Lampiran II Keputusan Musyawarah Nasional Asosiasi Karoseri Indonesia Ke VI Tahun 2012 Nomor : KEP-O4/MUNAS/VI/2012 Tanggal 01 Juli 2012

dokumen-dokumen yang mirip
ANGGARAN RUMAH TANGGA GABUNGAN INDUSTRI PENGERJAAN LOGAM DAN MESIN INDONESIA BAB I LANDASAN PENYUSUNAN

ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI KONTRAKTOR MEKANIKAL ELEKTRIKAL INDONESIA ( A S K O M E L I N ) BAB I UMUM Pasal 1 DASAR 1. Anggaran Rumah Tangga ini

ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI LAUNDRY INDONESIA

ASOSIASI AHLI MANAJEMEN ASURANSI INDONESIA

ANGGARAN RUMAH TANGGA

BAB I UMUM. Pasal 1. (1) Anggaran Rumah Tangga ini disusun berdasarkan Anggaran Dasar ORARI yang telah disahkan dalam Munas khusus ORARI tahun 2003

ANGGARAN DASAR ASOSIASI KURATOR DAN PENGURUS INDONESIA

ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI KONTRAKTOR TATA LINGKUNGAN INDONESIA BAB I UMUM. Pasal 1 LANDASAN PENYUSUNAN

ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI BADAN PENYELENGGARA PERGURUAN TINGGI SWASTA INDONESIA BAB I KEANGGOTAAN. Pasal 1

ANGGARAN RUMAH TANGGA INSTITUT AKUNTAN MANAJEMEN INDONESIA TAHUN 2009 BAB I KEANGGOTAAN. Pasal 1 KETENTUAN UMUM

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN AHLI PERENCANA

Pasal 3 MAKSUD DAN TUJUAN ANGGARAN DASAR ASOSIASI PERUSAHAAN PENGIKLAN INDONESIA

ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI BADAN USAHA MILIK DESA SE INDONESIA

ANGGARAN DASAR (AD) ASOSIASI PENGELOLA SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI (SPAMS) PERDESAAN

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA

ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI BAB I KEANGGOTAAN. Pasal 1 SYARAT KEANGGGOTAAN

KEPUTUSAN DEWAN PENGURUS PUSAT ASOSIASI LAUNDRY INDONESIA (ASLI)

DPN APPEKNAS ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI PENGUSAHA PELAKSANA KONTRAKTOR DAN KONSTRUKSI NASIONAL

ANGGARAN DASAR PERSATUAN PERUSAHAAN GRAFIKA INDONESIA (INDONESIA PRINT MEDIA ASSOCIATION) MUKADIMAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

ANGGARAN DASAR/ ANGGARAN RUMAH TANGGA (AD/ART), PROGRAM KERJA DAN KODE ETIK AHLI GIZI

ANGGARAN DASAR ASOSIASI KONTRAKTOR KONSTRUKSI INDONESIA BAB I NAMA, TEMPAT KEDUDUKAN, DAERAH KERJA, DAN WAKTU. Pasal 1 NAMA

ANGGARAN RUMAH TANGGA INSTITUT AKUNTAN MANAJEMEN INDONESIA ANGGARAN RUMAH TANGGA INSTITUT AKUNTAN MANAJEMEN INDONESIA TAHUN 2016

IKATAN KELUARGA ALUMNI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA

BAB I UMUM. Pasal 1 LANDASAN PENYUSUNAN

ASOSIASI PENGUSAHA DAN PEMILIK ALAT KONSTRUKSI INDONESIA ( APPAKSI ) ANGGARAN RUMAH TANGGA BAB. I UMUM. Pasal. 1 LANDASAN PENYUSUN. Pasal.

ANGGARAN RUMAH TANGGA JARINGAN MAHASISWA KESEHATAN INDONESIA (JMKI)

Anggaran Rumah Tangga Daihatsu Zebra Club (ZEC)

ANGGARAN DASAR Gabungan Industri Pengerjaan Logam dan Mesin Indonesia

ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI ANALIS KEBIJAKAN INDONESIA - AAKI (ASSOCIATION OF INDONESIAN POLICY ANALYSTS - AIPA) BAB I KETENTUAN UMUM

ANGGARAN RUMAH TANGGA

ANGGARAN RUMAH TANGGA INDONESIA OFF-ROAD FEDERATION. Keputusan Rapat Paripurna Nasional IOF di Jakarta, tanggal 12 Nopember 2011 Nomor :...

ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI PERUSAHAAN PERJALANAN WISATA INDONESIA (ASITA) BAB I. Pasal 1 STRUKTUR ORGANISASI ASITA

ANGGARAN RUMAH TANGGA

ANGGARAN DASAR ASOSIASI DOSEN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR INDONESIA PENDAHULUAN

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA HISWARA MIGAS INDONESIA MUKADIMAH

ANGGARAN RUMAH TANGGA BADAN MUSYAWARAH MUSEA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA BAB I LAMBANG DAN DUAJA

KONGRES KEENAM IKATAN ALUMNI PENDIDIKAN TINGGI KEDINASAN STAN (IKANAS STAN) Keputusan Sidang Pleno Tetap Nomor :.../IKANAS/KONGRES-VI/XI/2016.

ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA

Lampiran SURAT KEPUTUSAN Nomor: 007/MUNASLUB/APKOMINDO/III/2014. Tentang

KEPUTUSAN KETUA IA Del. NOMOR: 04/IA Del/SK/X/2008 TENTANG PENGESAHAN AD/ART IKATAN ALUMNI DEL

DAFTAR ISI BAB V LAMBANG 51

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN PENSIUNAN PELABUHAN INDONESIA II BAB I IKATAN PENSIUNAN PELABUHAN INDONESIA II DAN WILAYAH KERJA.

