II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian dan Ruang Lingkup Hukum Pidana. hukum yang berlaku disuatu negara yang mengadakan dasar-dasar dan aturanaturan

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian dan Ruang Lingkup Hukum Pidana. hukum yang berlaku disuatu negara yang mengadakan dasar-dasar dan aturanaturan

BAB I PENDAHULUAN. kurang atau tidak memperoleh kasih sayang, asuhan bimbingan dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. perbuatan yanag dapat dipidana, orang yang dapat dipidana, dan pidana. Istilah tindak pidana di

NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK

I. PENDAHULUAN. dalam rangka menjamin pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental, dan sosial

PENGADILAN ANAK Undang-Undang No. 3 Tahun 1997 Tanggal 3 Januari 1997 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

II. TINJAUAN PUSTAKA. pidana. Dalam hal penulisan penelitian tentang penerapan pidana rehabilitasi

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki peranan strategis dan mempunyai ciri-ciri dan sifat khusus, memerlukan pembinaan dan pengarahan dalam rangka menjamin

UNDANG-UNDANG NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

II. TINJAUAN PUSTAKA. perbuatan jahat atau kejahatan. Secara yuridis formal, tindak kejahatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. sehingga mereka tidak tahu tentang batasan umur yang disebut dalam pengertian

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai Negara hukum, Pasal 28 Ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Tindak Pidana, Pelaku Tindak Pidana dan Tindak Pidana Pencurian

BAB I PENDAHULUAN. dipersiapkan sebagai subjek pelaksana cita-cita perjuangan bangsa. Berdasarkan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB II BATASAN PENGATURAN KEKERASAN FISIK TERHADAP ISTRI JIKA DIKAITKAN DENGAN TINDAK PIDANA PENGANIAYAAN MENURUT KETENTUAN HUKUM PIDANA DI INDONESIA

II. TINJAUAN PUSTAKA. dimana keturunan tersebut secara biologis berasal dari sel telur laki-laki yang kemudian

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang dilarang atau diharuskan dan diancam dengan pidana oleh undang-undang,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tindak pidana merupakan pengertian dasar dalam hukum pidana ( yuridis normatif ). Kejahatan

BAB I PENDAHULUAN. faktor sumber daya manusia yang berpotensi dan sebagai generasi penerus citacita

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP SANKSI ABORSI YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DIBAWAH UMUR

II. TINJAUAN PUSTAKA. arti yang luas dan berubah-ubah, karena istilah tersebut dapat berkonotasi dengan bidang-bidang

BAB II. kejahatan adalah mencakup kegiatan mencegah sebelum. Perbuatannya yang anak-anak itu lakukan sering tidak disertai pertimbangan akan

kearah yang tidak baik atau buruk. Apabila arah perubahan bukan ke arah yang tidak

I. PENDAHULUAN. usahanya ia tidak mampu, maka orang cenderung melakukanya dengan jalan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa,

BAB I PENDAHULUAN. eksistensi negara modern, dan oleh karena itu masing-masing negara berusaha

I. PENDAHULUAN. dengan alat kelamin atau bagian tubuh lainnya yang dapat merangsang nafsu

UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. mampu memimpin serta memelihara kesatuan dan persatuan bangsa dalam. dan tantangan dalam masyarakat dan kadang-kadang dijumpai

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh dan, berkembang, dan

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tahun kenakalan anak selalu terjadi. Apabila dicermati

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sistem pertanggungjawaban pidana dalam hukum pidana positif saat ini

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Adanya hukum dan di buat tumbuh dan berkembang dalam masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. melekat pada diri masing-masing individu. Hal itu cukup beralasan, betapa tidak,

BAB I PENDAHULUAN. Pada hakekatnya anak merupakan amanah dan karunia Tuhan Yang Maha

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor /PUU-VIII/2010 Tentang UU Pengadilan Anak Sistem pemidanaan terhadap anak

UNDANG-UNDANG NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK [LN 1997/3, TLN 3668]

BAB I PENDAHULUAN. paling dominan adalah semakin terpuruknya nilai-nilai perekonomian yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kegunaan tinjauan pustaka ( library research) di dalam suatu penelitian adalah

