Produksi Xilanase untuk Biokonversi Limbah Biji Kedelai

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. selulosa dan lignin yang terdapat pada dinding sel tumbuhan. Oleh karena

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Desember 2014 Mei 2015 di. Laboratorium Mikrobiologi FMIPA Universitas Lampung.

EKSTRAKSI XILAN DARI TONGKOL JAGUNG UNTUK MEDIUM PERTUMBUHAN Bacillus pumilus RXAIII-5 PENGHASIL-XILANASE

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-November 2012 di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan September 2010 di

PRODUKSI ENZIM AMILASE

APPENDIKS A PROSEDUR KERJA DAN ANALISA

III. BAHAN DAN METODE

Pengaruh Hidrolisa Asam pada Produksi Bioethanol dari Onggok (Limbah Padat Tepung Tapioka) Oleh :

setelah pengeringan beku) lalu dimasukan ke dalam gelas tertutup dan ditambahkan enzim I dan enzim II masing-masing sebanyak 1 ml dan aquadest 8

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini sudah dilaksanakan dari bulan Februari sampai bulan Juli 2013 di

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan Bahan Bakar Minyak (BBM) saat ini meningkat. Pada tahun

II. METODOLOGI C. BAHAN DAN ALAT

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-November Penelitian ini

Lampiran 1 Metode pengujian aktivitas protease (Walter 1984)

1 ml enzim + 1 ml larutan pati 1% (dalam bufer) Diinkubasi (suhu optimum, 15 menit) + 2 ml DNS. Dididihkan 5 menit. Didinginkan 5 menit

Lampiran 1. Prosedur Analisa Karakteristik Tepung Empulur Sagu

KONDISI ph ULTRAFILTRASI PADA PEMURNIAN ENZIM XILANASE

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai bulan Agustus 2013 di

3 METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. pertumbuhan dan kurva produksi yang menunjukkan waktu optimum produksi xilitol.

PEMANFAATAN TETES TEBU (MOLASES) DAN UREA SEBAGAI SUMBER KARBON DAN NITROGEN DALAM PRODUKSI ALGINAT YANG DIHASILKAN OLEH BAKTERI

BAB III METODE PENELITIAN. variasi suhu yang terdiri dari tiga taraf yaitu 40 C, 50 C, dan 60 C. Faktor kedua

I. PENDAHULUAN. menentukan keberhasilan dalam kegiatan budidaya ikan. Kebutuhan pakan ikan

III. METODOLOGI PENELITIAN

Lampiran 1. Prosedur Karakterisasi Komposisi Kimia 1. Analisa Kadar Air (SNI ) Kadar Air (%) = A B x 100% C

Kurva Kalibrasi Larutan Standar Bovine Serum Albumine (BSA) Absorbansi BSA pada berbagai konsentrasi untuk menentukan kurva standar protein yaitu:

PRODUKSI ENZIM MANANASE

PENDAHULUAN. terhadap produktivitas, kualitas produk, dan keuntungan. Usaha peternakan akan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian. Tabel 3. Pertumbuhan Aspergillus niger pada substrat wheat bran selama fermentasi Hari Fermentasi

III. METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. zat kimia lain seperti etanol, aseton, dan asam-asam organik sehingga. memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi (Gunam et al., 2004).

PRODUKSI GULA REDUKSI DARI BAGASSE TEBU MELALUI HIDROLISIS ENZIMATIK MENGGUNAKAN CRUDE ENZYME SELULASE DAN XYLANASE

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 sampai dengan bulan Juni 2012 di

I. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2012 di Laboratorium. Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

PENDAHULUAN. bagi usaha peternakan. Konsumsi susu meningkat dari tahun ke tahun, tetapi

TINJAUAN PUSTAKA. dalam meningkatkan ketersediaan bahan baku penyusun ransum. Limbah

Bab III Bahan dan Metode

AKTIVITAS LIPOLITIK Rhizopus microsporus var. rhizopodiformis ISOLAT UICC No. 6

III. METODE KERJA. Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tempe merupakan makanan khas Indonesia yang cukup populer dan

BAB III METODE PENELITIAN. Pendidikan Biologi FPMIPA UPI dan protease Bacillus pumilus yang diperoleh

Kata kunci: Acinetobacter, inhibitor protease, produksi, simbiosis sponge,

PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PRODUKSI BIOETANOL GENERASI 2 MELALUI PEMANFAATAN SELULOSA DAN HEMISELULOSA DALAM JERAMI PADI

PRODUKSI BIOMASSA PROBIOTIK KHAMIR DALAM MEDIA EKSTRAK UBI JALAR DALAM SKALA FERMENTOR 18L

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan taksonomi kapang Rhizopus oligosporus menurut Lendecker

