RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 66/PUU-XIII/2015 Pengajuan Peninjauan Kembali Lebih Dari Satu Kali

dokumen-dokumen yang mirip
RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 99/PUU-XIV/2016 Korelasi Perjanjian Kerja Untuk Waktu Tertentu dan Perjanjian Kerja Untuk Waktu Tidak Tertentu

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 108/PUU-XIV/2016 Peninjauan Kembali (PK) Lebih Satu Kali

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 116/PUU-XIII/2015 Jangka Waktu Pengajuan Gugatan Atas Pemutusan Hubungan Kerja

Kuasa Hukum : - Fathul Hadie Utsman, berdasarkan Surat Kuasa Khusus tertanggal 20 Oktober 2014;

I. PEMOHON Tomson Situmeang, S.H sebagai Pemohon I;

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Nomor 33/PUU-XIV/2016 Kewenangan Mengajukan Permintaan Peninjuan Kembali. Anna Boentaran,. selanjutnya disebut Pemohon

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 80/PUU-XII/2014 Ketiadaan Pengembalian Bea Masuk Akibat Adanya Gugatan Perdata

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 96/PUU-XIII/2015 Penundaan Pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Calon Tunggal)

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 33/PUU-XIV/2016 Kewenangan Mengajukan Permintaan Peninjuan Kembali. Anna Boentaran,. selanjutnya disebut Pemohon

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 37/PUU-X/2012 Tentang Peraturan Perundang-Undangan Yang Tepat Bagi Pengaturan Hak-Hak Hakim

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 55/PUU-IX/2011 Tentang Peringatan Kesehatan dalam Promosi Rokok

KUASA HUKUM Ir. Tonin Tachta Singarimbun, S.H., dkk berdasarkan surat kuasa khusus tertanggal 28 Februari 2013

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 21/PUU-XII/2014 Penyidikan, Proses Penahanan, dan Pemeriksaan Perkara

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 53/PUU-XIV/2016 Persyaratan Menjadi Hakim Agung dan Hakim Konstitusi

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 38/PUU-XI/2013 Tentang Penyelenggaraan Rumah Sakit

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 39/PUU-XII/2014 Hak Memilih

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 84/PUU-XII/2014 Pembentukan Pengadilan Hubungan Industrial di Kabupaten/Kota

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 38/PUU-XI/2013 Tentang Penyelenggaraan Rumah Sakit

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Nomor 41/PUU-XIII/2015 Pembatasan Pengertian dan Objek Praperadilan

KUASA HUKUM Adardam Achyar, S.H., M.H., dkk berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 7 Agustus 2014.

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 45/PUU-XIV/2016 Kewenangan Menteri Hukum dan HAM dalam Perselisihan Kepengurusan Partai Politik

OBJEK PERMOHONAN Pengujian Materiil Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara terhadap Undang-Undang Dasar 1945.

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 41/PUU-XIII/2015 Pembatasan Pengertian dan Objek Praperadilan

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 102/PUU-XIII/2015 Pemaknaan Permohonan Pra Peradilan

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 133/PUU-XIII/2015 Ketentuan Pengajuan Banding, Penangguhan Pembayaran Pajak, dan Pengajuan Peninjauan Kembali

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 138/PUU-XII/2014 Hak Warga Negara Untuk Memilih Penyelenggara Jaminan Sosial

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 13/PUU-XIV/2016 Penetapan sebagai Pengusaha Kena Pajak

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 99/PUU-XV/2017 Tafsir konstitusional frasa rakyat pencari keadilan

OBJEK PERMOHONAN Permohonan Pengujian Materiil Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen terhadap Undang-Undang Dasar 1945.

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 43/PUU-XI/2013 Tentang Pengajuan Kasasi Terhadap Putusan Bebas

Kuasa Hukum Prof. Dr. Yusril Ihza Mahendra, S.H., M.Sc., dkk, berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 2 Maret 2015.

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 20/PUU-XIV/2016 Perekaman Pembicaraan Yang Dilakukan Secara Tidak Sah

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 128 /PUU-VII/2009 Tentang UU Pajak Penghasilan Pemerintah tidak berhak menetapkan pajak

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 105/PUU-XIV/2016 Kewajiban Mematuhi Putusan Mahkamah Konstitusi

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 24/PUU-XII/2014 Pengumuman Hasil Penghitungan Cepat

Kuasa Hukum: Fathul Hadie Utsman sebagai kuasa hukum para Pemohon, berdasarkan Surat Kuasa Khusus bertanggal 20 Oktober 2012.