M U K A D I M A H DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI INSTITUSI PENDIDIKAN TINGGI KESEHATAN MASYARAKAT INDONESIA (AIPTKMI) BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 BAB II KEANGGOTAAN

PEMERINTAH KABUPATEN LOMBOK TIMUR

DRAFT ANGGARAN DASAR DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN KELUARGA ALUMNI TEKNIK KIMIA (IKA TEKNIK KIMIA) POLITEKNIK NEGERI SAMARINDA

K O M I S I I N F O R M A S I

ANGGARAN RUMAH TANGGA HIMPUNAN ALUMNI SEKOLAH BISNIS INSTITUT PERTANIAN BOGOR BAB 1 KEANGGOTAAN. Pasal 1 Anggota

NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN STATUS DAN JANGKA WAKTU MAKSUD DAN TUJUAN KEGIATAN

ANGGARAN RUMAH TANGGA PERKUMPULAN MANAJER INVESTASI INDONESIA

ANGGARAN DASAR (AD) ASOSIASI PENGELOLA SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM DAN SANITASI (SPAMS) PERDESAAN

ANGGARAN RUMAH TANGGA PRIMER KOPERASI PEGAWAI UPN VETERAN YOGYAKARTA. Badan Hukum : 479 a/bh/xi/12-67 BAB I UMUM

ANGGARAN DASAR NINJA OWNERS CLUB

PIAGAM DIREKSI & DEWAN KOMISARIS. PT UNGGUL INDAH CAHAYA Tbk.

AD KAI TAHUN 2016 PEMBUKAAN

ANGGARAN RUMAH TANGGA PERSATUAN GOLF INDONESIA BAB I UMUM. Pasal 1 DASAR BAB II UMUM. Pasal 2 SYARAT SYARAT MENJADI ANGGOTA

ANGGARAN RUMAH TANGGA PERSATUAN PERUSAHAAN INDONESIA PERIKLANAN INDONESIA. Pasal 1 KEANGGOTAAN

MUKADIMAH PERHIMPUNAN AHLI BEDAH ONKOLOGI INDONESIA ( PERABOI ) Bahwa sesungguhnya penyakit tumor/kanker adalah suatu penyakit yang dapat disembuhkan.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

A N G G A R A N D A S A R

IKATAN AHLI PENGADAAN INDONESIA (IAPI)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT BANK SLEMAN

PERATURAN ORGANISASI IKATAN PERSAUDARAAN HAJI INDONESIA NOMOR : V TAHUN 2010 TENTANG TATA KERJA ORGANISASI

ANGGARAN RUMAH TANGGA FEDERASI PANJAT TEBING INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2007 NOMOR : 15 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 15 TAHUN 2007 TENTANG

MUSYAWARAH BESAR IKATAN ALUMNI BUMISERAM ( IKAB )MAKASSAR

ANGGARAN RUMAH TANGGA PARTAI GERAKAN INDONESIA RAYA GERINDRA

ANGGARAN RUMAH TANGGA KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI. BAB I U M U M Pasal 1. Landasan Penyusunan

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN TENTANG

ANGGARAN RUMAH TANGGA. ASOSIASI KONTRAKTOR KETENAGALISTRIKAN INDONESIA (Association of Indonesia Electrical Contractors) A K L I N D O

ANGGARAN DASAR. ASOSIASI KONTRAKTOR KETENAGALISTRIKAN INDONESIA (Association of Indonesia Electrical Contractors) A K L I N D O

NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 11 TAHUN 2009 SERI E.5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 11 TAHUN 2009 TENTANG

ANGGARAN DASAR ASOSIASI PERUSAHAAN PERJALANAN WISATA INDONESIA (ASITA) MUKADIMAH

ANGGARAN RUMAH TANGGA BADAN KOORDINASI KEGIATAN MAHASISWA TEKNIK KIMIA INDONESIA BAB I STATUS DAN KEANGGOTAAN PASAL 1

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N YANG DIRUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2004

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERKUMPULAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

1 Januari 2016 KOPERASI TRISAKTI ANGGARAN RUMAH TANGGA

PERHIMPUNAN BANTUAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA INDONESIA INDONESIAN LEGAL AID AND HUMAN RIGHTS ASSOCIATION

LAMPIRAN : KEPUTUSAN KETUA UMUM DHARMA WANITA PERSATUAN NOMOR : 527 TAHUN 2014 TANGGAL : 10 DESEMBER 2014

ANGGARAN RUMAH TANGGA ALIANSI JURNALIS INDEPENDEN

DAFTAR ISI ANGGARAN RUMAH TANGGA FORUM BELA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

ANGGARAN DASAR & ANGGARAN RUMAH TANGGA HIMPUNAN PRAMUWISATA INDONESIA. BAB I KATENTUAN UMUM Pasal 1

MUKADIMAH BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 05 TAHUN 2008 TENTANG

MASYARAKAT PROFESI PENILAI INDONESIA (MAPPI) ANGGARAN DASAR MUKADIMAH

PIAGAM KOMISARIS. A. Organisasi, Komposisi dan Keanggotaan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, MEMUTUSKAN :

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN JURNALIS TELEVISI INDONESIA (IJTI)

ANGGARAN DASAR IKATAN PUSTAKAWAN INDONESIA PERIODE

PEMERINTAH KOTA SINGKAWANG

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 6A TAHUN 2009 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH PASAR RESIK KOTA TASIKMALAYA

:: LDII Sebagai Ormas/Anggaran Rumah Tangga:

Lampiran SURAT KEPUTUSAN Nomor: 006/MUNASLUB/APKOMINDO/III/2014. Tentang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKALIS NOMOR 17 TAHUN 2004 TENTANG PEMBENTUKAN PERUSAHAAN DAERAH RUMAH SAKIT BENGKALIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

ANGGARAN DASAR PERHIMPUNAN BANK PERKREDITAN RAKYAT INDONESIA (PERBARINDO) MUKADIMAH

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 97 TAHUN 1996 TENTANG PERSETUJUAN PERUBAHAN ANGGARAN DASAR KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2001 TENTANG Y A Y A S A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN ALUMNI STEMBAYO

Transkripsi:

Lampiran II Keputusan Musyawarah Nasional Asosiasi Karoseri Indonesia Ke VI Tahun 2012 Nomor : KEP-O4/MUNAS/VI/2012 Tanggal 01 Juli 2012 ANGGARAN RUMAH TANGGA ASOSIASI KAROSERI INDONESIA HASIL MUNAS USULAN PERUBAHAN BAB I U M U M Pasal 1 Landasan Penyusuaian (1) Anggaran Rumah Tangga ini disusun berdasarkan pada Anggaran Dasar ASKARINDO yang mengatur hal-hal yang belum diatur atau belum cukup diatur dalam Anggaran Dasar ASKARINDO (2) Anggaran Rumah Tangga ini merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari Anggaran Dasar ASKARINDO.