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. Latar Belakang. peternak dengan sistem pemeliharaan yang masih tradisional (Hoddi et al.,

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. membuat kita perlu mencari bahan ransum alternatif yang tersedia secara

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

KOMPOSISI KIMIA BEBERAPA BAHAN LIMBAH PERTANIAN DAN INDUSTRI PENGOLAHAN HASIL PERTANIAN

TINJAUAN PUSTAKA. keberhasilan usaha pengembangan peternakan disamping faktor bibit dan

Pengaruh Hidrolisis Enzim pada Produksi Ethanol dari Limbah Padat Tepung Tapioka (Onggok)

LATAR BELAKANG. Bahan bakar Fosil - Persediannya menipis - Tidak ramah lingkungan. Indonesia

BAB III METODE PENELITIAN

Sakarifikasi dan Ko-Fermentasi Serentak (SKFS) untuk Produksi Bioetanol dari Limbah Padat Industri Pulp dan Paper

BAB V. PEMBAHASAN. 5.1 Amobilisasi Sel Lactobacillus acidophilus FNCC116. Amobilisasi sel..., Ofa Suzanti Betha, FMIPA UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jamur merang merupakan salah satu jenis jamur pangan yang memiliki nilai gizi yang tinggi dan permintaan pasar

KAJIAN PROSES PRODUKSI XILANASE DARI ISOLAT BAKTERI ALKALOFILIK MENGGNAKAN MEDIA XILAN TONGKOL JAGUNG

I PENDAHULUAN. protein berkisar antara 20% sampai 30%. Kacang-kacangan selain sumber protein

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

5/7/2015. Selulosa. Hemiselulosa (%) Lignin (%) (%) Serat kapas Btg kayu Bagase Jerami , ,8

BAB III METODE PENELITIAN. lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2012 sampai bulan Desember 2012 di

BAB III METODE PENELITIAN. adalah Bacillus subtilis dan Bacillus cereus yang diperoleh di Laboratorium

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PRODUKSI FRUKTOSA DARI SIRUP GLUKOSA UBI JALAR (Ipomoea batatas (L.) Lamk.) SECARA FERMENTASI SINAMBUNG MENGGUNAKAN SEL Streptomyces SP- AM OBIL

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Xilanase merupakan kelompok enzim yang memiliki kemampuan untuk

3. METODE Waktu dan Tempat Penelitian Tahapan Penelitian Prosedur Penelitian a. Tahap I 1. Kultur bakteri Serratia marcescens

I. PENDAHULUAN. luas. Salah satu faktor yang mempengaruhi produksi ayam broiler adalah pakan

Pengaruh penambahan molase pada produksi enzim xilanase oleh fungi Aspergillus niger dengan substrat jerami padi

Media Kultur. Pendahuluan

I. PENDAHULUAN. Saat ini persediaan Bahan Bakar Minyak (BBM) di Indonesia semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV Pemilihan Jamur untuk Produksi Lakase

BAB I PENDAHULUAN. tongkol jagung sebagai limbah tidak bermanfaat yang merugikan lingkungan jika tidak ditangani dengan benar.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pada penelitian ini isolat actinomycetes yang digunakan adalah ANL 4,

I. PENDAHULUAN. Upaya memenuhi kebutuhan hijauan ternak ruminansia saat ini, para

STUDI BAHAN BAKU BERLIGNOSELULOSA DARI LIMBAH PERTANIAN UNTUK PRODUKSI GULA XILOSA MURAH DIIKUTI PROSES FERMENTASI MENGHASILKAN ETANOL

PENENTUAN AKTIVITAS SPESIFIK HEKSOKINASE DARI LIMBAH ANGGUR PISANG BIJI.

OPTIMALISASI PRODUKSI ENZIM SELULASE BAKTERI SELULOLITIK DENGAN MEMANFAATKAN LIMBAH AMPAS TEBU SEBAGAI SUBSTRAT

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Jamur ini bersifat heterotrof dan saprofit, yaitu jamur tiram

Lampiran 1. Prosedur Analisis Karakteristik Pati Sagu. Kadar Abu (%) = (C A) x 100 % B

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Ubi jalar ± 5 Kg Dikupas dan dicuci bersih Diparut dan disaring Dikeringkan dan dihaluskan Tepung Ubi Jalar ± 500 g

PENGARUH PERLAKUAN PADA PROSES BLANCHING DAN KONSENTRASI NATRIUM BIKARBONAT TERHADAP MUTU SUSU KEDELAI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Penyiapan Inokulum dan Optimasi Waktu Inokulasi. a. Peremajaan Biakan Aspergillus flavus galur NTGA7A4UVE10

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. selulosa yang dihasilkan oleh bakteri Acetobacter xylinum (Alwani et al., 2011).