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor /PUU-VII/2009 tentang UU SISDIKNAS Pendidikan usia dini

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 14/PUU-XII/2014 Tindak Pidana Dalam Kedokteran

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 99/PUU-XIII/2015 Tindak Pidana Kejahatan Yang Menggunakan Kekerasan Secara Bersama-Sama Terhadap Barang

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 44/PUU-XIII/2015 Objek Praperadilan

RINGKASAN PERBAIKAN Perkara Nomor 138/PUU-XII/2014 Hak Warga Negara Untuk Memilih Penyelenggara Jaminan Sosial

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 84/PUU-XI/2013 Penyelenggaraan RUPS

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 88/PUU-XII/2014 Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Nomor 13/PUU-XIV/2016 Penetapan sebagai Pengusaha Kena Pajak

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 68/PUU-XII/2014 Syarat Sahnya Perkawinan (Agama)

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 9/PUU-XIII/2015 Pengangkatan sebagai Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK)

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 27/PUU-XIII/2015 Status Pegawai Honorer dengan Berlakunya Undang-Undang Aparatur Sipil Negara

Ringkasan Permohonan Perkara Nomor 59/PUU-XII/2014 Daluwarsa Masa Penuntutan

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 74/PUU-IX/2011 Tentang Pemberlakuan Sanksi Pidana Pada Pelaku Usaha

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 13/PUU-XIII/2015 Hak Warga Negara Indonesia Untuk Mendapatkan Kesempatan Yang sama dalam Menunaikan Ibadah Haji

PERBAIKAN RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 26/PUU-VII/2009 Tentang UU Pemilihan Presiden & Wakil Presiden Calon Presiden Perseorangan

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 98/PUU-XIII/2015 Izin Pemanfaatan Hutan

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 69/PUU-XI/2013 Pemberian Hak-Hak Pekerja Disaat Terjadi Pengakhiran Hubungan Kerja

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 12/PUU-XIII/2015 Pembiayaan dan Pengelolaan Setoran Dana Pembiayaan Ibadah Haji

II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian materiil Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UU 8/1999).

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA : 33/PUU-X/2012

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 5/PUU-XIII/2015 Pengecualian Pembina dalam Menerima Gaji, Upah, atau Honorarium Pengurus

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 62/PUU-XIII/2015 Surat Ijo Tidak Menjadi Dasar Hak Pemilikan Atas Tanah

II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian materiil Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UU 8/1999).

II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian Materiil Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 32/PUU-XIV/2016 Pengajuan Grasi Lebih Dari Satu Kali

II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian Materiil Pasal 385 dan Pasal 423 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 42/PUU-XV/2017 Tafsir Frasa Tidak dapat Dimintakan Banding atas Putusan Praperadilan

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 64/PUU-XIII/2015 Industri Pelayaran Nasional

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 62/PUU-XIII/2015 Surat Ijo Tidak Menjadi Dasar Hak Pemilikan Atas Tanah

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 80/PUU-XIII/2015 Syarat Tidak Pernah Dijatuhi Pidana Penjara 5 (lima) Tahun atau Lebih Bagi Calon Kepala Daerah

I. PEMOHON Imam Ghozali. Kuasa Pemohon: Iskandar Zulkarnaen, SH., MH., berdasarkan surat kuasa khusus tertanggal 15 Desember 2015.

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 19/PUU-VIII/2010 Tentang UU Kesehatan Tafsiran zat adiktif

KUASA HUKUM Fathul Hadie Ustman berdasarkan surat kuasa hukum tertanggal 20 Oktober 2014.

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 101/PUU-XV/2017 Peralihan Hak Milik atas Tanah

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 17/PUU-XIII/2015 Upaya Hukum Peninjauan Kembali (PK) terhadap Putusan Hukuman Mati

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 46/PUU-XII/2014 Retribusi Terhadap Menara Telekomunikasi

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 2/PUU-XVI/2018 Pembubaran Ormas

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Nomor 67/PUU-XIII/2015 Beban Penyidik untuk Mendatangkan Ahli dalam Pembuktian Perkara Pidana

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 43/PUU-XV/2017

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 19/PUU-VI/2008

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 96/PUU-XIV/2016 Penggusuran Paksa

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 24/PUU-XII/2014 Pengumuman Hasil Penghitungan Cepat

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 56/PUU-X/2012 Tentang Kedudukan Hakim Ad-Hoc Pengadilan Hubungan Industrial

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 76/PUU-XV/2017

KUASA HUKUM Prof. Dr. Yusril Ihza Mahendra, S.H., M.Sc., dkk berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 20 Maret 2014.

