BAB VIII KELUARGA 8.1 Pengantar 8.2 Pengertian Keluarga

dokumen-dokumen yang mirip
Asuhan Kebidanan Komunitas I. Mata Kuliah DODIET ADITYA SETYAWAN NIP

TINJAUAN PUSTAKA. Definisi Keluarga dan Pendekatan Teori. Definisi Keluarga

HUKUM KEKERABATAN A. PENDAHULUAN

SOSIOLOGI PERTANIAN ( )

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG MASYARAKAT AGRARIS DAN INDUSTRI. dalam kode hukum sipil meiji ( ) ( Fukute, 1988:37 ).

Individu, Keluarga dan Masyarakat

PERAN ORANG TUA DALAM MENDIDIK ANAK UNTUK MEWUJUDKAN KELUARGA SEJAHTERA

8. Sebutkan permasalahan apa saja yang biasa muncul dalam kehidupan perkawinan Anda?...

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari individu lain. 1. Pertalian darah menurut garis bapak (Patrilineal)

5. STRUKTUR SOSIAL PERDESAAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Suku ini banyak mendiami wilayah Provinsi Sumatera Utara,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pelaksanaan upacara perkawinan, setiap suku bangsa di Indonesia memiliki

b. Hutang-hutang yang timbul selama perkawinan berlangsung kecuali yang merupakan harta pribadi masing-masing suami isteri; dan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan sosial kemasyarakatan (Fatimah, 2006, h. 188). Menurut Soebekti (dalam Sulastri, 2015, h. 132) perkawinan adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluarga merupakan lembaga sosial bersifat universal, terdapat di semua

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Karo dikenal sebagai masyarakat yang menganut stelsel

BAB I PENDAHULUAN. keluarga dalam ikatan suatu perkawinan.ikatan perkawinan adalah ikatan lahir

BAB I PENDAHULUAN. budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya.

I. PENDAHULUAN. 1937, Murdok menemukan tiga Tipe keluarga yaitu; keluarga inti (Nurclear

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB I PENDAHULUAN. yang berarti bahwa manusia saling membutuhkan satu sama lain dan hidup

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kimbal Young dan Reymond W.Mack dalam Soekanto (1990:60-

STRATEGI COPING IBU DALAM MENJALANI PERAN SEBAGAI ORANG TUA TUNGGAL SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Adat istiadat merupakan salah satu perekat sosial dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. 1983:2). Keluarga merupakan suatu satuan tempat tinggal yang ditandai oleh adanya kerja

B. Tahap dan Tugas Perkembangan Keluarga

PENDAHULUAN. satuan kekerabatan suatu ikatan yang dituturkan dalam sebuah cerita rakyat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

KONFLIK INTERPERSONAL ANTAR ANGGOTA KELUARGA BESAR

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memerlukan mitra untuk mengembangkan kehidupan yang layak bagi

BAB II LANDASAN TEORI. Kata gender dalam istilah bahasa indonesia sebenarnya berasal dari bahasa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sindhi Raditya Swadiana, 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam membangun hidup berumah tangga perjalanannya pasti akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hanya sesuatu yang bersifat biologis dan fisik, tetapi semata juga merupakan suatu

TINJAUAN PUSTAKA Kesiapan menikah

BAB I PENDAHULUAN. beberapa aspek yang perlu untuk diperhatikan baik itu oleh masyarakat sendiri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. aturan agama dan undang-undang yang berlaku.