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. peningkatan ketersediaan bahan pakan. Bahan-bahan pakan konvensional yang

Effect of ammonium concentration on alcoholic fermentation kinetics by wine yeasts for high sugar content

ABSTRAK. Kata Kunci : Amilase, Zea mays L., Amonium sulfat, Fraksinasi, DNS.

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

Produksi Xilanase untuk Biokonversi Limbah Biji Kedelai Nur Richana dan Pia Lestina Balai Penelitian Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian ABSTRAK Produksi xilanase untuk biokonversi limbah biji kedelai telah dilakukan di Laboratorium Biokimia dan Enzimatik Balitbio.Tujuan penelitian ini untuk mela-kukan formulasi media dengan xilan dari kulit kedelai sebagai sumber karbon untuk pertumbuhan isolat bakteri dan melakukan optimasi proses produksi xilanase. Formulasi media dilakukan dengan membuat variasi kandungan xilan, polipepton, dan ekstrak khamir. Optimasi proses meliputi suhu, ph dan kecepat-an shaker. Hasil ekstraksi xilan dari kulit kacang kedelai diperoleh sekitar 3,2%, yaitu untuk 1 kg kulit ari kedelai diperoleh 32 g xilan. Formulasi media terbaik untuk produksi xilanase dari isolat bakteri AIII-5 dengan sumber xilan dari kulit kedelai ialah polipepton 0,5%, ekstrak khamir 0,1%, dan xilan 1%. Optimasi kondisi proses berdasarkan aktivitas enzim, dan aktivitas spesifik enzim, yaitu pada kondisi kecepatan shaker 120 rpm, suhu 35 o C, dan ph 9, yaitu berturut-turut 366,67 U/ml dan 612,14 U/mg protein. Kata kunci: Xilanase, kulit kedelai ABSTRACT Production of xylanase for bioconvertion of waste from soybean grain. This experiment was carried out in Laboratory of Biochemistry and Enzymatic. The objectives of this research were obtain apropriate formula of medium consist xylane from outer skin of soybean grain and optimum condition of xylanase production. Medium formulate by 36 combinations were made based on variation of ingredients i.e. xylane, polypeptone, and yeast extract. Optimum condition of processing was determined based on combination of shaker speed, temperature, and ph, which produced of highest value of enzyme activity and specific enzyme. Extraction of xylane resulted 32 grams xylane from 1,000 grams outer skin of soybean grain.the best formula of medium for xylanase production using bacteria isolate AIII-5 from outer skin of soybean grain is combination of 0.5% polypeptone, 0.1% of yeast extract, and 1% xylane. The optimum condition for processing is combination of 120 rpm, 35 o C temperature, and ph 9, which resulted the highest value of enzyme activity 366.67 U/ml and enzyme specific activity 612.14 U/mg protein. Key words: Xylanase, outer skin soybean grain PENDAHULUAN Xilanase merupakan enzim ekstraseluler yang dapat menghidrolisis xilan menjadi xilosa dan xilo-oligosakarida. Xilanase dapat dimanfaatkan untuk proses pemutih kertas, campuran pakan ternak, penjernihan sirup, pembuatan gula xilosa, dan sebagainya. Penggunaan xilanase untuk mengurangi pemakaian khlorin dalam pemutih kertas, telah memberikan peluang untuk aplikasi bioteknologi dan sekarang telah digunakan pada beberapa pabrik kertas (Bourbonnais et al., 1997; Ruiz-Arribas et al., 1995). Untuk proses pemutih kertas dipilih xilanase yang bersifat termostabil dan tahan pada ph alkali (Beg et al., 2001). Produksi xilanase skala industri membutuhkan tersedianya substrat yang murah dan mudah didapat. Untuk mengatasi masalah tersebut perlu dicari bahan 388

