VARIABILITAS GENETIK PENAMPILAN AGRONOMI SEPULUH GENOTIPE JAGUNG PULUT (Zea Mays L.)

dokumen-dokumen yang mirip
EFEKTIFITAS METODE SELEKSI MASSA PADA POPULASI BERSARI BEBAS JAGUNG MANIS

KERAGAAN FENOTIPE TANAMAN JAGUNG HASIL PERSILANGAN : STUDI HERITABILITAS BEBERAPA SIFAT TANAMAN JAGUNG SKRIPSI. Oleh

3. BAHAN DAN METODE 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

KERAGAMAN GENETIK, HERITABILITAS, DAN RESPON SELEKSI SEPULUH GENOTIPE KEDELAI DI KABUPATEN TULUNGAGUNG

PELAKSANAAN PENELITIAN

PENAMPILAN HIBRIDA, PENDUGAAN NILAI HETEROSIS DAN DAYA GABUNG GALUR GALUR JAGUNG (Zea mays L.) FAHMI WENDRA SETIOSTONO

PENDUGAAN KOMPONEN GENETIK, DAYA GABUNG, DAN SEGREGASI BIJI PADA JAGUNG MANIS KUNING KISUT

DAYA WARIS DAN HARAPAN KEMAJUAN SELEKSI KARAKTER AGRONOMI KEDELAI GENERASI F 2

VARIABILITAS GENETIK HASIL PERSILANGAN DIALEL PADA JAGUNG PULUT HIBRIDA Zea mays L.

KARAKTER VEGETATIF DAN GENERATIF BEBERAPA VARIETAS CABAI RAWIT (Capsicum frutescens L.) DI LAHAN GAMBUT

PERSILANGAN BUATAN PADA TANAMAN KACANG HIJAU (VIGNA RADIATA (L.) WILCZEK)

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung manis (Zea mays saccharata Sturt.) merupakan jagung yang

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian,

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan dan Alat

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI KABUPATEN TAKALAR

KERAGAAN GENERASI SELFING-1 TANAMAN JAGUNG (Zea mays) VARIETAS NK33

KERAGAAN BEBERAPA GENOTIPE JAGUNG HIBRIDA DI LAHAN SAWAH NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN GENETIK DAN SELEKSI GENOTIPE S5 KACANG HIJAU (Vigna radiata) MENUJU KULTIVAR BERDAYA HASIL TINGGI DAN SEREMPAK PANEN

KEMAMPUAN ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS CABAI RAWIT (Capsicum frutescent L.) DI LAHAN GAMBUT

ANALISIS DAYA GABUNG DAN HETEROSIS HASIL GALUR JAGUNG DR UNPAD MELALUI ANALISIS DIALEL

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI TAKALAR

PENDUGAAN NILAI DAYA GABUNG DAN HETEROSIS JAGUNG HIBRIDA TOLERAN CEKAMAN KEKERINGAN MUZDALIFAH ISNAINI

VARIABILITAS GENETIK DAN HERITABILITAS KARAKTER AGRONOMIS BEBERAPA GENOTIPE SORGUM MANIS (Sorghum bicolor L. Moench) KOLEKSI BATAN

USAHATANI JAGUNG PULUT MENDUKUNG KEMANDIRIAN PANGAN DAN PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI. Syuryawati dan Faesal Balai Penelitian Tanaman Serealia

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober 2012 Februari Penanaman

II. TINJAUAN PUSTAKA. Secara morfologi tanaman jagung manis merupakan tanaman berumah satu

BAB. VI. Penampilan Galur-galur Jagung Pulut (waxy corn) yang Memiliki Gen opaque-2 hasil Persilangan Testcross (silang puncak) ABSTRAK

Kemajuan Genetik Dan Heritabilitas Karakter Agronomi Kedelai (Glycine max [L.] Merrill) Generasi F 2 Persilangan Wilis Dan Mlg 2521

III. METODOLOGI PENELITIAN. Hajimena, Lampung Selatan pada bulan September 2009 sampai bulan Januari

PENGUKURAN KARAKTER VEGETATIF DAN GENERATIF TETUA SELFING BEBERAPA VARIETAS JAGUNG ( Zea mays L.)

