Dr. Zamzami A Karim, M.A. BAB I PENDAHULUAN

dokumen-dokumen yang mirip
PENELITIAN DAN METODE ILMIAH. BY: EKO BUDI SULISTIO

KE ARAH PEMIKIRAN FILSAFAT

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran yang didasarkan pada banyaknya permasalahan yang

BAB II TEORI SOSIOLOGI PENGETAHUAN

TEORI-TEORI POLITIK. P. Anthonius Sitepu. Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2012

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kemampuan Penalaran Matematis. Menurut Majid (2014) penalaran adalah proses berpikir yang

BULETIN ORGANISASI DAN APARATUR

Demokrasi Berbasis HAM

BAB III METODE PENELITIAN. Setiap karya ilmiah yang dibuat disesuaikan dengan metodologi penelitian. Dan

EKSPLORASI PEMIKIRAN TENTANG PARADIGMA, KONSEP, DALIL, DAN TEORI

Oleh : Lia Aulia Fachrial, M.Si

UNSUR-UNSUR PENELITIAN

The Public Administration Theory Primer (Sebuah Kesimpulan)

POLITIK KEUANGAN NEGARA

TEORI AKUNTANSI PENGERTIAN TEORI AKUNTANSI

Pendekatan Studi Perbandingan Pemerintah

B. Tujuan C. Ruang Lingkup

51. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

Komponen dan Prinsip Pengembangan Kurikulum

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENGERTIAN LOGIKA BAHAN SATU DASAR-DASAR LOGIKA SEMESTER I

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sebelum diuraikan pengertian peta konsep, terlebih dahulu akan diuraikan pengertian

ILMU SEBAGAI AKTIVITAS PENELITIAN DAN METODE ILMIAH

BAB II Lingkup dan Klasifikasi Penelitian Bisnis

BAB I PENDAHULUAN. siswa untuk memahami nilai-nilai warga negara yang baik. Sehingga siswa

Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial ( IPS ) Satuan Pendidikan : SMP/MTs. Kelas/Semester : VII s/d IX /1-2

BAB 1 PENGANTAR Latar Belakang. demokrasi sangat tergantung pada hidup dan berkembangnya partai politik. Partai politik

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Oka Nazulah Saleh, 2013

TEORI TEORI HUBUNGAN INTERNASIONAL DRS ASEP SETIAWAN MA PROGRAM ILMU POLITIK FISIP UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

II. TINJAUAN PUSTAKA. meningkatkan hasil belajar siswa apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Asyiknya Belajar Ilmu Politik. oleh: Nurul Arifin, M.Si

Filsafat Ilmu : Kajian atas Asumsi Dasar, Paradigma, dan Kerangka Teori Ilmu Pengetahuan RESENSI BUKU

Definisi tersebut dapat di perluas di tingkat nasional dan atau regional.

STUDI ILMU POLITIK. Oleh: P. Anthonius Sitepu. Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2012

Pengetahuan, Pengetahuan Ilmiah, dan Penelitian Ilmiah

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) No.41 Tahun 2007

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Citra Antika, 2013

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

: PEMBINAAN WILAYAH TINGKAT DESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

ILMU, METODE ILMIAH DAN PENELITIAN ILMIAH KULIAH MATERI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ilmu Pengetahuan Alam merupakan salah satu bidang studi yang ada

Filsafat Ilmu dan Logika

II. TINJAUAN PUSTAKA. bahwa untuk menemukan pengetahuan memerlukan suatu keterampilan. mengamati, melakukan eksperimen, menafsirkan data

Diadopsi oleh resolusi Majelis Umum 53/144 pada 9 Desember 1998 MUKADIMAH

Ilmu pengetahuan. himpunan pengetahuan yang diperoleh secara terorganisisr melalui prosedur dan metode tertentu yang kemudian disistema-tisasi

SAMBUTAN MENTERI NEGARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/KEPALA BAPPENAS

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas sumber manusia itu tergantung pada kualitas pendidikan. Peran

II._TINJAUAN PUSTAKA. Keterampilan proses sains merupakan salah satu bentuk keterampilan proses