baku berlignoselulosa seperti limbah dari tanaman pangan di antaranya ialah kulit kedelai. Pemanfaatan limbah kacang-kacangan tersebut untuk digunakan sebagai sumber karbon pada media kultivasi bakteri, sehingga diharapkan akan meningkatkan nilai guna dan ekonominya. Kedelai merupakan hasil pertanian yang telah dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan industri dan pangan. Secara umum penggunaan dan pemanfaat-an kedelai terbatas pada biji saja, sedangkan limbah di antaranya kulit arinya belum banyak dimanfaatkan. Komposisi kimia kulit ari kedelai terdiri dari 37,74% serat kasar, 34,9% protein, 0,23% kalsium, 0,58% fosfor, dan zat-zat lain 26,06% (Direktorat Gizi, 1990). Limbah hasil pertanian tersebut secara kimiawi banyak mengandung lignin, hemiselulosa, dan selulosa yang sering disebut sebagai limbah lignoselulosik. Dari ketiga komponen fraksi serat tersebut, selulosa merupakan komponen terbesar yang sudah dimanfaatkan untuk industri pertanian. Sedangkan untuk hemiselulosa belum banyak dimanfaatkan atau digali potensinya untuk industri pertanian. Kulit ari kedelai mengandung bobot kering selulosa 42-49%, hemiselulosa 29-34%, dan lignin 1-3%. Memperhatikan hal tersebut berarti limbah lignoselulosik berupa kulit ari ke-delai mengandung hemiselulosa yang berpotensi untuk dijadikan sumber bahan baku produk-produk yang memerlukan bahan berkadar hemiselulosa tinggi. Tujuan penelitian ini untuk melakukan formulasi media dengan xilan dari kulit kedelai sebagai sumber karbon untuk pertumbuhan isolat bakteri dan melakukan optimasi proses produksi xilanase. BAHAN DAN METODE Penelitian dilakukan di Laboratorium Biokimia dan Enzimatik, Balai Peneliti-an Bioteknologi dan Sumberdaya Genetik Pertanian pada Mei-Oktober 2002. Lim-bah hasil yang digunakan, yaitu kulit ari kedelai, limbah dari produksi tempe rakyat di Bogor. Sebanyak satu kg kering kulit ari digiling untuk menghasilkan tepung. Sebagai data dukung tepung kulit ari kedelai ini dilakukan analisis kadar air, abu, serat, dan lignin. Kadar air dari contoh ditentukan dengan metode oven gravi-metri. Dioven pada suhu 105 o C sampai bobot konstan (AOAC, 1984). Kadar serat dari contoh bahan ditetapkan dengan cara hidrolisis asam kuat H2SO4 1,25% kemu-dian dinetralkan dengan NaOH 3,25% (AOAC, 1984). Kadar lignin dianalisis dengan cara menghidrolisis asam, sisa hidrolisis disaring dan ditimbang (AOAC, 1984). Kulit ari kedelai digunakan untuk sumber karbon dalam media pertumbuhan bakteri penghasil xilanase sebagai pengganti oat spelt xylan. Kadar xilan diekstrak menggunakan natrium hipoklorit, disaring, kemudian ditambah NaOH 10% selama 24 jam. Setelah disaring filtratnya dinetralkan dengan HCl, lalu disentrifuga-si. Filtrat yang dihasilkan ditambah etanol. Padatan dikeringkan kemudian ditim-bang sampai berat konstan (Yoshida et al,.1994). Prosiding Seminar Hasil Penelitian Rintisan dan Bioteknologi Tanaman 389

Formulasi Media Kultivasi Produksi Xilanase dengan Media Bersubstrat Xilan dari Kulit Kedelai Formulasi media yang dilakukan dengan membuat variasi komposisi media untuk pertumbuhan bakteri penghasil xilanase. Variasi komposisi media antara lain polipepton (0; 0,1; 0,3; 0,5%), perlakuan ekstrak khamir (0,1; 0,2; 0,3%), K2HPO4 (0,1; 0,2; 0,3%), dan xilan (0,5; 0,75; 1,0%). Isolat bakteri terpilih diuji kemampuannya menghidrolisis bahan berlignosilulosa tersebut, dengan mengukur aktivitas xilanase dan kandungan protein terlarut. Kultivasi dilakukan di dalam labu erlemeyer 100 ml menggunakan konsentrasi inokulan 10%. Sampel dipanen sesudah 3 hari inkubasi, kemudian diukur biomassanya dengan pengukuran kerapatan optik pada panjang gelombang 660 nm, protein terlarut diukur dengan metode Bradford (1976) dan aktivitas enzim xilanase. Optimasi Proses (ph, Suhu, Rpm) untuk Produksi Xilanase dari Isolat Bakteri Unggul pada Media Bersubstrat Xilan dari Tongkol Jagung Optimasi proses meliputi studi pengaruh ph dan suhu terhadap laju pertumbuhan bakteri dan produksi xilanase menurut Nakamura et al. (1993). Interval untuk ph 7-10, sedangkan suhu 25-50 o C. Pengamatan dilakukan terhadap biomassa, aktivitas xilanase, kandungan protein terlarut, dan substrat tersisa. Untuk mengetahui suhu dan ph yang optimal akan dilakukan percobaan dengan rancangan faktorial dua faktor dan 4 level. Kondisi suhu yang dicoba ada- Tabel 1. Matrik perlakuan formulasi media Bahan No. kode perlakuan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Polipepton 0,5 0,3 0,1 0,0 0,5 0,3 0,1 0,0 0,5 0,3 0,1 0,0 Ekstrak khamir 0,1 0,1 0,1 0,1 0,2 0,2 0,2 0,2 0,3 0,3 0,3 0,3 Xilan 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 0,5 K 2 HPO 4 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 MgSO 4. 7H 2 O 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 Polipepton 0,5 0,3 0,1 0,0 0,5 0,3 0,1 0,0 0,5 0,3 0,1 0,0 Ekstrak khamir 0,1 0,1 0,1 0,1 0,2 0,2 0,2 0,2 0,3 0,3 0,3 0,3 Xilan 0,75 0,75 0,75 0,75 0,75 0,75 0,75 0,75 0,75 0,75 0,75 0,75 K 2 HPO 4 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 MgSO 4. 7H 2 O 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 Polipepton 0,5 0,3 0,1 0,0 0,5 0,3 0,1 0,0 0,5 0,3 0,1 0,0 Ekstrak khamir 0,1 0,1 0,1 0,1 0,2 0,2 0,2 0,2 0,3 0,3 0,3 0,3 Xilan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 K 2 HPO 4 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 0,1 MgSO 4. 7H 2 O 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02 390