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

BAB I PENDAHULUAN. A. Alasan Pemilihan Judul. Pidana Penjara Seumur Hidup (selanjutnya disebut pidana seumur hidup)

I. PENDAHULUAN. Anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) adalah warga negara Indonesia yang

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbicara hukum, menyebabkan kita akan dihadapkan dengan hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan pergaulan

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ATMAJAYA YOGYAKARTA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

HAK MANTAN NARAPIDANA SEBAGAI PEJABAT PUBLIK DALAM PERSPEKTIF HAK ASASI MANUSIA

BAB II TINJAUAN UMUM. Perumusan tentang pengertian anak sangat beragam dalam berbagai

I. PENDAHULUAN. Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 Perubahan ke-4 Undang-Undang Dasar Hal ini. tindakan yang dilakukan oleh warga negara Indonesia.

UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 1999 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI [LN 1999/140, TLN 3874]

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pertanggungjawaban adalah keadaan wajib menanggung segala sesuatu, fungsi

Lex Crimen Vol. II/No. 7/November/2013. PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DARI ANAK DIBAWAH UMUR YANG MELAKUKAN PEMBUNUHAN 1 Oleh : Safrizal Walahe 2

BAB I PENDAHULUAN. hukuman yang maksimal, bahkan perlu adanya hukuman tambahan bagi

PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

BAB II. Perlindungan Hukum Anak Pelaku Tindak Pidana Narkotika Di Lembaga. Pemasyarakatan Anak

BAB I PENDAHULUAN. Pembicaraan tentang anak dan perlindungannya tidak akan pernah berhenti

BAB II LANDASAN TEORI. Adapun yang menjadi tujuan upaya diversi adalah : 6. a. untuk menghindari anak dari penahanan;

I. PENDAHULUAN. meminta. Hal ini sesuai dengan ketentuan Konvensi Hak Anak (Convention on the

BAB IV PERSAMAAN DAN PERBEDAAN DELIK PEMBUNUHAN TIDAK DISENGAJA OLEH ANAK DI BAWAH UMUR MENURUT HUKUM POSITIF DAN HUKUM ISLAM

Penerapan Tindak Pidana Ringan (Studi Putusan Pengadilan Negeri Kisaran Nomor 456/Pid.B/2013/PN.Kis)

BAB I PENDAHULUAN. merupakan wujud penegakan hak asasi manusia yang melekat pada diri. agar mendapatkan hukuman yang setimpal.

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK SEBAGAI PELAKU TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN (Studi Kasus Putusan No: 164/Pid.B/2009/PN.PL) SAHARUDDIN / D

BAB II PENGERTIAN ANAK PIDANA DAN HAK-HAKNYA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN ANAK

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

BAB IV ANALISIS TERHADAP BATAS USIA DAN PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA ANAK DIBAWAH UMUR DALAM KASUS PIDANA PENCURIAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERADILAN PIDANA ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Tugas dan Wewenang Hakim dalam Proses Peradilan Pidana. Kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan negara yang merdeka untuk

BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP HUKUMAN BAGI RESIDIVIS PENCURIAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan amanat dari Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya

BAB I PENDAHULUAN. yang berbeda. Itu sebabnya dalam keseharian kita dapat menangkap berbagai komentar

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA DAN PENADAHAN. dasar dari dapat dipidananya seseorang adalah kesalahan, yang berarti seseorang

PENANGANAN KEKERASAN TERHADAP ANAK MELALUI UU TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL DAN UU TENTANG PERLINDUNGAN ANAK Oleh : Nita Ariyulinda *

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembicaraan tentang anak dan perlindungan tidak akan pernah

2008, No d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c perlu membentuk Undang-Undang tentang Porno

Institute for Criminal Justice Reform

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pertanggungjawaban Pidana Korporasi

I. PENDAHULUAN. Pembunuhan berencana dalam KUHP diatur dalam pasal 340 adalah Barang

LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR : 8TAHUN 2010 TANGGAL : 6 SEPTEMBER 2010 TENTANG : TATA CARA PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. melanggarnya, sedangkan kejahatan adalah perbuatan dengan proses yang sama dan