KONSEP-KONSEP POLITIK

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan pengajaran sejarah bertujuan agar peserta didik mampu mengembangkan

TEORI-TEORISOSIOLOGI OLEH. GUMGUM GUMILAR, M.SI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

FILSAFAT ILMU DAN PENDAHULUAN. Dr. H. SyahrialSyarbaini, MA. Modul ke: 01Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. yang membawa berbagai konsekuensi tidak hanya terhadap dinamika kehidupan

13. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SOSIOLOGI SMA/MA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Sosiologi politik MEMAHAMI POLITIK #3 Y E S I M A R I N C E, M. S I

A. Lingkungan Sekitar Sekolah sebagai Sumber Pembelajaran. Lingkungan menyediakan rangsangan (stimulus) terhadap individu dan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan eksak yang digunakan hampir

BAB I PENGANTAR KHAZANAH ANALISIS WACANA. Deskripsi Singkat Perkuliahan ini membelajarkan mahasiwa tentang menerapkan kajian analisis wacana.

Metode ilmiah dan Teori ilmiah

DEKLARASI PEMBELA HAK ASASI MANUSIA

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. sesuatu yang harus ia lakukan. Berfikir merupakan ciri utama bagi manusia,berfikir

IV. TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Oleh Bambang Juanda

II. TINJAUAN PUSTAKA. Masalah pada dasarnya merupakan hal yang sangat sering ditemui dalam kehidupan

Kerangka Kerja Pengembangan Masyarakat (Community Development) 1

Pertemuan 4. Landasan Teori dan Penyusunan Hipotesis

SMA JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN X (SEPULUH) SOSIOLOGI SOSIOLOGI: ILMU MASYARAKAT

BAB III METODE PENELITIAN. data yang ada dalam ini adalah upaya guru PAI dalam pengembangan. data untuk memberi gambaran penyajian laporan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai produk interaksi

BAB XI TEORI-TEORI PERUBAHAN SOSIAL DAN BUDAYA

STANDAR KOMPETENSI DAN KOMPETENSI DASAR TINGKAT SMP, MTs, DAN SMPLB

1 PENDAHULUAN. memfasilitasi, dan meningkatkan proses serta hasil belajar siswa. Hasil

KONSEP PENELITIAN ILMIAH. Imam Gunawan

Hakikat Sosialisasi Politik

KURIKULUM 2004 STANDAR KOMPETENSI. Mata Pelajaran

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. berarti harus dapat dipercaya kebenarannya (Narbuko, 2007: 3).

Dr. I Gusti Bagus Rai Utama, SE., M.MA., MA.

16. Mata Pelajaran Sosiologi Untuk Paket C Program IPS

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun terakhir ini pesatnya kemajuan teknologi informasi

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning) tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para pengajar dalam

II. TINJAUAN PUSTAKA. Problem solving adalah suatu proses mental dan intelektual dalam menemukan

51. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

Hubungan Ilmu Pengetahuan dengan Penelitian Disusun oleh: Ida Yustina, Prof. Dr.

Tinjauan Ilmu Penyuluhan dalam Perspektif Filsafat Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. B. Perumusan Masalah

13. Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu.

FIRDAUS SOLIHIN NOOR IFADA UNIVERSITAS TRUNOJOYO

Kegiatan Pembelajaran

I. PENDAHULUAN. yang telah di persiapkan sebelumnya untuk mencapai tujuan. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu langkah untuk merubah sikap, tingkah

Transkripsi:

