Implementasi Model Pembelajaran Argumentasi Dialogis dalam Pembelajaran Fisika untuk Meningkatkan Kemampuan Argumentasi Ilmiah Siswa SMA

dokumen-dokumen yang mirip
A. Nuryandi*, D. Rusdiana

PROFIL KEMAMPUAN ARGUMENTASI SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN ARGUMEN-BASED SAINS INQUIRY (ABSI)

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARGUMENT BASED SCIENCE INQUIRY (ABSI) TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN BERARGUMENTASI SISWA SMA

PENERAPAN MODEL ARGUMENT-DRIVEN INQUIRY DALAM PEMBELAJARAN IPA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN ARGUMENTASI ILMIAH SISWA SMP

PROFIL KETERAMPILANARGUMENTASI SISWA SMA NEGERI 5 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

USING PROBLEM BASED LEARNING MODEL TO INCREASE CRITICAL THINKING SKILL AT HEAT CONCEPT

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK TERHADAP KEMAMPUAN ARGUMENTASI ILMIAH SISWA SMA PADA MATERI PENGUKURAN

PROFIL KETERAMPILAN ARGUMENTASI SISWA SMAN 2 SAMPIT DALAM MENYELESAIKAN MASALAH FISIKA

JPPPF - Jurnal Penelitian & Pengembangan Pendidikan Fisika Volume 2 Nomor 1, Juni 2016 p-issn: e-issn: Halaman 15

Unnes Physics Education Journal PENERAPAN MODEL DISCOVERY TERBIMBING PADA PEMBELAJARAN FISIKA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF

2016 PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ARGUMENT-BASED SCIENCE INQUIRY (ABSI) TERHADAP KEMAMPUAN MEMAHAMI DAN KEMAMPUAN BERARGUMENTASI SISWA SMA

Yosico Indagiarmi 1 and Abd Hakim S 2

BAB V KESIMPULAN, SARAN DAN REKOMENDASI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 05 No. 02, Mei 2016, 1-5 ISSN:

KETERAMPILAN BERARGUMENTASI ILMIAH PADA PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA PEMBELAJARAN FISIKA MATERI KALOR TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS X SMA

ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN HIBAH BERSAING

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SISWA PADA MATERI LAJU REAKSI

Unnes Physics Education Journal

Model Pembelajaran Problem Based Learning untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Kalor Siswa SMA

PENERAPAN KETRAMPILAN PROSES SAINS MELALUI MODEL THINK PAIR SHARE PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

Pengembangan Lembar Kerja Siswa Untuk Memfasilitasi Siswa Dalam Belajar Fisika Dan Berargumentasi Ilmiah

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN PENDEKATAN REALISTIK

Efektivitas Model Pembelajaran POGIL Menggunakan Brainstorming untuk Meningkatkan Kemampuan Inferensi Logika Siswa

2014 PENGEMBANGAN PROGRAM PERKULIAHAN FISIKA SEKOLAH BERORIENTASI KEMAMPUAN BERARGUMENTASI CALON GURU FISIKA

ANALISIS TES ARGUMENTASI MATERI TERAPUNG DAN TENGGELAM

Hannaning dkk : Penerapan pembelajaran Berbasis Inkuiri untuk Meningkatkan Kemampuan

Kata Kunci: metode inkuiri, kemampuan berpikir kritis, hasil belajar, kegiatan ekonomi


Santi Helmi et al., Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPA (Fisika)...

EduHumaniora: Jurnal Pendidikan Dasar ISSN Vol. 8. No.2 Juli 2016 Hal

PENGUASAN KONSEP DAN KEMAMPUAN BERARGUMENTASI SISWA SMP PADA PEMBELAJARAN IPA DENGAN INKUIRI BERBASIS ARGUMEN

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE Think-Talk-Write TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS ARGUMENTASI SISWA PADA MATERI EKOSISTEM

Vol. 1 No. 1 Th. Jan-Des 2016 ISSN:

JURNAL. Oleh MUS LADIKU UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENEGTAHUAN ALAM JURUSAN FISIKA

IPA TEMA PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR BERBASIS PEDAGOGY FOR SUSTAINABILITY

KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA KEMALA BHAYANGKARI 1 SURABAYA PADA MATERI LAJU REAKSI MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI

JPPPF - Jurnal Penelitian & Pengembangan Pendidikan Fisika Volume 1 Nomor 2, Desember 2015 p-issn: e-issn: Halaman 45

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE DISKUSI TIGA LAPIS PADA KONSEP KINGDOM PLANTAE

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM QUIZ PADA KONSEP SISTEM EKSKRESI PADA MANUSIA DI KELAS XI IPA SMA NEGERI 8 KOTA TASIKMALAYA JURNAL

ilmiah serta rasa mencintai dan menghargai kebesaran Tuhan yang Maha Esa perlu ditanamkan kepada siswa. Hal tersebut dapat tercapai salah

Amelia dan Syahmani. Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan Hasil Belajar Melalui Pendekatan Scientific 32

PENERAPAN PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DENGAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN PROYEK PADA PEMBELAJARAN IPA FISIKA SMP

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION

Korelasi Penguasaan Konsep Dan Berpikir Kritis Mahasiswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Berbantuan Simulasi Komputer

Anggarini Puspitasari* ) Purwati Kuswarini* )

JIPFRI: Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika dan Riset Ilmiah

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 4, No. 2, pp , May 2015

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS FENOMENA TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP SISWA SMAN 1 KOPANG

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS FENOMENA TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP SISWA SMAN 1 KOPANG

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 3, No. 2, pp , May 2014

Desain Sampul dan Tata Letak: Ridwan Efendi. Penerbit: Departemen Pendidikan Fisika, FPMIPA UPI

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis Pendekatan Saintifik

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol.3, No.03. pp. 8-12, September 2014

PENGARUH PEMBELAJARAN IPA BERBASIS SCIENCE PROCESS AND ENVIRONMENT TERHADAP KETERCAPAIAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN KETERAMPILAN ILMIAH SISWA SMP

Unnes Physics Education Journal

Hubungan antara Penguasaan Konsep dengan Kemampuan Membuat Penjelasan Ilmiah Siswa pada Topik Fluida Statis

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN FISIKA SEKOLAH UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KEMAMPUAN BERARGUMENTASI CALON GURU FISIKA

UNESA Journal of Chemistry Education ISSN: Vol. 6, No. 1, pp January 2017

PENERAPAN MODEL PBL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS SISWA

PROFIL KETERAMPILAN BERARGUMENTASI SISWA SMP: PERBANDINGAN PADA DUA MODEL PEMBELAJARAN

Citra Yunita dan Khairul Amdani Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan

BAB II LANDASAN TEORI

EFEKTIVITAS STRATEGI PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE DITINJAU DARI KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA

The Effects of Inquiry Training Learning Model Assisted Mind Map for Conceptual Knowledge and Science Process Skills

Program Studi Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember Abstract

DAMPAK PENERAPAN MODEL SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT TERHADAP PEROLEHAN BELAJAR ILMU PENGETAHUAN ALAM PESERTA DIDIK

PENGARUH MODEL GUIDED INQUIRY DISERTAI FISHBONE DIAGRAM TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI

PERBEDAAN PEMAHAMAN KONSEP DAN KETERAMPILAN PROSES SAINS PESERTA DIDIK YANG DIBERI PERLAKUAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

Unesa Journal of Chemical Education ISSN Vol. 5 No. 3. pp , September 2016

EFEK MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY TRAINING DAN KEMAMPUAN BERPIKIR LOGIS TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol.4, No.3. pp , September 2015

Bahrul Ulum dan Rusly Hidayah Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR (MP PKB) DISERTAI METODE EKSPERIMEN PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMP

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 06 No. 03, September 2017, ISSN:

PENGARUH MODEL DISCOVERY LEARNING TERHADAP PRESTASI BELAJAR FISIKA SISWA KELAS X SMAN 02 BATU

ANALISIS KETERAMPILAN MEMBERIKAN PENJELASAN SEDERHANA MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM SOLVING

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 7-E

(The Influence of Creative Problem Solving Learning Model by Video Media to The Student Achievement on The Material Environmental Pollution.