I. PENDAHULUAN. nyata. Seiring dengan itu pula bentuk-bentuk kejahatan juga senantiasa mengikuti perkembangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Dasar Pertimbangan Hakim dalam Menjatuhkan Pidana. Bagaimanapun baiknya segala peraturan perundang-undangan yang siciptakan

I. PENDAHULUAN. bangsa, namun pada jaman globalisasi seperti sekarang ini terdapat banyak faktor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peraturan perundangan undangan yang berlaku dan pelakunya dapat dikenai

BAB I PENDAHULUAN. positif Indonesia lazim diartikan sebagai orang yang belum dewasa/

V. PENUTUP. polri studi putusan No: 283/pid.B./2011/PN.MGL. Pertanggungjawaban atas

- Secara psikologis sang istri mempunyai ikatan bathin yang sudah diputuskan dengan terjadinya suatu perkawinan

BAB I PENDAHULAN. dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia dalam Pasal 1 Ayat (3)

Tindak pidana adalah kelakuan manusia yang dirumuskan dalam undang-undang, melawan

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENDAHULUAN. nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya, oleh karena itu mengabaikan perlindungan

BAB V PENUTUP. putusan hakim yang telah berkekuatan hukum tetap (inkracht van

I. PENDAHULUAN. Hak asasi manusia merupakan dasar dari kebebasan manusia yang mengandung

BAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN TINDAK PIDANA KORUPSI

BAB III ANALISA HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. mahluk sosial dan sebagai mahluk individu. Dalam kehidupan sehari-harinya

Transkripsi:

16 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian dan Ruang Lingkup Hukum Pidana Menurut Moeljatno (2000: 1), hukum pidana adalah bagian daripada keseluruhan hukum yang berlaku disuatu negara yang mengadakan dasar-dasar dan aturanaturan untuk: 1. Menentukan perbuatan-perbuatan mana yang tidak boleh dilakukan dilarang desertai ancaman atau sanksi yang berupa pidana tertentu bagi barangsiapa melanggar larangan tersebut. 2. Menentukan kapan dan dalam hal apa kepada mereka yang melanggar larangan-larangan itu dapat dikenakan atau dijatuhi pidana sebagaimana yang telah ditentukan. 3. Menentukan dengan cara bagaimana pengenaan pidana itu dapat dilaksanakan apabila ada orang yang melanggar larangan tersebut. Menurut Suharto (1996: 3), hukum pidana adalah hasil dari jawaban atas pernyataan, siapa, dan bagaimana orang itu dipidana. Apa yang dimaksud disini mengenai perbuatan seperti apa yang dilarang dan sanksi apa yang diberikan oleh undang-undang, siapa dimaksudkan mengenai pertanggungjawaban seseorang, sedangkan bagaimana orang itu dipidana dimaksudkan mengenai presedur pelaksanaan ketentuan undang-undang tersebut. Jawaban atas tiga pertanyaan diatas menghasilkan dua jenis hukum, yaitu hukum pidana material dan hukum pidana formil. Hukum pidana materil tercakup dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP), sedangkan hukum pidana formil tercakup dalam Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP).

17 Bedasarkan rumusan pengertian-pengertian hukum pidana tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Hukum pidana adalah bagian dari keseluruhan hukum yang terdiri sendiri yang berlaku disuatu negara; 2. Hukum pidana mengatur dan menentukan mengenai perbuatan pidana atau tindak pidana atau sanksi pidana bagi perbuatan itu (termuat dalam KUHP); 3. Hukum pidana mengatur dan menentukan mengenai pertanggungjawaban pidana (termuat dalam KUHP); 4. Hukum pidana mengatur dan menentukan tentang bagaimana cara atau prosedur untuk menuntut kemuka pengadilan bagi pelaku atau pembuat yang disangka melakukan tindak pidana (termuat dalam KUHP). Perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana (delik) menurut wujud dan sifatnya adalah bertentangan dengan tata atau ketertiban hukum yang dikehendaki. Dalam penentuan perbuatan mana yang dipandang sebagai perbuatan pidana, kita menganut asas yang dinamakan asas legalitas (principel of legality), yakni asas yang menentukan bahwa tiap-tiap perbuatan pidana harus ditentukan sebagai demikian oleh suatu aturan undang-undang sebelum seseorang dapat dituntut untuk dipidana karena perbuatanya (asas ini terdapat pada Pasal 1 ayat ( 1) KUHP). Seseorang dapat dinyatakan mempunyai kesalahan apabila menurut konstruksi yuridis telah nyata-nyata terlebih dahulu melakukan tindak pidana dengan elemen pokok dan mampu bertanggung jawab, atau mempunyai bentuk kesengajaan maupun kealpaan dan tidak adanya alasan pemaaf.