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Percobaan Alat dan Bahan Metode Percobaan

PENGARUH KEPADATAN POPULASI TERHADAP HASIL DUA VARIETAS JAGUNG HIBRIDA

BAHAN DAN METODE. Galur Cabai Besar. Pembentukan Populasi F1, F1R, F2, BCP1 dan BCP2 (Hibridisasi / Persilangan Biparental) Analisis Data

Variabiltas Genetik, Fenotipik dan Heritabilitas Galur Elite Kedelai pada Cekaman Genangan

LAPORAN PENELITIAN HIBAH PENELITIAN STRATEGIS NASIONAL TAHUN ANGGARAN 2009

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG MANIS (Zea mays Saccharata Sturt) TERHADAP PEMBERIAN LIMBAH KOPI DAN TEPUNG DARAH SAPI SKRIPSI OLEH :

POTENSI GENETIK UBIJALAR UNGGULAN HASIL PEMULIAAN TANAMAN BERDASARKAN KARAKTER MORFO-AGRONOMI

Hajroon Jameela *), Arifin Noor Sugiharto dan Andy Soegianto

KERAGAMAN DAN HERITABILITAS 10 GALUR INBRIDA S4 PADA TANAMAN JAGUNG KETAN (Zea mays L. var.ceritina Kulesh)

ANALISIS VARIABILITAS KULTIVAR JAGUNG PULUT (Zea mays Ceritina Kulesh) LOKAL SULAWESI TENGGARA

POTENSI JAGUNG VARIETAS LOKAL SEBAGAI JAGUNG SEMI

I. PENDAHULUAN. secara signifikan. Melalui proses seleksi tanaman yang diikuti dengan penyilangan

I. PENDAHULUAN. Pemuliaan tanaman adalah suatu metode yang secara sistematik merakit

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum

ANALISIS DAYA GABUNG UMUM DAN DAYA GABUNG KHUSUS 6 MUTAN DAN PERSILANGANNYA DALAM RANGKA PERAKITAN KULTIVAR HIBRIDA JAGUNG TENGGANG KEMASAMAN

Agrivet (2015) 19: 30-35

SELEKSI YANG TEPAT MEMBERIKAN HASIL YANG HEBAT

BAHAN DAN METODE. 1. Studi Radiosensitivitas Buru Hotong terhadap Irradiasi Sinar Gamma. 3. Keragaan Karakter Agronomi dari Populasi M3 Hasil Seleksi

Pendugaan Parameter Genetik Populasi Cabai (Capsicum annuum L.) Melalui Pengujian F1 Hasil Persilangan Secara Diallel ABSTRACT

( 2 ) untuk derajat kecocokan nisbah segregasi pada setiap generasi silang balik dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Morfologi dan Agroekologi Tanaman Kacang Panjang. Kacang panjang merupakan tanaman sayuran polong yang hasilnya dipanen

Sudika, Idris, Erna Listiana Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Mataram ABSTRAK

PENGARUH JARAK TANAM DAN POSISI RUAS STEK TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL RUMPUT GAJAH (Pennisetum purpureum) SKRIPSI

BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Universitas Sumatera Utara, Medan, dengan ketinggian tempat

KERAGAMAN KARAKTER TANAMAN

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

Deskripsi Tanaman Jagung (Zea mays) Lokal Sumbawa. Wening Kusumawardani 2 Fenny Arisandi

PENGARUH PUPUK NPK 20:10:10 DAN ASAM HUMAT TERHADAP TANAMAN JAGUNG DI LAHAN SAWAH ALUVIAL, GOWA

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian

KERAGAAN GALUR KEDELAI HASIL PERSILANGAN VARIETAS TANGGAMUS x ANJASMORO DAN TANGGAMUS x BURANGRANG DI TANAH ENTISOL DAN INCEPTISOL TESIS

RESPONS JARAK TANAM DAN DOSIS PUPUK ORGANIK GRANUL YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI TANAMAN JAGUNG MANIS

304. Jurnal Online Agroekoteknologi Vol.1, No.2, Maret 2013 ISSN No

SKRIPSI OLEH : MUTIA RAHMAH AET-PEMULIAAN TANAMAN PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

VARIABILITAS GENETIK DAN HERITABILITAS KARAKTER AGRONOMIS GALUR JAGUNG DENGAN TESTER MR 14

POLA PEWARISAN SIFAT-SIFAT AGRONOMIS DAN MUTU BIJI PADA POPULASI TANAMAN KEDELAI (Glycine max L. Merril)

Pertumbuhan dan Produktivitas Jagung Manis pada Beberapa Sistem Tanam

HASIL DAN PEMBAHASAN

VARIABILITAS DAN HERITABILITAS BERBAGAI KARAKTER TANAMAN JAGUNG (Zea mays L.) HASIL SELFING PADA GENERASI F2 SKRIPSI. Oleh: ABDILLAH

The Growth and Production of Hybrid Corn at Various Manure Cow Mixture and N, P, K, Mg

KARAKTERISASI BEBERAPA GALUR INBRIDA JAGUNG MANIS (Zea mays L. Saccharata) CHARACTERIZATION OF SOME SWEET CORN (Zea mays L. Saccharata) INBRED LINES

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu tanaman pangan

EVALUASI DAN SELEKSI 24 GENOTIPE JAGUNG LOKAL DAN INTRODUKSI YANG DITANAM SEBAGAI JAGUNG SEMI

Pengaruh Beberapa Jarak Tanam terhadap Produktivitas Jagung Bima 20 di Kabupaten Sumbawa Nusa Tenggara Barat

EVALUASI KARAKTER FENOTIP, GENOTIP DAN HERITABILITAS KETURUNAN KEDUA DARI HASIL SELFING BEBERAPA VARIETAS JAGUNG (Zea mays L.)