BAB II TINJAUAN TEORI. (dalam Setiadi, 2008).Menurut Friedman (2010) keluarga adalah. yang mana antara yang satu dengan yang lain

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Keluarga merupakan sekumpulan orang yang

I. PENDAHULUAN. satu suku di Indonesia yang bertempat tinggal di ujung selatan Pulau Sumatera.

BAB V STRATIFIKASI SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. 104).Secara historis keluarga terbentuk paling tidak dari satuan yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tahap perkembangan psikososial Erikson, intimacy versus isolation, merupakan isu

KELOMPOK-KELOMPOK SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. seorang laki-laki dan perempuan sama-sama memiliki hak dan kewajiban didalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Universitas Airlangga Fakultas Hukum Departemen Dasar Ilmu Hukum

BAB I PENDAHULUAN. terjadi sebuah perubahan. Perlawanan budaya merupakan sebuah perjuangan

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan

BAB I PENDAHULUAN. antara dua jenis manusia, tetapi hubungan yang masing-masing mempunyai peranan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga memiliki tanggung jawab terbesar dalam pengaturan fungsi

BAB II. Kajian Pustaka. hukum adat. Harta orangtua yang tidak bergerak seperti rumah, tanah dan sejenisnya

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia pasti akan mengalami tahap-tahap kehidupan dimulai dari

II. TINJAUAN PUSTAKA. harus mendapat pengakuan dari masyarakat. Begawai, begitulah istilah yang

Keluarga inti merupakan kelompok primer yang dapat dikatakan sebagai institusi dasar berkembangnya institusi sosial yang lain.

SUSI RACHMAWATI F

BAB I PENDAHULUAN. hidup sendirian. Perwujudan manusia sebagai mahluk sosial nampak dalam

PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS DI KELUARGA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan dalam agama Islam disebut Nikah yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. Aunur Rohim Faqih, Bimbingan Konseling dalam Islam, UII Pres, Yogyakarta, 2001, hlm. 70 2

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial, individu di dalam menjalin hubungan dengan individu lain perlu

BAB III LEMBAGA SOSIAL

TINJAUAN YURIDIS TENTANG KEDUDUKAN ANAK LUAR KAWIN DALAM PEMBAGIAN WARISAN I WAYAN ADIARTA / D

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara Indonesia merupakan negara hukum yang berasaskan Pancasila

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.

BAB I PENDAHULUAN. keturunan, seperti penarikan garis keturunan secara patrilineal artinya hubungan

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan merupakan suatu institusi sosial yang diakui disetiap kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang baru atau ketika individu telah menikah, status yang

BAB I PENDAHULUAN. 2000, p.11

BAB I PENDAHULUAN. turun temurun. Kebiasaan tersebut terkait dengan kebudayaan yang terdapat dalam

Konsep Keluarga. Firdawsyi Nuzula, S.Kp Prodi DIII Keperawatan

Kelopok Sosial. Fitri dwi lestari

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah salah satu individu yang menjadi bagian dari ciptaan-

BAB I PENDAHULUAN. diberikan dibutuhkan sikap menerima apapun baik kelebihan maupun kekurangan

BAB I PENDAHULUAN. besar dalam pewarisan nilai-nilai sosial dari satu individu ke individu lain. Keluarga

BAB II PENDEKATAN KONSEPTUAL. Sebagaimana disebutkan Aristoteles antara lain, bahwa manusia adalah makhluk sosial (zoon

BAB I PENDAHULUAN. penuturnya dilindungi oleh Undang-undang Dasar Dalam penjelasan Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. terhadap keberhasilan pembangunan bangsa. Ahmadi (2004:173) menyatakan

BAB 1 PENDAHULUAN % jumlah penduduk mengalami infertilitas. Insidensi infertilitas meningkat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, suami istri memikul suatu tanggung jawab dan kewajiban.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Departemen Kesehatan (1988, dalam Effendy 1998)

BAB I PENDAHULUAN. Antara laki-laki dengan perempuan mempunyai rasa ketertarikan dan saling

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masyarakat batak toba menganut sistem kekeluargaan patrilineal yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluarga merupakan unit pelayanan kesehatan yang terdepan dalam

I. PENDAHULUAN. Perilaku manusia dalam kehidupannya sehari-hari selalu dihadapkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Perkawinan Sesama Jenis Dalam Persfektif Hukum dan HAM Oleh: Yeni Handayani *

