUPABUMI UNSUR BUATAN

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 07 TAHUN 2005 TENTANG

BAB I Pengembangan Museum Kereta Api di Ambarawa Penekanan pada fasilitas museum yang Variatif dan atraktif

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG BANGUNAN GEDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG,

BAB I PENDAHULUAN. Kisaran terbagi menjadi dua kecamatan yaitu Kecamatan Kisaran Timur dan

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

PENDEKATAN VISUAL ABSORPTION CAPABILITY UNTUK PELESTARIAN KAWASAN BANGUNAN KUNO DI KOTA PASURUAN

BAB III METODE PENELITIAN. dengan paradigma rasionalistik. Metodologi kualitatif merupakan prosedur

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR: 27 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN PURWOREJO TAHUN

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN. a. Perkembangan morfologi Kawasan Alun-alun Lama Kota Semarang. Kawasan Alun-alun Lama Kota Semarang berada di bagian pusat kota

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG BANGUNAN GEDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPUTUSAN BUPATI BANTUL NOMOR 458 TAHUN 2016 TENTANG

MEMUTUSKAN: : PERATURAN BUPATI TENTANG PENGELOLAAN CAGAR BUDAYA.

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, serta memperkuat ikatan rasa kesatuan dan persatuan bagi

BAB VII KESIMPULAN, SARAN DAN KONTRIBUSI TEORI

Matrik Susunan Tipikal Indikasi Program Utama TAHUN Tabel Indikasi Program Utama Umum

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut :

KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 1 TAHUN 2017

MEMUTUSKAN : BAB I KETENTUAN UMUM

BUPATI SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN BAGIAN-BAGIAN JALAN KABUPATEN

PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMANFAATAN BAGIAN JALAN

KAJIAN PELESTARIAN KAWASAN BENTENG KUTO BESAK PALEMBANG SEBAGAI ASET WISATA TUGAS AKHIR. Oleh : SABRINA SABILA L2D

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Museum adalah lembaga yang berfungsi melindungi, mengembangkan,

Rekapitulasi Hasil dan Identifikasi Bangunan Bersejarah di Kota Salatiga

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah wilayah atau daerah mempunyai banyak Bangunan serta Benda Cagar

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2007 NOMOR 12 SERI C

BAB 4 ANALISIS PENILAIAN KEEFEKTIFAN PELESTARIAN BANGUNAN PUSAKA DI KAWASAN MILITER, BANDUNG

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 2

BUPATI BANJAR PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG BANGUNAN PANGGUNG

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

HOTEL WISATA BINTANG TIGA DI KABUPATEN MAGELANG

Komunitas Pegiat Sejarah (KPS) Semarang Sekretariat: Jl Graha Mukti Raya 1150 Semarang, Telp:

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Bagelen yang dibangun untuk menghadapi perlawanan Pangeran

MITIGASI, REHABILITASI DAN RECOVERY MAKAM RAJA-RAJA MATARAM IMOGIRI BANTUL YOGYAKARTA PASCA GEMPA BUMI 27 MEI 2006

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG

PELESTARIAN BANGUNAN MASJID JAMIK SUMENEP

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BADUNG NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG JARINGAN UTILITAS TERPADU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

LAMPIRAN IV Peraturan Daerah Kabupaten Nomor... Tahun 2010 KAWASAN CAGAR BUDAYA DI KABUPATEN PURWOREJO No Nama Lokasi Klasifikasi Konservasi** 1 Situs Prasasti Kayu Desa Borowetan, Kec. Utama Golongan A Arahiwang Banyuurip 2 Pendopo Bupati Utama Golongan A 3 Masjid Agung Darul Mutaqin Utama Golongan A 4 Masjid Santren Bagelen Utama Golongan A 5 Gereja GPIB Utama Golongan A 6 Klentheng Thong Kwie Utama Golongan A Kiong 7 Petilasan WR Desa Somongari, Kec. Madya Golongan B Supratman Kaligesing 8 SD N Madya Golongan B 9 Kompleks SMA N 7 Madya Golongan B 10 Gereja Santa Perawan Madya Golongan B Maria 11 Masjid Al Iman Loano Madya Golongan B 12 Masjid Al Izhar Madya Golongan B 13 Masjid Kawedanan Madya Golongan B _Cangkrep 14 Masjid Sunan Geseng Bagelen Madya Golongan B 15 Masjid Janatunaim Butuh Madya Golongan B 16 Gereja Kristen Kyai Butuh Madya Golongan B Sadrach 17 Masjid Tiban Purwodadi Madya Golongan B Jenarkidul 18 Masjid An Nuur Purwodadi Madya Golongan B 19 Kantor Sekretaris Madya Golongan B Daerah Kabupaten 20 Pendopo Wakil Bupati Madya Golongan B 21 Kantor Badan Madya Golongan B Kepegawaian Daerah (BKD) Kab. 22 Kantor Dinas Madya Golongan B Pengairan 23 Kantor Binamarga Provinsi Jawa Tengah Madya Golongan B 24 Kantor Camat Madya Golongan B 25 Kantor BRIMOB Madya Golongan B 26 Kompleks KODIM Madya Golongan B 0708 27 Rumah Dinas Dandim Madya Golongan B 1