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine Max [L.] Merrill) merupakan tanaman pangan yang memiliki

SCREENING GALUR TETUA JAGUNG (Zea mays L.) MUTAN GENERASI M4 BERDASARKAN ANALISIS TOPCROSS DI ARJASARI, JAWA BARAT

PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN BEBERAPA GENOTIPE UBIKAYU (Manihot esculenta Crantz.) SKRIPSI OLEH : RIA ARTA JUNISTIA AET PEMULIAAN TANAMAN

I. PENDAHULUAN. Jagung manis (Zea mays saccharata [Sturt.] Bailey) merupakan salah satu

HERITABILITAS DAN KEMAJUAN GENETIK HARAPAN POPULASI F2 PADA TANAMAN CABAI BESAR (Capsicum annuum L.)

Jurnal Agroekoteknologi. E-ISSN No Vol.4. No.3, Juni (606) :

RESPON SELEKSI PADA 12 GENOTIPE KEDELAI MELALUI SELEKSI LANGSUNG DAN SIMULTAN SKRIPSI

KARAKTERISASI BEBERAPA GALUR INBRIDA JAGUNG PAKAN (Zea mays L.)

PENGARUH DOSIS PUPUK UREA DAN MACAM VARIETAS TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAGUNG (Zea mays L.)

Efektivitas Pupuk Organik Kotoran Sapi dan Ayam terhadap Hasil Jagung di Lahan Kering

KERAGAAN 8 GENOTIPE TANAMAN TOMAT (Lycopersicum esculentum Mill.) DI DATARAN RENDAH

KAJIAN PRODUKSI UBI DAN ACI TANAMAN UBIKAYU (Manihot esculenta CRANTZ) AKIBAT PEMANGKASAN TAJUK

BAB. I PENDAHULUAN. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jagung

I. PENDAHULUAN. Kedelai ( Glycine max (L.) Merrill) merupakan salah satu tanaman penghasil

PENGARUH WAKTU TANAM INDUK BETINA TERHADAP PRODUKTIVITAS DAN MUTU BENIH JAGUNG HIBRIDA

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kelurahan Banjarsari Bedeng 29, Kecamatan Metro

PENDUGAAN PARAMETER GENETIK BEBERAPA KARAKTER AGRONOMI PADA POPULASI TANAMAN TOMAT (Lycopersicum Esculentum MILL.)

Variabilitas Karakter Fenotipe Dua Populasi Jagung Manis (Zea mays L. Kelompok Saccharata)

PENGARUH DOSIS DAN WAKTU APLIKASI PUPUK UREA DALAM MENINGKATKAN PERTUMBUHAN DAN HASIL JAGUNG (Zea mays, L.) PIONEER 27

Keragaan Galur Jagung Genjah pada Lahan Kering Provinsi Riau

TANGGAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI JAGUNG VARIETAS P-23 TERHADAP BERBAGAI KOMPOSISI VERMIKOMPOS DENGAN PUPUK ANORGANIK

VI. PENGGUNAAN METODE STATISTIKA DALAM PEMULIAAN TANAMAN. Ir. Wayan Sudarka, M.P.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Lapang Terpadu, Laboratorium Ilmu

TANGGAP BEBERAPA VARIETAS KEDELAI TERHADAP PEMUPUKAN DI LAHAN KERING [THE RESPONSES OF SEVERAL SOYBEAN VARIETIES ON FERTILIZATION ON DRYLAND]

I. PENDAHULUAN. padi karena banyak dibutuhkan untuk bahan pangan, pakan ternak, dan industri.

Transkripsi:

J. Agrotan 1(2) : 81-93, September 2015, ISSN : 2442-9015 VARIABILITAS GENETIK PENAMPILAN AGRONOMI SEPULUH GENOTIPE JAGUNG PULUT (Zea Mays L.) Genetic Variability Agronomic Performance of Ten Genotypes Waxy Corn (Zea Mays L.) Zainuddin Saleh 1) e-mail: zsaleh98@yahoo.com 1) Agrotechnology Program, College of Agricultural East Kutai, Sangatta ABSTRACT Waxy corn or some people called aglutinous corn is one type of corn that has a special character, which is waxy or glutinous. Yields of glutinous corn are generally low, only 2-2,5t/ha and not resistant to downy mildew disease. Up to now, breeding of glutinous corn has not received much attention, especially in increase of yield potential, while glutinous corn demand are continuously increased. Increased productivity of corn crop can be done through improved environmental management and breeding programs. Therefore plants selection and hybridization needs to be done to improve the genetic quality. Research aimed to determine the heritability value (h 2 ) of ten genotypes of waxy corn. Research used a Randomized Block Design with three replications. Waxy corn genotypes used were: Hua Cai (G1); Jgm 1 (G2); Jgm 2 (G3); Pmt (G4); Jgm 3 (G5); Y-A (G6); Y-B (G7); Uri 1 (G8); Uri 2 (G9); and Soppeng (G10). Heritability value of each experimental parameter refers to the nature of plant characters. The results show that the ten genotypes of waxy corn tested showed significant different agronomic performances in all variables. Uri 2 genotype had the highest average in plant height variables, Y-B on highest cob position, Hua Cai on stem diameter, Uri2 in leaves length and Hua Cai in leaves width. Characters with high heritability values in a row were leaves width (0,84), leaves length (0,75), highest cob position (0,71), stem diameter (0,64), whereas the characters of plant height (0,48 ) had a moderate heritability. This is in accordance with the criteria of heritability, higher if h 2 > 0.5, moderate if 0.2 < h 2 < 0.5 and lower if h 2 < 0.2. Keywords: genetic variability; agronomic performance; heritability; waxy corn 81