KONSEP KEPERAWATAN KELUARGA DEFINISI KELUARGA

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. dan perilaku hidup serta perwujudannya yang khas pada suatu masyarakat. Hal itu

Mei Vita Cahya Ningsih, S.Kep.,Ns.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. pada kehidupan masyarakat tersebut merupakan fenomena sosial yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Purwadarminta (dalam Walgito, 2004, h. 11) menjelaskan

Transkripsi:

BAB VIII KELUARGA 8.1 Pengantar keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat dan merupakan gejala yang universal. Dewasa ini, lembaga keluarga banyak mengalami perubahan baik dalam struktur maupun fungsi, sebagai akibat adanya kemajuan teknologi. Dalam keluarga, ada konsep perkawinan, ini merupakan salah satu ikatan yang menghasilkan sistem kekerabatan. Sistem kekerabatan merupakan unsur yang paling penting karena sistem kekerabatan masih merupakan kesatuan yang paling universal, khususnya dalam pembentukan pribadi para anggotanya. Bagi sebagian besar masyarakat khususnya di Indonesia, sistem kekerabatan ini sangat penting dalam kehidupan sosial masyarakatnya. Keluarga yang dianggap ideal oleh masyarakat Indonesia ialah keluarga yang serasi dan seimbang. 8.2 Pengertian Keluarga Sebelum menguraikan pengertian keluarga, perlu diketahui bahwa dalam keluarga ada empat karakteristik, yaitu: 1. Keluarga terdiri dari orang-orang yang bersatu karena ikatan perkawinan, darah, atau adopsi 2. Para anggota suatu keluarga biasanya hidup bersama-sama dalam satu rumah dan mereka membentuk satu rumah tangga 3. Keluarga itu merupakan satu kesatuan orang-orang yang berinteraksi dan saling berkomunikasi yang memainkan peran suami dan istri, ibu dan bapa, anak laki dan perempuan, serta saudara. 4. Keluarga itu mempertahankan suatu kebudayaan bersama yang sebagian besar berasal dari kebudayaan umum yang lebih luas. Dapat dikatakan bahwa keluarga berarti sekelompok orang uang dipersatukan oleh ikatan perkawinan, darah atau adopsi yang membentuk satu rumah tangga, anggotanya saling berinteraksi, berkomunikasi satu dengan yang lainnya melalui perannya sendiri sebagai anggota keluarga

dan mempertahankan kebudayaan masyarakat yang berlaku secara umum, atau menciptakannya sendiri (Lawang,1975), Dalam keluarga yang perlu diperhatikan adalah konsep perkawinan dan kekerabatan sebagai dasar dari tumbuhnya suatu keluarga. Perkawinan merupakan persatuan antara seorang pria dengan wanita yang diberi kekuatan dan sangsi secara sosial, dalam hubungannya sebagai suami dan istri. Dengan adanya perkawinan maka tumbuh rumah tangga. Keluarga baru yang dibentuk atas dasar perkawinan sering juga berdasarkan suatu perjanjian hukum, berdasarkan hukum adat, hal itu bukan saja ikatan antara dua orang antara suami dengan istri melainkan dinilai sebagai ikatan dua group yang diwakili oleh dua orang berlainan sex. Dalam konsep rumah tangga dikenal adanya keluarga batih, keluarga luas, dan sebagainya. Adapun sistem kekerabatan merupakan seperangkat hubungan berdasarkan keturunan dan perkawinan. Dalam sistem kekerabatan dapat dilihat seperangkat istilah kekerabatan yang dihubungkan dengan seperangkat pola-pola perilaku dan sikap-sikap. Keluarga dipandang sebagai lembaga sosial karena keluarga menghimpun sejumlah norma-norma yang merupakan sumber pola perilaku didalam usaha memenuhi kebutuhan sexual, melanjutkan keturunan, serta pola ajar masyarakat. Keluarga sarat dengan normanoma untuk mengarah pada pola peranan-peranan yang pada umumnya mempunyai aturan-aturan yang tidak tertulis. 8.3. Fungsi Keluarga Keluarga sebagai suatu objek studi yang sangat penting karena merupakan satu kesatuan yang terdiri atas bagian-bagiannya, dimana bagian-bagiannya itu memberikan sumbangan masing-masing untuk mencapai maksud dan tujuan, yaitu kesatuan agar tetap bertahan. Dalam kesatuan itu, keluarga dapat digambarkan sebagai sistem sosial yang terdiri dari struktur dan pola budaya yang menyertainya. Dari uraian ini,