BAB II ORGANISASI Pasal 2 PEMBENTUKAN ORGANISASI Organisasi ASKARINDO pertama kali dibentuk pada tanggal 09 Januari 1987 di Jakarta.oleh beberapa pengusaha di bidang industri karoseri. BAB III KEANGGOTAAN Pasal 3 Persyaratan Keanggotaan (1) Persyaratan untuk menjadi Anggota Biasa adalah : a. Setiap perusahaan, baik Perusahaan Terbatas (P.T.) maupun Comanditer Venoschaf (C.V.) yang berusaha di bidang industri karoseri, yang didirikan sesuai dengan peraturan perundang-undangan Negara Republik Indonesia. b. Mempunyai Ijin Usaha Industri (IUI) dari Kementerian

Perindustrian atau Dinas Perindustrian Provinsi sesuai domisili perusahaan yang bersangkutan, dan masih aktif berproduksi. c. Mempunyai sertifikat keanggotaan ASKARINDO. d. Mempunyai Surat Tanda Pendaftaran Perusahaan Karoseri dari Dinas Perhubungan /Lalu Lintas Angkutan Jalan (LLAJ) Provinsi sesuai domisili perusahaan yang bersangkutan. e. Mendapat rekomendasi dari Dewan Pengurus Daerah ASKARINDO sesuai domisili perusahaan yang bersangkutan. (2) Persyaratan untuk menjadi Anggota Kehormatan adalah orang perorangan yang dinilai mempunyai jasa yang luar biasa dalam membentuk, membina, mengembangkan dan memajukan Organisasi ASKARINDO dan bersedia ikut memperjuangkan aspirasi organisasi ASKARINDO. (3) Persyaratan untuk menjadi Anggota Luar Biasa adalah : a. Setiap perusahaan, baik Perusahaan Terbatas (P.T.) maupun Comanditer Venoschaf (C.V.) yang berusaha di bidang industri yang menghasilkan komoditi

penunjang yang mendukung usaha industri karoseri; memiliki keahlian, pengalaman, komitmen, dan perhatian serta dedikasi terhadap usaha karoseri.yang didirikan sesuai dengan peraturan perundangundangan Negara Republik Indonesia. b. Mempunyai Ijin Usaha Industri (IUI) dari Kementerian Perindustrian atau Dinas Perindustrian Provinsi. sesuai domisili perusahaan yang bersangkutan, dan masih aktif berproduksi. Apabila perusahaan PMA harus mendapat ijin dari BKPM atau Instansi terkait. a. Mempunyai sertifikat keanggotaan ASKARINDO. d. Mendapat rekomendasi dari Dewan Pengurus Daerah ASKARINDO sesuai domisili perusahaan yang bersangkutan. Pasal 4 Tata Cara Penerimaan (1) Tata cara penerimaan Calon Anggota Biasa : a. Mengajukan permohonan tertulis kepada Dewan Pengurus Daerah sesuai domisili perusahaan yang bersangkutan. Surat Permohonan harus ditanda

tangani oleh Direksi Perusahaan. b. Membuat Surat Pernyataan yang isinya kesediaan perusahaan untuk mematuhi Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga ASKARINDO dan bersedia membayar uang pangkal dan uang iuran anggota. c. Menyerahkan rekaman : c.1. Akta Pendirian/Anggaran Dasar Perusahaan dan akta-akta perubahannya yang telah mendapat pengesahan dari Menteri Hukum dan Hak Azasi Manusia serta Daftar Susunan Pengurus Perusahaan yang masih aktif. c.2. Ijin Usaha Industri (IUI) dari Kementerian Perindustrian atau Dinas Perindustrian Provinsi yang masih berlaku, apabila Perusahaan PMA harus mendapat ijin dari BKPM atau Instansi terkait. c.3. Sertipikat Keanggotaan ASKARINDO yang masih berlaku. c.4. Tanda Pendaftaran Perusahaan Karoseri dari Dinas Perhubungan/LLAJ Provinsi yang masih

berlaku (2) Tata cara penerimaan Anggota Kehormatan : Anggota Kehormatan memperoleh keanggotaannya melalui Keputusan Musyawarah Nasional atas usul Dewan Pengurus Pusat dan atau Dewan Pengurus Daerah dan disetujui oleh yang bersangkutan. (3) Persyaratan untuk menjadi Anggota Luar Biasa : a. Mengajukan permohonan tertulis kepada Dewan Pengurus Daerah sesuai dengan domisili perusahaan yang bersangkutan. Surat permohonan harus ditanda tangani oleh Direksi Perusahaan. b. Membuat Surat Pernyataan yang isinya kesediaan untuk mematuhi Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga ASKARINDO. dan bersedia membayar uang pangkal dan uang iuran anggota. c. Membuat Surat Pernyataan yang isinya bersedia membantu usaha dan kegiatan ASKARINDO, baik dengan dana maupun dalam bentuk lain yang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Angggaran Rumah Tangga ASKARINDO.

(4). Penerimaan terhadap permohonan menjadi Anggota Biasa dan Anggota Luar Biasa ditetapkan dan diberitahukan oleh Dewan Pengurus Daerah, dalam waktu selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kalender sejak diterimanya permohonan. Pasal 5 Sertifikat Keanggotaan ASKARINDO a. Perusahaan yang diterima sebagai Anggota diberikan tanda anggota berupa Sertipikat Keanggotaan ASKARINDO, yang berlaku selama satu periode kepengurusan sejak tanggal penerbitan sertipikat tersebut oleh Dewan Pengurus Pusat. b. Perpanjangan sertifikat keanggotaan ASKARINDO diberikan selambat-lambatnya 30 (tigapuluh) hari kalender setelah terbentuknya Dewan Pengurus Pusat. c. Dalam hal suatu perusahaan mempunyai cabang di provinsi lain, maka cabang perusahaan yang bersangkutan dapat memperoleh Sertipikat Keanggotaan ASKARINDO dengan menempuh tata cara sebagaimana ditentukan dalam Pasal 4 ayat (1) Anggaran Rumah Tangga ini.

d. Sertiikat Keanggotaan ASKARINDO wajib mencantumkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) sebagai Perusahaan Kena Pajak (PKP). Pasal 6 Sanksi Terhadap Anggota (1) Setiap Anggota yang tidak mentaati kewajibannya dikenakan sanksi oleh Dewan Pengurus Daerah setelah sebelumnya mendengar pertimbangan dari Dewan Pengurus Pusat.dan atau Dewan Pembina, yaitu : a. Bertindak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan atau Anggaran Rumah Tangga. b. Bertindak merugikan atau mencemarkan nama baik organisasi. c. Tidak memenuhi kewajiban keanggotaan sebagaimana yang ditetapkan organisasi, seperti antara lain tidak membayar uang iuran anggota. d. Tidak mematuhi keputusan organisasi. e. Menyalahgunakan kedudukan, wewenang dan kepercayaan yang diberikan organisasi.