lah 25, 30, 37, dan 50 o C dengan kisaran ph 7, 8, 9, dan 10. Percobaan memerlukan 16 set dengan 3 kali ulangan yang dilakukan pada kecepatan putaran 100, 120, dan 140 rpm. Pengamatan dilakukan seperti pada tahap sebelumnya. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakterisasi kulit ari kedelai dari hasil penelitian ini ialah kadar air 7,01%, abu 3,05%, serat 29,71%, dan lignin 2,1%. Kadar serat yang dihasilkan lebih rendah dibandingkan dengan data yang tercantum pada Direktorat Gizi (1990), yaitu 37,74% bk. Hal ini terjadi karena perbedaan varietas kedelai yang digunakan. Kadar lignin tidak berbeda jauh dengan data yang dikemukakan oleh Mahalko (1984), yaitu 1-3%. Hasil ekstraksi xilan dari kulit kedelai diperoleh sekitar 3,2%, yaitu untuk 1 kg kulit ari kedelai diperoleh 32 g xilan. Tahap selanjutnya ekstrak xilan tersebut digunakan untuk formulasi media. Formulasi Media Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi xilan sebagai sumber karbon maupun bahan lain sebagai sumber N dan mineral berpengaruh terhadap protein maupun aktivitas enzim yang dihasilkan. Sumber nitrogen digunakan sebagai nutrisi cadangan apabila karbon dalam media mulai menipis. Pada umumnya sebagai sumber nitrogen digunakan garam amonium, urea, ekstrak khamir, dan pepton. Ekstrak khamir mengandung asam amino, peptida, vitamin, dan karbohidrat. Komposisi penggunaan ekstrak khamir yang tepat sangat diperlukan dalam proses kultivasi. Penggunaan ekstrak khamir yang cukup tinggi dan adanya pengadukan/ penggoyangan pada saat kultivasi akan menyebabkan timbulnya buih. Hal tersebut tidak diinginkan, karena akan menurunkan aktivitas enzim yang dihasilkan (Crueger, 1984). Aktivitas enzim sangat dipengaruhi oleh formulasi dan komponen media, dengan aktivitas terkecil ialah 26,71 Umol/menit dan terbesar 186,37 Umol/menit. Hasil analisis statistik menunjukkan penambahan polipepton maupun ekstrak khamir akan menurunkan aktivitas enzim. Penambahan xilan akan meningkatkan aktivitas enzim. Hasil statistik untuk formulasi media terbaik berdasarkan aktivitas enzim ialah polipepton 0,1%, ekstrak khamir 0,2%, dan xilan 1%. Protein terlarut dari perlakuan formulasi media berkisar antara 0,187 sampai dengan 0,596 g/l. Hasil analisis statistik ternyata hasil optimum pada komposisi polipepton 0,5%, ekstrak khamir 0,1%, dan xilan 1%. Protein terlarut dapat ditingkatkan dengan penambahan sumber N dalam hal ini ialah polipepton. Semakin tinggi polipepton semakin tinggi protein terlarut yang dihasilkan. Protein terlarut dalam penelitian ini diasumsikan enzim (xilanase) yang dihasilkan. Ternyata hasil tersebut tidak diikuti oleh hasil aktivitas xilanase-nya. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil kondisi optimum berdasarkan aktivitas enzim tertinggi (127,44 Umol/menit), yaitu pada polipepton 0,1% dan ekstrak khamir 0,2%, dan xilan 0,5%, sedangkan komposisi optimum bedasarkan hasil pro-tein tertinggi (0,64 g/l) mempunyai aktivitas enzim 112,42 Umol/menit, yaitu pada komposisi polipepton 0,5%, ekstrak khamir 0,1%, dan xilan 1% (Tabel 2). Prosiding Seminar Hasil Penelitian Rintisan dan Bioteknologi Tanaman 391