Dr. Zamzami A Karim, M.A. BAB I PENDAHULUAN 1. Ilmu Politik dan Alasan Mempelajarinya Filsuf politik Yunani, Aristoteles, mengatakan bahwa ilmu politik dalam arti yang lebih sempit politik dalam arti sesungguhnya adalah tindakan dan pertimbangan atau kebijakan. Oleh karena itu, beliau tidak menyarankan kepada anak-anak muda untuk mempelajari politik, karena menurut beliau, anak-anak muda tidak cocok dengan urusan-urusan praktis dari kehidupan sebagai sumber premis dan data ilmu politik. Mereka masih murni dan sangat dipengaruhi oleh perasaan-perasaannya, akibatnya (orang-orang muda itu) tidak akan memperoleh banyak manfaat dari studi politik yang sasaran akhirnya bukanlah to know (paham) melainkan to do (bertindak) 1. Membedakan Ilmu Politik di Perguruan Tinggi dari pelajaran politik di SLTA, dengan dua cara utama: Pertama, politik kurang berkaitan dengan urusan biasa atau kejadian sehari-hari, juga bukan mengenai apa yang terlihat pada level permukaan saja. Tetapi lebih mengenai apa yang terjadi di bawah permukaan, atau di luar apa yang terlihat. Bukan berarti apa yang kita pelajari ini adalah sesuatu yang bersifat rahasia. Melainkan, 1 Aristotle. 1953. The Ethics, terj. J.A.K. Thompson, Hardmondsworth, Middlesex: Penguin, h. 28. 1

Perkembangan Komunitas Politik bahwa selain memerhatikan apa yang terjadi, kita juga menyelidiki mengapa sesuatu terjadi dan kapan ia terjadi: jadi kita mempelajari penyebab kejadian-kejadian politik dan strukturnya politik, seperti mencari makna-makna dan motivasi-motivasi yang tersembunyi. Belajar politik di perguruan tinggi lebih terkait dengan menjelaskan bagaimana suatu sistem politik tersusun, mengapa ada perbedaan bentuk sistem politik dalam masyarakat yang berbeda, bagaimana sistem politik itu bekerja dan seterusnya. Sebagai salah satu ilmu sosial, ilmu politik menganalisis struktur-struktur dan praktikpraktik di sekitar masyarakat manusia. Sering pula terjadi tumpang tindih dengan ilmu lain. Seperti Ekonomi, politik juga mempelajari persoalan alokasi sumber daya (resource allocation), tetapi lebih dalam perspektif power : faktor-faktor apa yang menentukan who gets what, when and how. Ia memperlakukan semua aspek organisasi dan administrasi, perjuangan dan sengketa, kepemimpinan dan otoritas, kebijakan dan pembuatan keputusan, di mana pun ia berlaku, baik dalam sektor privat maupun juga dalam sektor publik, baik di dalam negara-bangsa (nation-state) maupun dalam arena global. Jadi tidak terbatas hanya mempelajari pemerintahan atau para politisinya saja. Sehingga, ia merupakan ilmu yang multisegi (multifacet), sangat memerhatikan pengembangan ilmu pengetahuan yang secara langsung relevan untuk mengelola dan mengkritisi keragaman keorganisasian masyarakat di mana pun kita berada. Fokus khususnya adalah mencoba untuk mencari solusi yang masuk akal tentang berbagai persoalan etik dan keorganisasian yang 2

Dr. Zamzami A Karim, M.A. pelik yang harus diatasi bagi memenuhi kepentingan rakyat yang lebih luas, agar mereka berhasil dalam hidup dan bekerja sama satu sama lain dalam teritori bersama (atau negara), sebagaimana asosiasi dengan interaksi yang kompleks antarnegara. Ia sangat memerhatikan persoalan cara terbaik, dalam praktik, bagaimana meraih nilai-nilai yang diinginkan seperti kebebasan politik atau persamaan (political freedom or equality). Ilmu politik menganalisis kebaikan-kebaikan relatif dari berbagai bentuk pemerintahan yang berbeda, dan organisasi internasional. Sehingga, ia memiliki dimensi nilai yang berarti. Tujuannya secara umum adalah untuk membangun pengetahuan yang lebih realistis (reliable) dan sistematis tentang bagaimana organisasi-organisasi politik muncul, berkembang dan bekerja. Dengan harapan agar pengetahuan ini akan dapat membantu di dalam mengembangkan masa depan masyarakat yang lebih menantang dan lebih bergairah. Kedua, ilmu politik di universitas itu berbeda karena ia kurang tertarik pada deskripsi fakta-fakta yang sederhana atau dangkal. Di universitas lebih berkaitan dengan gagasan-gagasan (ideas) dan konsep-konsep. Punya pengalaman politik di SLTA akan membuat Anda lebih akrab dengan istilah-istilah (terminologi) atau isuisu politik. Bagaimana pun, banyak orang mendapati pelajaran-pelajaran di universitas, khususnya dalam ilmu-ilmu sosial, sangat berbeda dari di sekolah, terutama karena pertama-tama ilmu-ilmu sosial itu kelihatan lebih abstrak. Gambaran ini berkaitan dengan banyak hal. Kami sedang melatih Anda untuk menjaga jarak antara 3