(2) Sanksi terhadap Anggota dapat berupa : a. Teguran atau peringatan tertulis. b. Pemberhentian sebagai anggota. (3) Setiap anggota yang dikenakan sanksi dapat melakukan pembelaan kepada Dewan Pengurus Pusat dan atau Dewan Pengawas dan Dewan Pembina. (4) Sanksi dapat dicabut bilamana dalam pembelaannya anggota yang bersangkutan dinyatakan tidak bersalah. (5) Pencabutan sanksi dilakukan oleh Dewan Pengurus Daerah setelah mendengar pertimbangan dari Dewan Pengurus Pusat, Dewan Pengawas dan Dewan Pembina terhadap hal-hal yang dimaksud Pasal 39 Anggaran Dasar. Pasal 7 Kehilangan Keanggotaan (1) Anggota Biasa dan Anggota Luar Biasa kehilangan keanggotaan ASKARINDO karena : a. Mengundurkan diri. b. Menghentikan usahanya. c. Semua ijin usaha yang dimiliki dicabut oleh Pemerintah.

(2) Anggota Kehormatan kehilangan keanggotaan ASKARINDO karena : a. Mengundurkan diri. b. Meninggal dunia. BAB IV SUSUNAN PERSONALIA Bagian Pertama Dewan Pembina Pasal 8 (1) Susunan personalia Dewan Pembina terdiri dari : a. 1 (satu) Orang Ketua;. b. 2 (dua) orang Wakil Ketua;. c. 1 (satu) orang Sekretaris;. d. 2(dua) orang wakil sekretaris e. 1 (satu) orang Bendahara; f. 2 (dua) orang Wakil Bendahara; g. Beberapa orang Anggota Dewan Pembina.

(2) Dewan Pembina bekerja secara kolektif dan semua Keputusan yang ditetapkan harus berdasarkan atas keputusan Rapat Pleno Dewan Pembina. Bagian Kedua Dewan Pengawas Pasal 9 (1). Susunan personalia Dewan Pengawas terdiri dari : a. 1 (satu) Orang Ketua; b. 2 (dua) orang Wakil Ketua;. c. 1 (satu) orang Sekretaris;. d. 1 (satu) orang wakil sekretaris; e. 1 (satu) orang Bendahara; f. 1 (dua) orang Wakil Bendahara; (2) Dewan Pengawas bekerja secara kolektif dan semua Keputusan yang ditetapkan harus berdasarkan atas keputusan Rapat Pleno Dewan Pengawas. Bagian Ketiga Dewan Pengurus Pusat Pasal 10 (1) Susunan personalia Dewan Pengurus Pusat terdiri dari :

a. 1 (satu) Orang Ketua Umum; b. 6 (enam) orang Wakil Ketua (dari unsur DPD); c. 1 (satu) orang Sekretaris Jenderal; d. 2 (dua) orang Wakil Sekretaris Jenderal; e. 1 (satu) orang Bendahara; f. 2 (dua) orang Wakil Bendahara; g. 4 (empat) orang Kepala Kompartemen. (2) Kompartemen yang dimaksud ayat (1) huruf g diatas adalah : Kompartemen Teknik, Kompartemen Hukum, Kompartemen Niaga, dan Kompartemen Organisasi dan Sosial Kemasyarakatan. (3) Masing-masing kompartemen membawahi bidang-bidang yaitu : a. Kompartemen Teknik Membawahi Bidang Penumpang, Bidang Barang dan Bidang Komponen / Material. b. Kompartemen Hukum membawahi Bidang Hukum, Bidang Perundang-Undangan, dan Bidang Hubungan Pemerintah. c. Kompartemen Niaga membawahi : Bidang Pajak Tarif

Harga, Bidang Niaga, dan Bidang Promosi. d. Kompartemen Organisasi dan Sosial Kemasyarakatan membawahi : Bidang Keanggotaan dan Diklat, Bidang Sosial Kemasyarakatan, dan Bidang Organisasi dan Daerah. (4) Dewan Pengurus Pusat bekerja secara kolektif dan semua Keputusan yang ditetapkan harus berdasarkan atas keputusan Rapat Pleno Dewan Pengurus Pusat. (5) Anggota Rapat Pleno Dewan Pengurus Pusat adalah seluruh anggota Dewan Pengurus Pusat. Bagian Keempat Dewan Pengurus Daerah Pasal 11 (1) Susunan personalia Dewan Pengurus Daerah terdiri dari : a. 1(satu) orang Ketua b. 3 (tiga) orang Wakil Ketua c. 1 (satu) orang sekretaris. d. 1 (satu) orang wakil sekretaris e. 1 (satu) orang bendarahara

f. 1 (satu) orang wakil Bendahara. g. 4 (empat) orang Ketua Bidang. (2) Bidang sebagaimana dimaksud Ayat (1) huruf g diatas adalah : a. Bidang Teknik. b. Bidang Niaga. c. Bidang Hukum dan Pemerintahan. d. Bidang Organisasi dan Sosial Kemasyarakatan. (3) Dewan Pengurus Daerah bekerja secara kolektif dan semua Keputusan yang ditetapkan harus didasarkan atas keputusan Rapat Pleno Dewan Pengurus Daerah. (4) Anggota Rapat Pleno Dewan Pengurus Daerah adalah seluruh anggota Dewan Pengurus Daerah. Pasal 12 Tugas-Tugas Dewan Pengurus Dalam memenuhi fungsi dan tugas pokok ASKARINDO sebagaimana dimaksud dalam Anggaran Dasar Pasal 11,12 dan 13, Dewan Pengurus Pusat dan Dewan Pengurus Daerah