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 9/PUU-XIV/2016 Upaya Hukum Kasasi dalam Perkara Tindak Pidana Pemilu

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 134/PUU-XII/2014 Status dan Hak Pegawai Negeri Sipil

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 7/PUU-VIII/2010 Tentang UU MPR, DPD, DPR & DPRD Hak angket DPR

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 61/PUU-XIII/2015. Penempatan TKI di Luar Negeri

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 58/PUU-XIV/2016 Pengampunan Pajak

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 15/PUU-X/2012 Tentang Penjatuhan Hukuman Mati

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 51/PUU-VIII/2010 Tentang Pengujian UU No. 13 Tahun 2008 tentang Penyelenggaraan Ibadah Haji

I. PEMOHON 1. Perhimpunan Magister Hukum Indonesia (PMHI), diwakili oleh Fadli Nasution, S.H., M.H. 2. Irfan Soekoenay, S.H., M.H

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 8/PUU-XVI/2018 Tindakan Advokat Merintangi Penyidikan, Penuntutan, dan Pemeriksaan di Sidang Pengadilan

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 137/PUU-XII/2014 Kedudukan Hukum (Legal Standing) Pemohon Warga Negara Asing dalam Pengujian Undang-Undang

I. PEMOHON 1. Perhimpunan Magister Hukum Indonesia (PMHI), diwakili oleh Fadli Nasution, S.H., M.H. 2. Irfan Soekoenay, S.H., M.H

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 16/PUU-VIII/2010 Tentang UU Kekuasaan Kehakiman, UU MA dan KUHAP Pembatasan Pengajuan PK

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 90/PUU-XV/2017 Larangan Bagi Mantan Terpidana Untuk Mencalonkan Diri Dalam Pilkada

Transkripsi:

I. PEMOHON Drs. Budiyono, S.H. RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 66/PUU-XIII/2015 Pengajuan Peninjauan Kembali Lebih Dari Satu Kali II. OBJEK PERMOHONAN 1. Pengujian Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung (UU 14/1985); 2. Pengujian Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UU 5/1960); 3. Pengujian Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 diubah dengan Undang- Undang Nomor 8 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi (UU 24/2003). III. KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI Pemohon menjelaskan, bahwa ketentuan yang mengatur kewenangan Mahkamah Konstitusi untuk menguji Undang-Undang adalah: 1. Pasal 24 ayat (2) UUD 1945: Kekuasaan kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang dibawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha Negara dan oleh sebuah Mahkamah Konstitusi ; 2. Pasal 24C ayat (1) UUD 1945: Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar, memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar, memutus pembubaran partai politik dan memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum ; 3. Pasal 10 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi: Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk: a. menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

IV. KEDUDUKAN HUKUM (LEGAL STANDING) PARA PEMOHON Pemohon adalah warga Negara Indonesia yang merasa dirugikan dengan berlakunya Pasal 66 ayat (1) dan Pasal 67 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung, Pasal 20 dan Pasal 28 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria dan Pasal 10 ayat (1) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi. V. NORMA-NORMA YANG DIAJUKAN UNTUK DI UJI A. NORMA MATERIIL 1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung - Pasal 66 ayat (1) Permohonan peninjauan kembali hanya dapat dilakukan satu kali. - Pasal 67 Permohonan peninjauan kembali Putusan perkara perdata yang telah memperoleh kekuatan Hukum tetap dapat diajukan hanya berdasarkan alasan-alasan sebagai berikut : a. apabila putusan berdasarkan pada suatu kebohongan atau tipu muslihat pihak lawan yang diketahui setelah perkaranya diputus atau berdasarkan bukti-bukti yang kemudian oleh hakim pidana dinyatakan palsu; b. apabila setelah perkara diputus, ditemukan surat-surat bukti yang bersifat menentukan yang pada waktu perkara diperiksa tidak dapat ditemukan; c. apabila telah dikabulkan suatu hal yang tidak dituntut atau lebih dari pada yang dituntut; d. apabila mengenai suatu bagian dari tuntutan belum diputus tanpa dipertimbangkan sebab-sebabnya; e. apabila antara pihak-pihak yang sama mengenai suatu suatu soal yang sama, atas dasar yang sama oleh pengadilan yang sama atau sama tingkatnya telah diberikan Putusan yang bertentangan satu dengan yang lain; f. apabila dalam suatu putusan terdapat suatu kekhilafan hakim atau suatu kekeliruan yang nyata.