maka fungsi keluarga sangat penting. Secara umum fungsi keluarga adalah sebagai berikut: 1. Fungsi sexual dan reproduksi. 2. Fungsi ekonomi. 3. Fungsi edukasi. Fungsi sexual dan reproduksi menunjukkan suatu arti bahwa faktor sex dalam keluarga itu cukup penting, karena kegiatan sex bukan sematamata untuk menyalurkan kebutuhan biologis, tetapi ada cara-cara tertentu dalam mengembangkan dan menyalurkan gairah sex seseorang. Fungsi reproduksi yang dimaksud dalam keluarga adalah untuk meneruskan keturunan. Fungsi ekonomi yang dimaksud adalah untuk mengatur secara bersama-sama dalam anggota keluarga dalam memenuhi kebutuhan pokok baik dibidang produksi maupun konsumsi. Fungsi edukasi atau pendidikan dalam keluarga adalah unuk mensosialisasikan hal-hal yang dianggap penting dari pola budaya mereka, seperti antara lain, cara membesarkan dan mendidik anggota keluarga, mengasuh dan melindungi anggota, serta menularkan ilmu pengetahuan serta kebudayaan pada keturunannya. Menurut Levy (dalam Sajogjo,1978), dalam menelah sistem kekerabatan dalam keluarga perlu diperhatikan lima macam fungsi atau sub kultur demi kelangsungan hidup sistem kekeluargaan, yaitu: 1. Diferensiasi peran 2. Alokasi atau penempatan fungsi solidaritas. 3. Alokasi ekonomi. 4. Alokasi kewibawaan. 5. Alokasi integrasi dan ekspresi. Diferensiasi peranan adalah cara mendudukkan anggota kerabat pada pelbagai posisi dalam sistem kekerabatan, contoh status orang tua dengan anak ditentukan oleh hak dan kewajiban masing-masing dalam keluarganya, penempatan seseorang, khususnya laki-laki pada pekerjaan di luar rumah dan perempuan di dalam rumah, demikian pula pengaruh

masyarakat terhadap diferensiasi peranan terhadap keluarga seperti pekerjaan apa yang cocok untuk anak, orang tua, anggota keluarga lainnya baik di dalam maupun di luar rumah. Diferensiasi peranan menurut fungsi biasanya berdasarkan pertimbangan: 1. Perbedaan umur. 2. Perbedaan jenis kelamin. 3. Perbedaan generasi. 4. Perbedaan ekonomi. 5. Pembagian kekuasaan. Alokasi atau penempatan fungsi solidaritas berarti tingkat solidaritas yang berbeda-beda didudukkan dalam berbagai hubungan antara anggota kerabat menurut maknanya dan kuatnya hubungan itu serta daya tarik timbal balik dari hubungan tersebut. Untuk mengetahui sampai sejauh mana seseorang terlibat dalam penempatan solidaritas, dapat dilihat dari: 1. Makna hubungan, misalnya antara suami-istri, orang tua-anak 2. Kuatnya hubungan, hubungan yang lebih luas didahulukan daripada yang lainnya, dan dalam keadaan apapun, misalnya suami-istri, orangtu-anak. 3. Daya tarik tarik timbal balik, perasaan apa yang perlu dihubungkan dengan sikap, misalnya sikap hormat, sayang, takut, marah, dan sebagainya. Alokasi ekonomi diperlukan dalam sistem kekerabatan, mengingat keperluan konsumsi anggota-anggota keluarga akan barang dan jasa seperti makanan, pakaian, rumah, dan lainnya yang harus diperoleh melaui usaha produksi anggota keluarganya, contohnya krisis hebat yang merusak ekonomi dapat berakibat pada pecahnya kesatuan keluarga sehingga menimbulkan perceraian suami-istri, orang tua-anak. Alokasi kekuasaan atau kewibawaan dalam sistem kekerabatan berarti memberi kekuasaan kepada tokoh-tokoh tertentu untuk mengontrol tindakan para anggotanya dengan sangsi, serta mendudukkan tanggung