berkewajiban : (1) Melaksanakan seluruh hasil keputusan Munas, Rakernas, Musda, Rakerda, dan Peraturan Organisasi. (2) Melaksanakan fungsi perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian untuk mencapai fungsi dan tugas pokok ASKARINDO. (3) Melaksanakan Program Kerja yang telah disahkan oleh Dewan Pembina. (4) Memperhatikan saran dan pertimbangan Dewan Pengawas dalam rangka tercapainya fungsi dan tugas pokok ASKARINDO. BAB V TATA CARA PEMILIHAN Bagian Pertama Dewan Pembina dan Dewan Pengawas Pasal 13 1) Calon Dewan Pembina diusulkan oleh MUSDA untuk disyahkan dalam MUNAS, minimal 3 (tiga) orang untuk

anggota Dewan Pembina. 2) Calon Dewan Pengawas diusulkan oleh Musyawarah Nasional untuk diangkat sebagai Dewan Pengawas oleh Dewan Pembina,berjumlah 7 (tujuh) orang yang terdiri dari 5 (lima) orang dari Dewan Pengurus Daerah 2 (dua) orang dari profesional. 3) Pengangkatan Ketua Dewan Pengawas berdasarkan Keputusan Rapat Pleno Dewan Pembina. Bagian Kedua Dewan Pengurus Pusat dan Dewan Pengurus Daerah Pasal 14 (1) Dewan Pengurus Pusat diangkat oleh Dewan Pembina berdasarkan Keputusan Rapat Dewan Pembina melalui musyawarah untuk mufakat atau pemungutan suara secara langsung oleh peserta Rapat Dewan Pembina. (2) Dewan Pengurus Daerah diangkat oleh Dewan Pembina melalui musyawarah untuk mufakat atau pemungutan suara secara langsung oleh peserta Rapat Dewan Pembina

berdasarkan usulan calon yang diajukan oleh Dewan Pengurus Daerah yang ada. BAB VI PERSYARATAN JABATAN Bagian Pertama Dewan Pembina dan Dewan Pengawas Pasal 15 Persyaratan untuk menjadi Anggota Dewan Pembina dan Dewan Pengawas : (1) Warga Negara Republik Indonesia. (2) Memiliki Perusahaan Industri Karoseri dan berstatus sebagai Pemegang Saham yang dibuktikan dengan Daftar Pemegang Saham (3) Mempunyai kemampuan untuk membina, mengembangkan dan memajukan Organisasi ASKARINDO. Bagian Kedua Dewan Pengurus Pusat dan Dewan Pengurus Daerah

Pasal 16 Persyaratan untuk menjadi Dewan Pengurus Pusat dan Dewan Pengurus Daerah ASKARINDO adalah : 1. Warga Negara Republik Indonesia. 2. Tenaga profesional dan bekerja penuh waktu, yaitu tenaga dan waktu kerjanya sepenuhnya hanya untuk ASKARINDO. 3. Mempunyai visi dan misi sesuai dengan Anggaran Dasar ASKARINDO. 4. Memiliki pandangan yang luas dan memiliki kompetensi di bidang karoseri dan mampu membina dan memelihara hubungan baik dengan Pemerintah dan anggota. Bagian Ketiga Pelantikan Pasal 17 (1) Dewan Pembina dan Dewan Pengawas dan Dewan

Pengurus Pusat dilantik oleh Menteri Perindustrian atau Menteri Perhubungan atau pejabat pemerintah yang mewakilinya. (2) Dewan Pengurus Daerah dilantik oleh Dewan Pembina atau pejabat Pemerintah Daerah terkait. Pasal 18 Kode Etik Anggota dan Pengurus (1) Kode Etik Anggota dan Pengurus ASKARINDO adalah sebagai tuntutan moral dan perilaku tidak melanggar hukum. Pengurus ASKARINDO diseluruh tingkatan Organisasi, merupakan pedoman mengenai nilai-nilai dan perilaku yang sesuai dengan visi, misi organisasi sehingga wajib ditaati serta diikuti oleh para anggota dan pengurus ASKARINDO baik di Pusat maupun di Daerah. (2) Kode Etik disusun untuk memudahkan para anggota dan pengurus dalam melakukan kerjasama yang saling menunjang dan saling menguntungkan serta mendorong terciptanya persaingan usaha yang sehat diantara para anggota sehingga terbentuk sikap kekeluargaan dalam organisasi ASKARINDO yang profesional. (3) Kode etik anggota dan pengurus ASKARINDO diatur lebih

lanjut dalam Peraturan Organisasi hasil Rakernas yang sejalan dengan visi dan misi organisasi. Pasal 19 Pembagian Tugas Dewan Pengawas (1) Pembagian tugas diantara anggota Dewan Pengawas dilakukan oleh Ketua berdasarkan Program Kerja Pengawasan yang disahkan oleh Dewan Pembina. (2) Ketua Dewan Pengawas dalam rangka pengawasan terhadap pelaksanaan fungsi, tugas pokok dan kegiatan organisasi yang dilaksanakan oleh Dewan Penurus Pusat dan Dewan Pengurus Daerah, berkewajiban : a. Memimpin organisasi Dewan Pengawas dalam melaksanakan tugas dan wewenang, baik keluar maupun kedalam. b. Mengkordinasikan langkah-langkah Dewan Pengawas dalam hal yang bersifat kebijaksanaan. c. Memimpin rapat-rapat yang diadakan Dewan Pengawas.

d. Mengkoordinasikan dan mensinkronisasikan pelaksanaan tugas para Wakil Ketua. e. Dewan Pengawas bertanggung jawab kepada Dewan Pembina. Pasal 20 Pembagian Tugas Dewan Pengurus (3) Pembagian tugas diantara Dewan Pengurus dilakukan oleh Ketua Umum untuk Dewan Pengurus Pusat dan Ketua untuk Dewan Pengurus Daerah berdasarkan Program Kerja dan Keputusan-keputusan Musyawarah Nasional/Musyawarah Daerah masing-masing. (4) Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat dan Ketua Dewan Pengurus Daerah dalam rangka pelaksanaan fungsi, tugas pokok dan kegiatan organisasi masing-masing, berkewajiban : a. Memimpin organisasi Dewan Pengurus masingmasing dalam melaksanakan tugas dan wewenang, baik keluar maupun kedalam. b. Mengkordinasikan langkah-langkah Dewan Pengurus masing-masing dalam hal yang bersifat