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DENGAN PEMAHAMAN KONSEP AWAL TERHADAP KETERAMPILAN PROSES SAINS (KPS) SISWA SMA

Implementasi Strategi Writing to Learn untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA pada Materi Hukum Newton

BAB I PENDAHULUAN. bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang sangat penting bagi siswa. Seperti

KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI INDIKATOR ASAM BASA ARTIKEL PENELITIAN OLEH :

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY DENGAN MEDIA GAMBAR

Jurnal Pendidikan Fisika dan Teknologi (ISSN ) Volume 1 No 4, Oktober 2015

PENERAPAN EKSPERIMEN GUIDE-INQUIRY PADA PERCOBAAN OSILASI PEGAS UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS MAHASISWA

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA

DAMPAK PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK TERHADAP BERPIKIR KRITISDAN SIKAP SISWA PADA PEMBELAJARAN FISIKA

PENGARUH PENERAPAN PROBLEM BASED LEARNING

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 4, No.2, pp , May 2015

PAKET BAHAN AJAR DENGAN ANALISIS KEJADIAN RIIL DALAM FOTO DAN WACANA ISU DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA (Kajian Pada: Konsep Fluida Statis)

STKIP Taman Siswa Bima, Sumbawa, Indonesia 2,3. Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung, Indonesia

MELATIHKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS MELALUI IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI PADA MATERI LAJU REAKSI KELAS XI SMA NEGERI 1 GRESIK

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 03 No. 02 Tahun 2014, ISSN:

Unnes Physics Education Journal

PENERAPAN METODE MIND MAPPING PADA KONSEP SALING KETERGANTUNGAN DALAM EKOSISTEM DI KELAS VII SMP NEGERI 16 TASIKMALAYA JURNAL

Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 5 (2009): PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD BERORIENTASI KETERAMPILAN PROSES

Transkripsi:

p-issn: 2461-0933 e-issn: 2461-1433 Halaman 13 Implementasi Model Pembelajaran Argumentasi Dialogis dalam Pembelajaran Fisika untuk Meningkatkan Kemampuan Argumentasi Ilmiah Siswa SMA Muslim a) Universitas Pendidikan Indonesia, Jl. Dr. Setiabudhi No. 229 Bandung 40154 Email: a) mus_upi@yahoo.co.id Abstract Low ability of scientific arguments related to the students' learning process in the physics classroom that has not habituate scientific argumentation ability. This study aimed to examine the effect of the implementation of arguments dialogical learning model to increase students' ability of scientific argumentation. Argumentation dialogical learning model consists of five phases of learning, namely stages: (1) identification of the problem; (2) group argument discussion; (3) classroom argument discussion; (4) class mediation; and (5) the integration of knowledge. Each stage involves students learning activities directly in order to develop the ability of scientific argumentation. The pre-experimental method with the one group pretest and posttest design used in this research. The essay ability of the scientific arguments test and observation sheet used as a research instruments. Subjects in this study were students of 10 th grade in one of the state senior high schools in Bandung, which is determined by random cluster sampling technique. The results show there is an increase in the ability of the student to the acquisition of scientific arguments with medium category after argument dialogical learning model implemented and it was concluded that the implementation of arguments dialogical learning model increased the students ability of scientific argumentation. Keywords: argument dialogic learning model, scientific argumentation ability Abstrak Rendahnya kemampuan argumentasi ilmiah siswa terkait proses pembelajaran fisika di kelas yang belum melatihkan kemampuan argumentasi ilmiah. Penelitian ini bertujuan melihat pengaruh implementasi model pembelajaran argumentasi dialogis terhadap kemampuan argumentasi ilmiah siswa. Model pembelajaran argumentasi dialogis terdiri dari lima tahap pembelajaran, yaitu: (1) identifikasi masalah; (2) diskusi argumentasi kelompok; (3) diskusi argumentasi kelas; (4) mediasi kelas; dan (5) integrasi pengetahuan. Setiap tahapan melibatkan secara langsung aktivitas siswa untuk berlatih mengembangkan kemampuan argumentasi ilmiah. Metode penelitian yang digunakan adalah pre-experiment dengan desain penelitian one group pretest and posttest. Instrumen penelitian yang digunakan meliputi tes kemampuan argumentasi ilmiah berbentuk uraian dan lembar observasi. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X pada salah satu SMA Negeri di Kota Bandung yang ditentukan dengan teknik cluster random sampling. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan kemampuan argumentasi ilmiah siswa dengan kategori sedang setelah diimplementasikan model pembelajaran argumentasi dialogis, sehingga dapat disimpulkan bahwa implementasi model pembelajaran argumentasi dialogis berpengaruh terhadap kemampuan argumentasi ilmiah siswa. Kata-kata kunci: model pembelajaran argumentasi dialogis, kemampuan argumentasi ilmiah