Perkembangan Komunitas Politik diri Anda dengan apa yang sedang Anda pelajari. Ini berarti menambah kemampuan Anda untuk menilai dan memisahkan, sehingga Anda akan mampu memisahkan antara fakta yang lebih berarti dengan fakta yang kurang berarti. Dan menghindari terjebak atau tenggelam oleh detail dan keruwetan (detail and complexity). Kami coba membuat Anda lebih sadar akan jarak antara rupa yang tampak dengan realitas, sehingga Anda mengurangi intervensi perasaan terhadap kesan-kesan pertama; dan lebih sadar akan hubungan sebab-akibat, atau arti pentingnya prinsip-prinsip pertama. Kami sengaja dengan cermat mencoba menggiring Anda untuk berpikir (atau mengonsep) pada tataran teoritis yang lebih umum, karena ini menambah kemampuan Anda untuk menguraikan sesuatu. Pemahaman dan kemampuan intelektual tumbuh bersamaan dengan kemampuan mengembangkan uraian atau penjelasan yang lebih luas dengan memasukkan pengetahuan tentang hubunganhubungan kausal. Mempelajari politik berarti mengajarkan keluasan keahlian-keahlian berikut ini: a. An analytic or logical capacity. (Kapasitas analitis dan logis). Menjadi mampu melukiskan pembedaan yang relevan dan signifikan antara berbagai kelompok informasi atau argumen. Mampu menyaring dan melakukan kontrol atau menskema materi lain yang berlebih-lebihan atau membingungkan. Mampu melakukan pengawasan intelektual dan mengelompokkan data-data yang Anda hadapi. 4

Dr. Zamzami A Karim, M.A. b. A synthetic capacity. (Kapasitas sintetik). c. Menjadi mampu melihat kaitan-kaitan, melihat apa yang berlangsung dengan apa. Menjadi mampu membuat kejutan atau kaitan-kaitan yang tak terduga dengan mengelompokkan yang sama dengan yang beda menurut skema konseptual atau skema klasifikasi yang mampu Anda bangun. Politik khususnya punya nilai untuk mengajarkan orang tentang macam-macam kemampuan dan cara pikir konseptual yang berguna di dalam situasi pembuatan keputusan yang rumit. Seseorang harus memiliki kemampuan untuk berbicara kepada berbagai kategori keahlian (spesialis), dan mengoordinasikan berbagai kontribusi mereka ke dalam kerangka keputusan bersama. The skills of critical detachment and perspective. (Kemahiran melepaskan diri secara kritis dan memiliki perspektif). Untuk membuat keputusan seseorang harus mampu memisahkan dirinya dan emosinya dari peristiwa atau situasi yang dihadapi. Ia harus mampu keluar dari tekanan dengan segera, melihat latar belakang perisitiwa, melihat rangkaian sebab akibat yang lebih luas. Pada saat yang sama, secara paradoks, mengembangkan kapasitas untuk pemisahan kritis (critical detachment) yang melibatkan penilaian atas persoalan-persoalan yang mengikat pada upaya pelepasan abstrak demi kepentingannya sendiri. Pada akhirnya, politik merupakan disiplin ilmu yang sibuk, sibuk dalam memahami dunia. 5