18 Rumusan suatu perbuatan pidana atau tindak pidana yang terdapat dalam perundang-undangan, yaitu : 1. Dengan cara menentukan unsur Rumusan tindak pidana yang terdapat dalam KUHP khususnya dalam Buku II adalah mengandung maksud agar dikendaki dengan jelas bentuk tindak pidana apa yang dilarang. Untuk mengetahui maksud rumusan tersebut perlu ditentukan unsur-unsur yang terdapat dalam rumusan tindak pidana itu. 2. Dengan cara menurut pengetahuan dan praktik pengadilan Apabila rumusan pasal tindak pidana tidak memungkinkan ditentukan unsur-unsurnya, maka batas pengertian rumusan tersebut diserahkan kepada ilmu pengetahuan dan praktek pengadilan. 3. Dengan cara mencantumkan kualifikasi Adalah dengan mengkaji hakikat dari tindak pidana tersebut (Su harto, 1996: 33-34). Menurut Suharto (1996: 27-28), dalam mempelajari hukum pidana dikenal pula tingkatan dalam ilmu hukum pidana, yaitu : 1. Tingkat Pertama adalah Interprestasi Interprestasi bertujuan untuk mengetahui pengertian objektif dari apa yang termaksud di dalam aturan hukum, bukan pengertian subjektif seperti yang dimaksud oleh pembentuk aturan pada waktu aturan itu dibuat. Dengan pengertian objektif artinya ilmu itu didalam masyarakat. 2. Tingkat Kedua Konstruksi Setiap tindak pidana dirumuskan dengan peraturan yang terbentuk bangunan yuridis yang terdiri dari unsur-unsur tertentu dengan tujuan agar apa yang tercantum dalam bentukan atau bangunan itu merupakan pengertian dan batas-batas yang jelas untuk membedakan antara bangunan yuridis yang satu dengan yang lain. 3. Tingkat Ketiga adalah Sistematik Sistematik adalah suatu sistem dalam bagian hukum pada khususnya atau bagian hukum pada umumnya. Dengan mengerti akan makna objektif dari hukum pidana yang berlaku, maka dalam mempergunakan hukum bagi penegak hukum tidak boleh hanya tahu akan adanya aturanaturan hukum, tetapi tahu akan maksudnya, baik terhadap suatu aturan khusus, maupun dalam rangkaian dengan aturan-aturan lain yang merupakan suatu bentuk hukum tertentu dengan tujuan tertentu pula.

19 B. Pertanggungjawaban Pidana Anak Pidana dan tindakan diatur dalam Bab III tentang pidana dan tindakan dari Pasal 22 sampai dengan pasal 32 UUPA. Menurut Pasal 22 UUPA : Terhadap anak nakal hanya dapat dijatuhkan pidana atau tindakan yang ditentukan dalam Undang-Undang ini. Bedasarkan ketentuan Pasal 22 tersebut dapat diketahui bahwa stesel pemidanaan yang dianut dalam KUHP maupun UUPA tetap sama, yaitu menganut Double Track System. Artinya : system penjatuhan pidana yang didasarkan pada 2 (dua) jenis sanksi, yang terdiri dari pidana dan tindakan (Tri Andrisman, 2011: 54). 1. Pidana Pidana yang dapat dijatuhkan pada anak nakal diatur dalam Pasal 23 UUPA sebagai berikut : (1) Pidana yang dapat dijatuhkan kepada anak nakal ialah pidana pokok dan pidana tambahan. (2) Pidana pokok yang dapat dijatuhkan kepada anak nakal ialah: a. Pidana penjara; b. Pidana kurungan; c. Pidana denda; atau d. Pidana pengawasan.