2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok- Pokok Agraria - Pasal 20 ayat (1) Hak milik adalah hak turun-temurun, terkuat dan terpenuh yang dapat dipunyai orang atas tanah, dengan mengingat ketentuan dalam Pasal 6. - Pasal 28 (1) Hak guna usaha adalah hak untuk mengusahakan tanah yang dikuasai langsung oleh Negara, dalam jangka waktu sebagaimana tersebut dalam Pasal 29, guna perusahaan pertanian, perikanan atau peternakan. (2) Hak guna usaha diberikan atas tanah yang luasnya paling sedikit 5 hektar, dengan ketentuan bahwa jika luasnya 25 hektar atau lebih harus memakai investasi modal yang layak dan tehnik perusahaan yang baik, sesuai dengan perkembangan zaman. (3) Hak guna usaha dapat beralih dan dialihkan kepada pihak lain. 3. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 diubah dengan Undang- Undang Nomor 8 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi - Pasal 10 ayat (1) Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final untuk: a. menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; b. memutus sengketa kewenangan lembaga negara yang kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; c. memutus pembubaran partai politik; dan d. memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum B. NORMA UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945 - Pasal 1 ayat (3) UUD 1945 Negara Indonesia adalah Negara Hukum - Pasal 24 UUD 1945 (1) Mahkamah Agung merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan Hukum keadilan. (2) Mahkamah Agung dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan badan peradilan yang berbeda dibawahnya dalam lingkungan peradilan umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer, lingkungan peradilan tata usaha Negara, dan oleh sebuah MahkamahKonstitusi. (3) Badan-badan lain yang fungsinya berkaitan dengan Mahkamah Agung diatur dalam Undang-Undang.

- Pasal 24C ayat (1) UUD 1945 Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang Putusannya bersifat final untuk menguji Undang-Undang terhadap Undang-Undang Dasar, memutus sengketa kewenangan lembaga Negara yang kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar, memutus pembubaran partai politik, dan memutus perselisihan tentang hasil pemilihan umum. - Pasal 27 ayat (1) UUD 1945 Segala warga Negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya. - Pasal 28D ayat (1) UUD 1945 Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum. - Pasal 28G ayat (1) UUD 1945 Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga, kehormatan, martabat, dan harta benda yang dibawah kekuasaannya, serta berhak atas rasa aman dan perlindungan dari ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu yang merupakan hak asasi. - Pasal 28H ayat (4) UUD 1945 Setiap orang berhak mempunyai hak milik pribadi dan hak milik tersebut tidak boleh diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapa pun. - Pasal 28I ayat (1), ayat (4), ayat (5) UUD 1945 (1) Hak untuk hidup, hak untuk tidak disiksa, hak kemerdekaan pikiran dan hati nurani, hak beragama, hak untuk tidak diperbudak, hak untuk diakui sebagai pribadi dihadapan Hukum, dan hak untuk tidak dituntut atas DasarHukum yang berlaku surut adalah hak asasi manusia yang tidak dapat dikurangi dalam keadaan apa pun. (4) Perlindungan, pemajuan, penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia adalah tanggung jawab Negara, terutama pemerintah. (5) Untuk menegakan dan melindungi hak assi manusia sesuai dengan prinsip NegaraHukum yang demokratis, maka pelaksanaan hak asasi manusia dijamin, diatur, dan dituangkan dalam peraturan perundangan-undangan. - Pasal 33 ayat (3) UUD 1945 Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. - Pasal 34 UUD 1945 1) fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh Negara.

2) Negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan memberdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu sesuai dengan martabat kemanusiaan. 3) Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak 4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan Pasal ini diatur dalam Undang-Undang. VI. ALASAN-ALASAN PEMOHON UNDANG-UNDANG A QUO BERTENTANGAN DENGAN UUD 1945 1. Bahwa Pemohon menghadapi kasus sengketa kepemilikan tanah dengan PT. Makarti, dan sudah melalui proses hukum hingga Pengadilan Tinggi Surabaya, namun putusannya menyatakan bahwa Pemohon tidak dapat membuktikan terutama leter C Desa tersebut yang menjadi bukti pembayaran-pembayaran pajak atas tanah; 2. Pada Tahun 2009 Pemohon mengajukan peninjauan kembali (PK) namun putusannya menguatkan putusan Pengadilan Tinggi Surabaya; 3. Pemohon merasa dirugikan dengan ketentuan Pasal 66 ayat (1) UU 14/1985 karena walaupun Pemohon menemukan bukti baru atau (novum) pada tahun 2010 dan 2011 namun tidak dapat mengajukan PK kembali; 4. Bahwa Pasal 20 UU 5/1960 belum dan/atau tidak dapat melindungi kehilangan hak Milik atas Tanah yang dimiliki seseorang yang diambil wenang-wenang sebagaimana hak milik B.Painah Lisem yang diambil alih sewenang-wenang oleh P.T Makarti melalui Putusan Pengadilan yang tidak adil dan tanpa mempertimbangkan Perundang-Undangan dengan menafsirkan bukti Hak Milik menurut buku daftar tanah Leter C yang salah bahkan Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Provinsi Jawa Timur mencabut tanah sewengang-wenang; 5. Bahwa Pemohon dirugikan oleh P.T Makarti dan kepala kantor Badan Pertanahan Nasional dengan diterbitkan HGU nomer : 01/HGU/35/1998 tertanggal 4-9-1998, terhadap tanah hak milik B.Painah Lisem dan hal ini menyebakan Pemohon kehilangan hak waris atas tanah tersebut; 6. Pemohon masih merasa belum mendapatkan kepastian hukum terhadap hak konstitusionalnya, menginginkan agar Pasal 10 UU 24/2003, ditambah satu ayat lagi pada ayat (1) huruf (e) bunyinya, menguji Putusan pengadilan yang menjalankan penegakan Undang-Undang terhadap Undang- UndangDasar Republik Indonesia Tahun 1945. VII. PETITUM 1. Menerima dan/atau mengabulkan permohonan Pemohon seluruhnya : 2. Menyatakan Pasal 66 ayat (1) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 sebagaimana diubah Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 sebagaimana perubahan kedua Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 tentang Mahkamah Agung berbunyi : permohonan peninjauan kembali dapat diajukan hanya 1 (satu) kali, bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, jika dimaknai tidak dikecualikan terhadap alasan-alasan ditemukan yang terdapat pada Pasal 67.