0708 No Nama Lokasi Klasifikasi Konservasi** 28 Rumah Dinas Kasdim Madya Golongan B 0708 29 DKT Madya Golongan B 30 Kompleks Asrama Madya Golongan B Militer 412 31 Kompleks Rumah Madya Golongan B Dinas Militer 412 32 Balai Prajurit Madya Golongan B 33 Andungan Air Minum Madya Golongan B Mudal 34 Kantor Mesin Pompa Madya Golongan B PDAM Tuk Songo 35 Gardu Listrik & Madya Golongan B 36 Museum Tosan Aji Madya Golongan B 37 Alun-alun Kota Madya Golongan B 38 Stasiun Kereta Api Madya Golongan B 39 Stasiun Kereta Api Madya Golongan B 40 Makam Sawunggaling Madya Golongan B 41 Kompleks Makam Cokronagoro I, III & IV Bulus_ Madya Golongan B 42 Makam Cokronegoro II Kayulawang_ Madya Golongan B 43 Makam Gagak Loano Madya Golongan B Handoko 44 Makam Gagak Madya Golongan B Pranolo II 45 Petilasan Nyai Bagelen Madya Golongan B Bagelen 46 Rumah Jend. A. Yani Rendeng_Gebang Madya Golongan B 47 SMP N 4 Madya Golongan C 48 SMP N 2 Madya Golongan C 49 SMP N 1 Madya Golongan C 50 Gereja Kristen Jawa Purwodadi Madya Golongan C 51 Beteng Kalimaro Bagelen Madya Golongan C 52 Bendung Kedung Bener Madya Golongan C Pucang 53 Pintu Air Baledono Madya Golongan C Selis 54 Selis Kali Jali Madya Golongan C 55 Jembatan Kali Jali Bandung, Madya Golongan C 56 Jembatan Ngandul Bagelen Madya Golongan C Kali Bogowonto 57 Tugu Peringatan Bener Madya Golongan C Pembuatan Jalan Magelang- 58 Pemotongan Hewan Baledono Madya Golongan C 2

No Nama Lokasi Klasifikasi Konservasi** 59 Kompleks Pertokoan Madya Golongan C Jl. A. Yani 60 Eks Hotel Indra Madya Golongan C 61 RSPD Kabupaten Madya Golongan C 62 Hotel Puri Mandiri Madya Golongan C 63 Alun-alun Kota Madya Golongan C 64 Makam Eyang Giri Butuh Madya Golongan C Cementhoko 65 Makam Imam Puro Baledono, Madya Golongan C 66 Petilasan Sunan Bagelen Madya Golongan C Geseng 67 Rumah Ibu Sisworo Sindurjan, Madya Golongan C 68 Rumah Bapak Pujiono Ngupasan, Madya Golongan C 69 Rumah Dinas DPR Ngupasan, Madya Golongan C 70 Rumah Ibu Suhardini Dlangu, Butuh Madya Golongan C 71 Rumah Jenderal Sindurjan, Madya Golongan C Panuju 72 Sumur Pinatah Banyuurip 73 Prigi Banyuurip 74 Masjid Banyuurip Banyuurip 75 Andungan Air Minum Keseneng, Pratama Golongan D 76 Jembatan Buh Baledono, Pratama Golongan D Lewung Kali Bogowonto 77 Gedung Bioskop Pratama Golongan D Bagelen 78 Eks Kantor Pratama Golongan D Transmigrasi 79 Kawasan dan/atau bangunan cagar budaya lainnya* *Kawasan dan/atau bangunan cagar budaya lainnya adalah kawasan dan/atau bangunan cagar budaya selain yang sudah tersebut di atas, yang memenuhi kriteria cagar budaya, yaitu: a. Bangunan Cagar Budaya 1. Umur sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) tahun; 2. Estetika, berkenaan dengan aspek rancangan arsitektur yang menggambarkan suatu zaman dan gaya/langgam tertentu; 3. Kejamakan, berkenaan dengan bangunan-bangunan, atau bagian dari kota yang dilestarikan karena mewakili kelas atau jenis khusus bangunan yang cukup berperan; 4. Kelangkaan, berkenaan dengan jumlah yang terbatas dari jenis atau fungsinya, atau hanya satu-satunya di lingkungan atau wilayah tertentu; 5. Nilai Sejarah, berkenaan dengan peristiwa perubahan dan/atau perkembangan Kabupaten, nilai-nilai kepahlawanan, 3