jawab terhadap keluarga maupun terhadap pihak luar atau masyarakat. Dalam alokasi kekuasaan yang perlu diperhatikan adalah: 1. Siapa yang memegang kekuasaan atau tanggung jawab, hubungannya dengannya dengan status, diferensiasi peranan, dan alokasi solidaritas. 2. Berapa luas tindakan-tindakan yang diliputi kekuasaan dan tanggung jawab itu, dan lagi kepada siapa di luar keluarga itu, anggota-anggota kerabat harus bertanggung jawab. 3. Cara menggunakan kekuasaan dan menunaikan tanggung jawab. Fungsi integrasi dalam sistem kekerabatan adalah sebagai proses sosialisasi anak atau anggota baru karena perkawinan, jadi merupakan cara mendidik dan memelihara nilai-nilai, sikap, dan tata cara sistem kekerabatan itu (integration). Dalam integrasi yang perlu diperhatikan adalah: 1. Isi pengajaran (nilai-nilai sosial) misalnya perasaan hormat. 2. Cara-cara mengajarkan. 3. Siapa yang mengajarkan. 4. Pendidikan dalam keluarga dihubungkan dengan peranan dan sikap yang perlu diambil dalam masyarakat. Integrasi dalam perkawinan baru berarti saling menyesuaikan diri dan saling memberi pendidikan, misalnya suami istri, orang tua anak, kerabat kedua belah pihak. Di Indonesia, dalam hal pendidikan dan sosialisasi pada umumnya tentang kepercayaan dan agama sangat memainkan peranan besar, kemudian dalam nilai-nilai kesatuan keluarga seperti selamatan dimana keluarga batih bertindak sebagai pemberi selamatan dan keluarga lainnya semakai undangan. Fungsi ekspresi meliputi cara-cara bagaimana seseorang anggota kerabat dibenarkan menyatakan diri sebagai reaksi atas berbagai persoalan mengenai dirinya (exspression). Ekspresi atau cara menjalankan reaksi anggota kerabat diperlukan menurut nilai dan norma yang berlaku untuk menjaga kerukunan, suasana damai, dan integrasi keluarga, contoh dalam menyatakan perasaan marah, senang, sedih, dan