3. Menyatakan Pasal 66 ayat (1) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 sebagaimana diubah Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 sebagaimana perubahan kedua Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 tentang Mahkamah Agung berbunyi : permohonan peninjauan kembali dapat diajukan hanya 1 (satu) kali, tidak mempunyai kekuatan Hukum yang mengikat, jika dimaknai tidak dikeualikan ditemukan yang terdapat pada Pasal 67 4. Menyatakan Pasal 66 ayat (1) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 sebagaimana diubah Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 sebagaimana perubahan kedua Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 selengkapnya berbunyi : permohonan peninjauan kembali dapat diajukan lebih dari 1 (satu) kali. 5. Memerintahkan pemuatan Putusan ini dalam berita Negara Republik Indonesia sebagaimana mestinya. 6. Menyatakan Pasal 20 ayat (1) Undang-Undang Pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Pokok-Pokok Agraria berbunyi hak milik adalah hak tutun-menurun terkuat dan terpenuh yang dapat dipunyai orang atas tanah, dengan mengingat ketentuan dalam Pasal 6 bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 jika dimaknai tidak dikecualikan diubah/ditambah sebagaimana berikut : (1) hak milik adalah hak turun menurun terkuat dan terpenuh yang dapat dipunyai orang atas tanah, dengan mengingat ketentuan dalam Pasal 6 dan menerapkan ketentuan antara lain : a. Buku daftar tanah di Desa leter C Desa yang mencatat Nomor petok, Nomor persil, kelas, luas dan nama pemegang hak merupakan bukti data yuridis hak kepemilikan atas tanah yang terkuat. b. Akta tanah merupakan bukti kepemilikan hak atas tanah yang terkuat c. Sertifikat hak milik atas tanah merupakan bukti kepilikan hak atas tanah yang terkuat dan terpenuh d. Tanah hak mlik tidak boleh diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapapun dan diancam Hukuman pidana maksimal 15 Tahun penjara dan denda seharga harga tanah yang berlaku di lokasi itu. e. Tanah hak milik yang belum diurus ahli waris terhitung sejak terbukanya warisan selama 5 Tahun Negara akan menguasai sementara dan mengembalikan kepada ahli waris dengan mengajukan permohonan kepada Kantor Badan Pertanahan 7. Menyatakan Pasal 20 ayat (1) Undang-Undang pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Pokok-Pokok Agraria berbunyi, hak milik adalah hak turun menurun terkuat dan terpenih yang dapat dipunyai orang atas tanah, dengan mengingat ketentuan dalam Pasal 6 tidak mempunyai kekuatan Hukum mengikat, jika dimaknai tidak dikecualika diubah/ditambah sebagaimana berikut :