kebijaksanaan. c. Memimpin rapat-rapat yang diadakan Dewan Pengurus masing-masing. d. Mengkoordinasikan dan mensinkronisasikan pelaksanaan tugas para Wakil Ketua Umum/Wakil Ketua masing-masing. e. Bertanggung jawab kepada Musyawarah Nasional/Musyawarah Daerah masing-masing. (3) Para Wakil Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat dan Para Wakil Ketua Dewan Pengurus Daerah dalam rangka pelaksanaan fungsi, tugas pokok dan kegiatan organisasi masing-masing berkewajiban : a. Mewakili Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat dan Wakil Ketua Dewan Pengurus Daerah masing-masing dalam mengkordinasikan dan mensinkronisasikan pelaksanaan tugas-tugas Kompartemen/ Bidang dalam lingkup tugas masing-masing. b. Mengembangkan kerjasama yang serasi dan mengawasi kelancaran pelaksanaan tugas Kompartemen/Bidang dalam lingkup tugas masing-

masing. c. Mewakili Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat dan Ketua Dewan Pengurus Daerah atas dasar penunjukan Ketua Umum/Ketua masing-masing. d. Bertanggung jawab kepada Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat dan Ketua Dewan Pengurus Daerah dalam melaksanakan tugas masing-masing. (4) Setiap Ketua Kompartemen pada Dewan Pengurus Pusat/Ketua Bidang pada Dewan Pengurus Daerah dalam rangka pelaksanaan fungsi, tugas pokok dan kegiatan organisasi berkewajiban : a. Memimpin, mengkoordinasikan, mensinkronisasikan dan pertanggung jawaban atas pelaksanaan tugas Kompartemen/Bidang masing-masing. b. Mewakili Ketua Umum/Wakil Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat dan Ketua/Wakil Ketua Dewan Pengurus Daerah sesuai bidangnya jika yang bersangkutan berhalangan. c. Bertanggung jawab dalam pelaksanaan tugasnya kepada Ketua Umum/Wakil Ketua Umum/Ketua/Wakil

Ketua sesuai bidangnya masing-masing. d. Jika Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat atau Ketua Dewan Pengurus Daerah berhalangan sementara atau tidak dapat menjalankan tugas sehari-harinya dalam waktu tertentu : a. Untuk Dewan Pengurus Pusat, Ketua Umum menunjuk salah seorang Wakil Ketua Umum untuk mewakilinya, dan jika semua Wakil Ketua Umum berhalangan maka Ketua Umum menunjuk salah seorang Ketua Kompartemen untuk mewakilinya. b. Untuk Dewan Pengurus Daerah, Ketua menunjuk salah seorang Wakil Ketua untuk mewakilinya, dan jika semua Wakil Ketua berhalangan maka Ketua menunjuk salah seorang Ketua Bidang untuk mewakilinya. Pasal 21 Sanksi Terhadap Anggota Dewan Pengurus atau Dewan Pengurus (1) Setiap Anggota Dewan Pengurus dapat dikenai sangsi oleh Dewan Pengurus, karena :

a. Secara sadar melanggar atau tidak memenuhi Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga. b. Bertindak merugikan dan atau mencemarkan nama baik organisasi. c. Melanggar Peraturan Organisasi (PO) dan keputusan organisasi lainnya. d. Tidak memenuhi atau melalaikan kewajiban sebagai anggota Dewan Pengurus. e. Menyalahgunakan kedudukan, wewenang dan kepercayaan yang diberikan organisasi. (2) Sanksi yang diberikan oleh Dewan Pengurus sesuai dengan tingkatan kesalahan yang dilakukan, adalah : a. Peringatan tertulis b. Pemberhentian sementara (skorsing) c. Pemberhentian tetap dari Jabatan. (3) Keputusan Pemberhentian Sementara atau tetap kepada anggota Dewan Pengurus yang bersangkutan dilakukan setelah terlebih dahulu diberikan peringatan tertulis sebanyak 3 (tiga) kali berturut-turut, terkecuali dalam hal-hal

yang dianggap luar biasa dapat dilakukan melalui rapat Pleno Dewan Pengurus. (4) Dalam masa pemberhentian sementara dan setelah pemberhentian tetap, anggota Dewan Pengurus yang bersangkutan kehilangan haknya sebagai pengurus. (5) Anggota Dewan Pengurus yang dikenakan sanksi pemberhentian sementara dan pemberhentian tetap berhak melakukan pembelaan diri secara berjenjang pada forum musyawarah resmi sesuai dengan tingkatan masing-masing. (6) Hak-hak rehabilitasi dapat diberikan kepada Anggota Dewan Pengurus yang telah mendapat sanksi, dengan keputusan organisasi. (7) Dewan Pengurus Daerah dapat dikenakan sanksi organisasi dari Dewan Pengurus Pusat sebagaimana Ayat (2) dengan tertulis dan masing-masing peringatan mempunyai batas waktu tiga puluh hari untuk memperbaikinya. BAB VII KESEKRETARIATAN ORGANISASI

Pasal 22 Tugas, Jabatan dan Wewenang Pada setiap tingkatan organisasi ASKARINDO memiliki sekretariat organisasi, dengan uraian tugas, jabatan dan wewenang sebagai berikut : (1) Melayani semua urusan Dewan Pengurus. (2) Melaksanakan semua ketetapan dan tugas-tugas harian yang diberikan Dewan Pengurus masing-masing, mengelola segala urusan administrasi, manajemen, personalia, keuangan, harta benda organisasi, dan pelbagai tugas kesekretariatan lainnya. (3) Sekretariat dipimpin oleh seoarang Sekretaris Jenderal/ Sekretaris sesuai tingkatan organisasi masing-masing, yang diangkat melalui prosedur uji kelayakan dan kepatutan ( fit and proper test) atas calon-calon yang diseleksi secara terbuka, diangkat dan diberhentikan oleh serta bertanggung jawab kepada Dewan Pengurus masing-masing. (4) Sebagai tenaga profesional dan bekerja penuh waktu, yaitu tugas dan waktu kerjanya hanya untuk organisasi ASKARINDO, Sekretaris Jenderal/ Sekretaris bukan dari