p-issn: 2461-0933 e-issn: 2461-1433 Halaman 14 PENDAHULUAN Fisika merupakan salah satu mata pelajaran yang mengkaji dan meneliti setiap peristiwa yang terjadi di alam secara sistematis, serta berupaya untuk menelusuri hukum-hukum atau prinsip-prinsip yang berlaku di dalamnya. Fakta-fakta kehidupan seperti gerak, cahaya, optik, kalor, listrik, magnet, dan materi lain yang sehari-hari digunakan manusia dipelajari dalam fisika. Fisika memberikan pelajaran yang baik kepada manusia untuk hidup selaras berdasarkan hukum alam (BSNP, 2006). Fisika membuka kesempatan bagi manusia untuk memahami lingkungan di mana mereka tinggal dengan menggunakan metode ilmiah, menyelidiki, mengetahui apa yang belum diketahui, menjelaskan mengapa sesuatu dapat terjadi, serta berupaya menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Melalui cara-cara seperti ini, fisika telah menjadi ilmu pengetahuan alam (IPA) yang mendasari penemuan di berbagai bidang sehingga memicu perkembangan pesat di bidang teknologi, informasi, dan komunikasi (Celik, et al., 2013). Oleh karena itu, perlu adanya peningkatan kualitas pendidikan fisika di sekolah untuk membentuk manusia yang memiliki daya nalar dan daya pikir yang tinggi, kreatif, mampu memecahkan masalah dan mengomunikasikan gagasan-gagasannya. Pendidikan fisika harus dapat membantu siswa menyongsong masa depan yang lebih baik. Fisika sebagai mata pelajaran yang menjadi tulang punggung teknologi memiliki alasan tersendiri untuk dipelajari oleh siswa di tingkat SMA. Proses pembelajaran fisika di SMA seyogianya dapat diarahkan pada pemberian pengalaman belajar untuk mengembangkan sejumlah kompetensi agar peserta didik menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Argumentasi memiliki peran penting dalam kegiatan pembelajaran fisika karena memberikan kesempatan kepada siswa untuk terlibat dalam diskusi kelompok dan saling memberikan pendapat yang menunjukkan sejauh mana pemahaman konsep, keterampilan, dan kemampuan penalaran ilmiah (Osborne, 2010). Melalui proses argumentasi, siswa belajar fisika sekaligus mempunyai kesempatan untuk mempraktikkan metode ilmiah ketika mempertahankan atau menyangkal ide-ide (Demircioglu dan Ucar, 2012). Argumentasi adalah proses memperkuat suatu klaim melalui analisis berpikir kritis berdasarkan dukungan dengan bukti-bukti dan alasan yang logis (Inch & Warnick, 2006). Melalui kegiatan argumentasi di kelas, siswa terlibat dalam memberikan bukti, data, serta teori yang valid untuk mendukung pendapat (klaim) terhadap suatu permasalahan.toulmin (Robertshaw dan Campbell, 2013) mengajukan skema yang mendeskripsikan struktur suatu argumentasi yang dikenal sebagai Toulmin s Argumen Pattern (TAP). Kemampuan argumentasi ilmiah ditunjukkan oleh komponen-komponen utama dalam TAP yaitu kemampuan siswa dalam memberikan pendapat (claim), memberikan dan menganalisis data, memberikan pembenaran (warrant), memberikan dukungan (backing), dan membuat sanggahan (rebuttal) terhadap permasalahan. Argumentasi mendapatkan perhatian khusus dalam penelitian pendidikan (Acar dan Patton, 2012; Demirbag dan Gunel, 2014; Demircioglu dan Ucar, 2012; Diwu, 2010; Erduran, et al, 2006; Robertshaw dan Campbell, 2013) karena sejak zaman dulu para ilmuwan menggunakan argumen untuk membangun teori, model dan penjelasan tentang setiap peristiwa yang terjadi di alam. Munculnya bukti-bukti baru dalam ilmu pengetahuan alam mendorong ilmuwan untuk mempertimbangkan kembali teori yang selama ini telah dipahami. Perkembangan berbagai masalah sosio-ilmiah (socio-scientific) di masyarakat jaman sekarang mengisyaratkan agar siswa dituntut untuk memiliki kemampuan berargumentasi secara ilmiah (Robertshaw dan Campbell, 2013). Setiap pendapat yang dikemukakan harus didasari dengan data, alasan pembenaran dan bukti ilmiah yang kuat sehingga klaim dapat diterima. Berdasarkan hal tersebut, maka pembelajaran fisika di SMA perlu melatih siswa dengan kemampuan argumentasi ilmiah. Model pembelajaran yang dikembangkan untuk melatih kemampuan argumentasi ilmiah siswa adalah model pembelajaran argumentasi dialogis (Diwu, 2010). Dalam model ini siswa berdialog secara argumentatif berdasarkan Toulmin s Argumen Pattern (TAP). Siswa mengembangkan sendiri pola argumentasi mulai dari membuat klaim, mengumpulkan dan menganalisis data, membuat pembenaran (warrant) dan membuat dukungan (backing) untuk memperkuat klaim. Sintaks model meliputi 5 Tahap, yaitu: (1) identifikasi masalah; (2) diskusi argumentasi kelompok; (3) diskusi argumentasi kelas; (4) mediasi kelas; dan (5) integrasi pengetahuan. Model pembelajaran argumentasi dialogis menyediakan kesempatan yang luas kepada siswa untuk berdebat, membuat klaim atau klaim kontra yang didukung dengan bukti-bukti untuk mempertahankan sikap mereka atau