J. Agrotan 1(2) : 81-93, September 2015, ISSN : 2442-9015 ABSTRAK Jagung pulut atau sebagian orang menyebutnya jagung ketan merupakan salah satu jenis jagung yang memiliki karakter khusus, yaitu pulut atau ketan.hasil jagung pulut umumnya rendah, hanya 2-2,5 t/ha dan tidak tahan penyakit bulai. Sampai saat ini pemuliaan jagung pulut belum banyak mendapat perhatian, terutama dalam peningkatan potensi hasilnya, padahal permintaan jagung pulut terus meningkat. Peningkatan produktivitas tanaman jagung dapat dilakukan melalui perbaikanlingkungan serta program pemuliaan. Karena itu kegiatan seleksi tanaman dan hibridisasi perlu dilakukan untuk perbaikan mutu genetik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai heritabilitas (h 2 ) pada sepuluh genotipe jagung pulut. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan tiga kali ulangan. Genotipe jagung pulut yang digunakan adalah: Hua Cai (G1); Jgm 1 (G2); Jgm 2 (G3); Pmt (G4); Jgm 3 (G5); Y-A (G6); Y-B (G7); Uri 1 (G8); Uri 2 (G9); dan Soppeng (G10). Nilai heritabilitas dari setiap parameter percobaan mengacu padasifat karakter tanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesepuluh genotipe jagung yang dicobakan memperlihatkan penampilan agronomis yang berbeda nyata pada semua variabel. Genotipe Uri 2 memiliki rata-rata tertinggi pada variabel tinggi tanaman, Y-B pada tinggi letak tongkol, Hua cai pada diameter batang, Uri 2 pada panjang daun, dan Hua cai pada lebar daun. Karakter dengan nilai heritabilitastinggi berturut-turut adalah lebar daun (0,84), panjang daun (0,75),tinggi letak tongkol (0,71), diameter batang (0,64), sedangkan karakter tinggi tanaman (0,48) memiliki nilai heritabilitas sedang. Hal ini sesuai dengan kriteria heritabilitas, tinggi jika h 2 > 0,5, sedang jika 0,2 < h 2 < 0,5 dan rendah jika h 2 < 0,2. Kata kunci: variabilitas genetik, penampilan agronomi, heritabilitas, jagung pulut PENDAHULUAN Jagung pulut atau sebagian orang menyebutnya jagung ketan merupakan salah satu jenis jagung yang memiliki karakter khusus, yaitu pulut atau ketan. Jagung ini disebut pulut atau ketan karena lengket dan pulen seperti ketan ketika direbus akibat kandungan amilopektinnya yang tinggi. Jagung ketan ditemukan di China pada awal tahun 1900 dengan karakter endosperm berwarna kusam seperti lilin (waxy). Karakter waxy disebabkan adanya gen tunggal waxy (wx) bersifat resesif epistasis terletak pada kromosom sembilan. Secara fenotip, endosperm jagung ketan yang 82