peristiwa kejuangan bangsa Indonesia, ketokohan, politik, sosial, budaya serta nilai arsitektural yang menjadi simbol nilai kesejarahan pada tingkat nasional dan/atau Daerah; 6. Memperkuat Kawasan, berkenaan dengan bangunan-bangunan dan/atau bagian kota yang karena potensi dan/atau keberadaannya dapat mempengaruhi serta sangat bermakna untuk meningkatkan kualitas dan citra lingkungan di sekitarnya; 7. Keaslian, berkenaan dengan tingkat perubahan dari bangunan cagar budaya baik dari aspek struktur, material, tampang bangunan maupun sarana dan prasarana lingkungannya; 8. Keistimewaan, berkenaan dengan sifat istimewa dari bangunan dimaksud; 9. Tengeran atau landmark berkenaan dengan keberadaan sebuah bangunan, baik tunggal maupun jamak dari bangunan atau lansekap yang menjadi simbol/karakter suatu tempat atau lingkungan tersebut. b. Lingkungan Cagar Budaya 1. Umur, berkenaan dengan usia lingkungan terbangun, paling sedikit seusia bangunan yang telah ditetapkan atau diduga sebagai bangunan cagar budaya; 2. Keaslian, yaitu keberadaan lingkungan cagar budaya yang masih asli, baik lengkap maupun tidak lengkap; 3. Nilai Sejarah, berkenaan dengan peristiwa perubahan dan/atau perkembangan Kabupaten, nilai-nilai kepahlawanan, peristiwa kejuangan bangsa Indonesia, ketokohan, politik, sosial, budaya yang menjadi simbol nilai kesejarahan pada tingkat nasional dan/atau daerah untuk memperkuat jati diri bangsa; 4. Kelangkaan, berkenaan dengan tatanan tapak atau tatanan lingkungan yang jarang ditemukan; 5. Ilmu Pengetahuan, berkenaan dengan ilmu dan pengetahuan yang berkaitan dengan lingkungan cagar budaya. **Jenis Konservasi: 1. Konservasi Bangunan Bersejarah Golongan A Konservasi bangunan cagar budaya Golongan A (Preservasi) dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut: a. bangunan dilarang dibongkar dan/atau diubah; b. apabila kondisi fisik bangunan buruk, roboh, terbakar atau tidak layak berdiri, dapat dilakukan pembongkaran untuk dibangun kembali seperti semula sesuai dengan aslinya; c. pemeliharaan dan perawatan bangunan harus menggunakan bahan yang sama/sejenis atau memiliki karakter yang sama dengan mempertahankan detail ornamen aslinya; d. dalam upaya revitalisasi dimungkinkan adanya penyesuaian perubahan fungsi sesuai rencana kota yang berlaku tanpa mengubah bentuk aslinya; dan e. di dalam persil atau lahan bangunan cagar budaya dimungkinkan adanya bangunan tambahan yang menjadi satu kesatuan yang utuh dengan bangunan utama. 4

2. Konservasi Bangunan Bersejarah Golongan B Konservasi bangunan cagar budaya Golongan B (restorasi/rehabilitasi atau rekonstruksi) dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut: a. bangunan dilarang dibongkar kecuali apabila kondisi fisik bangunan buruk, roboh, terbakar atau tidak layak tegak, sehingga dapat dilakukan pembongkaran; b. dalam hal bangunan cagar budaya sudah tidak utuh lagi maka apabila dilakukan pembangunan harus sesuai dengan bentuk aslinya dan tidak boleh membongkar bagian bangunan yang masih ada; c. pemeliharaan dan perawatan bangunan cagar budaya harus dilakukan tanpa mengubah tampang bangunan, warna dan detail serta ornamen bangunan; d. dalam upaya restorasi/rehabilitasi atau rekonstruksi dimungkinkan adanya perubahan tata ruang bagian dalam, sepanjang tidak mengubah struktur utama bangunan; dan e. di dalam persil atau lahan bangunan cagar budaya dimungkinkan adanya bangunan tambahan yang menjadi satu kesatuan yang utuh dengan bangunan utama. 3. Konservasi Bangunan Bersejarah Golongan C Konservasi bangunan cagar budaya Golongan C (revitalisasi/adaptasi) dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut: a. perubahan bangunan dapat dilakukan dengan syarat tetap mempertahankan tampang bangunan utama termasuk warna, detail dan ornamennya; b. warna, detail dan ornamen dari bagian bangunan yang diubah disesuaikan dengan arsitektur bangunan aslinya; c. penambahan bangunan di dalam tapak atau persil hanya dapat dilakukan di belakang bangunan cagar budaya dan harus disesuaikan dengan arsitektur bangunan cagar budaya dalam keserasian tatanan tapak; dan d. fungsi bangunan dapat diubah sesuai dengan rencana kota. 4. Konservasi Bangunan Bersejarah Golongan D a. Bangunan cagar budaya yang keberadaannya dapat membahayakan keselamatan lingkungan sekitarnya dapat dibongkar dan dapat dibangun kembali sesuai dengan aslinya dengan cara demolisi; b. Ketentuan lebih lanjut mengenai prosedur dan tata cara pelaksanaan demolisi sebagaimana dimaksud pada huruf a diatur dengan Peraturan Bupati. 5