Perkembangan Komunitas Politik Ada juga skill lain yang diturunkan dari perolehan pengetahuan yang lebih baik tentang persoalan spesifik sebagaimana cara policy dibuat, atau cara pemerintahan atau negara menjalankan bisnis (atau menentukan perang) satu dengan lainnya. Politik menggiring Anda untuk berhubungan dengan sesungguhnya dengan semua subjek lainnya, termasuk ilmu seperti kemanusiaan. Merupakan subjek ajaib yang tepat untuk menghimpun semua bentuk informasi tentang dunia, dan semakin Anda mempelajarinya, semakin membantu Anda untuk menciptakan peralatan konseptual, atau semacam jaringan intelektual, untuk menyaring dan mengoordinasikan semua informasi ini. Politik merupakan subjek khusus yang tepat bagi pikiran kritis dan kreatif. Ia membantu pengembangan intelektualitas, karena ia terus-menerus menggabung unsurunsur teori dengan studi praktis terhadap peristiwa-peristiwa dan persoalan-persoalan konkret. Mempelajari politik menyediakan informasi dan keahlian yang luas, terutama penting bagi warga di dalam negara demokrasi, yaitu warga yang ingin menunjukkan kepentingannya terhadap apa yang dilakukan oleh pemerintah, dan memberikan suara berdasarkan itu. Juga penting untuk mempelajari tentang ide-ide dan nilai-nilai yang membantu membentuk tradisi politik kita sendiri, seperti banyak belajar tentang negara-negara lain, sehingga kita dapat memperoleh perspektif pembanding. Mempelajari politik seharusnya membantu Anda untuk merasukkan sedikit lebih dalam tentang tampilan luar dari sesuatu. Anda harus lebih belajar tentang mengapa persoalan-persoalan yang kelihatannya agak sederhana ternyata menghasilkan konflik dan nafsu yang tak terduga; 6

Dr. Zamzami A Karim, M.A. mengapa policy pemerintah yang dikedepankan dengan keyakinan yang baik ternyata menjadi kontraproduktif; di mana power berada; bagaimana power berubah menjadi otoritas; dan seterusnya. Dan semua ini akan membantu Anda mengembangkan suatu pandangan yang lebih terang terhadap dunia tempat tinggal kita. 2. Pengertian Teori Politik Istilah teori sering kali disalahartikan sebagai sesuatu pengertian yang tidak memiliki landasan fakta atau realitas. Misalnya sering kita mendengar seseorang mengatakan Ah, itu kan hanya teori saja. Pandangan awam seperti ini menjadi wajar bila seseorang tidak memahami metodologi ilmu. Padahal sesungguhnya bila kita telah memahami secara benar apa yang dimaksud dengan teori, maka kita pasti sangat memerlukan teori sebagai landasan tindakan politik kita agar tidak bertindak ceroboh. Jadi apa sesungguhnya yang dimaksud dengan teori? Generalisasi atau penyimpulan terhadap berbagai fenomena yang sejenis di berbagai tempat yang dirumuskan dalam bentuk proposisi-proposisi dan kemudian diabstraksikan secara sistematis itulah yang disebut teori. Tanpa teori hanya ada pengetahuan tentang serangkaian fakta saja, tetapi tidak akan ada ilmu pengetahuan. Menurut Fuad Hassan dan Koentjaraningrat (1991:10), fungsi teori itu adalah: 1.1. Menyimpulkan generalisasi-generalisasi dari fakta-fakta hasil pengamatan; 1.2. Memberi kerangka orientasi untuk analisa dan klasifikasi dari fakta-fakta yang dikumpulkan dalam penelitian; 7

Perkembangan Komunitas Politik 8 1.3. Memberi ramalan terhadap gejala-gejala baru yang akan terjadi; 1.4. Mengisi lowongan-lowongan dalam pengetahuan kita tentang gejala-gejala yang telah atau sedang terjadi. Teori politik adalah bahasan dan generalisasi terhadap berbagai fenomena yang bersifat politik. Dalam menyusun teori politik digunakan berbagai konsep politik. Konsep ini secara metodologis merupakan pernyataan yang mewakili fenomena politik. Konsep yang dibahas dalam teori politik meliputi masyarakat, kelas sosial, negara, kekuasaan, lembaga-lembaga negara, perubahan sosial, pembangunan politik, partisipasi politik, dan sebagainya. Proses pembentukan teori politik dimulai dengan mengamati berbagai fenomena politik melalui suatu proses metodologis (siklus ilmiah) yang selanjutnya digeneralisasi secara empiris. Dalam melakukan generalisasi harus didasarkan pada pengukuran dan penentuan sampel dan perkiraan tolok ukur yang jelas. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi bias dalam menggeneralisasi fenomena politik. Setelah fenomena politik digeneralisasi, kemudian diabstraksikan untuk menjadi teori politik. Dalam proses abstraksi itu diperlukan kegiatan pembentukan konsep, pembentukan proposisi dan penyusunan proposisi; maka akhirnya terbentuklah teori politik. Tetapi pada beberapa buku yang menguraikan tentang teori politik, kita akan menemukan para sarjana mencampurkan uraian teori politik dengan filsafat politik