J. Agrotan 1(2) : 1-8, September 2015, ISSN : 2442-9015 berwarna kusam dapat dibedakan dengan jelas dibandingkan jagung jenis lain pada saat kadar air biji 16% atau kurang dari 16%. Jagung pulut mendapatkan perhatian yang besar pada perang dunia kedua karena kandungan tepung pada endospermnya sama dengan kandungan tepung tapioka yang dihasilkan oleh tanaman ketela pohon (Manihot utilissima), sehingga bisa dimanfaatkan sebagai tanaman subtitusi. Berdasarkan penelitian, jagung pulut dapat digunakan sebagai campuran bahan baku kertas, tekstil, dan industri perekat. Jagung pulut juga digunakan untuk memperbaiki kehalusan dan creaminess makanan kaleng, sebagai bahan perekat label botol, dan memperkuat kertas. Di Indonesia jagung pulut dimanfaatkan dengan cara direbus atau dibakar, sebagai campuran nasi, juga bisa dibuat emping, marning, dan grontol. Daya cerna pati jagung ketan lebih rendah dibanding varietas jagung bukan pulut. Tingginya kandungan amilopektin pada jagung ketan juga dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak seperti domba, sapi, dan babi, karena dapat meningkatkan bobot binatang ternak hingga mencapai 20% (Rifianto, 2010). Meskipun manfaat jagung pulut begitu besar, namun hasil jagung pulut umumnya rendah, hanya 2-2,5 t/ha dan tidak tahan penyakit bulai. Sampai saat ini pemuliaan jagung pulut belum banyak mendapat perhatian, terutama dalam peningkatan potensi hasilnya, padahal permintaan jagung pulut terus meningkat, terutama untuk industri jagung marning. Untuk itu perlu diintrogresikan gen jagung pulut ke jagung putih yang bijinya lebih besar, produktifitasnya lebih tinggi, memiliki nilai biologis yang tinggi atau membentuk jagung pulut hibrida yang berdaya hasil tinggi dan berbiji lebih besar (Azrai, 2010). Untuk pembentukan jagung pulut hibrida diperlukan informasi mengenai karakter agronomis dari genotipe yang akan digunakan sebagai bahan silangan atau induk. Banyak karakter penting dikendalikan oleh banyak gen yang masing-masing mempunyai 83

Zainuddin Saleh 1) Variabilitas Genetik Penampilan Agronomi Sepuluh Genotipe Jagung Pulut (Zea mays L.) pengaruh kecil pada karakter itu. Karakter demikian disebut karakter kuantitatif. Karakter ini banyak dipengaruhi oleh lingkungan. Permasalahan yang cukup sulit adalah seberapa jauh suatu karakter disebabkan oleh faktor genetik sebagai akibat aksi gen dan seberapa jauh disebabkan oleh lingkungan. Teori Mendel tidak dapat menerangkan mengenai proses pewarisan karakter ini. Perlu digunakan teori lain, yaitu teori genetika kuantitatif. Karakter kuantitatif yang dipelajari dinyatakan dalam besaran kuantitatif bagi masing-masing individu tanaman yang selanjutnya digunakan pendekatan analisis sejumlah ukuran karakter itu. Karakter yang muncul dari suatu tanaman merupakan hasil dari genetik dan lingkungan. Untuk menyeleksi karakter kuantitatif, digunakan ragam fenotipe individuindividu dalam populasi (Syukur, 2012). Heritabilitas adalah suatu pendugaan yang mengukur sampai sejauh mana variabilitas penampilan suatu genotipe dalam populasi terutama disebabkan oleh peranan faktor genetik (Poehlman dan Sleper, 1995). Heritabilitas adalah perbandingan antara besaran ragam genotipe dengan besaran total ragam fenotipe dari suatu karakter. Hubungan ini menggambarkan seberapa jauh fenotipe yang tampak merupakan refleksi dari genotipe (Syukur, 2012). Nilai heritabilitas diperlukan dari suatu karakter. Secara mutlak tidak bisa dikatakan apakah suatu karakter ditentukan oleh faktor genetik atau faktor lingkungan. Faktor genetik tidak akan memperlihatkan karakter yang dibawanya, kecuali dengan adanya faktor lingkungan yang diperlukan. Sebaliknya, bagaimanapun orang mengadakan manipulasi dan perbaikan-perbaikan terhadap faktorfaktor lingkungan, tak akan menyebabkan perkembangan suatu karakter, kecuali kalau faktor genetik yang diperlukan terdapat pada individu-individu atau populasi tanaman yang bersangkutan. Keragaman yang diamati pada suatu karakter harus dapat dibedakan apakah disebabkan terutama oleh 84

J. Agrotan 1(2) : 1-8, September 2015, ISSN : 2442-9015 faktor genetik atau faktor lingkungan. Variabilitas genetik adalah suatu besaran yang mengukur variasi penampilan yang disebabkan oleh faktor-faktor genetik. Penampilan tanaman satu dengan tanaman lainnya akan berbeda dalam beberapa hal. Dalam suatu populasi, perbedaan ditimbulkan dari penampilan-penampilan tanaman akan mengacu kepada pengertian variasi atau keragaman. Dalam suatu sistem biologis, variabilitas suatu penampilan tanaman dalam populasi dapat disebabkan oleh variabilitas genetik penyusun populasi, variabilitas lingkungan, dan variabilitas interaksi genotipe dengan lingkungan. Jika variabilitas penampilan suatu karakter tanaman disebabkan peranan faktor genetik, maka variabilitas tersebut dapat diwariskan pada generasi selanjutnya. Oleh karena itu, jika seleksi diterapkan terhadap karakter tersebut, maka pada generasi selanjutnya dapat diharapkan terjadi perubahan susunan genetik tanaman yang mengarah kepada kemajuan genetik (Fehr, 1987). Pendugaan variabilitas genetik suatu karakter tanaman sering menjadi perhatian utama para pemulia tanaman. Variabilitas genetik merupakan suatu landasan bagi pemulia untuk memulai suatu kegiatan perbaikan tanaman. Menurut Comstock dan Moll (1963), besarnya variabilitas genetik dapat menjadi dasar untuk menduga keberhasilan perbaikan genetik di dalam program pemuliaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai heritabilitas (h 2 ) yang diakibatkan oleh keragaman lingkungan dan keragaman genetik pada sepuluh genotipe jagung pulut. Diharapkan di masa datang dapat dihasilkan jagung pulut unggul baru dengan cara hibridisasi dan seleksi atau melalui program pemuliaan yang terarah. METODOLOGI Penelitian ini dilakukan pada Juni sampai September 2015 di kebun percobaan Balai Penelitian Tanaman Serealia di Kabupaten Maros. Bahan yang digunakan adalah sepuluh genotipe tanaman jagung pulut, yaitu: Hua cai (G1); Jgm 1 (G2); Jgm 2 (G3); Pmt (G4); 85