(1) hak milik adalah hak turun menurun terkuat dan terpenuh yang dapat dipunyai orang atas tanah, dengan mengingat ketentuan dalam Pasal 6 dan menerapkan ketentuan antara lain : a. Buku daftar tanah di Desa leter C Desa yang mencatat Nomor petok, Nomor persil, kelas, luas dan nama pemegang hak merupakan bukti data yuridis hak kepemilikan atas tanah yang terkuat. b. Akta tanah merupakan bukti kepemilikan hak atas tanah yang terkuat. c. Sertifikat hak milik atas tanah merupakan bukti kepilikan hak atas tanah yang terkuat dan terpenuh. d. Tanah hak mlik tidak boleh diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapapun dan diancam Hukuman pidana maksimal 15 Tahun penjara dan denda seharga harga tanah yang berlaku di lokasi itu. e. Tanah hak milik yang belum diurus ahli waris terhitung sejak terbukanya warisan selama 5 Tahun Negara akan menguasai sementara dan mengembalikan kepada ahli waris dengan mengajukan permohonan kepada Kantor Badan Pertanahan 8. Menyatakan Pasal 20 ayat (1) Undang-Undang pokok-pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria selengkapnya berbunyi, (1) hak milik adalah hak turun menurun terkuat dan terpenuhyang dapat dipunyai orang atas tanah, dengan mengingat ketentuan dalam Pasal 6 dan menerapkan ketentuan antara lain : a. Buku daftar tanah di Desa leter C Desa yang mencatat Nomor petok, Nomor persil, kelas, luas dan nama pemegang hak merupakan bukti data yuridis hak kepemilikan atas tanah yang terkuat. b. Akta tanah merupakan bukti kepemilikan hak atas tanah yang terkuat c. Sertifikat hak milik atas tanah merupakan bukti kepilikan hak atas tanah yang terkuat dan terpenuh d. Tanah hak mlik tidak boleh diambil alih secara sewenang-wenang oleh siapapun dan diancam Hukuman pidana maksimal 15 Tahun penjara dan denda seharga harga tanah yang berlaku di lokasi itu. e. Tanah hak milik yang belum diurus ahli waris terhitung sejak terbukanya warisan selama 5 TahunNegara akan menguasai sementara dan mengembalikan kepada ahli waris dengan mengajukan permohonan kepada Kantor Badan Pertanahan 9. Memerintahkan pemuatan Putusan ini dalam berita Negara Republik Indonesia 10. Menyatakan Pasal 28 ayat (1) Undang-Undang pokok agraria Nomor : 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria yang berbunyi, Hak Guna Usaha adalah hak untuk mengusahakan tanah yang dikuasai langsung oleh Negara, dalam jangka waktu sebagaimana tersebut dalam Pasal 29, guna perusahaan pertanian, perikanan atau peternakan bertentangan dengan Undang-Undanga Dasar Republik Indonesia Tahun

1945 jika dimaknai tidak dikecualikan dengan menghapus dan mengganti bunyi sebagaimana berikut : Hak Negara Pasal 28 berbunyi : 1) Hak Negara adalah hak untuk menguasai langsung tanah Negara yang didalamnya tidak ada satupun sesuatu hak yang melekat didalamnya dengan dibuktikan antara lain : a. Tergambar pada buku krawangan Desa (gambar situasi tanah) di Desa yang tidak tercantum dalam buku daftar naha Leter C Desa yang ada di Desa dan hanya diberikan keterangan dalam bukti buku krawangan ditulis TN. b. Tanah pehutani yang tidak ada gambar situasi tanah c. Tanah hak milik yang diserahkan dengan sukarela oleh pemiliknya kepada Negara d. Tanah yang ditelantarkan oleh pemiliknya di kuasai sementara oleh Negara. 2) Tanah hak milik yang sejak terbukanya warisan selama 5 Tahun belum ada satupun ahli waris yang mengajukan diri, maka perhitungannya dikuasai sementara oleh negara dan akan diserahkan kepada ahli waris melalui permohonan yang diajukan kepada Kantor Badan Pertanahan 3) Tanah yang dikuasai langsung oleh Negara (tanah negara) hanya dapat digunakan untuk garapan keluarga prasejahtera dan/atau pengurus harian kepada Menteri Agraria/Badan Pertanahan Nasional untuk diterbitkan hak garap dengan bagi hasil 60% penggarap dan 40% Negara disetor ke kas Negara melalui Kantor Badan Pertanahan 4) Tanah yang dikuasai langsung oleh Negara (tanah Negara) yang diusahakan oleh koperasi yang anggotanya 60% masyarakat prasejahtera sekitar lokasi tanah yang diajukan, pengajuan untuk perkebunan diajukan ke Presiden yang luasnya minimal 200 Ha maksimal 1000 Ha untuk mendapatkan keputusan Presiden dengan bagi hasil 60% Pemohon (Koperasi) dan 40% ke Negara yang disetor melalui Kantor Badan Pertanahan 5) Tanah Negara yang dikuasai langsung oleh Negara (tanah Negara) yang diusahakan untuk pertambangan oleh koperasi yang anggotanya 70% masyarakat prasejahtera yang berada di sekitar tanah lokasi yang diajukan, pengajuan untuk pertambangan di ajukan ke Presiden yang luas minimal 100 Ha dan maksimal 1000 Ha dengan bagi hasil 60% Pemohon (koprasi) dan 40% untuk Negara yang disetor melalui kantor Badan Pertanahan 6) Tanah hak milik yang dikuasai sementara oleh Negara hanya dapat untuk garapan Masyarakat prasejahtera yang diajukan berkelompok masyarakat dan/atau pengurus harian kepada menteri Agraria/Badan Pertanahan Nasional untuk diterbitkan Hak garap dengan bagi hasil 60%