p-issn: 2461-0933 e-issn: 2461-1433 Halaman 15 bahkan menimbulkan sanggahan untuk membatalkan klaim tersebut. Dalam hal ini, guru lebih berperan sebagai fasilitator dari pada sebagai pemasok ilmu pengetahuan bagi siswa. Pada akhir pembelajaran, dihasilkan kesimpulan tentang topik permasalahan yang dikemukakan. Dengan begitu, siswa mampu mengekspresikan pandangan secara bebas, mengeksternalisasi pikiran, menghapus keraguan, dan bahkan mengubah pikiran apabila keliru (Diwu, 2010). METODE Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pre-experiment dengan desain penelitian one group pretest and posttest. Instrumen penelitian yang digunakan meliputi tes kemampuan argumentasi ilmiah berbentuk uraian dan lembar observasi. Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X pada salah satu SMA Negeri di Kota Bandung yang ditentukan dengan teknik cluster random sampling. Peningkatan kemampuan argumentasi ilmiah siswa pada penelitian ini dibatasi pada perubahan nilai tes kemampuan argumentasi ilmiah siswa sebelum dan sesudah pembelajaran berdasarkan rata-rata gain yang dinormalisasi (<g>) pada materi fluida statik. Untuk mengetahui apakah model pembelajaran argumentasi dialogis terlaksana sepenuhnya atau tidak oleh guru dan siswa selama proses pembelajaran berlangsung dicari dengan menghitung persentase keterlaksanaan model pembelajaran argumentasi dialogis secara keseluruhan. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil observasi keterlaksanaan model pembelajaran argumentasi dialogis melalui aktivitas guru dan aktivitas siswa disajikan pada TABEL 1. TABEL 1. Rekapitulasi persentase keterlaksanaan model pembelajaran argumentasi dialogis melalui aktivitas guru dan aktivitas siswa Persentase (%) Keterlaksanaan Pembelajaran No Tahap Aktivitas Guru Aktivitas Siswa P-1 P-2 P-3 P-1 P-2 P-3 1 Identifikasi masalah 83 100 100 100 100 100 2 Diskusi argumentasi kelompok 83 100 100 83 100 100 3 Diskusi argumentasi kelas 83 83 100 83 100 100 4 Mediasi kelas 100 100 100 67 83 83 5 Integrasi pengetahuan 100 100 100 83 100 100 Rata-rata persentase (%) 89,8 96,6 100 84,2 96,6 96,6 Kriteria Hampir seluruh aktivitas terlaksana Hampir seluruh aktivitas terlaksana Keterangan : P-1 = Pertemuan ke-1, P-2 = Pertemuan ke-2, P-3 = Pertemuan ke-3 Pada TABEL 1 terlihat bahwa baik aktivitas guru maupun aktivitas siswa pada pelaksanaan model pembelajaran argumentasi dialogis untuk pertemuan pertama, kedua, dan ketiga masing-masing pada materi pembelajaran tekanan hidrostatis, hukum Pascal dan hukum Archimedes, serta tegangan permukaan terlaksana dengan perolehan persentase keterlaksanaan pembelajaran (KP) mencapai 75% KP < 100% dengan kriteria hampir seluruh aktivitas pembelajaran terlaksana. Tidak meratanya pencapaian keterlaksanaan pembelajaran melalui aktivitas siswa boleh jadi karena pada pertemuam pertama siswa belum terbiasa dengan pembelajaran melalui model pembelajaran argumentasi dialogis yang diterapkan. Namun demikian dengan semakin intensifnya pemberian aktivitas berargumentasi, maka pada pertemuan terakhir siswa sudah terbiasa dengan pembelajaran yang diterapkan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa guru mampu melaksanakan setiap tahapan model pembelajaran argumentasi dialogis dengan baik dalam melatihkan kemampuan argumentasi ilmiah pada siswa. Model pembelajaran argumentasi dialogis mengajak siswa untuk berdialog secara argumentatif berdasarkan Toulmin s Argumen Pattern (TAP) sebagai landasan teori yang digunakan. Pada tahap