20 (3) Selain pidana pokok sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), terhadap anak nakal dapat juga dijatuhkan pidana tambahan berupa perampasan barangbarang tertentu dan atau pembayaran ganti rugi (4) Kententuan mengenai bentuk dan tata cara pembayaran ganti rugi diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah. 2. Tindakan Mengenai tindakan yang dapat dijatuhkan kepada anak nakal diatur dalam Pasal 24 UUPA sebagai berikut : (1) Tindakan yang dapat kepada anak nakal ialah : a. Mengembalikan kepada orang tua, wali, atau orang tua asuh; b. Menyerahkan kepada negara untuk mengikuti pendidikan, pembinaan, dan latihan kerja; atau c. Menyerahkan kepada Departemen Sosial atau Organisasi Sosial Kemasyarakatan yang bergerak di bidang pendidikan, pembinaan, dan latihan kerja. (2) Tindakan sebagaimana diatur dalam ayat (1) dapat disertai dengan teguran dan syarat tambahan yang ditetapkan hakim. Ketentuan tentang tindakan dalam UUPA pada dasarnya tidak jauh berbeda dari ketentuan KUHP Pasal 45, 46, 47. Isi pasal tersebut ialah :

21 Pasal 45 Dalam menuntut orang yang belum cukup umur (minderjarig) karena melakukan perbuatan sebelum umur enam belas tahun, hakim dapat menentukan : Memerintahkan supaya yang bersalah dikembalikan kepada orang tuanya, walinya atau pemeliharanya, tampa pidana apapun; atau memerintahkan supaya yang bersalah diserahkan kepada pemerintah, tampa pidana apapun, yaitu jika perbuatan merupakan kejahatan atau salah satu pelanggaran tersebut pasal 498, 490, 492, 497, 503, 505, 514, 517-519, 526, 531, 532, 536, dan 540 serta belum lewat dua tahun sejak dinyatakan bersalah karena melakukan kejahatan atau salah satu pelanggaran tersebut di atas, dan putusanya menjadi tetap; atau menjatuhkan pidana. Pasal 46 (1) Jika hakim memerintahkan supaya yang bersalah diserahkan kepada pemerintah, maka lalu dimasukkan dalam rumah pendidikan warga, supaya menerima pendidikan dari pemerintah atau dikemudian hari dengan cara lain; atau diserahkan kepada seorang tertentu atau kepada sesuatu badan, yayasan atau lembaga amal untuk menyelenggarakan pendidikanya atau dikemudian hari, atas tanggungan pemerintah, dengan cara lain; dalam kedua hal diatas paling lama samapai umur 18 tahun; (2) Aturan untuk melaksanakan ayat (1) pasal ini ditetapkan dengan Undang- Undang.

22 Pasal 47 (1) Jika hakim menjatuhkan pidana, maka maksimum pidana pokok terhadap perbuatan pidananya dikurangi sepertiga; (2) Jika perbuatan merupakan kejahatan yang diancam dengan pidana mati atau pidana seumur hidup, maka dijatuhkan pidana paling lama lima belas tahun; (3) Pidana tambahan yang disebut dalam pasal 10 sub b, nomor 1 dan 3, tidak dapat dijatuhkan. C. Pengertian Anak Anak adalah karunia yang terbesar bagi keluarga, agama, bangsa, dan negara. Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara anak adalah penerus cita-cita bagi kemajuan suatu bangsa. Hak asasi anak dilindungi dalam pasal 28 B ayat (2) UUD 1945 yang berbunyi setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, berkembang, serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Anak merupakan amanah dan anugrah dari Tuhan Yang Maha Esa yang dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya. Setiap anak mempunyai harkat dan martabat yang patut dijunjung tinggi dan setiap anak terlahir harus mendapatkan hak-haknya tanpa anak tersebut meminta. (Rika Saraswati, 2009: 1). Masa depan suatu bangsa sangat ditentukan dengan kualitas kehidupan anak saat ini. Suatu bangsa akan menjadi bangsa yang besar jika mereka dapat memberikan perlindungan yang layak pada anak baik kesejahteraan lahir, batin maupun sosial.