Dr. Zamzami A Karim, M.A. yang lebih bersifat normatif. Dalam hal ini, Thomas P. Jenkin (1962) dalam bukunya The Study of Political Theory membagi dua macam teori politik, yaitu: 2.1. Teori politik yang mengandung nilai (valutional) yaitu teori politik yang memiliki dan membawa aspek normatif seperti baik buruknya, hakikat, pilihan tindakan yang tepat dalam politik. Termasuk kelompok ini adalah filsafat politik, ideologi politik dan teori politik sistematis. Yang dimaksud dengan teori politik sistematis adalah langkah operasional dari filsafat politik, misalnya penerapan hak asasi manusia, sistem politik yang demokratis, hukum yang adil, dan sebagainya. 2.2. Teori politik non-valutional, yaitu teori politik yang mendeskripsikan berbagai fenomena dan fakta politik dengan tidak mempersoalkan aspek norma-norma atau nilai-nilai yang ada dalam masyarakat atau negara. Kelompok ini disebut juga sebagai teori politik bebas nilai (value free). Misalnya bagaimana meraih tujuan negara, memenangkan peperangan, meraih kekuasaan dan sebagainya tanpa pertimbangan baik buruknya cara yang digunakan, akibatnya bagi hak-hak asasi manusia, dan sebagainya. Jadi dapat disimpulkan bahwa teori politik seharusnya merupakan generalisasi fenomena politik yang berdasarkan fakta politik yang ada dan masuk akal, bukan sekedar khayalan tak berdasar. Secara metodologis, teori politik memiliki tingkat validitas dan pembuktian sesuai dengan fakta empirik dan kenyataan politik. 9

Perkembangan Komunitas Politik 10 3. Teori Politik dan Pemikiran Politik Pemikiran politik adalah akomodasi pancaindra terhadap gejala-gejala politik yang kemudian dibuat dalam berbagai pernyataan terhadap fenomena atau gejala-gejala politik. Tingkat teoritis penilaian politik dapat dikatakan sangat lemah karena fenomena politik yang diamati sangat terbatas dan hasil pengamatan tersebut langsung diproses dalam pikiran menurut pengalaman individu dan kemudian individu mengemukakan pernyataan baru. Pernyataan ini yang disebut Pemikiran Politik. Bahwa pemikiran politik merupakan embrio untuk pembentukan teori politik. Individu dikatakan terlibat dengan pemikiran politik bila mereka coba menentukan ide-ide politik mana yang menawarkan lebih banyak janji, solusi politik mana yang terbaik merespons tantangan-tantangan nyata, dan rezim politik mana yang paling dekat dengan kebutuhankebutuhan warga. Dalam bukunya Political Thinking, Political Theory and Civil Society, de Lue (2002) cuba memperkenalkan ciriciri pemikiran politik, juga mendiskusikan apa itu teori politik dan bagaimana kita harus memahami pemikiran politik dalam kaitannya dengan teori politik. Dalam hal ini, de Lue menggunakan terminologi teori politik yang saling bergantian dengan istilah filsafat politik. Begitu pula Magstadt (2003: 14) yang memasukkan filsafat politik sebagai teori politik normatif. Magstadt mulai dengan metode Plato (400 SM) dalam mencari kebenaran yaitu dengan mengajukan pertanyaan penting: What is the good life? What is good government? Sampai sejauh manakah good government