perusahaan karoseri. Oleh karena itu jabatan Sekretaris Jenderal/ Sekretaris tidak dapat dirangkap oleh anggota pengurus. (5) Dalam melaksanakan tugasnya, Sekretaris Jenderal/ Sekretaris dibantu oleh beberapa orang staff yang jumlah dan pembagian kerjanya diatur sesuai kebutuhan atas persetujuan Dewan Pengurus masing-masing. (6) Sekretaris Jenderal/ Sekretaris dan staff mendapat gaji sesuai norma-norma ketenagakerjaan yang berlaku. BAB VIII MUSYAWARAH, RAPAT DAN KEPUTUSAN Pasal 23 Musyawarah Nasional/ Musyawarah Nasional Luar Biasa (1) Musyawarah Nasional dilaksanakan oleh dan menjadi tanggung jawab Dewan Pengurus Pusat. (2) Dewan Pengurus Pusat mempersiapkan bahan-bahan dan segala sesuatu yang dperlukan bertalian dengan pelaksanaan Musyawarah Nasional sebagaimana dimaksud

ayat (1). (3) Musyawarah Nasional Luar Biasa diselenggarakan dan menjadi tanggung jawab Dewan-Dewan Pengurus Daerah yang meminta diadakannya Musyawarah Nasional Luar Biasa. (4) Peserta Musyawarah Nasional/Musyawarah Nasional Luar Biasa terdiri dari : a. Anggota Biasa yang mempunyai hak suara/memilih, hak dipilih dan hak bicara. b. Anggota Kehormatan yang mempunyai hak dipilih dan hak bicara. c. Anggota Luar Biasa yang mempunyai hak dipilih dan hak bicara Pasal 24 Musyawarah Daerah/ Musyawarah Daerah Luar Biasa (1) Musyawarah Daerah diselenggarakan oleh dan menjadi tanggung jawab Dewan Pengurus Daerah. (2) Dewan Pengurus Daerah mempersiapkan bahan-bahan dan segala sesuatu yang diperlukan berkaitan dengan

pelaksanaan Musyawarah Daerah sebagaimana dimaksud ayat (1). (3) Musyawarah Daerah Luar Biasa diselenggarakan dan menjadi tanggung jawab yang meminta diadakannya Musyawarah Daerah Luar Biasa. (4) Peserta Musyawarah Daerah Luar Biasa terdiri dari : a. Anggota Biasa yang mempunyai hak suara/hak memilih, hak diplih dan hak bicara. b. Anggota Kehormatan yang mempunyai hak dipilih dan hak bicara. c. Anggota luar Biasa yang mempunyai hak dipilih dan hak bicara. Pasal 25 Rapat Kerja Nasional (1) Peserta Rapat Kerja Nasional terdiri dari : a. Dewan Pembina; b. Dewan Pengawas; c. Dewan Pengurus Pusat ;

d. Dewan Pengurus Daerah ; (2) Hasil Rapat Kerja Nasional merupakan rekomendasi kepada Dewan Pengurus Pusat dan Dewan Pengurus Daerah (3) Rapat Kerja Nasional dilaksanakan sesuai tata tertib yang diatur dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga. Pasal 26 Rapat Dewan Pembina dan Dewan Pengawas (1) Rapat Dewan Pembina dan Dewan Pengurus membahas dan memutuskan masalah-masalah yang berkaitan kinerja Dewan Pengurus dalam melaksanakan Program Kerja dalam rangka pencapaian tujuan organisasi dan pelaksanaan fungsi dan tugas pokok ASKARINDO sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11, 12 dan 13,Anggaran Dasar. (2) Dewan Pembina dan Dewan Pengawas mengadakan rapat sekurang-kurangnya sekali dalam satu tahun. (3) Panggilan Rapat Dewan Pembina dan Dewan Pengawas harus mencantumkan tanggal, waktu, tempat dan acara

rapat. (4) Rapat Dewan Dewan Pembina dan Pengawas dipimpin oleh Ketua Dewan Dewan Pembina atau Dewan Pengawas. Dalam hal Ketua Dewan Pembina atau Ketua Dewan Pengawas tidak dapat hadir atau berhalangan, maka Rapat Dewan Pembina atau Dewan Pengawas dipimpin oleh Wakil Ketua.. (5) Satu anggota Dewan Pembina atau Dewan Pengawas hanya dapat diwakili oleh anggota Dewan Pembina atau Dewan Pengawas lainnya dalam Rapat Dewan Pembina atau Dewan Pengawas dengan surat kuasa. (6) Rapat Dewan Pembina atau Dewan Pengawas sah dan berhak mengambil keputusan yang mengikat apabila : a. Rapat Dewan Pembina atau Dewan Pengawas dihadiri paling sedikit 2/3 (dua per tiga) jumlah anggota Dewan Pembina atau Dewan Pengawas. b. Dalam hal korum tidak tercapai maka dapat diadakan pemanggilan Rapat Dewan Pembina atau Dewan Pengawas yang kedua. (7) Rapat Dewan Pembina atau Dewan Pengawas yang kedua

sah dan berhak mengambil keputusan yang mengikat apabila dihadiri lebih dari ½ (satu per dua) dari jumlah anggota Dewan Pembina atau Dewan Pengawas. (8) Hal-hal lain yang menyangkut Rapat Dewan Pengurus diatur lebih lanjut dalam Peraturan Organisasi. Pasal 27 Rapat Dewan Pengurus 1) Rapat Dewan Pengurus membahas dan memutuskan masalah-masalah yang berkaitan dengan Program Kerja dalam rangka pencapaian tujuan organisasi dan pelaksanaan fungsi dan tugas pokok ASKARINDO sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11, 12 dan 13,Anggaran Dasar. 2) Dalam Rapat Dewan Pengurus untuk menyelesaikan masalah-masalah organisasi ASKARINDO harus meminta saran dan pertimbangan dari Dewan Pembina dan Dewan Pengawas. 3) Panggilan Rapat Dewan Pengurus harus mencantumkan tanggal, waktu, tempat dan acara rapat 4) Rapat Dewan Pengurus dipimpin oleh Ketua Umum/Ketua Dewan Pengurus. Dalam hal Ketua Umum /Ketua tidak dapat hadir atau berhalangan, maka Rapat Dewan Pengurus

dipimpin oleh Wakil Ketua Umum/Wakil Ketua. 5) Satu anggota Dewan Pengurus hanya dapat diwakili oleh anggota Dewan Pengurus lainnya dalam Rapat Dewan Pengurus dengan surat kuasa. 6) Rapat Dewan Pengurus sah dan berhak mengambil keputusan yang mengikat apabila : a. Hasil Rapat Dewan Pengurus mencapai mufakat. b. Rapat Dewan Pengurus dihadiri paling sedikit 2/3 ( dua per tiga) dari jumlah anggota Dewan Pengurus.. c. Dalam hal korum tidak tercapai maka dapat diadakan pemanggilan Rapat Dewan Pengurus yang kedua. 7) Rapat Dewan Pengurus yang kedua sah dan berhak mengambil keputusan yang mengikat apabila dihadiri lebih dari ½ (satu per dua) dari jumlah anggota Dewan Pengurus. 8) Hasil rapat Dewan Pengurus harus mendapat persetujuan dan pengesahan dari Dewan Pembina. 9) Hal-hal lain yang menyangkut Rapat Dewan Pengurus diatur lebih lanjut dalam Peraturan Organisasi. BAB IX