23 Arti anak dari aspek sosial ini lebih mengarahkan pada perlindungan kondrati karena keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki oleh sang anak sebagai wujud untuk berekspresi sebagaimana orang dewasa. Faktor keterbatasan kemampuan dikarenakan anak berada pada proses pertumbuhan, proses belajar, dan proses sosialisasi dari akibat usia yang belum dewasa. Faktor keterbatasan kemampuan dikarenakan anak berada pada proses pertumbuhan, proses belajar, dan proses sosialisasi dari akibat usia yang belum dewasa: disebabkan kemampuan daya nalar (akal) dan kondisi fisik dalam pertumbuhan atau mental spiritual yang berada di bawah kelompok usia orang dewasa (Roeslan Saleh,1993: 7). Istilah pengertian anak didalam Undang-undang No. 3 Tahun 1997 tentang Pengadilan Anak (UUPA) diatur dalam Pasal 1 angka (1) sebagai berikut : Anak adalah orang yang dalam perkara anak nakal mencapai umur 8 (delapan) tahun tetapi belum mencapai 18 (delapan belas) tahun dan belum pernah kawin Kaitanya dengan batasan atau tingkatan usia, dapat dibandingkan dengan pengaturan anak dalam peraturan-peraturan lain, sebagai berikut : 1. Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHAP) KUHP tidak memberikan rumusan eksplinsit tentang pengertian anak, tetapi pembatasan usia anak dapat dijumpai antara lain, pada Pasal 45 dan Pasal 72 memakai batasan 16 tahun. Terhadap hal ini secara teoritik dan praktik maka apabila anak melakukan tindak pidana, hakim dapat menentukan anak tersebut dikembalikan kepada orang tuanya, walinya, atau pemeliharaan tampa

24 penjatuham pidana. Diserahkan kepada pemerintah tampa pidana sebagai anak negara atau juga dapat dijatuhi pidana, sedangkan apabila batasan anak dalam KUHP sebagai korban kejahatan sebagaimana diatur dalam BAB XIV ketentuan pasal 287, 290, 292, dan 295 KUHP adalah berumur kurang dari 16 (enam belas) tahun. 2. Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) KUHAP tidak secara eksplisit mengatur batas usia pengertian anak, namun dalam Pasal 153 ayat (5) memberikan wewenang kepada hakim untuk melarang anak yang belum mencapai 17 (tujuh belas) tahun untuk menghadiri sidang. 3. Kitab Undang-Undang Hukum Acara Perdata (BW) Pasal 330 ayat (1) BW membuat batasan antara belum dewasa dengan telah dewasa, yaitu 21 (dua puluh satu) tahun, kecuali anak tersebut sudah pernah kawin sebelum berumur 21 (dua puluh satu) tahun dan dewasa. 4. Undang-Undang No. 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak Pasal 1 angka (2) : Anak adalah seseorang yang belum m encapai umur 21 (dua puluh satu) tahun dan belum pernah kawin. 5. Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia Pasal 1 angka (5) : Anak adalah setiap manusia yang berusia dibawah 18 (delapan belas) tahun dan belum menikah, termasuk anak yang masih dalam kandungan hal tersebut demi kepentingannya.

25 6. Undang-Undang No. 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Dalam hal ini Undang-Undang yang umum adalah KUHP dan KUHAP, sedangkan Undang-Undang yang khusus adalah UUPA. Manakala dalam penerapanya dapat ketentuan yang sama dengan yang diatur dalam UUPA, maka yang diberlakukan adalah UUPA jadi batas umur anak menurut UUPA adalah 8 (delapan) 18 (delapan belas) tahun dan belum pernah kawin. Berdasarkan kesadaran bahwa masa depan masyarakat, bangsa, dan umat manusia ditentukan oleh kesejahteraan anak saat ini, maka pemenuhan hak-hak anak untuk tumbuh dan berkembang mencapai tingkat optimum potensi yang dimilikinya dalam lingkungan keluarga dan masyarakat yang melindungi harus menjadi hal yang penting dari semua kalangan. Perhatian, komitmen, dan sumber daya yang tersedia sebagian telah terwujud menjadi tindakan nyata di tingkat individu, kelompok masyarakat, maupun lembaga-lembaga negara, baik di tingkat pusat maupun daerah. Namun demikian, data resmi statistik dan pengamatan kasat mata menunjukkan bahwa pada kenyataannya masih terdapat kesenjangan yang sangat besar antara situasi ideal dengan situasi nyata terhadap penghargaan, pemenuhan, dan perlindungan atas hak-hak anak (Tri Andrisman, 2011: 54).