p-issn: 2461-0933 e-issn: 2461-1433 Halaman 16 identifikasi masalah, guru menyajikan situasi atau peristiwa yang berkaitan dengan topik permasalahan yang akan didiskusikan. Pada tahap ini juga, siswa diberi lembar kerja sesuai dengan prosedur dalam TAP. Lembar kerja ini berisi pertanyaan dan tugas individu untuk mengajukan klaim, memberikan data atau bukti mengapa ia mengajukan klaim seperti itu, serta alasan yang membenarkan data. Sumber argumen harus dituliskan pada lembar kerja. Pada tahap diskusi argumentasi kelompok, guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok kecil. Setiap anggota kelompok melakukan diskusi argumentatif tentang klaim masing-masing disertai bukti, data dan berbagai alasannya. Argumen terbaik hasil kesepakatan masing-masing kelompok ditulis ulang dan dipersiapkan untuk dipresentasikan di dalam kelas. Tahap diskusi argumentasi kelas, guru memberi kesempatan kepada perwakilan setiap kelompok untuk mempresentasikan argumen kelompoknya masing-masing. Siswa dari kelompok lain dapat menanggapi, mendukung atau bahkan menyanggah argumen apabila terjadi perbedaan klaim disertai bukti dan alasan yang kuat. Tahap mediasi kelas, guru mengumpulkan argumen setiap kelompok dan membahas bersama-sama tentang kelebihan dan kekurangannya. Guru mengarahkan diskusi siswa pada pembahasan argumen secara menyeluruh dan memfokuskan analisis pada pusat permasalahan yang mengandung kontroversi. Pada tahap ini, diperoleh argumen akhir yang merupakan kesepakatan seluruh kelas. Pada tahap integrasi pengetahuan, guru mengajak siswa berdiskusi secara reflektif dan menyeluruh, bertujuan untuk memadukan setiap informasi yang diperoleh dikaitkan dengan materi yang dipelajari. Guru juga membahas materi-materi yang berkaitan dengan permasalahan. Pada tahap terakhir ini, guru bersama siswa mengambil kesimpulan bersama tentang hasil pembelajaran. Peningkatan kemampuan argumentasi ilmiah siswa setelah diimplementasikan model pembelajaran argumentasi dialogis disajikan pada TABEL 2. TABEL 2. Rekapitulasi rerata skor tes awal dan tes akhir kemampuan argumentasi lmiah siswa Rerata skor <g> Tes Awal Tes Akhir 0,69 32,1 78,8 Kriteria Sedang Berdasarkan TABEL 2, terlihat bahwa rerata skor tes akhir siswa lebih besar dari rerata skor tes awal siswa. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa terjadi peningkatan kemampuan argumentasi ilmiah siswa. Besar peningkatannya terlihat dari perolehan nilai rata-rata gain yang dinormalisasi <g> sebesar 0,69 termasuk kategori sedang mendekati tinggi. Tercapainya peningkatan kemampuan argumentasi ilmiah siswa tidak terlepas dari intervensi model pembelajaran argumentasi dialogis yang memberi ruang kepada siswa untuk melakukan aktivitas argumentasi ilmiah secara interaktif. Siswa belajar secara produktif bagaimana mengkonstruksi argumentasi ilmiah berdasarkan permasalahan dari materi fisika yang dipelajari. Temuan penelitian ini menguatkan hasil penelitian Chen & She (2012) yang menemukan bahwa kemampuan argumentasi ilmiah siswa yang memperoleh pembelajaran fisika berbasis argumentasi lebih baik daripada siswa yang memperoleh pembelajaran konvensional. Melalui proses argumentasi, siswa belajar membangun sendiri pemahaman atau pengetahuan terhadap sains (scientific knowledge) dari data atau bukti yang mereka peroleh sendiri dan pemahaman mengenai fenomena sains (scientific explanation) serta mampu mengemukakannya dalam bentuk argumentasi ilmiah (Diwu, 2010; Demircioglu dan Ucar, 2012). Melalui cara ini siswa mampu memahami masalah, menyelesaikan masalah dengan informasi yang tersedia dengan mengembangkan klaim untuk menjawab permasalahan, menyertakan dan menganalisis data untuk mendukung klaim, menjelaskan hubungan antara data dan klaim sebagai pembenaran (warrant), dan melandasi pembenaran berupa dukungan (backing) untuk mendukung klaim. Temuan ini konsisten dengan hasil penelitian (McNeill et al, 2006) yang mengungkapkan bahwa pengembangan argumentasi dalam pembelajaran sains berdasarkan pola argumentasi Toulmin dapat menumbuhkan kemampuan berargumentasi siswa. Peningkatan tiap aspek kemampuan argumentasi ilmiah siswa setelah diimplementasikan model pembelajaran argumentasi dialogis disajikan pada GAMBAR 1.