Tabel 2. Hasil pengamatan aktivitas enzim, protein terlarut, dan aktivitas spesifik No. kode perlakuan Aktivitas enzim (Umol/menit) Protein terlarut (g/l) Aktivitas spesifik (U/g protein) 1 26,71 0,311 86,64 2 53,36 0,340 158,14 3 186,37 0,427 436,45 4 41,63 0,315 85,79 5 119,92 0,385 313,13 6 76,34 0,349 219,66 7 127,44 0,408 336,29 8 113,02 0,370 303,13 9 68,55 0,410 170,98 10 55,67 0,317 180,43 11 67,82 0,363 190,65 12 144,44 0,418 350,63 13 91,27 0,435 216,91 14 105,11 0,548 193,26 15 74,67 0,458 165,72 16 71,55 0,417 170,62 17 121,42 0,596 209,08 18 101,47 0,501 207,7 19 92,63 0,452 228,72 20 78,03 0,399 206,99 21 53,04 0,255 212,19 22 29,23 0,187 156,92 23 85,81 0,258 331,51 24 51,92 0,187 278,43 25 113,23 0,491 233,86 26 92,28 0,461 204,42 27 93,51 0,469 201,64 28 104,39 0,514 203,67 29 112,42 0,624 180,13 30 96,62 0,540 178,67 31 92,03 0,486 193,41 32 102,51 0,590 180,64 33 92,07 0,269 342,36 34 66,66 0,195 307,71 35 84,02 0,250 334,93 36 96,13 0,242 397,96 Rata-rata 88,42 0,395 232,48 BNT KK(%) 80,60 5,3, 84,39 Maksimum 127,44 0,624 436,45 Polipepton (P) ns ** Ns Ekstrak khamir (E) ns Ns Ns Xilan (X) ** Ns ** P*E ns * Ns P*X * * * E*X ns Ns Ns P*E*X ns ** ns Ekstrak khamir berpengaruh terhadap pertumbuhan isolat bakteri dan hasil metabolisme sekundernya. Semakin banyak ekstrak khamir yang ditambahkan akan meningkatkan aktivitas spesifik enzim. Penambahan ekstrak khamir terbaik ialah 0,3%. Xilan sebagai sumber karbon berpengaruh terhadap pertumbuhan isolat bakteri. Peningkatan xilan diikuti oleh peningkatan aktivitas spesifik enzim. Berda-sarkan analisis statistik tersebut maka komposisi media terbaik ialah 392

polipepton 0,5%, ekstrak khamir 0,1%, dan xilan 1%. Hasil ini digunakan untuk penelitian berikutnya. Optimasi Proses Sebelum memproduksi enzim dalam bioreaktor, terlebih dahulu diawali dengan optimasi kondisi proses dalam labu erlemeyer, menggunakan variasi ph, suhu, dan kecepatan goyang inkubator. Penentuan ph kultivasi merupakan faktor yang penting untuk pertumbuhan mikroorganisme dan pembentukan produk metabolitnya. Lloyd dan Nelson (1984) menyatakan bahwa aktivitas optimum enzim berkisar pada ph pertumbuhan mikroorganisme penghasil enzim tersebut, sehingga ph optimum aktivitas enzim ini berbeda-beda tergantung mikroorganisme penghasil enzimnya (Bull, 1979). Suhu berpengaruh langsung terhadap kecepatan pertumbuhan mikroorganisme, kecepatan sintesis enzim, dan kecepatan inaktivasi enzim. Suhu yang terlalu tinggi dapat mengakibatkan proses pengeringan protein sehingga dapat mengakibatkan kematian sel. Sedangkan suhu yang terlalu rendah dapat mengakibatkan aktivitas enzim berkurang, dan pertumbuhan mikroorganisme terganggu. Tabel 3. Hasil pengamatan optimasi proses untuk kecepatan shaker 100 rpm ph Kode Suhu Biomassa (g) Aktivitas enzim (Unit/ml) Protein (g/l) Aktivitas spesifik (U/mg protein) 7 35 33,6 152,76 0,574 266,13 8 35 38,95 141,00 0,514 274,32 9 35 21,15 85,35 0,541 157,76 10 35 32,7 103,68 0,576 180,00 7 45 52,3 153,47 0,537 285,79 8 45 47,8 169,23 0,493 343,26 9 45 47,95 116,45 0,498 233,84 10 45 25,5 100,21 0,495 202,44 7 40 38,65 173,21 0,507 341,64 8 40 40,3 157,46 0,494 9 40 34,0 205,01 0,607 337,74 10 40 38,15 105,63 0,521 170,09 7 50 60,5 159,51 0,537 297,04 8 50 59,55 182,42 0,513 355,59 9 50 60,5 189,98 0,517 367,47 10 50 51,65 133,03 0,493 269,84 Rata-rata 42,7 145,50 0,526 275,59 BNT KK (%) 71,3 82,65 8,200. 83,4 Maksimum 60,5 205,10 0,607 369,47 ph (A) Ns ** Ns ** Suhu (B) ** ** Ns ** A*B ns ** ns ** Prosiding Seminar Hasil Penelitian Rintisan dan Bioteknologi Tanaman 393