penggarap dan 40% untuk Negara disetor melalui kantor Badan Pertanahan 7) Hak-hak untuk penguasaan tanah negara sebagaimana tercantum pada ayat 3,4,5 dan 6 diberikan watu paling lama 15 Tahun dan dapat diperpanjang 15 tahu serta tidak dapat diperpanjang lagi setelah perpanjang pertama. 11. Menyatakan Pasal 28 ayat (1) Undang-uddang pokok Agraria Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria tidak mempunyai kekuatan Hukum yang mengikat jika dimaknai tidak dikecualikan dengan dengan menghapus dan mengganti bunyi sebagaimana bunyi berikut : Hak Negara Pasal 28 berbunyi : 1) Hak Negara adalah hak untuk menguasai langsung tanah Negara yang didalamnya tidak ada satupun sesuatu hak yang melekat didalamnya dengan dibuktikan antara lain : a. Tergambar pada buku krawangan Desa (gambar situasi tanah) di Desa yang tidak tercantum dalam buku daftar naha Leter C Desa yang ada di Desa dan hanya diberikan keterangan dalam bukti buku krawangan ditulis TN. b. Tanah perhutani yang tidak ada gambar situasi tanah c. Tanah hak milik yang diserahkan dengan sukarela oleh pemiliknya kepada Negara d. Tanah yang ditelantarkan oleh pemiliknya di kuasai sementara oleh Negara. 2) Tanah hak milik yang sejak terbukanya warisan selama 5 Tahun belum ada satupun ahli waris yang mengajukan diri, maka perhitungannya dikuasai sementara oleh negara dan akan diserahkan kepada ahli waris melalui permohonan yang diajukan kepada Kantor Badan Pertanahan 3) Tanah yang dikuasai langsung oleh Negara (tanah Negara) hanya dapat digunakan untuk garapan keluarga prasejahtera dan/atau pengurus harian kepada Menteri Agraria/Badan Pertanahan Nasional untuk diterbitkan hak garap dengan bagi hasil 60% penggarap dan 40% Negara disetor ke kas Negara melalui Kantor Badan Pertanahan 4) Tanah yang dikuasai langsung oleh Negara (tanah Negara) yang diusahakan oleh koperasi yang anggotanya 60% masyarakat prasejahtera sekitar lokasi tanah yang diajukan, pengajuan untuk perkebunan diajukan kepresiden yang luasnya minimal 200 Ha maksimal 1000 Ha untuk mendapatkan keputusan Presiden dengan bagi hasil 60% Pemohon (Koprasi) dan 40% ke Negara yang disetor melalui Kantor Badan Pertanahan 5) Tanah Negara yang dikuasai langsung oleh Negara ( tanah Negara) yang diusahakan untuk pertambangan oleh koperasi yang anggotanya 70% masyarakat prasejahtera yang berada disekitar tanah lokasi yang

diajukan, pengajuan untuk pertambangan diajuka ke Presiden yang luas minimal 100 Ha dan maksimal 1000 Ha dengan bagi hasil 60% Pemohon (koprasi) dan 40% untuk Negara yang disetor melalui kantor Badan Pertanahan 6) Tanah hak milik yang dikuasai sementara oleh Negara hanya dapat untuk garapan Masyarakat prasejahtera yang diajukan berkelimpok masyarakat dan/atau pengurus harian kepada menteri Agraria/Badan Pertanahan Nasional untuk diterbitkan Hak garap dengan bagi hasil 60% penggarap dan 40% untuk Negara disetor melalui kantor Badan Pertanahan 7) Hak-hak untuk penguasaan tanah negara sebagaimana tercantum pada ayat 3,4,5 dan 6 diberikan watu paling lama 15 Tahun dan dapat diperpanjang 15 tahu serta tidak dapat diperpanjang lagi setelah perpanjang pertama. 12. Menyatakan Pasal 28 ayat (1) Undang-Undang pokok Agraria Nomor : 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria selengkapnya berbunyi : Hak Negara Pasal 28 berbunyi : 1) Hak Negara adalah hak untuk menguasai langsung tanah Negara yang didalamnya tidak ada satupun sesuatu hak yang melekat didalamnya dengan dibuktikan antara lain : a. Tergambar pada buku krawangan Desa (gambar situasi tanah) di Desa yang tidak tercantum dalam buku daftar naha Leter C Desa yang ada di Desa dan hanya diberikan keterangan dalam bukti buku krawangan ditulis TN. b. Tanah pehutani yang tidak ada gambar situasi tanah c. Tanah hak milik yang diserahkan dengan sukarela oleh pemiliknya kepada Negara d. Tanah yang ditelantarkan oleh pemiliknya di kuasai sementara oleh Negara. 2) Tanah hak milik yang sejak terbukanya warisan selama 5 Tahun belum ada satupun ahli waris yang mengajukan diri, maka perhitungannya dikuasai sementara oleh negara dan akan diserahkan kepada ahli waris melalui permohonan yang diajukan kepada Kantor Badan Pertanahan 3) Tanah yang dikuasai langsung oleh Negara (tanah negara) hanya dapat digunakan untuk garapan keluarga prasejahtera dan/atau pengurus harian kepada Menteri Agraria/Badan Pertanahan Nasional untuk diterbitkan hak garap dengan bagi hasil 60% penggarap dan 40% Negara disetor ke kas Negara melalui Kantor Badan Pertanahan 4) Tanah yang dikuasai langsung oleh Negara (tanah negara) yang diusahakan oleh koperasi yang anggotanya 60% masyarakat prasejahtera sekitar lokasi tanah yang diajukan, pengajuan untuk perkebunan diajukan ke Presiden yang luasnya minimal 200 Ha