26 D. Pengertian Kenakalan Anak Mengnai pengertian kenakalan anak atau remaja yang lebih dikenal dengan istilah Juvenile Deliquency belum ada keseragaman pendapat untuk memberikan batasan yang cukup dalam satu rangkaian kalimat. Hal ini desebabkan oleh kompleksnya masalah yang menyangkut kehidupan anak yang sifat-sifatnya kenakalan anak yang berhubungan dengan aspek-aspek yuridis, sosiologis, psikologis dan lain sebagainya. Menurut Kartini Kartono juvenile: delinquency dapat diartikan sebgai berikut : Juvenile Delinquency adalah prilaku jahat/asusila atau kenakalan anak-anak muda yang merupakan gejala sakit secara sosial pada anak-anak dan remaja disebabkan oleh satu bentuk pengabdian sosial sehingga mereka itu mengembangkan tingkah laku yang menyimpang. (Kartini Kartono, 1989 : 7) Beberapa ilmuan mengartikan Juvenile Deliquency menjadi kenakalan remaja. Konsep ini untuk menghindari istilah Kejahatan Anak, dimana istilah ini dapat menimbulkan konotasi cenderung negative dan pada giliranya akan membawa efek psikologis yang negatif bagi anak. Juvenile Deliquency diartikan sebagai kenakalan anak, baik berupa pelanggaran sebagaimana yang diatur dalam buku III KUHP maupun kejahatan sebagaimana yang diatur dalam buku II KUHP. Dalam pengertian ini mencakup pula kejahatan yang diatur diluar KUHP.

27 Secara yurudis masalah kenakalan remaja telah mendapat jaminan adanya kapasitas hukum terutama hukum pidana terdapat beberapa pasal dalam UUPA yang secara langsung mengatur dan menunjuk. Pasal 23 UUPA (1) Pidana yang dapat dijatuhi kepada Anak Nakal ialah pidana pokok dan pidana tambahan. (2) Pidana pokok yang dapat dijatuhi kepada Anak Nakal ialah : a. Pidana penjara; b. Pidana kurungan c. Pidana denda; atau d. Pidana pengawasan (3) Selain pidana pokok sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) terhadap Anak Nakal dapat juga dijatuhi pidana tambahan berupa perampasan barang-barang tertentu dan atau pembayaran ganti rugi. (4) Ketentuan mengenai bentuk dan tata cara pembayaran ganti rugi diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah Pasal 24 UUPA (1) Tindakan yang dapat dijatuhi kepada Anak Nakal : a. Mengembalikan kepada orang tua, wali, atau orang tua asuh; b. Menyerahkan kepada negara untuk mengikuti pendidikan, pembinaan, dan latihan kerja; atau

28 c. Menyerahkan kepada Departemen Sosial, atau Organisasi Sosial Kemasyarakatan yang bergerak dibidang pendidikan, pembinaan, dan latihan kerja. (2) Tindakan sebagai tanda dimaksud dalam ayat (1) dapat disertai dengan teguran dan syarat tambahan yang ditetapkan oleh hakim. Pasal 26 UUPA (1) Pidana penjara yang dapat dijatuhkan kepada Anak Nakal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 2 huruf a, paling lama ½ (satu per dua) dari maksimum ancaman pidana penjara bagi orang dewasa. (2) Apabila Anak Nakal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 2 huruf a, melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup, maka pidana penjara yang dapat dijatuhkan kepada anak tersebut paling lama 10 (sepuluh) tahun. (3) Apabila Anak Nakal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 2 huruf a, belum mencapai umur 12 dua belas) tahun melakukan tindak pidana yang diancam pidana mati atau pidana penjara seumur hidup, maka terhadap Anak Nakal tersebut hanya dapat dijatuhkan tindakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1) huruf b. (4) Apabila Anak Nakal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 2 huruf a, belum mencapai umur 12 (dua belas) tahun melakukan tindak pidana yang tidak diancam pidana mati atau tidak diancam pidana penjara seumur hidup, maka terhadap Anak Nakal tersebut dijatuhkan salah satu tindakan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24.