Tabel 4. Hasil pengamatan optimasi proses untuk kecepatan shaker 120 rpm ph Kode Suhu Biomassa (g) Aktivitas enzim (Unit/ml) Protein (g/l) Aktivitas spesifik (U/mg protein) 7 35 47,7 364,55 0,696 523,78 8 35 34,1 291,14 0,505 576,51 9 35 46,8 366,67 0,599 612,14 10 35 24,25 156,96 0,488 321,64 7 45 23,8 227,43 0,571 398,3. 8 45 44,95 289,03 0,469 616,27 9 45 41,15 258,65 0,595 434,71 10 45 73,85 308,43 0,531 580,08 7 40 48,65 237,89 0,522 455,73 8 40 60,00 115,61 0,530 218,13 9 40 46,9 300,42 0,535 561,53 10 40 14,6 56,12 0,476 117,89 7 50 45,4 162,03 0,543 298,39 8 50 70,4 89,88 0,536 167,68 9 50 41,65 190,29 0,557 341,63 10 50 34,4 62,03 0,568 109,21 Rata-rata 43,65 217,29 0,545 395,85 BNT KK (%) 69,38 81,89 9,5. 84,7 Maksimum 73,85 366,67 0,696 616,27 ph (A) ** ** Ns ** Suhu (B) ns ** Ns ** A*B ns ** ns ** Tabel 5. Hasil pengamatan optimasi proses untuk kecepatan shaker 140 rpm ph Kode Suhu Biomassa (g) Aktivitas enzim (Unit/ml) Protein (g/l) Aktivitas spesifik (U/mg protein) 7 35 49,05 174,36 0,501 348,02 8 35 27,8 35,85 0,490 73,16 9 35 28,15 20,86 0,537 38,85 10 35 24,80 11,20 0,437 25,63 7 45 37,15 103,76 0,566 183,32 8 45 40,75 108,68 0,483 186,42 9 45 51,95 89,64 0,548 163,57 10 45 24,15-0,324-7 40 42,1 150,00 0,515 291,26 8 40 50,2 185,15 0,565 327,69 9 40 58,5 85,43 0,437 195,49 10 40 46,75 100,97 0,456 221,43 7 50 44,45 73,39 0,215 341,35 8 50 36,65-0,201-9 50 47,4 150,98 0,292 174,59 10 50 47,4-0,226 - Rata-rata 41,07 99,25 0,420 190,06 BNT KK (%) 75,4 89,67 8,500 89,90 Maksimum 51,95 185,15 0,566 348,02 ph (A) ns ** Ns ** Suhu (B) ns ** Ns ** A*B ns ** ns ** 394