p-issn: 2461-0933 e-issn: 2461-1433 Halaman 17 GAMBAR 1. Diagram peningkatan tiap aspek kemampuan argumentasi ilmiah siswa Pada GAMBAR 1 terlihat bahwa perolehan rerata skor pada tes akhir lebih tinggi dari rerata skor pada tes awal untuk semua aspek kemampuan argumentasi ilmiah. Terjadi peningkatan kemampuan membuat klaim yang akurat sesuai dengan permasalahan, menyertakan dan menganalisis data untuk mendukung klaim, menjelaskan hubungan antara data dan klaim berupa pembenaran (warrant), dan melandasi pembenaran untuk mendukung klaim berupa dukungan (backing). Hal ini menunjukkan bahwa model pembelajaran argumentasi dialogis dapat meningkatkan semua aspek kemampuan argumentasi ilmiah siswa. Berdasarkan pola argumentasi yang dikonstruksi siswa, ditemukan bahwa klaim yang dibuat siswa ada yang akurat, ada juga yang tidak akurat. Osborne et al (2004) memandang bahwa klaim yang tidak akurat bisa jadi karena tidak didukung oleh data yang diberikan, seperti yang dikemukakannya bahwa claim are justified by relating them to the data on which they are based. Ketika klaim yang dibuat siswa tidak akurat dalam arti tidak didukung oleh data, siswa tidak mesti mengubah klaim awal terhadap permasalahan. Akan tetapi dapat dijadikan sebuah refleksi pada diri siswa bahwa tidak setiap klaim terhadap sebuah permasalahan akan selalu benar, namun memerlukan data untuk membuktikan kebenarannya. Kemampuan siswa dalam menganalisis data ada yang sepenuhnya mendukung klaim, ada juga yang hanya sebagian dapat mendukung klaim. Namun demikian, secara keseluruhan siswa sudah mampu untuk menyertakan dan menganalisis data dengan benar. Osborne et al (2004) menyatakan bahwa data sangat penting dalam argumentasi karena data akan dijadikan bukti untuk mendukung atau menolak klaim. Argumentasi memerlukan kejelasan dan keyakinan dengan perantaraan data yang benar. Dengan data yang benar, siswa dapat merangkaikan suatu penuturan yang logis melalui pembenaran (warrant) menuju kepada suatu kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan atau menuju klaim yang dapat diterima (Keraf, 1981). Dalam menuliskan pembenaran (warrant), mahasiswa sebenarnya hanya perlu menjelaskan hubungan data dan klaim, seperti yang dikemukankan Driver et al (2000) bahwa warrant is the reasoning that connects the data to the claim. Kemampuan siswa dalam membuat dukungan (backing) untuk melandasi pembenaran ada yang sepenuhnya mendukung klaim, ada juga yang hanya sebagian yang mendukung klaim. Dukungan dapat berupa teori yang mendasari permasalahan. Oleh karena itu penting bagi siswa untuk memahami materi ajar fisika dengan baik agar bisa membuat dukungan (backing) yang dapat melandasi pembenaran (warrant) untuk mendukung klaim yang akurat. Sebagian siswa masih belum bisa memberikan dukungan (backing) yang ditopang oleh pemahaman konsep fisika yang kuat yang berkaitan langsung dengan permasalahan untuk melandasi pembenaran (warrant). PENUTUP Implementasi model pembelajaran argumentasi dialogis dalam pembelajaran fisika dapat meningkatkan kemampuan argumentasi ilmiah siswa SMA. Peningkatan terjadi pula untuk semua aspek kemampuan argumentasi ilmiah yang meliputi kemampuan membuat klaim yang akurat sesuai