Zainuddin Saleh 1) Variabilitas Genetik Penampilan Agronomi Sepuluh Genotipe Jagung Pulut (Zea mays L.) Jgm 3 (G5); Y-A (G6); Y-B (G7); URI 1 (G8); URI 2 (G9); dan Soppeng (G10). Bahan lainnya yang digunakan adalah pupuk NPK phonska dan urea, fungisida, insektisida, dan herbisida. Alat yang digunakan pada kegiatan lapangan antara lain adalah: cangkul, tugal, bambu, tali plastik, pita, meteran, mistar, calliper digital, kamera, dan alat tulis. Percobaan dilakukan dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok dengan 3 kali ulangan. Kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut. Persiapan lahan dilakukan dengan mengolah lahan, membuat petak-petak tempat penanaman, dan pembuatan lubang tanam. Petak penanaman dibuat dengan ukuran 0,75 m x 4,00 m. Lubang tanam dibuat dengan menggunakan tugal pada barisan dengan jarak antara lubang 0,20 m. Sebelum ditanam, benih jagung diberi perlakuan berupa pemberian fungisida saromyl. Penanaman dilakukan dengan jarak 0,75 m x 0,20 m. Pemeliharaan tanaman meliputi kegiatan: penyiangan, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit. Karakter fenotipe yang diamati adalah tinggi tanaman, tinggi letak tongkol, diameter batang, panjang daun, dan lebar daun. Pengukuran tinggi tanaman (cm) dilakukan dengan cara mengukur tinggi tanaman dari leher akar sampai titik tumbuh teratas. Pengukuran tinggi letak tongkol (cm) dilakukan dengan mengukur dari permukaan tanah sampai ruas tumbuhnya tongkol. Diameter batang (mm) diukur pada bagian di atas leher akar dengan menggunakan calliper digital. Panjang daun (cm) diukur dari pangkal helaian daun sampai ujung daun dan lebar daun (cm) diukur pada bagian terlebar daun. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Hasil penelitian tersaji pada tabel 1 berikut ini. 86

J. Agrotan 1(2) : 81-93, September 2015, ISSN : 2442-9015 Tabel 1. Penampilan karakter agronomi populasi sepuluh genotipe jagung Genotipe Variabel 1 2 3 4 5 G1 131.3d 50.3d 22.3a 66.6d 8.8a G2 140.0bcd 68.7ab 18.6c 78.2ab 7.5b G3 157.3ab 71.5ab 19.6bc 75.1abc 7.8bc G4 151.0abc 66.1bc 20.4bc 72.2bcd 7.5b G5 154.0abc 69.0ab 19.8bc 71.2cd 7.8bc G6 158.4ab 67.1ab 20.6b 76.0abc 8.1b G7 159.7ab 77.8a 19.8bc 79.5a 8.1b G8 161.7a 72.0ab 19.2bc 80.5a 8.1b G9 160.0ab 68.6ab 18.8bc 79.2a 7.9bc G10 137.0cd 56.6cd 18.7c 66.3d 6.8d Keterangan: 1. Tinggi tanaman 2. Tinggi letak tongkol 3. Diameter batang 4. Panjang daun 5. Lebar daun. Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris yang sama berbeda tidak nyata. Nilai heritabilitas pada kelima variabel adalah: tinggi tanaman sebesar 0,48, tinggi letak tongkol 0,71, diameter batang 0,64, panjang daun 0,75, dan lebar daun 0,84. Pembahasan hasil uji duncan taraf 5%, angkaangka yang diikuti oleh huruf dan pada kolom yang sama berarti berbeda tidak nyata, dan apabila diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan adanya pengaruh berbeda sangat nyata. Angka-angka yang dicetak tebal adalah nilai Berdasarkan tabel 1, yaitu tertinggi dari setiap variabel. 87