maksimal 1000 Ha untuk mendapatkan keputusan Presiden dengan bagi hasil 60% Pemohon (Koprasi) dan 40% ke Negara yang disetor melalui Kantor Badan Pertanahan 5) Tanah Negara yang dikuasai langsung oleh Negara ( tanah Negara) yang diusahakan untuk pertambangan oleh koperasi yang anggotanya 70% masyarakat prasejahtera yang berada disekitar tanah lokasi yang diajukan, pengajuan untuk pertambangan diajuka ke Presiden yang luas minimal 100 Ha dan maksimal 1000 Ha dengan bagi hasil 60% Pemohon (koprasi) dan 40% untuk Negara yang disetor melalui kantor Badan Pertanahan 6) Tanah hak milik yang dikuasai sementara oleh Negara hanya dapat untuk garapan Masyarakat prasejahtera yang diajukan berkelompok masyarakat dan/atau pengurus harian kepada menteri Agraria/Badan Pertanahan Nasional untuk diterbitkan Hak garap dengan bagi hasil 60% penggarap dan 40% untuk Negara disetor melalui kantor Badan Pertanahan 7) Hak-hak untuk penguasaan tanah negara sebagaimana tercantum pada ayat 3,4,5 dan 6 diberikan watu paling lama 15 Tahun dan dapat diperpanjang 15 tahu serta tidak dapat diperpanjang lagi setelah perpanjang pertama. a. pertama. 13. Memerintahkan pemuatan Putusan ini dalam berita Negara Republik Indonesia. 14. Menyatakan Pasal 10 ayat (1) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 sebagaimana diubah Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2011 tentang Mahkamah Konstitusi yang bunyinya, (1) Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang Putusannya bersifat final untuk : a. Menguji Undang-Undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 b. Memutuskan sengketa kewenangan lembaga Negara kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 c. Memutuskan pembubaran partai politik; dan d. Memutuskan perselisihan tentang hasil pemilihan umum. Bertentangan dengan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 jika dimaknai dikecualikan dengan ditambah huruf (e) menguji Putusan Pengadilan sebagai pelaksana Undang-Undang terhadap Undang-Undang Dasar Tahun 1945. 15. Menyatakan Pasal 10 ayat (1) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 sebagaimana diubah Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2011 tentang mahkamah Konstitusi Tidak mempunyai kekuata Hukum mengikat,jika dimaknai dikecualikan dengan menambah yang bunyinya, (1) Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terahir yang Putusannya bersifat final.

a. MengujiUndang-Undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. b. Memutuskan sengketa kewenangan lembaga Negara kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 c. Memutuskan pembubaran partai politik; dan d. Memutuskan perselisihan tentang hasil pemilihan umum. Tidak mempunyai kekuatan Hukum mengikat, jika dimaknai dikecualikan dengan menambah huruf (e) menguji Putusan Pengadilan Sebagai pelaksana Undang-Undang terhadap Undang-Undang Dasar Tahun 1945 16. Menyatakan Pasal 10 ayat (1) Undang-Undang omer 24 Tahun 2003 sebagaimana diubah Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2011 tentang Mahkamah Konstitusi yang bunyi lengkapnya : (1) Mahkamah Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terahir yang Putusannya bersifat final. a. Menguji Undang-Undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 b. Memutuskan sengketa kewenangan lembaga Negara kewenangannya diberikan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 c. Memutuskan pembubaran partai politik; dan d. Memutuskan perselisihan tentang hasil pemilihan umum. e. Menguji Putusan Pengadilan sebagai pelaksanaan Undang-Undang terhadap Undang-Undang Dasar Tahun 1945 17. Memerintah pemuatan Putusan ini dalam berita Negara Republik Indonesia. Apabila Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi berpendapat lain, mohon Putusan seadil-adilnya dan diucapkan terima kasih. Mengetahui, Panitera Muda II Pengolah Data Perkara dan Putusan, Muhidin NIP. 19610818 198302 1 001 Ria Indriyani NIP. 19780216 200604 2 002