p-issn: 2461-0933 e-issn: 2461-1433 Halaman 18 dengan permasalahan, menyertakan dan menganalisis data untuk mendukung klaim, menjelaskan hubungan antara data dan klaim berupa pembenaran (warrant), dan melandasi pembenaran untuk mendukung klaim berupa dukungan (backing). UCAPAN TERIMAKASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Andi Suhandi atas diskusinya yang bermanfaat. REFERENSI Acar, O. & Patton, B.R 2012, Argumentation and Formal Reasoning Skills in An Argumentation- Based Guided Inquiry Course. Procedia-Social and Behavioral Sciences, vol. 46, p. 4756-4760. BSNP, 2006, Standar Isi Kurikulum 2006 Mata Pelajaran Fisika SMA/MA, Jakarta. Celik P., Onder F., & Silay, I, 2013, The Effects of Problem Based Learning on the Student s Success in Physics Course, Procedia-Social and Behavioral Sciences vol. 28, p. 656-660. Chen, C.H., & She, H.C 2012, The Impact of Recurrent On-line Synchronous Scientific Argumentation on Students' Argumentation and Conceptual Change, Educational Technology & Society. vol.15. no. 1, p.197 210. Demirbag, M. & Gunel, M 2014, Integrating Argument-Based Science Inquiry with Modal Representations: Impact on Science Achievement, Argumentation, and Writing Skills. Educational Sciences: Theory and Practice, vol. 14, no.1, p.386-391. Demircioglu, T & Ucar, S 2012, The Effect of Argument-Driven Inquiry on Pre-Service Science Teacher s Attitudes and Argumentation Skills. Procedia-Social and Behavioral Sciences, vol. 4, p. 5035-5039. Diwu, C 2010, Effects of a Dialogical Argumentation Instructional Model on Grade 10 Learners Conception of Fermentation. PRASEA. Erduran, S., Ardac, D. & Guzel B.Y 2006, Learning to Teach Argumentation: Case Studies of Pre- Service Secondary Science Teachers. Eurasia Journal of Mathematics, Science and Technology Education, vol. 2, no. 2, p.1-13. Driver, R., Newton, P., & Osborne, J 2000. Establishing the norms of scientific argumentation in classrooms. Science Education. Inch, E. S., & Warnick, B 2006, Critical Thinking and Communication (5th Ed.). Boston: Allyn & Bacon. Keraf, G 1981, Argumentasi dan Narasi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. McNeill, K. L., Lizotte, D. J., & Krajcik, J 2006, Supporting Students Construction of Scientific Explanations by Fading Scaffolds in Instructional Materials, The Journal of the Learning Sciences. vol.15, no.2, p. 153-191. Osborne, J., Erduran, S., & Simon, S 2004, Enhancing The Quality of Argumentation in School Science, Journal of Research in Science Teaching, vol 41, no.10, p. 994-1020. Osborne, J 2010, Arguing to Learn in Science : The Role of Collaborative, Critical Discourse. American Association for the Advancement of Science, 1200 New York Avenue, Washington, DC 20005. Robertshaw, B. & Campbell, T 2013, Constructing Arguments: Investigating Pre-Service Science Teacher s Argumentation Skills in a Socio-Scientific Context, Science Education International Journal, vol. 24, Issue 2, p.195-211.