J. Agrotan 1(2) : 81-93, September 2015, ISSN : 2442-9015 Tinggi tanaman (cm) Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perbedaan populasi genotipe berpengaruh terhadap tinggi tanaman sehingga dari tiap-tiap genotipe tersebut memberikan hasil berbeda sangat nyata pada tanaman jagung. Pada gambar 1 terlihat bahwa tinggi tanaman jagung berkisar antara 131,3 cm (G1) 161,7 cm (G8). Hal ini menunjukkan Bahwa penggunaan genotipe yang berbeda pada lingkungan yang sama dapat memberikan hasil penampilan tanaman yang berbeda. Tinggi letak tongkol (cm) Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perbedaan populasi genotipe berpengaruh terhadap tinggi letak tongkol sehingga dari tiap-tiap genotipe tersebut memberikan hasil berbeda sangat nyata pada tanaman jagung. Pada gambar 1 terlihat bahwa tinggi letak tongkol tanaman jagung berkisar antara 50,3 cm (G1) 77,8 cm (G7). Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan genotipe yang berbeda pada lingkungan yang sama dapat memberikan hasil penampilan tanaman yang berbeda. Diameter batang (mm) Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perbedaan populasi genotipe berpengaruh terhadap diameter batang sehingga dari tiap-tiap genotipe tersebut memberikan hasil berbeda sangat nyata pada tanaman jagung. Pada gambar 3 terlihat bahwa diameter batang tanaman jagung berkisar antara 18,6 mm (G2) 22,3 mm (G7). Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan genotipe yang berbeda pada lingkungan yang sama dapat memberikan hasil penampilan tanaman yang berbeda. 88

T. Letak Tongkol (Cm) Tinggi Tanaman (Cm) J. Agrotan 1(2) : 1-8, September 2015, ISSN : 2442-9015 157.3ab 131.3 d 140.0bcd 151.0 abc 154.0 abc 158.4 ab 159.7 ab 161.7 a 160.0 ab 137.0 cd Genotipe Gambar 1. Rata-rata tinggi tanaman 68.7 ab 71.5 ab 66.1 bc 69.0 ab 67.1 ab 77.8 a 72.0 ab 68.6 ab 50.3 d 56.6 cd Genotipe Gambar 2. Rata-rata tinggi letak tongkol Panjang daun (cm) Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perbedaan populasi genotipe berpengaruh terhadap panjang daun, sehingga dari tiap-tiap genotipe tersebut memberikan hasil berbeda sangat nyata pada tanaman jagung. Dari gambar 4 dapat dilihat bahwa panjang daun tanaman jagung berkisar antara 66,3 cm (G10) 80,5 cm (G8). Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan genotipe yang berbeda pada lingkungan yang sama dapat memberikan hasil penampilan tanaman yang berbeda. 89

Panjang Daun (cm) Diameter Batang (mm) Zainuddin Saleh 1) Variabilitas Genetik Penampilan Agronomi Sepuluh Genotipe Jagung Pulut (Zea mays L.) 22.3 a 18.6 c 19.6 bc 20.4 bc 19.8 bc 20.6 b 19.8 bc 19.2 bc 18.8 bc 18.7 c Genotipe Gambar 3. Rata-rata diameter batang 78.2 ab 75.1 abc 72.2 bcd 71.2 cd 76.0 abc 79.5 a 80.5 a 79.2 a 66.6 d 66.3 d Gambar 4. Rata-rata panjang daun Genotipe Lebar daun (gm) Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perbedaan populasi genotipe berpengaruh terhadap lebar daun sehingga dari tiap-tiap genotipe tersebut memberikan hasil berbeda sangat nyata pada tanaman jagung. Pada gambar 5 terlihat bahwa lebar daun tanaman jagung berkisar antara 6,8 cm (G10) 8,8 cm (G1). Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan genotipe yang berbeda pada lingkungan yang sama dapat memberikan hasil penampilan tanaman yang berbeda. 90

J. Agrotan 1(2) : 1-8, September 2015, ISSN : 2442-9015 Gambar 5. Rata-rata lebar daun Terjadinya perbedaan hasil dari setiap genotipe yang dicobakan disebabkan karena adanya perbedaan genetik. Perbedaan susunan genetik merupakan salah satu faktor penyebab keragaman penampilan tanaman. Perbedaan genetik ini mengakibatkan setiap varietas memiliki ciri dan sifat khusus yang berbeda satu sama lain sehingga menunjukkan keragaman penampilan. Keragaman penampilan tanaman akibat perbedaan susunan genetik selalu mungkin terjadi sekalipun bahan tanaman yang digunakan berasal dari jenis yang sama. Nilai heritabilitas pada variabel tinggi letak tongkol, diameter batang, panjang daun, lebar daun memiliki nilai heritabilitas tinggi sedangkan variabel tinggi tanaman nilai heritabilitasnya sedang. Hal ini sesuai dengan kriteria heritabilitas, tinggi jika h 2 > 0,5, sedang jika 0,2 < h 2 < 0,5 dan rendah jika h 2 < 0,2. Hasil ini menunjukkan bahwa keragaman penampilan pada masing-masing variabel lebih disebabkan oleh faktor genetik dibanding faktor lingkungan. Nilai heritabilitas yang tinggi untuk suatu karakter menggambarkan karakter tersebut penampilannya lebih ditentukan oleh faktor genetik. Karakter yang demikian mudah diwariskan pada generasi berikutnya, sehingga seleksinya dapat dilakukan pada tahap awal. Nilai heritabilitas rendah untuk suatu karakter menggambarkan karakter tersebut sangat dipengaruhi oleh faktor lingkungan (Fehr, 1987). 91