sebagainya ada yang memberikan keleluasaan, ada juga yang menekan kepermukaan perasan bersalah. 8.4 Lembaga Keluarga Keluarga dipandang sebagai lembaga sosial karena keluarga menghimpun sejumlah norma-norma sebagai sumber perilaku dalam kehidupan bermasyarakat. Pada dasarnya perkawinan antara dua orang yang berlainan jenis akan membentuk suatu keluarga dengan suatu sistem kekerabatan tertentu. Dalam kehidupan sosial masyarakat dikenal adanya bentuk keluarga besar atau luas dan keluarga batih, selain itu dikenal pola menetap setelah terjadi perkawinan, yaitu matrilokal, patrilokal, dan neolokal. Bentuk keluarga besar atau luas atau extended family terdiri dari dua atau lebih keluarga batih yang masih mempunyai hubungan keturunan satu dengan yang lainnya. Dalam hal ini sistem kekerabatan adakalanya bersifat matrilokal atau uxorilokal, yaitu keluarga baru mengikuti dan tinggal dikeluarga istri atau pihak perempuan. Akan tetapi ada juga yang bersifat patrilokal, yaitu keluarga baru mengikuti dan tinggal di keluarga suami atau pihak pria. Terbentuknya keluarga besar karena ada latar belakang sosial khusus dalam masyarakat, yaitu tentang adanya kekuatan sosial akan kesendirian yang berkaitan dengan nilai bahwa semakin tua seseorang perlu adanya jaminan sosial dari keluarga dan keturunnya karena kemunduran kesehatan, kondisi ekonomi, dan sebagainya dalam mempertahankan keeksisannya. Dengan adanya keluarga besar atau luas ini, maka orang tua akan terjamin masa tuanya karena solidaritas sosial anggota keluarga sangat tinggi. Hal ini terjadi karena adanya fungsi integrasi keluarga yang didasarkan pada perasan afektifitas, anak menghormati orang tua, serta fungsi keluarga sebagai penerus generasi. Dalam keluarga luas, kedudukan orang tua yang sudah tua sekali mendapat status yang tinggi dalam keluarga besarnya, atau sifat askripsi dalam hubungan sosial dipertegas.

Bentuk keluarga batih terdiri dari suami-istri-anak, atau ayah-ibuanak, pasangan yang baru menikah membentuk keluarga sendiri terlepas dari keluarga besar atau keluarga lainnya, dan menetap dalam rumah sendiri atau bersifat neolokal. Keluarga batih banyak dijumpai dalam mayarakat yang sudah modern atau kompleks. Dalam masyarakat modern ada keinginan terpisah dengan keluarga besar atau luas berkaitan dengan faktor fungsi ekonomi dan juga sosial, tidak ingin terlalu terikat dengan peraturan dari keluarga besar. Sesuai dengan perkembangan jaman, maka masyarakat perkotaan yang sudah modern membentuk keluarga batih yang dikenal dengan keluarga konyugal, yaitu keluarga yang didasarkan pada cinta yang mengikat suami dan istri, perkawinan dilakukan antar pasangan tanpa melibatkan peran orang tua masing-masing karena sudah memakai norma-norma individualistis dalam norma-norma kehidupannya. Untuk mempermudah pengertian bentuk keluarga, pola menetap, serta perkembangannya menurut Lawang (1975) dapat diperhatikan dibawah ini: Bentuk keluarga 1. Bentuk keluarga batih (nucler family) terdiri dari suami, istri, dan anak. 2. Bentuk keluarga besar (extended family), dua keluarga batih atau lebih. 3. Keluarga konyugal, suami, istri, dan anak terlepas dari keluarga besar. Pola Menetap 1. Matrilokal, keluarga baru mengikuti dan menetap pada keluarga istri. 2. Patrilokal, keluarga baru mengikuti dan menetap pada keluarga suami. 3. Neolokal, keluarga baru menempati rumah baru terlepas dari kel. besar. Di Indonesia dikenal ada beberapa tipe keluarga inti atas dasar perkawinan dan pertalian darah (Sajogyo, 1978), yaitu: 1. Keluarga inti berupa somah seperjodohan atau brayat mandiri (Jawa). 2. Keluarga inti dibawah pengaruh somah seperut menurut garis keturunan matrilineal. 3. Keluarga inti dibawah pengaruh brayat yang diliputi klan patrilineal (Batak).

Tipelogi keluarga berdasarkan kriteria-kriteria tertentu dari para ahli sosiologi dapat dilihat di bawah ini: Bentuk Perkembangan KELUARGA BESAR KELUARGA BATIH Durkheim Mekanik Organik Weber Kurang rasional Rasional Tonies Gemeinschaft Gesellschaft Parson Afektifitas Kolektifitas Partikular Askripsi Kekaburan Netralaffekti Individual Universal Prestasi Spesifik Sumber: Lawang, 1975.