Hasil optimasi proses, yaitu pengaruh suhu, ph pada beberapa kecepatan shaker terhadap pertumbuhan biomassa, aktivitas enzim, maupun protein terlarut dapat dilihat pada Tabel 3-5. Biomassa yang dihasilkan pada kecepatan shaker 100 rpm ternyata kenaikan suhu diiringi oleh kenaikan biomassa. Pengaruh ph terhadap biomassa, ternyata sampai pada ph 9 biomassa masih tidak berbeda, kemudian pada ph 10 biomassa mulai turun. Pada kecepatan shaker 120 rpm perlakuan suhu tidak berpengaruh, tetapi ph berpengaruh. Pada ph 8-9 biomassa lebih tinggi dibandingkan dengan ph 7 maupun ph 10. Sedangkan kecepatan shaker 140 rpm, suhu maupun ph mempunyai hasil yang tidak berbeda nyata. Perlakuan kecepatan shaker, ternyata ratarata biomassa tinggi dicapai pada kecepatan 12 rpm. Biomassa tertinggi dicapai pada suhu 45 o C dan ph 9. Suhu berpengaruh terhadap aktivitas enzim yang dihasilkan. Pada kecepatan shaker 100 rpm aktivitas enzim tertinggi pada suhu 40 o C dan ph 9, yaitu 205,01 U/ml. Pada kecepatan shaker 120 rpm tertinggi pada suhu 35 o C, ph 9, yaitu 366,67 U/ml, sedangkan pada kecepatan shaker 140 rpm aktivitas enzim rata-rata rendah bahkan pada ph 10 aktivitas enzim xilanase tidak terdeteksi. Protein terlarut ternyata tidak dipengaruhi oleh beberapa kondisi ph, suhu dan kecepatan shaker. Rata-rata protein dari ketiga perlakuan shaker yaitu 100, 120, dan 140 rpm berkisar antara 0,545-0,420 g/l. Dengan demikian, berdasarkan pengamatan aktivitas enzim dan protein terlarut maka hasil perhitungan aktivitas spesifik hampir sama dengan aktivitas enzimnya. Hasil terbaik berdasarkan aktivitas spesifik enzim, yaitu pada kondisi kece-patan shaker 120 rpm, suhu 35 o C dan ph 9, yaitu 612,14 U/mg protein. KESIMPULAN 1. Karakterisasi kulit ari kedelai dari hasil penelitian ini ialah kadar air 7,01%, abu 3,05%, serat 29,71%, dan lignin 2,1%. 2. Hasil ekstraksi xilan dari kulit kedelai diperoleh sekitar 3,2%, yaitu untuk 1 kg kulit ari kedelai diperoleh 32 g xilan. 3. Formulasi media terbaik untuk produksi xilanase dari isolat bakteri AIII-5 dengan sumber xilan dari kulit kedelai ialah polipepton 0,1%, ekstrak khamir 0,3%, dan xilan 1%. 4. Optimasi kondisi proses berdasarkan aktivitas enzim dan aktivitas spesifik enzim, yaitu pada kondisi kecepatan shaker 120 rpm, suhu 35 o C, dan ph 9, yaitu berturut-turut 366,67 U/ml dan 612,14 U/mg protein. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Rintisan dan Bioteknologi Tanaman 395

DAFTAR PUSTAKA AOAC. 1984. Official method of analysis of the association of official analitical chemist Vol. IIA. AOAC Int., Washington. Beg, Q,K, M. Kapoor, L. Mahajan, and G.S. Hoondal. 2001. Microbial xylanases and their industrial applications. J. Appl. Microbiol. Biotechnol. 56:326-338. Bourbonnais, R., M.G. Paice, B. Freiermuth, E. Bodie, and S. Borneman. 1997. Reactives of various mediators and laccases with kraft pulp and lignin model compounds. Appl. Environ. Microbiol. 63:4632. Bradford, M.M. 1976. A rapid and sensitive methods for quantitative proteins utilizing the principles of protein dye binding. Anal. Biochem. 72:248-354. Bull, J.M. 1979. Progress in industrial microbiology. Vol. XV. John Willey and Sons. New York. Crueger, W. 1984. Biotechnology: A textbook of industrial microbiology. Sci Tech. Inc. Madison. WI 53705. Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI. 1990. Daftar komposisi bahan makanan. Bharatara Karya Aksara, Jakarta. Lloyd, N.E. and W.J. Nelson. 1984. Glucose and fructose containing sweeteners from starch. In Whesler et al. (Eds.). Starch. Chemistry and Technology. Academic Press. p. 611-659. Mahalko, J.R. 1984. Effect of consuming fiber from corn bran, soyhull or apple powder on glucose tolerance and plasma, lipid in Type II Diabetes Am. J. Clin. Nutrition 39:25-38. Nakamura, S., K. Wakabayashi, R. Nakai, R. Aono, and K. Horikoshi. 1993. Purification and same properties of an alkaline xylanase from alkaliphilic Bacillus sp. Strain 41M1. Appl. and Environ. Microbiol. 59(7):2311-2316. Ruiz-Arribas, A., J.M. Fernandez-Abalos, P. Sanches, AL Gardu, and R.I. Santamaria. 1995. Over production, purification and biochemical characterization of xylanase I (xys 1) from Streptomyces halstedii JM8. Apll. Environ. Microbiol. 61(6):2414-2419. Yoshida, S., T. Satoh, S. Shimokawa, T. Oku, Ito, and S. Kusakabe. 1994. Substrat specificity of Streptomyces β-xylanase toward glucoxylan. Biosci. Biotech. Biochem. 58(6):1041-1044. 396