KEUANGAN / PERBENDAHARAAN Pasal 28 Sumber Dana (1) ASKARINDO memperoleh dana sebagaimana diatur dalam Pasal 52 Anggaran Dasar. (2) Besar uang pangkal dan uang iuran anggota ditetapkan berdasarkan asas proporsional sesuai kemampuan anggota berdasarkan keputusan Rapat Pleno Dewan Pembina, Dewan Pengawas dan Dewan Pengurus atau ditentukan dalam Peraturan Organisasi hasil Rapat Kerja Nasional. (3) Untuk memperkuat keuangan ASKARINDO pada setiap tingkat, Dewan Pengurus setiap tingkat dibenarkan mengadakan upaya sendiri yang sah, tidak mengikat dan tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga serta dengan persetujuan Dewan Pembina. Pasal 29 Perimbangan Pembagian Keuangan Uang pangkal dan uang iuran anggota yang ditarik oleh Dewan Pengurus Daerah pembagiannya ditetapkan sebagai berikut, : a. 20 (duapuluh per seratus) untuk ASKARINDO Pusat

b. 80 (delapanpuluh per seratus) untuk ASKARINDO Daerah Pasal 30 Penggunaan Dana (1) Kebijakan penggunaan dan pengelolaan dana pada setiap tingkatan organisasi ditetapkan berdasarkan Program Kerja tahunan yang disusun oleh Sekretariat setiap tingkatan, atas persetujuan Dewan Pengurus masing-masing, dan disahkan oleh Dewan Pembina. (2) Dewan Pengurus setiap tingkatan bertanggung jawab atas pengawasan internal, penerimaan dan penggunaan dana serta pengelolaan perbendaharaan atau harta kekayaan organisasi pada tingkatan masing-masing. (3) Untuk keperluan pengawasan, Dewan Pengurus setiap tingkatan harus menggunakan akuntan publik apabila diperlukan yang melakukan pemeriksaan keuangan (audit) sekali dalam setahun. Pasal 31 Pertanggung-jawaban Keuangan

(1) Rapat Dewan Pengurus Pusat dan Dewan Pengurus Daerah untuk membahas dan meneliti laporan keuangan dan perbendaharaan organisasi dari sekretariat masingmasing diadakan selambat-lambatnya satu kali dalam tiga bulan, dan laporan keuangan dari perbendaharaan organisasi tahunan dapat diaudit oleh akuntan publik. (2) Laporan keuangan dan perbendaharaan organisasi harus disampaikan pada setiap Rapat tahunan masing-masing. (3) Pembukuan organisasi di setiap tingkatan dimulai pada setiap tanggal satu Januari sampai dengan tanggal tiga puluh satu Desember tahun yang sama. (4) Dewan Pengurus Pusat dan dewan Pengurus Daerah mempertanggung-jawabkan pengelolaan keuangan dan perbendaharaan organisasi kepada Musyawarah Nasional/ Musyawarah Daerah masing-masing.

BAB X LAMBANG DAN BENDERA Pasal 32 Lambang Bentuk, arti dan makna lambang ASKARINDO tertera pada lampiran 1 Anggaran Rumah Tangga ini. Pasal 33 Bendera (1) Setiap tingkatan organisasi ASKARINDO memiliki bendera yang sama bentuknya. Ketentuan mengenai hal bendera tertera pada Lampiran 2 Anggaran Rumah Tangga ini. (2) Pada acara-acara resmi organisasi seperti : Musyawarah Nasional/ Musyawarah Nasional Luar Biasa/ Musyawarah Daerah/ Musyawarah Daerah Luar Biasa dan pertemuan resmi lainnya, bendera ASKARINDO dari tingkatan yang bersangkutan dipasang di depan podium berdampingan dengan bendera merah putih.

BAB XI PERUBAHAN ANGGARAN RUMAH TANGGA Pasal 34 Perubahan Anggaran Rumah Tangga Perubahan Anggaran Rumah Tangga ASKARINDO ditetapkan berdasarkan ketetapan Musyawarah Nasional, sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar Pasal 36 dan disahkan oleh Dewan Pembina. BAB XII PEMBUBARAN ORGANISASI Pasal 35 Pembubaran Organisasi (1) Pembubaran ASKARINDO dapat dilaksanakan apabila sudah tidak diperlukan lagi oleh anggota dan pemerintah. (2) merupakan keputusan mutlak dari peserta yang memiliki hak suara yang hadir dalam Musyawarah Nasional sebagaimana dimaksud Pasal 56 Anggaran Dasar (3) Apabila ASKARINDO dibubarkan maka Musyawarah

Nasional harus pula menetapkan syarat pembubaran dan syarat likuidasi harta kekayaan ASKARINDO. BAB XIII PERATURAN KHUSUS Pasal 36 Hal-hal yang belum atau tidak cukup diatur dalam Anggaran Rumah Tangga ini diatur lebih lanjut oleh Dewan Pembina dalam suatu peraturan atau ketentuan tersendiri sepanjang tidak bertentangan dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga ini dan dipertanggung jawabkan pada Musyawaran Nasional. BAB XIV PERATURAN PENUTUP Pasal 37 (1) Anggaran Rumah Tangga ini ditetapkan oleh Musyawarah Nasional ke-vi pada tanggal 01 Juli 2012 di Jakarta dan disahkan oleh Dewan Pembina.

(2) Sejak berlakunya Anggaran Rumah Tangga yang baru, maka Anggaran Rumah Tangga yang ada dan telah berlaku sebelum Anggaran Rumah Tangga ini, dinyatakan tidak berlaku lagi. (3) Agar setiap anggota dapat mengetahuinya, Dewan Pengurus Pusat diperintahkan untuk mengumumkan dan atau menyebarluaskan Anggaran Rumah Tangga ini kepada setiap anggota dan khalayak lainnya.