Zainuddin Saleh 1) Variabilitas Genetik Penampilan Agronomi Sepuluh Genotipe Jagung Pulut (Zea mays L.) KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat diambil beberapa kesimpulan. 1. Sepuluh genotip jagung pulut yang dicobakan memperlihatkan penampilan agronomis yang berbeda pada semua variabel di lingkungan yang sama. 2. Heritabilitas penampilan agronomis sepuluh genotip jagung pulut berada pada kategori tinggi dan cukup tinggi. Nilai tertinggi pada karakter lebar daun (0,84) disusul panjang daun (0,75), tinggi letak tongkol (0,71), diameter batang (0,64), dan terendah adalah karakter tinggi tanaman (0,48). Saran Informasi mengenai nilai heritabilitas yang tinggi dari karakter agronomis kesepuluh genotipe jagung pulut yang dicobakan perlu dilanjutkan dengan kegiatan hibridisasi untuk mendapatkan genotipe hibrida yang lebih unggul dari genotipe yang sudah ada. Persilangan dialel antar galur-galur pulut dan silang puncak dapat menjadi pilihan metode yang digunakan. DAFTAR PUSTAKA Allard, R. W. 1992. Pemuliaan Tanaman. PT. Rineka Cipta, Jakarta. Azrai, M. 2010. Pemuliaan Jagung Khusus. Balai Penelitian Tanaman Serealia. Maros. Baihaki, A. 1999. Teknik Rancangan dan Analisis Penelitian Pemuliaan. Fakultas Pertanian Universitas Padjadjaran. Jatinangor. Cahyono, B. 2007. Mengenal Lebih Dekat Varietas-varietas Unggul Jagung. Sinar Baru Algensindo, Bandung. Chaudhari, H. K. 1971. Elementery Principles of Plant Breeding. Oxford & IBH Publishing Co. New Delhi. Comstock, R. E. and R. H. Moll. 1963. Genotype-environment Interactions. In W. D. Hanson and H. F. Robinson. Statistical Genetics and Plant Breeding. Nasional Academy of Sciences and National Research Council. Washinton. Fehr, W. R 1987. Principle of Cultivar Development. Volume I: Theory and 92

J. Agrotan 1(2) : 1-8, September 2015, ISSN : 2442-9015 Technique. Macmillan Publishing Compani. New York. Hermiati, N. dan Amin N. 2001. Pengantar Pemuliaan Tanaman Menyerbuk Sendiri dan Menyerbuk Silang. Program Pascasarjana Universitas Padjadjaran. Bandung. Malhi N.S., Singh D.P., Singh Harjinder. 2005. Breeding Prospects of Waxy Maize. Department of Plant Breeding, Genetics & Biotechnology Punjab Agricultural University, Ludhiana, India - 141 004. Poehlman, J. M. and D. A. Sleper. 1995. Breeding Field Crop. Iowa State University Press. Ames. Iowa. Setiyono, R. T. Dan Subandi. 1996. Analisis Heterosis dan Daya Gabung pada Jagung dengan Persilangan Dialel. Balai Penelitian Bioteknologi Tanaman Pangan Bogor, Vol. 15 No.1. Bogor. Simmonds, N. W. 1979. Principles of Crop Improvement. Longman Group Limited. Essex. Syukur, Sriani S., dan Rahmi Y. 2002. Teknik Pemuliaan Tanaman. Penebar Swadaya. Jakarta. Wikipedia. 2014. Waxy Corn. http://en.wikipedia.org/wiki/ Waxy_corn. Diakses pada 27 Desember 2014. Rifianto, A. 2010. Mengenal Jagung Pulut - Jagung Ketan - (Waxy Corn), Zea mays ceritina Kulesh. hhtp://azisrifianto.blogspot.c om/ /mengenal-jagung-pulutjagung. Diakses pada 20 Juni 2012. Santoso, B.S., M. Yasin H.G., dan Faesal. 2014. Daya Gabung Inbred Jagung Pulut untuk Pembentukan Varietas Hibrida. Penelitian Pertanian Tanaman Pangan Vol. 33 No. 3. Bogor. 93